Otitis Media: Memahami Infeksi Telinga Tengah
Otitis media, atau yang lebih dikenal sebagai infeksi telinga tengah, adalah kondisi peradangan pada telinga tengah yang sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Kondisi ini sangat umum terjadi, terutama pada bayi dan anak-anak kecil, namun tidak menutup kemungkinan juga menyerang orang dewasa. Infeksi ini dapat menyebabkan nyeri hebat, demam, dan gangguan pendengaran sementara. Memahami penyebab, gejala, diagnosis, serta pilihan pengobatan dan pencegahan otitis media sangat penting untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap kualitas hidup, terutama pada anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan.
Telinga tengah adalah rongga berisi udara di belakang gendang telinga yang mengandung tiga tulang kecil yang bergetar (osikel) yang mengirimkan suara ke telinga bagian dalam. Telinga tengah dihubungkan dengan bagian belakang tenggorokan melalui tuba Eustachius, saluran kecil yang berfungsi untuk menyamakan tekanan udara di telinga tengah dan mengalirkan cairan dari telinga tengah. Disfungsi pada tuba Eustachius inilah yang seringkali menjadi pemicu utama terjadinya otitis media.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai aspek terkait otitis media, mulai dari anatomi telinga yang relevan, jenis-jenis otitis media yang berbeda, penyebab dan faktor risiko yang memicunya, hingga gejala klinis, metode diagnosis, serta berbagai pendekatan pengobatan dan strategi pencegahan. Kami juga akan membahas potensi komplikasi dan dampak jangka panjang yang mungkin timbul jika otitis media tidak ditangani dengan baik.
Anatomi Telinga yang Relevan dengan Otitis Media
Untuk memahami otitis media, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang anatomi telinga, khususnya bagian telinga tengah. Telinga manusia terbagi menjadi tiga bagian utama:
-
Telinga Luar:
Terdiri dari pinna (daun telinga) dan saluran telinga (meatus auditorius eksternal). Fungsi utamanya adalah menangkap gelombang suara dan menyalurkannya ke gendang telinga.
-
Telinga Tengah:
Ini adalah area utama yang terpengaruh oleh otitis media. Telinga tengah adalah rongga berisi udara kecil yang dilapisi oleh membran mukosa. Di dalamnya terdapat tiga tulang kecil yang disebut osikel (malleus, incus, dan stapes) yang bertanggung jawab untuk menghantarkan getaran suara dari gendang telinga ke telinga bagian dalam. Gendang telinga (membran timpani) adalah membran tipis yang memisahkan telinga luar dari telinga tengah. Fungsi penting lain dari telinga tengah adalah Tuba Eustachius.
-
Tuba Eustachius (Saluran Telinga):
Ini adalah saluran sempit yang menghubungkan telinga tengah ke nasofaring (bagian belakang hidung dan tenggorokan). Tuba Eustachius memiliki beberapa fungsi krusial:
- Menyamakan Tekanan Udara: Memastikan tekanan udara di telinga tengah sama dengan tekanan udara di luar tubuh, yang penting untuk fungsi pendengaran yang optimal.
- Drainase Cairan: Mengalirkan cairan normal yang diproduksi di telinga tengah ke nasofaring.
- Proteksi: Mencegah masuknya cairan dan mikroorganisme dari nasofaring ke telinga tengah.
Pada anak-anak, tuba Eustachius lebih pendek, lebih horizontal, dan diameternya lebih kecil dibandingkan orang dewasa. Karakteristik ini membuatnya lebih rentan terhadap disfungsi, obstruksi, dan refluks cairan atau infeksi dari nasofaring, menjadikannya faktor kunci dalam tingginya insiden otitis media pada kelompok usia ini.
-
-
Telinga Dalam:
Mengandung koklea (untuk pendengaran) dan sistem vestibular (untuk keseimbangan). Telinga dalam bertanggung jawab untuk mengubah getaran suara menjadi sinyal saraf dan mengirimkannya ke otak, serta menjaga keseimbangan tubuh. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke telinga dalam dan menyebabkan komplikasi serius.
Jenis-jenis Otitis Media
Otitis media dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, tergantung pada durasi dan karakteristik infeksinya. Pemahaman tentang jenis-jenis ini sangat penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
1. Otitis Media Akut (OMA)
Otitis media akut adalah infeksi telinga tengah yang terjadi secara tiba-tiba dan biasanya sembuh dalam waktu singkat. Ini adalah jenis otitis media yang paling umum, terutama pada anak-anak. OMA ditandai dengan peradangan dan akumulasi cairan purulen (nanah) di telinga tengah, disertai dengan gejala nyeri telinga yang parah.
Penyebab OMA:
Sebagian besar kasus OMA diawali oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) virus, seperti pilek atau flu. Virus ini menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada lapisan mukosa saluran pernapasan, termasuk tuba Eustachius. Pembengkakan ini menyebabkan tuba Eustachius tersumbat, memerangkap cairan di telinga tengah. Cairan yang terperangkap ini kemudian menjadi media yang ideal bagi bakteri atau virus untuk berkembang biak, menyebabkan infeksi.
-
Bakteri:
Penyebab bakteri yang paling umum adalah:
- Streptococcus pneumoniae (Pneumococcus): Bertanggung jawab atas sekitar 30-50% kasus OMA.
- Haemophilus influenzae: Menyebabkan sekitar 20-30% kasus OMA.
- Moraxella catarrhalis: Bertanggung jawab atas sekitar 10-15% kasus OMA.
- Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus: Kurang umum, tetapi dapat menjadi penyebab.
-
Virus:
Virus yang sering dikaitkan dengan OMA meliputi Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, Influenza Virus, dan Adenovirus. Seringkali, infeksi virus membuka jalan bagi infeksi bakteri sekunder.
Faktor Risiko OMA:
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang, terutama anak-anak, untuk mengalami OMA:
- Usia: Anak-anak antara 6 bulan hingga 2 tahun memiliki risiko tertinggi karena tuba Eustachius mereka yang belum matang dan sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang.
- Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA): Pilek, flu, atau alergi dapat menyebabkan pembengkakan pada saluran hidung dan tenggorokan, termasuk tuba Eustachius, sehingga meningkatkan risiko.
- Lingkungan Daycare: Anak-anak di lingkungan daycare sering terpapar lebih banyak kuman, yang meningkatkan risiko ISPA dan OMA.
- Paparan Asap Rokok: Asap rokok pasif mengiritasi tuba Eustachius dan mengganggu fungsinya, membuat anak lebih rentan terhadap infeksi.
- Pemberian Botol Susu saat Tidur: Cairan dapat masuk ke tuba Eustachius dan menyebabkan infeksi.
- Riwayat Keluarga: Anak-anak dengan riwayat keluarga OMA lebih mungkin mengalaminya.
- Alergi: Alergi dapat menyebabkan peradangan kronis pada saluran pernapasan dan tuba Eustachius.
- Kelainan Kraniofasial: Kondisi seperti celah langit-langit (sumbing) dapat menyebabkan disfungsi tuba Eustachius.
- Sistem Imun Lemah: Anak-anak dengan kondisi medis tertentu yang menekan sistem kekebalan tubuh lebih rentan.
Patofisiologi OMA:
Proses terjadinya OMA dimulai ketika virus atau bakteri dari nasofaring naik ke tuba Eustachius. Patofisiologi utamanya adalah disfungsi tuba Eustachius, yang menyebabkan:
- Obstruksi: Pembengkakan akibat infeksi atau alergi menghalangi tuba Eustachius.
- Tekanan Negatif: Udara di telinga tengah diserap oleh mukosa, menciptakan tekanan negatif.
- Akumulasi Cairan: Tekanan negatif menarik cairan dari jaringan sekitar ke telinga tengah, atau cairan normal tidak dapat mengalir keluar.
- Pertumbuhan Mikroorganisme: Cairan statis menjadi tempat ideal bagi bakteri/virus untuk berkembang biak.
- Peradangan: Sistem kekebalan tubuh merespons, menyebabkan peradangan, nyeri, dan pembentukan nanah.
- Bulging Gendang Telinga: Akumulasi nanah dan peradangan dapat menyebabkan gendang telinga menonjol (bulging) dan kadang-kadang pecah (perforasi).
Gejala OMA:
Gejala OMA dapat bervariasi tergantung usia dan tingkat keparahan infeksi:
-
Pada Anak-anak:
- Nyeri Telinga (Otalgia): Seringkali parah, terutama saat berbaring. Anak-anak mungkin menarik-narik telinga atau menggosok telinga.
- Demam: Suhu tubuh tinggi (di atas 38°C).
- Iritabilitas dan Gelisah: Terutama pada bayi dan balita yang tidak bisa mengungkapkan rasa sakit.
- Kesulitan Tidur: Nyeri bertambah buruk saat berbaring.
- Penurunan Pendengaran: Akibat cairan di telinga tengah.
- Cairan Keluar dari Telinga (Otorrhea): Jika gendang telinga pecah.
- Kehilangan Nafsu Makan atau Kesulitan Menyusu: Menelan bisa menyakitkan.
- Muntah atau Diare: Terkadang, terutama pada bayi.
-
Pada Orang Dewasa:
- Nyeri telinga yang tajam.
- Perasaan penuh di telinga.
- Penurunan pendengaran.
- Demam (tidak selalu).
- Pusing.
- Mual.
Diagnosis OMA:
Diagnosis OMA dilakukan oleh dokter berdasarkan:
- Anamnesis: Pertanyaan tentang gejala, riwayat medis, dan faktor risiko.
- Pemeriksaan Fisik:
- Otoskopi: Menggunakan otoskop untuk melihat gendang telinga. Pada OMA, gendang telinga biasanya merah, membengkak (bulging), dan kehilangan refleks cahaya normalnya. Mungkin juga terlihat cairan di belakang gendang telinga.
- Pneumatic Otoscopy: Otoskop khusus yang dapat meniupkan sedikit udara ke saluran telinga. Gendang telinga yang sehat akan bergerak, sementara pada OMA, gendang telinga akan kaku atau tidak bergerak sama sekali karena cairan di baliknya.
- Timpanometri: Tes objektif yang mengukur mobilitas gendang telinga dan tekanan di telinga tengah. Pada OMA, timpanometri akan menunjukkan kurva datar (tipe B) atau kurva dengan tekanan negatif yang sangat tinggi, mengindikasikan adanya cairan.
Komplikasi OMA:
Meskipun OMA seringkali sembuh tanpa komplikasi, beberapa dapat terjadi jika tidak diobati atau jika infeksi sangat parah:
- Perforasi Gendang Telinga: Pecahnya gendang telinga akibat tekanan cairan yang berlebihan. Biasanya sembuh sendiri, tetapi bisa menyebabkan otitis media kronis jika persisten.
- Otitis Media dengan Efusi (OME): Cairan tetap berada di telinga tengah setelah infeksi akut mereda, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
- Mastoiditis: Infeksi menyebar ke tulang mastoid di belakang telinga, menyebabkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Ini adalah komplikasi serius yang memerlukan pengobatan antibiotik intravena atau operasi.
- Labirinitis: Peradangan telinga dalam yang dapat menyebabkan vertigo, pusing, dan gangguan pendengaran.
- Paralisis Saraf Wajah (Bell's Palsy): Kerusakan pada saraf wajah yang melewati telinga tengah, menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi wajah.
- Abses Otak atau Meningitis: Komplikasi intrakranial yang sangat jarang tetapi mengancam jiwa, di mana infeksi menyebar ke otak atau selaput otak.
- Gangguan Pendengaran Permanen: Meskipun jarang, OMA berulang atau komplikasi berat dapat menyebabkan kerusakan permanen pada struktur telinga, mengakibatkan tuli konduktif atau sensorineural.
Pengobatan OMA:
Pendekatan pengobatan OMA tergantung pada usia pasien, tingkat keparahan gejala, dan riwayat infeksi sebelumnya.
-
'Watchful Waiting' (Observasi):
Untuk anak-anak berusia 6 bulan ke atas dengan OMA ringan dan tidak parah (tanpa demam tinggi atau nyeri berat), dokter mungkin merekomendasikan observasi selama 24-48 jam. Ini memungkinkan tubuh melawan infeksi virus sendiri dan mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu.
-
Antibiotik:
Antibiotik diresepkan untuk OMA yang disebabkan oleh bakteri, terutama pada:
- Anak di bawah 6 bulan.
- Anak usia 6 bulan hingga 2 tahun dengan OMA bilateral (kedua telinga) atau gejala parah.
- Anak di atas 2 tahun dengan gejala parah.
- Kasus di mana watchful waiting gagal.
Antibiotik lini pertama biasanya amoksisilin. Jika alergi atau resistensi, alternatif seperti amoksisilin-klavulanat, sefalosporin, atau azitromisin dapat digunakan. Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik meskipun gejala membaik.
-
Manajemen Nyeri:
Pereda nyeri dan demam, seperti ibuprofen atau asetaminofen, sangat penting untuk kenyamanan pasien.
-
Tetes Telinga:
Tetes telinga anestesi dapat diberikan untuk meredakan nyeri sementara (jika gendang telinga tidak pecah).
-
Miringotomi:
Dalam kasus yang jarang terjadi dengan nyeri yang sangat parah dan gendang telinga yang sangat menonjol, dokter mungkin melakukan miringotomi (sayatan kecil pada gendang telinga) untuk mengalirkan nanah dan meredakan tekanan. Sayatan ini biasanya sembuh dengan cepat.
Pencegahan OMA:
Beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko OMA:
- Vaksinasi: Vaksin Pneumokokus (PCV13) dan vaksin influenza sangat direkomendasikan.
- Hindari Paparan Asap Rokok: Paparan asap rokok pasif adalah faktor risiko signifikan.
- Menyusui: ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dapat memberikan perlindungan.
- Hindari Botol Susu saat Tidur: Pastikan bayi minum dalam posisi tegak.
- Cuci Tangan Teratur: Mengurangi penyebaran kuman penyebab ISPA.
- Manajemen Alergi: Jika ada alergi, tangani dengan baik.
2. Otitis Media dengan Efusi (OME) / Otitis Media Serosa / Glue Ear
OME adalah kondisi di mana terdapat cairan (efusi) di telinga tengah tanpa tanda-tanda infeksi akut (tidak ada demam, nyeri hebat, atau tanda peradangan). Ini sering terjadi setelah episode OMA yang berhasil diobati, atau bisa juga terjadi secara independen.
Penyebab OME:
Penyebab utama OME adalah disfungsi tuba Eustachius. Ketika tuba Eustachius tidak dapat membuka dan menutup dengan benar, udara di telinga tengah diserap, menciptakan tekanan negatif yang menarik cairan dari jaringan sekitar atau mencegah drainase cairan yang dihasilkan secara alami di telinga tengah. Cairan ini bisa menjadi tebal dan lengket ("glue ear").
- Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) sebelumnya.
- Alergi kronis.
- Adenoid yang membesar (pada anak-anak) yang dapat menghalangi pembukaan tuba Eustachius di nasofaring.
- Barotrauma (perubahan tekanan udara yang cepat, misalnya saat terbang atau menyelam).
Faktor Risiko OME:
Faktor risiko OME serupa dengan OMA, termasuk usia muda, paparan asap rokok, alergi, dan riwayat ISPA berulang. Kondisi bawaan seperti Down Syndrome dan celah langit-langit juga meningkatkan risiko OME.
Patofisiologi OME:
Berbeda dengan OMA yang melibatkan infeksi aktif, OME lebih merupakan masalah mekanis dan inflamasi non-infeksius. Tuba Eustachius yang tersumbat atau tidak berfungsi menyebabkan gangguan ventilasi telinga tengah. Tekanan negatif yang dihasilkan menyebabkan transudasi (cairan merembes) dari pembuluh darah mukosa telinga tengah ke dalam rongga. Cairan ini lama kelamaan bisa mengental menjadi seperti lem, mengganggu pergerakan osikel dan gendang telinga, yang pada gilirannya menurunkan pendengaran.
Gejala OME:
Gejala OME seringkali lebih halus dan mungkin tidak dikenali langsung, terutama pada anak-anak kecil. Gejala utama adalah:
- Penurunan Pendengaran: Ini adalah gejala paling umum dan penting. Anak mungkin tidak merespons suara dengan baik, meminta volume TV lebih tinggi, atau kesulitan mendengar di lingkungan bising.
- Perasaan Penuh atau Tersumbat di Telinga: Anak mungkin mengeluh bahwa telinganya terasa "penuh" atau "ada airnya".
- Masalah Bicara dan Bahasa: Pada anak-anak kecil, gangguan pendengaran kronis dapat menghambat perkembangan bicara dan bahasa.
- Kesulitan Belajar atau Perilaku: Gangguan pendengaran dapat memengaruhi kemampuan belajar di sekolah dan menyebabkan frustrasi.
- Keseimbangan Buruk: Meskipun jarang, cairan di telinga tengah dapat memengaruhi keseimbangan.
Diagnosis OME:
- Otoskopi: Gendang telinga mungkin terlihat kusam, tertarik ke dalam (retraksi), atau berwarna kebiruan/kekuningan. Level cairan (air-fluid level) atau gelembung udara mungkin terlihat di belakang gendang telinga. Mobilitas gendang telinga akan terbatas.
- Pneumatic Otoscopy: Gerakan gendang telinga sangat berkurang atau tidak ada.
- Timpanometri: Tes ini sangat membantu untuk diagnosis OME. Hasilnya akan menunjukkan kurva datar (tipe B), yang mengindikasikan adanya cairan di telinga tengah.
- Audiometri: Untuk mengukur tingkat gangguan pendengaran. Tes ini menunjukkan gangguan pendengaran konduktif ringan hingga sedang.
Komplikasi OME:
- Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa: Jika tidak diobati, gangguan pendengaran yang persisten dapat berdampak signifikan pada kemampuan anak untuk mengembangkan bicara dan bahasa secara normal.
- Masalah Belajar dan Sosial: Anak mungkin kesulitan di sekolah atau berinteraksi sosial karena masalah pendengaran.
- Otitis Media Kronis: OME yang tidak teratasi dapat berkembang menjadi otitis media kronis.
- Atrofi atau Sklerosis Membran Timpani: Perubahan permanen pada gendang telinga.
- Kolesteatoma: Meskipun jarang, OME yang kronis dapat meningkatkan risiko pembentukan kolesteatoma.
Pengobatan OME:
Pengobatan OME seringkali dimulai dengan pendekatan konservatif karena banyak kasus sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau bulan.
-
Observasi ('Watchful Waiting'):
Untuk sebagian besar kasus OME, terutama jika tidak ada gangguan pendengaran yang signifikan atau komplikasi, observasi selama 3 bulan adalah pendekatan awal. Selama periode ini, tuba Eustachius mungkin akan berfungsi kembali dengan sendirinya.
-
Medikamentosa:
Tidak ada obat-obatan yang secara konsisten terbukti efektif untuk mengobati OME. Antibiotik, dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid oral umumnya tidak direkomendasikan karena tidak menunjukkan manfaat yang signifikan dan memiliki potensi efek samping.
-
Bedah (Jika OME Persisten atau Menyebabkan Komplikasi):
- Miringotomi dengan Pemasangan Tuba Ventilasi (Tabung Telinga/Grommet): Ini adalah prosedur bedah paling umum untuk OME yang persisten (lebih dari 3 bulan) dan menyebabkan gangguan pendengaran yang signifikan, atau jika ada komplikasi. Tabung kecil dimasukkan ke dalam gendang telinga untuk membantu mengalirkan cairan dan menyamakan tekanan udara di telinga tengah. Tabung ini biasanya akan keluar sendiri setelah 6-12 bulan.
- Adenoidektomi: Jika adenoid yang membesar diyakini menjadi penyebab utama disfungsi tuba Eustachius, pengangkatan adenoid dapat dipertimbangkan, seringkali bersamaan dengan pemasangan tuba ventilasi.
Pencegahan OME:
Pencegahan OME tumpang tindih dengan pencegahan OMA, dengan fokus pada meminimalkan ISPA, menghindari paparan asap rokok, dan menyusui bayi.
3. Otitis Media Kronis (OMK)
Otitis media kronis adalah peradangan telinga tengah yang berlangsung lama (lebih dari 3 bulan), seringkali disertai dengan perforasi gendang telinga yang persisten dan keluarnya cairan dari telinga. OMK dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
3.1. Otitis Media Kronis Supuratif (OMKS)
OMKS adalah infeksi kronis pada telinga tengah yang ditandai dengan perforasi gendang telinga yang persisten dan keluarnya nanah (otorrhea) yang intermiten atau terus-menerus selama minimal 6 minggu, meskipun tanpa nyeri akut.
Penyebab OMKS:
- Perforasi Gendang Telinga Persisten: Paling sering terjadi akibat pecahnya gendang telinga saat OMA yang tidak sembuh sempurna, atau trauma.
- Infeksi Berulang: Bakteri dari saluran telinga luar atau nasofaring dapat masuk melalui perforasi, menyebabkan infeksi berulang.
- Disfungsi Tuba Eustachius: Kontribusi pada sirkulasi udara yang buruk dan drainase yang tidak efektif.
- Mikroorganisme: Bakteri yang umum termasuk Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus species.
Patofisiologi OMKS:
Adanya perforasi gendang telinga memungkinkan masuknya bakteri dan air dari lingkungan luar ke telinga tengah, menyebabkan infeksi berulang. Mukosa telinga tengah mengalami peradangan kronis, menebal, dan menghasilkan cairan purulen. Lingkungan yang basah dan terinfeksi ini mencegah penutupan spontan perforasi dan menciptakan siklus infeksi-peradangan-cairan.
Gejala OMKS:
- Keluarnya Cairan dari Telinga (Otorrhea): Cairan bisa jernih, mukoid, atau purulen, dan seringkali berbau tidak sedap.
- Gangguan Pendengaran: Umumnya tuli konduktif, bervariasi tergantung ukuran perforasi dan kerusakan osikel.
- Tidak Ada Nyeri Akut: Berbeda dengan OMA, nyeri telinga biasanya minimal atau tidak ada, kecuali ada komplikasi akut.
Diagnosis OMKS:
- Otoskopi: Terlihat perforasi gendang telinga yang persisten dan mungkin ada cairan atau polip di telinga tengah.
- Kultur Cairan Telinga: Untuk mengidentifikasi bakteri penyebab dan menentukan sensitivitas antibiotik.
- Audiometri: Untuk menilai tingkat dan jenis gangguan pendengaran.
- CT-Scan Tulang Temporal: Mungkin diperlukan untuk mengevaluasi extent penyakit, kerusakan osikel, atau menyingkirkan komplikasi seperti kolesteatoma.
Komplikasi OMKS:
- Gangguan Pendengaran Permanen: Kerusakan kronis pada osikel dan struktur telinga lainnya.
- Kolesteatoma: Pertumbuhan kulit abnormal di telinga tengah, yang merupakan komplikasi serius (dibahas lebih lanjut di bawah).
- Mastoiditis Kronis: Infeksi tulang mastoid yang persisten.
- Abses Otak atau Meningitis: Jika infeksi menyebar ke intrakranial.
- Paralisis Saraf Wajah.
Pengobatan OMKS:
- Medikamentosa:
- Tetes Telinga Antibiotik Topikal: Dengan atau tanpa kortikosteroid, adalah pengobatan lini pertama untuk mengontrol otorrhea.
- Antibiotik Oral: Digunakan jika infeksi parah atau dicurigai penyebaran.
- Pembersihan Telinga: Pembersihan telinga secara teratur oleh dokter penting untuk menghilangkan cairan dan debris.
- Bedah:
- Timpanoplasti: Prosedur untuk memperbaiki perforasi gendang telinga, seringkali bersamaan dengan rekonstruksi osikel (ossiculoplasty) jika ada kerusakan. Tujuan utamanya adalah untuk menutup gendang telinga, menghentikan otorrhea, dan meningkatkan pendengaran.
- Mastoidectomi: Dilakukan jika ada infeksi pada tulang mastoid, terutama jika disertai kolesteatoma.
3.2. Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah bentuk khusus dari otitis media kronis yang ditandai dengan pertumbuhan kulit non-kanker yang abnormal di telinga tengah atau mastoid. Meskipun bukan tumor ganas, kolesteatoma dapat sangat merusak karena memiliki sifat ekspansif dan destruktif, menghancurkan tulang-tulang kecil (osikel) di telinga tengah serta struktur telinga di sekitarnya.
Penyebab Kolesteatoma:
- Primer (Kongenital): Jarang, lahir dengan kolesteatoma di telinga tengah tanpa riwayat infeksi telinga sebelumnya atau perforasi gendang telinga.
- Sekunder (Didapat): Paling umum. Terjadi akibat retraksi (penarikan) gendang telinga ke dalam telinga tengah, seringkali karena disfungsi tuba Eustachius yang kronis dan tekanan negatif di telinga tengah. Kantong retraksi ini kemudian mengumpulkan sel-sel kulit mati, yang terus tumbuh dan membentuk massa. Bisa juga terjadi akibat migrasi sel kulit dari saluran telinga luar melalui perforasi gendang telinga.
Patofisiologi Kolesteatoma:
Kolesteatoma tumbuh secara progresif, melepaskan enzim yang melarutkan tulang. Pertumbuhan ini menyebabkan erosi tulang-tulang pendengaran, dinding telinga tengah, dan bahkan dapat merusak tulang mastoid, labirin (telinga dalam), atau struktur intrakranial, menyebabkan komplikasi serius.
Gejala Kolesteatoma:
- Keluarnya Cairan dari Telinga (Otorrhea): Berbau busuk dan sering intermiten.
- Gangguan Pendengaran: Progresif, biasanya tuli konduktif, tetapi bisa menjadi tuli campuran jika melibatkan telinga dalam.
- Perasaan Penuh atau Tekanan di Telinga.
- Pusing atau Vertigo: Jika kolesteatoma merusak telinga dalam.
- Kelemahan atau Kelumpuhan Wajah (Jarang): Jika merusak saraf wajah.
- Nyeri Telinga: Mungkin terjadi jika ada infeksi sekunder atau komplikasi.
Diagnosis Kolesteatoma:
- Otoskopi: Terlihat massa putih, seperti mutiara, atau kantong retraksi dengan penumpukan debris kulit.
- Audiometri: Untuk menilai tingkat gangguan pendengaran.
- CT-Scan Tulang Temporal: Merupakan pemeriksaan pencitraan terbaik untuk melihat extent kolesteatoma, erosi tulang, dan keterlibatan struktur sekitarnya.
- MRI: Dapat digunakan untuk mengevaluasi komplikasi intrakranial.
Komplikasi Kolesteatoma:
Komplikasi kolesteatoma bisa sangat serius karena sifat destruktifnya:
- Kerusakan osikel dan tuli permanen.
- Kerusakan telinga dalam (vertigo, tuli sensorineural).
- Infeksi tulang mastoid (mastoiditis).
- Abses otak, meningitis, atau hidrosefalus otitik.
- Paralisis saraf wajah.
Pengobatan Kolesteatoma:
Pengobatan kolesteatoma hampir selalu melibatkan bedah. Tujuan operasi adalah untuk menghilangkan kolesteatoma sepenuhnya, menghentikan infeksi, mencegah komplikasi lebih lanjut, dan jika memungkinkan, merekonstruksi pendengaran.
- Timpanoplasti dengan Mastoidectomi: Prosedur bedah yang umum dilakukan untuk menghilangkan kolesteatoma dari telinga tengah dan mastoid.
- Ossiculoplasty: Rekonstruksi tulang pendengaran dapat dilakukan pada saat yang sama atau pada operasi tahap kedua.
- Operasi Tahap Kedua: Seringkali diperlukan operasi revisi untuk memastikan tidak ada sisa kolesteatoma dan untuk menilai atau merekonstruksi pendengaran.
4. Otitis Media Rekuren (OMR)
OMR didefinisikan sebagai tiga atau lebih episode OMA dalam 6 bulan, atau empat atau lebih episode dalam 12 bulan, dengan setidaknya satu episode terjadi dalam 6 bulan terakhir. Ini adalah masalah umum yang memengaruhi kualitas hidup anak dan keluarga.
Penyebab dan Faktor Risiko OMR:
Penyebab OMR pada dasarnya sama dengan OMA, tetapi frekuensinya meningkat karena faktor-faktor risiko yang lebih persisten atau kuat, seperti:
- Disfungsi tuba Eustachius yang parah atau kronis.
- Paparan berulang terhadap infeksi saluran pernapasan atas (misalnya, di daycare).
- Paparan asap rokok pasif yang terus-menerus.
- Alergi yang tidak terkontrol.
- Sistem kekebalan tubuh yang belum matang atau terganggu.
- Faktor genetik.
Pengobatan dan Pencegahan OMR:
Penatalaksanaan OMR berfokus pada mengurangi frekuensi episode dan mencegah komplikasi. Strategi meliputi:
- Antibiotik Profilaksis Dosis Rendah: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan antibiotik dosis rendah setiap hari selama beberapa bulan untuk mencegah infeksi. Namun, pendekatan ini semakin jarang digunakan karena kekhawatiran tentang resistensi antibiotik.
- Pemasangan Tuba Ventilasi: Untuk anak-anak dengan OMR yang parah dan persisten, pemasangan tabung telinga dapat menjadi pilihan yang sangat efektif untuk mengurangi frekuensi infeksi.
- Adenoidektomi: Dapat dipertimbangkan jika adenoid yang membesar diyakini berperan dalam disfungsi tuba Eustachius.
- Modifikasi Faktor Risiko: Menghindari asap rokok, mendorong ASI, memastikan vaksinasi lengkap (pneumokokus dan influenza), dan manajemen alergi yang tepat.
Diagnosis Umum Otitis Media: Pendekatan Komprehensif
Diagnosis yang akurat adalah kunci untuk penanganan otitis media yang efektif. Proses diagnosis biasanya melibatkan kombinasi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis (Pengambilan Riwayat Pasien)
Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami, durasi, intensitas, dan apakah ada riwayat infeksi telinga sebelumnya. Pertanyaan kunci meliputi:
- Kapan gejala dimulai dan seberapa parah nyeri telinga?
- Apakah ada demam, iritabilitas, atau perubahan perilaku?
- Apakah ada cairan yang keluar dari telinga? Jika ya, bagaimana karakteristiknya (warna, bau, konsistensi)?
- Apakah ada penurunan pendengaran?
- Adakah riwayat ISPA baru-baru ini (pilek, flu, batuk)?
- Riwayat alergi atau kondisi medis lain.
- Faktor risiko lingkungan (paparan asap rokok, penggunaan daycare).
- Pada anak-anak, pola makan (ASI atau botol) dan posisi saat minum.
2. Pemeriksaan Fisik
Fokus utama adalah pada pemeriksaan telinga dengan otoskop.
-
Otoskopi:
Dokter akan menggunakan otoskop untuk melihat gendang telinga (membran timpani). Temuan yang dicari meliputi:
- Warna: Merah atau kebiruan menunjukkan peradangan atau cairan.
- Posisi: Menonjol (bulging) pada OMA karena tekanan cairan, atau tertarik ke dalam (retracted) pada OME karena tekanan negatif.
- Transparansi: Kusam atau opak karena penebalan atau cairan di belakangnya.
- Integritas: Adakah perforasi (lubang) pada gendang telinga.
- Refleks Cahaya: Normalnya, ada titik terang pada gendang telinga. Hilangnya atau perubahan refleks cahaya dapat mengindikasikan masalah.
- Cairan atau Gelembung Udara: Kehadiran cairan atau gelembung di belakang gendang telinga.
-
Pneumatic Otoscopy:
Alat ini memungkinkan dokter meniupkan sedikit udara ke saluran telinga dan mengamati gerakan gendang telinga. Gendang telinga yang sehat akan bergerak fleksibel. Jika ada cairan di telinga tengah, gendang telinga akan bergerak minimal atau tidak bergerak sama sekali.
3. Pemeriksaan Penunjang
Jika diagnosis tidak jelas atau untuk mengevaluasi extent penyakit, beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan:
-
Timpanometri:
Tes objektif yang mengukur fungsi telinga tengah. Alat ini mengukur perubahan tekanan udara di saluran telinga dan bagaimana gendang telinga merespons. Hasilnya menghasilkan timpanogram:
- Tipe A: Kurva normal, menunjukkan gendang telinga yang bergerak bebas dan tekanan telinga tengah yang normal.
- Tipe B: Kurva datar, menunjukkan gendang telinga yang kaku atau tidak bergerak, yang seringkali mengindikasikan adanya cairan di telinga tengah (OME atau OMA).
- Tipe C: Kurva dengan puncak yang bergeser ke tekanan negatif, menunjukkan tekanan negatif di telinga tengah, seringkali karena disfungsi tuba Eustachius.
Timpanometri sangat berguna untuk mendiagnosis OME pada anak-anak yang sulit diperiksa dengan otoskop.
-
Audiometri:
Tes pendengaran ini mengukur kemampuan seseorang untuk mendengar berbagai frekuensi dan intensitas suara. Ini penting untuk menilai tingkat gangguan pendengaran, terutama pada OME atau OMK.
- Audiometri Nada Murni: Mengukur ambang dengar untuk suara bernada murni.
- Audiometri Tutur: Mengukur kemampuan mendengar dan memahami percakapan.
Pada otitis media, biasanya ditemukan tuli konduktif.
-
Kultur Cairan Telinga:
Jika ada cairan yang keluar dari telinga atau jika miringotomi dilakukan, sampel cairan dapat dikirim ke laboratorium untuk identifikasi bakteri penyebab dan tes sensitivitas antibiotik.
-
CT-Scan atau MRI Tulang Temporal:
Pencitraan ini biasanya tidak diperlukan untuk OMA rutin. Namun, mereka sangat penting untuk mengevaluasi komplikasi serius atau OMK, terutama jika dicurigai adanya kolesteatoma, mastoiditis, atau penyebaran infeksi ke intrakranial.
Penatalaksanaan Umum Otitis Media: Pilihan Terapi
Penatalaksanaan otitis media bervariasi tergantung jenis otitis media, usia pasien, tingkat keparahan gejala, dan adanya komplikasi.
1. Prinsip Umum Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah:
- Meredakan gejala (terutama nyeri).
- Memberantas infeksi.
- Mengembalikan fungsi pendengaran.
- Mencegah komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.
2. Pendekatan 'Watchful Waiting' (Observasi)
Seperti yang telah disebutkan untuk OMA ringan, pendekatan ini melibatkan pemantauan ketat selama 24-48 jam tanpa antibiotik. Ini cocok untuk anak-anak > 6 bulan tanpa gejala parah dan bertujuan untuk mengurangi resistensi antibiotik. Jika gejala memburuk atau tidak membaik, antibiotik akan dimulai.
3. Terapi Farmakologi
-
Antibiotik:
Digunakan untuk OMA dan OMKS yang dicurigai infeksi bakteri. Pemilihan antibiotik didasarkan pada patogen yang paling mungkin, pola resistensi lokal, dan riwayat alergi pasien.
- Amoksisilin: Lini pertama untuk OMA.
- Amoksisilin-klavulanat (Augmentin): Untuk kasus yang lebih parah, kegagalan amoksisilin, atau jika ada kecurigaan bakteri penghasil beta-laktamase.
- Sefalosporin (Cefdinir, Cefuroxime): Alternatif untuk pasien alergi penisilin.
- Azitromisin: Untuk alergi penisilin parah, meskipun resistensi kian meningkat.
- Tetes Telinga Antibiotik Topikal (misalnya, Ofloxacin, Ciprofloxacin): Digunakan untuk OMKS dengan perforasi gendang telinga, terutama untuk mengatasi otorrhea. Penting untuk memastikan gendang telinga intak jika menggunakan tetes telinga yang berpotensi ototoksik, meskipun tetes fluoroquinolone umumnya dianggap aman dengan perforasi.
Penting untuk mengonsumsi antibiotik sesuai resep dan menghabiskan seluruh dosis.
-
Analgesik dan Antipiretik:
Obat pereda nyeri dan penurun demam seperti ibuprofen atau asetaminofen adalah bagian penting dari penatalaksanaan untuk kenyamanan pasien.
-
Dekongestan dan Antihistamin:
Meskipun sering digunakan, efektivitasnya dalam mengobati otitis media (terutama OME) masih diperdebatkan dan umumnya tidak direkomendasikan secara rutin karena kurangnya bukti kuat dan potensi efek samping.
-
Kortikosteroid:
Steroid nasal dapat membantu mengurangi peradangan pada tuba Eustachius jika ada komponen alergi atau inflamasi yang signifikan, namun tidak direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk OMA atau OME.
4. Terapi Bedah
Intervensi bedah dipertimbangkan ketika terapi medis gagal, otitis media berulang, atau ada komplikasi.
-
Miringotomi:
Sayatan kecil dibuat pada gendang telinga untuk mengalirkan cairan (nanah atau efusi) dari telinga tengah. Ini meredakan tekanan dan nyeri. Sayatan biasanya sembuh dalam beberapa hari.
-
Pemasangan Tuba Ventilasi (Tympanostomy Tubes / Grommets):
Setelah miringotomi, tabung kecil dimasukkan ke dalam gendang telinga. Tabung ini berfungsi sebagai tuba Eustachius buatan, memungkinkan udara masuk ke telinga tengah, menyamakan tekanan, dan mencegah akumulasi cairan. Ini adalah pengobatan standar untuk OME persisten yang menyebabkan gangguan pendengaran signifikan atau OMR. Tabung biasanya keluar sendiri dalam 6-12 bulan, tetapi kadang-kadang memerlukan pengangkatan.
-
Adenoidektomi:
Pengangkatan adenoid (kelenjar di bagian belakang hidung) dapat direkomendasikan, terutama jika adenoid yang membesar menghalangi pembukaan tuba Eustachius dan berkontribusi pada OMR atau OME. Sering dilakukan bersamaan dengan pemasangan tuba ventilasi.
-
Timpanoplasti:
Operasi untuk memperbaiki perforasi gendang telinga. Ini dilakukan pada OMKS untuk menutup lubang, mencegah infeksi berulang, dan meningkatkan pendengaran. Dapat dikombinasikan dengan ossiculoplasty untuk merekonstruksi tulang pendengaran yang rusak.
-
Mastoidectomi:
Pengangkatan sebagian atau seluruh tulang mastoid yang terinfeksi. Diindikasikan untuk mastoiditis kronis, kolesteatoma yang melibatkan mastoid, atau untuk membersihkan infeksi yang tidak responsif terhadap antibiotik. Ada beberapa jenis mastoidektomi tergantung pada extent penyakit.
Dampak Jangka Panjang dan Komplikasi Otitis Media
Otitis media, terutama jika berulang atau tidak diobati dengan baik, dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang memengaruhi pendengaran, keseimbangan, dan bahkan dapat mengancam jiwa.
1. Gangguan Pendengaran
- Tuli Konduktif: Ini adalah komplikasi paling umum. Cairan di telinga tengah atau kerusakan pada gendang telinga/osikel menghambat hantaran suara ke telinga dalam. Biasanya sementara, tetapi OME kronis atau kerusakan osikel permanen dapat menyebabkan tuli konduktif jangka panjang atau permanen.
- Tuli Sensorineural: Jarang, tetapi infeksi yang parah atau kolesteatoma dapat merusak koklea atau saraf pendengaran, menyebabkan tuli sensorineural permanen.
- Tuli Campuran: Kombinasi tuli konduktif dan sensorineural.
Gangguan pendengaran pada anak-anak dapat berdampak signifikan pada perkembangan bicara, bahasa, kemampuan belajar, dan interaksi sosial.
2. Masalah Bicara dan Bahasa
Anak-anak yang mengalami OME kronis atau OMR dengan gangguan pendengaran persisten mungkin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa. Mereka mungkin kesulitan memahami percakapan, membangun kosakata, atau membentuk kalimat dengan benar.
3. Perforasi Gendang Telinga Persisten
Meskipun sebagian besar perforasi akibat OMA sembuh sendiri, beberapa dapat menjadi permanen, menyebabkan OMKS dan risiko infeksi berulang serta gangguan pendengaran. Perforasi kronis memerlukan tindakan bedah (timpanoplasti) untuk penutupan.
4. Sklerosis Timpani dan Atrofi
Ini adalah perubahan jaringan parut pada gendang telinga akibat peradangan berulang. Sklerosis timpani melibatkan pengendapan kalsium yang menyebabkan bercak putih pada gendang telinga, yang dapat mengganggu mobilitas gendang telinga dan menyebabkan gangguan pendengaran ringan.
5. Kolesteatoma (Dapat Merusak Tulang)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kolesteatoma adalah pertumbuhan abnormal sel kulit yang merusak tulang di sekitarnya. Ini dapat menyebabkan kerusakan pada osikel, dinding telinga tengah, dan mastoid, dengan risiko serius penyebaran infeksi ke telinga dalam atau otak.
6. Mastoiditis
Infeksi bakteri yang menyebar dari telinga tengah ke tulang mastoid di belakang telinga. Gejalanya termasuk nyeri, kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan di belakang telinga, serta demam. Ini adalah kondisi serius yang memerlukan pengobatan antibiotik intravena dan seringkali pembedahan (mastoidectomi).
7. Komplikasi Intrakranial (Sangat Jarang tetapi Mengancam Jiwa)
Jika infeksi menyebar di luar telinga tengah dan mastoid, komplikasi berikut dapat terjadi:
- Meningitis: Peradangan selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
- Abses Otak: Kumpulan nanah di dalam otak.
- Abses Ekstradura atau Subdura: Kumpulan nanah di antara selaput otak.
- Trombosis Sinus Lateral: Pembekuan darah di vena besar di otak.
Komplikasi ini memerlukan penanganan medis darurat dan intensif.
8. Paralisis Saraf Wajah
Saraf wajah (nervus fasialis) melewati telinga tengah. Infeksi atau kolesteatoma dapat meradang atau merusak saraf ini, menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada otot-otot di satu sisi wajah (Bell's Palsy).
9. Labirinitis
Peradangan pada telinga dalam (labirin) yang dapat menyebabkan pusing hebat (vertigo), mual, muntah, dan kehilangan pendengaran sensorineural. Ini adalah komplikasi serius yang dapat terjadi akibat penyebaran infeksi dari telinga tengah.
Pencegahan Otitis Media
Mengingat prevalensi dan potensi komplikasi otitis media, langkah-langkah pencegahan sangat penting, terutama pada anak-anak.
-
Vaksinasi Lengkap:
- Vaksin Pneumokokus (PCV13): Melindungi dari jenis bakteri Streptococcus pneumoniae yang paling umum, penyebab utama OMA.
- Vaksin Influenza (Flu Shot): Mengurangi risiko infeksi virus yang sering memicu OMA.
-
Hindari Paparan Asap Rokok:
Asap rokok pasif adalah faktor risiko terbesar untuk otitis media berulang. Hindari merokok di dekat anak-anak dan di dalam rumah.
-
Dukung Menyusui:
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat memberikan kekebalan dan mengurangi risiko infeksi telinga pada bayi.
-
Hindari Pemberian Botol Susu saat Tidur:
Hindari menidurkan bayi dengan botol susu karena cairan dapat mengalir ke tuba Eustachius dan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri.
-
Praktik Kebersihan yang Baik:
Sering mencuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah batuk/bersin, dapat mengurangi penyebaran kuman penyebab ISPA.
-
Kelola Alergi:
Pada individu dengan alergi, mengelola alergi secara efektif dapat mengurangi peradangan pada saluran pernapasan dan tuba Eustachius, sehingga menurunkan risiko otitis media.
-
Kurangi Paparan Penyakit:
Jika memungkinkan, batasi paparan anak terhadap kelompok besar anak-anak lain yang sakit (misalnya, di daycare, pertimbangkan ukuran kelas atau kebersihan).
-
Hindari Penggunaan Empeng pada Anak Lebih Tua:
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara penggunaan empeng yang berkepanjangan pada anak usia di atas 6 bulan dan peningkatan risiko otitis media, kemungkinan karena efeknya pada fungsi tuba Eustachius.
Mitos dan Fakta Seputar Otitis Media
Banyak mitos beredar mengenai otitis media. Penting untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang salah agar penanganan menjadi efektif.
-
Mitos: Tetes telinga adalah obat terbaik untuk semua jenis infeksi telinga.
Fakta: Tetes telinga efektif untuk infeksi telinga luar (otitis eksterna) dan kadang-kadang untuk OMKS dengan perforasi. Namun, untuk OMA, tetes telinga antibiotik tidak dapat mencapai telinga tengah dan tidak efektif sebagai pengobatan utama. Tetes telinga pereda nyeri hanya bersifat simtomatis dan tidak mengatasi infeksi.
-
Mitos: Antibiotik selalu diperlukan untuk setiap infeksi telinga tengah.
Fakta: Tidak selalu. Banyak kasus OMA, terutama yang disebabkan oleh virus, dapat sembuh sendiri. Untuk OMA ringan pada anak di atas 6 bulan, pendekatan 'watchful waiting' seringkali direkomendasikan untuk menghindari resistensi antibiotik. Antibiotik hanya efektif melawan bakteri, bukan virus.
-
Mitos: Anak yang menarik-narik telinganya pasti mengalami infeksi telinga.
Fakta: Menarik-narik telinga bisa menjadi tanda infeksi telinga, tetapi juga bisa disebabkan oleh gatal, tumbuhnya gigi, atau hanya kebiasaan. Penting untuk mencari gejala lain seperti demam, iritabilitas, atau perubahan pendengaran, dan berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis yang tepat.
-
Mitos: Berenang atau kemasukan air menyebabkan infeksi telinga tengah.
Fakta: Air di saluran telinga luar dapat menyebabkan infeksi telinga luar (otitis eksterna atau "telinga perenang"), tetapi tidak secara langsung menyebabkan otitis media (infeksi telinga tengah) jika gendang telinga intak. Air tidak dapat mencapai telinga tengah kecuali ada perforasi pada gendang telinga.
-
Mitos: Dingin atau hujan menyebabkan otitis media.
Fakta: Otitis media disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, bukan oleh cuaca dingin atau hujan secara langsung. Namun, cuaca dingin dapat meningkatkan insiden ISPA, yang pada gilirannya dapat memicu otitis media.
-
Mitos: Menggunakan cotton bud membersihkan telinga dan mencegah infeksi.
Fakta: Cotton bud justru mendorong kotoran telinga (serumen) lebih dalam ke saluran telinga, yang dapat menyumbat dan meningkatkan risiko infeksi atau impaksi serumen. Serumen juga berfungsi melindungi telinga. Telinga biasanya memiliki mekanisme pembersihan diri. Hindari memasukkan benda apa pun ke dalam saluran telinga.
-
Mitos: Jika tuba ventilasi dipasang, anak tidak boleh berenang.
Fakta: Umumnya, anak dengan tuba ventilasi dapat berenang di kolam renang yang klorinasi atau air laut tanpa pelindung telinga, tetapi disarankan untuk menghindari menyelam dalam atau berenang di air yang tidak bersih (danau, sungai) tanpa pelindung. Selalu ikuti rekomendasi spesifik dari dokter bedah.
Kesimpulan
Otitis media adalah kondisi medis umum yang memengaruhi jutaan orang setiap , terutama anak-anak. Dengan pemahaman yang mendalam tentang jenis-jenisnya—Otitis Media Akut (OMA), Otitis Media dengan Efusi (OME), Otitis Media Kronis Supuratif (OMKS), dan Kolesteatoma—kita dapat lebih baik mengidentifikasi dan mengelola kondisi ini.
Penyebab utama berkisar dari infeksi bakteri dan virus hingga disfungsi tuba Eustachius, yang diperparah oleh berbagai faktor risiko seperti usia, paparan asap rokok, alergi, dan riwayat infeksi saluran pernapasan atas. Gejala bervariasi dari nyeri telinga akut dan demam pada OMA, hingga gangguan pendengaran yang lebih halus pada OME, dan keluarnya cairan kronis pada OMKS.
Diagnosis yang akurat melalui anamnesis, pemeriksaan otoskopi, dan timpanometri sangat penting. Penatalaksanaan melibatkan kombinasi pendekatan 'watchful waiting' untuk kasus ringan, terapi antibiotik untuk infeksi bakteri, manajemen nyeri, dan intervensi bedah seperti miringotomi, pemasangan tuba ventilasi, atau timpanoplasti untuk kasus berulang, persisten, atau komplikasi.
Dampak jangka panjang otitis media bisa serius, meliputi gangguan pendengaran permanen, masalah perkembangan bicara dan bahasa, hingga komplikasi yang mengancam jiwa seperti mastoiditis dan abses otak. Oleh karena itu, strategi pencegahan seperti vaksinasi, menghindari asap rokok, menyusui, dan praktik kebersihan yang baik memiliki peran krusial.
Membongkar mitos dan memahami fakta seputar otitis media juga membantu memastikan penanganan yang tepat dan efektif. Dengan pengetahuan ini, individu, orang tua, dan penyedia layanan kesehatan dapat bekerja sama untuk mengurangi insiden, meminimalkan komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang terkena otitis media.