Oliguria: Pengertian, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan Komprehensif
Oliguria adalah kondisi medis yang ditandai dengan penurunan produksi urin secara signifikan. Ini merupakan salah satu indikator penting yang sering kali menunjukkan adanya masalah serius pada fungsi ginjal atau sistem perkemihan secara keseluruhan. Kondisi ini tidak boleh diabaikan karena dapat berujung pada komplikasi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Dalam konteks medis, oliguria didefinisikan sebagai produksi urin kurang dari 400 mililiter (ml) dalam 24 jam untuk orang dewasa, atau kurang dari 0,5 ml per kilogram berat badan per jam untuk anak-anak, atau bahkan kurang dari 1 ml per kilogram berat badan per jam untuk bayi. Memahami oliguria secara mendalam, mulai dari definisi, penyebab, gejala, hingga penanganannya, adalah krusial bagi pasien dan profesional kesehatan.
Penurunan volume urin yang drastis ini bukan sekadar ketidaknyamanan, melainkan sebuah alarm biologis yang menandakan tubuh sedang berjuang menghadapi ketidakseimbangan cairan, gangguan sirkulasi darah, atau bahkan kerusakan langsung pada organ ginjal. Ginjal memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, membuang produk sisa metabolisme, serta memproduksi hormon penting. Ketika fungsi ini terganggu, akumulasi zat-zat beracun seperti urea dan kreatinin dalam darah dapat terjadi, kondisi yang dikenal sebagai uremia, yang memiliki dampak sistemik pada hampir setiap organ tubuh.
Artikel ini akan mengupas tuntas tentang oliguria, dimulai dengan definisi yang lebih rinci dan klasifikasinya berdasarkan mekanisme patofisiologisnya. Kemudian, kita akan menyelami berbagai penyebab yang dapat memicu oliguria, yang dikelompokkan menjadi prerenal, renal, dan postrenal. Setiap kategori memiliki serangkaian etiologi yang berbeda dan membutuhkan pendekatan diagnostik serta penanganan yang spesifik. Selanjutnya, kita akan membahas gejala klinis dan tanda-tanda lain yang sering menyertai oliguria, yang dapat membantu dokter dalam mengidentifikasi penyebab underlying. Proses diagnosis yang melibatkan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan juga akan diuraikan secara detail. Terakhir, kita akan membahas prinsip-prinsip penatalaksanaan oliguria, termasuk intervensi medis dan langkah-langkah pencegahan untuk meminimalkan risiko terjadinya kondisi ini.
Definisi dan Klasifikasi Oliguria
Secara harfiah, "oligo" berarti sedikit dan "uria" merujuk pada urin. Jadi, oliguria adalah kondisi medis yang ditandai dengan produksi urin yang sangat rendah. Angka pasti untuk mendefinisikannya dapat sedikit bervariasi antar sumber, namun konsensus umum untuk orang dewasa adalah kurang dari 400 ml urin dalam 24 jam. Beberapa definisi lain mungkin menyebutkan kurang dari 500 ml/24 jam atau kurang dari 20 ml/jam. Untuk membedakannya, perlu juga disebutkan istilah anuria, yaitu kondisi yang lebih parah di mana produksi urin kurang dari 50 ml dalam 24 jam, menandakan kegagalan fungsi ginjal yang hampir total atau obstruksi total pada saluran kemih.
Oliguria bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan sebuah tanda atau gejala dari masalah kesehatan yang mendasarinya. Untuk memahami dan menangani oliguria secara efektif, sangat penting untuk mengklasifikasikannya berdasarkan mekanisme penyebabnya. Klasifikasi ini membagi oliguria menjadi tiga kategori utama, yang mencerminkan lokasi primer gangguan dalam sistem perkemihan:
1. Oliguria Prerenal (Sebelum Ginjal)
Oliguria prerenal terjadi ketika ginjal itu sendiri sehat, namun pasokan darah ke ginjal tidak cukup untuk memungkinkan filtrasi dan produksi urin yang memadai. Ini adalah bentuk oliguria yang paling umum dan seringkali reversibel jika penyebabnya diatasi dengan cepat. Ginjal adalah organ yang sangat bergantung pada aliran darah yang stabil dan adekuat untuk menjalankan fungsinya. Penurunan volume darah yang mencapai glomerulus (struktur penyaring di ginjal) akan secara otomatis mengurangi Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), yang pada gilirannya menurunkan produksi urin.
2. Oliguria Renal (Intrinsik Ginjal)
Oliguria renal, juga dikenal sebagai oliguria intrinsik, terjadi ketika ada kerusakan langsung pada struktur ginjal itu sendiri. Kerusakan ini dapat mempengaruhi glomerulus (unit penyaring), tubulus (saluran yang memproses filtrat), interstitium (jaringan pendukung ginjal), atau pembuluh darah kecil di dalam ginjal. Ini sering kali merupakan manifestasi dari gagal ginjal akut (GGA) intrinsik, dan penanganannya jauh lebih kompleks dibandingkan dengan oliguria prerenal karena melibatkan perbaikan kerusakan jaringan ginjal.
3. Oliguria Postrenal (Setelah Ginjal)
Oliguria postrenal terjadi ketika ada obstruksi atau sumbatan di saluran kemih yang mencegah urin yang telah diproduksi oleh ginjal untuk keluar dari tubuh. Obstruksi ini dapat terjadi di mana saja dari pelvis ginjal hingga uretra. Karena ginjal masih berfungsi memproduksi urin pada awalnya, namun tidak dapat mengalir keluar, tekanan balik akan menumpuk dan pada akhirnya akan merusak fungsi ginjal itu sendiri jika obstruksi tidak diatasi. Ini adalah bentuk oliguria yang juga seringkali reversibel jika sumbatan dihilangkan dengan cepat.
Membedakan ketiga jenis oliguria ini adalah langkah pertama yang krusial dalam proses diagnostik, karena pendekatan terapeutik untuk masing-masing kategori sangatlah berbeda. Diagnosis yang tepat dan intervensi yang cepat dapat mencegah kerusakan ginjal permanen dan komplikasi serius lainnya.
Etiologi: Penyebab Oliguria
Memahami penyebab oliguria adalah kunci untuk penanganan yang efektif. Seperti yang telah dijelaskan, penyebabnya dapat dikategorikan menjadi prerenal (sebelum ginjal), renal (pada ginjal itu sendiri), dan postrenal (setelah ginjal). Mari kita telaah setiap kategori dengan lebih rinci.
1. Penyebab Oliguria Prerenal
Oliguria prerenal adalah respons fisiologis ginjal terhadap penurunan volume darah yang efektif atau penurunan perfusi ginjal. Ginjal merespons kondisi ini dengan mengurangi produksi urin dalam upaya untuk mempertahankan volume cairan tubuh yang tersisa. Ini adalah mekanisme adaptif yang, jika berkepanjangan, dapat menyebabkan kerusakan ginjal intrinsik (Akut Tubular Nekrosis). Penyebab utama meliputi:
Dehidrasi Berat: Kondisi ini terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang diasup, menyebabkan penurunan volume darah total (hipovolemia). Penyebab dehidrasi bisa beragam, termasuk diare parah, muntah berkepanjangan, keringat berlebihan (misalnya, saat demam tinggi, olahraga ekstrem tanpa rehidrasi cukup), luka bakar luas, atau asupan cairan yang tidak memadai. Penurunan volume darah mengurangi aliran darah ke ginjal, sehingga mengurangi filtrasi.
Syok:
Syok Hipovolemik: Penurunan drastis volume darah yang bersirkulasi (misalnya akibat pendarahan hebat, dehidrasi parah yang tidak diobati).
Syok Kardiogenik: Kegagalan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh, termasuk ginjal (misalnya pada infark miokard akut, gagal jantung kongestif berat).
Syok Septik: Respon inflamasi sistemik terhadap infeksi berat, menyebabkan vasodilatasi luas dan kebocoran kapiler, yang mengurangi volume darah efektif dan perfusi organ.
Syok Anafilaktik: Reaksi alergi parah yang menyebabkan vasodilatasi sistemik dan peningkatan permeabilitas vaskular, mengakibatkan penurunan tekanan darah dan aliran darah ke ginjal.
Gagal Jantung Kongestif: Jantung yang lemah tidak dapat memompa darah secara efisien, menyebabkan penurunan curah jantung dan perfusi ginjal. Meskipun volume cairan tubuh mungkin tinggi (edema), volume darah efektif yang mencapai ginjal rendah.
Sirosis Hati: Penyakit hati tahap akhir dapat menyebabkan perubahan sirkulasi sistemik, termasuk vasodilatasi splanknik (pelebaran pembuluh darah di daerah perut) dan hipoalbuminemia, yang mengurangi volume darah efektif dan perfusi ginjal. Ini dapat memicu sindrom hepatorenal.
Sindrom Nefrotik: Suatu kondisi ginjal di mana protein dalam jumlah besar bocor ke dalam urin, menyebabkan hipoalbuminemia (protein darah rendah). Penurunan protein dalam darah mengurangi tekanan onkotik, menyebabkan cairan berpindah dari pembuluh darah ke ruang interstitial, sehingga mengurangi volume darah efektif.
Penggunaan Obat-obatan Tertentu:
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS/NSAID): Obat ini menghambat produksi prostaglandin yang penting untuk mempertahankan aliran darah ke ginjal, terutama pada pasien dengan volume darah yang sudah rendah.
ACE Inhibitor dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB): Obat hipertensi ini dapat menurunkan tekanan intraglomerular, terutama pada pasien dengan stenosis arteri renalis atau dehidrasi, yang dapat memperburuk perfusi ginjal.
Diuretik: Meskipun tujuannya meningkatkan produksi urin, penggunaan diuretik berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi dan hipovolemia, yang pada gilirannya menyebabkan oliguria prerenal.
2. Penyebab Oliguria Renal (Intrinsik)
Oliguria renal terjadi karena kerusakan langsung pada struktur fungsional ginjal. Ini adalah bentuk oliguria yang lebih serius karena kerusakan terjadi pada parenkim ginjal itu sendiri. Penyebabnya bervariasi dan dapat mempengaruhi berbagai bagian ginjal:
Akut Tubular Nekrosis (ATN): Ini adalah penyebab paling umum dari gagal ginjal akut intrinsik dan oliguria renal. ATN terjadi ketika sel-sel tubulus ginjal rusak atau mati, seringkali akibat iskemia (kurangnya aliran darah) yang berkepanjangan (seperti pada oliguria prerenal yang tidak diobati) atau paparan zat nefrotoksik.
Iskemik ATN: Disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal yang parah dan berkepanjangan (misalnya syok, sepsis, perdarahan masif).
Nefrotoksik ATN: Disebabkan oleh obat-obatan atau zat lain yang bersifat toksik langsung terhadap sel tubulus ginjal, seperti:
Antibiotik Aminoglikosida (Gentamisin, Amikasin)
Agen Kontras Radiografi (dye kontras)
Obat Kemoterapi (Cisplatin)
Logam berat (merkuri, timbal)
Pigmen (mioglobin pada rhabdomiolisis, hemoglobin pada hemolisis intravaskular berat)
Glomerulonefritis Akut: Peradangan pada glomerulus, unit penyaring ginjal, yang dapat disebabkan oleh infeksi (misalnya glomerulonefritis pasca-streptokokus), penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik, vaskulitis), atau kondisi lain. Peradangan ini merusak kemampuan glomerulus untuk menyaring darah secara efektif.
Nefritis Interstitial Akut (NIA): Peradangan pada jaringan interstitial (ruang di antara tubulus ginjal) yang seringkali disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan (misalnya penisilin, NSAID, diuretik) atau infeksi.
Vaskulitis: Peradangan pembuluh darah kecil di ginjal (misalnya pada granulomatosis dengan poliangitis, poliarteritis nodosa) yang dapat merusak ginjal secara langsung.
Sindrom Hemolitik Uremik (HUS) dan Purpura Trombotik Trombositopenik (TTP): Kondisi ini melibatkan pembentukan bekuan darah kecil di pembuluh darah kecil seluruh tubuh, termasuk ginjal, menyebabkan kerusakan sel darah merah, trombositopenia, dan kerusakan ginjal. HUS sering terkait dengan infeksi bakteri E. coli O157:H7.
Pielonefritis Bilateral Parah: Infeksi bakteri parah pada kedua ginjal yang menyebabkan peradangan luas dan kerusakan parenkim.
Aterosklerosis Arteri Renalis Bilateral: Penyempitan arteri yang memasok darah ke kedua ginjal karena plak aterosklerotik. Ini menyebabkan iskemia kronis dan akhirnya gagal ginjal.
3. Penyebab Oliguria Postrenal
Oliguria postrenal disebabkan oleh obstruksi pada saluran kemih yang menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Obstruksi ini dapat terjadi pada satu atau kedua ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra. Obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal tunggal yang berfungsi, dapat menyebabkan oliguria. Jika tidak diobati, tekanan balik dari urin yang menumpuk dapat merusak ginjal secara permanen (hidronefrosis). Penyebabnya antara lain:
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis): Batu dapat terbentuk di ginjal, ureter, atau kandung kemih dan menghalangi aliran urin. Obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal tunggal yang berfungsi adalah kondisi yang menyebabkan oliguria.
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau Hiperplasia Prostat Jinak: Pembesaran kelenjar prostat pada pria lanjut usia dapat menekan uretra, menghalangi aliran urin dari kandung kemih. Ini adalah penyebab umum oliguria pada pria tua.
Kanker:
Kanker Prostat: Dapat menekan uretra atau ureter.
Kanker Kandung Kemih: Dapat menghalangi saluran keluar kandung kemih atau ureter.
Kanker Serviks atau Kanker Kolorektal: Tumor besar di panggul dapat menekan ureter dari luar, menyebabkan obstruksi bilateral.
Striktur Uretra: Penyempitan uretra akibat jaringan parut, seringkali karena trauma, infeksi, atau prosedur medis sebelumnya, yang menghambat aliran urin dari kandung kemih.
Neurogenic Bladder: Disfungsi kandung kemih akibat kerusakan saraf (misalnya pada cedera tulang belakang, diabetes, sklerosis multipel) yang menyebabkan kandung kemih tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk mengeluarkan urin atau sfingter uretra tidak rileks.
Bekuan Darah: Bekuan darah di dalam saluran kemih (misalnya setelah operasi atau trauma ginjal) dapat menyumbat aliran urin.
Obstruksi Kateter Urin: Kateter urin yang tersumbat oleh bekuan darah, endapan kristal, atau kinking (tertekuk) dapat menyebabkan retensi urin dan oliguria.
Identifikasi penyebab yang tepat adalah langkah terpenting dalam pengelolaan oliguria. Ini membutuhkan evaluasi klinis yang cermat dan seringkali melibatkan serangkaian tes diagnostik untuk membedakan antara ketiga kategori tersebut.
Ilustrasi Sistem Perkemihan dengan Indikasi Penurunan Aliran Urin (Oliguria).
Gejala Klinis dan Tanda-tanda Lain
Oliguria itu sendiri adalah sebuah gejala, yaitu penurunan volume urin. Namun, karena oliguria selalu merupakan manifestasi dari kondisi medis lain, seringkali disertai dengan berbagai gejala dan tanda tambahan yang dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebab dasarnya. Gejala-gejala ini bisa sangat bervariasi tergantung pada apakah oliguria tersebut prerenal, renal, atau postrenal, serta tingkat keparahan dan durasi kondisi tersebut.
Gejala Utama: Penurunan Volume Urin
Secara objektif, gejala paling jelas adalah penurunan output urin. Pasien mungkin melaporkan:
Jarang Buang Air Kecil: Frekuensi buang air kecil yang berkurang secara signifikan dari biasanya.
Volume Urin Sedikit Setiap Kali Buang Air Kecil: Setiap kali buang air kecil, volume urin yang dikeluarkan sangat sedikit.
Tidak Buang Air Kecil Sama Sekali (Anuria): Dalam kasus yang sangat parah, pasien mungkin tidak buang air kecil sama sekali selama periode waktu tertentu.
Penting untuk dicatat bahwa persepsi pasien tentang volume urin mungkin tidak selalu akurat. Oleh karena itu, pengukuran output urin secara akurat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan adalah krusial untuk diagnosis oliguria yang pasti.
Gejala dan Tanda Terkait Penyebab (Berbeda untuk Setiap Kategori):
A. Gejala Terkait Oliguria Prerenal (Dehidrasi, Syok, Gagal Jantung):
Tanda-tanda Dehidrasi:
Kulit kering dan turgor kulit menurun (kulit kembali lambat saat dicubit).
Selaput lendir kering (mulut, bibir).
Mata cekung.
Rasa haus yang intens.
Kelemahan dan pusing, terutama saat berdiri (hipotensi ortostatik).
Takikardia (denyut jantung cepat).
Penurunan tekanan darah (hipotensi), terutama pada kasus yang berat.
Tanda-tanda Syok:
Hipotensi berat.
Takikardia dan nadi lemah.
Kulit dingin, lembab, pucat.
Kesadaran menurun, kebingungan, atau letargi.
Laju pernapasan cepat (takipnea).
Waktu pengisian kapiler memanjang.
Tanda-tanda Gagal Jantung:
Edema perifer (bengkak di kaki dan pergelangan kaki).
Sesak napas (dispnea), terutama saat beraktivitas atau berbaring.
Batuk, kadang dengan dahak berbusa kemerahan (edema paru).
Vaskulitis: Ruam kulit (purpura), nyeri sendi, gejala sistemik lainnya tergantung pada organ yang terkena.
C. Gejala Terkait Oliguria Postrenal (Obstruksi Saluran Kemih):
Gejala pada oliguria postrenal seringkali berhubungan dengan nyeri dan kesulitan berkemih, serta tanda-tanda infeksi jika ada.
Nyeri:
Nyeri Panggul/Suprapubik: Akibat distensi kandung kemih yang berlebihan jika obstruksi di uretra atau leher kandung kemih.
Nyeri Pinggang (Kolik Ginjal): Nyeri tajam yang menjalar dari pinggang ke pangkal paha, seringkali unilateral, disebabkan oleh batu atau obstruksi di ureter. Nyeri ini dapat bergelombang dan sangat parah.
Gangguan Berkemih:
Kesulitan memulai buang air kecil (hesitancy).
Aliran urin yang lemah atau terputus-putus.
Sering ingin buang air kecil tetapi volume yang keluar sedikit (frekuensi).
Perasaan tidak tuntas setelah buang air kecil.
Mengejan saat buang air kecil.
Retensi urin akut (ketidakmampuan untuk buang air kecil sama sekali meskipun kandung kemih penuh), yang menyebabkan nyeri parah di perut bagian bawah.
Tanda-tanda Infeksi (jika ada obstruksi dan infeksi):
Demam dan menggigil.
Nyeri pinggang yang semakin parah.
Pelepasan urin keruh atau berbau busuk.
Massa Abdominal: Pada kasus hidronefrosis parah, ginjal yang membengkak akibat penumpukan urin mungkin teraba sebagai massa di perut bagian samping.
Deteksi dini dan interpretasi yang akurat terhadap gejala-gejala ini sangat penting untuk penanganan oliguria yang berhasil. Seringkali, kombinasi gejala yang muncul memberikan petunjuk kuat kepada dokter mengenai penyebab yang mendasari kondisi ini.
Diagnosis Oliguria
Diagnosis oliguria memerlukan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi penyebab dasarnya, karena penanganan akan sangat bergantung pada kategori (prerenal, renal, postrenal) dan etiologi spesifik. Proses diagnostik melibatkan serangkaian langkah, mulai dari riwayat pasien yang cermat hingga pemeriksaan laboratorium dan pencitraan canggih.
1. Anamnesis (Riwayat Medis)
Pengambilan riwayat medis adalah langkah pertama yang sangat penting. Dokter akan menanyakan secara detail tentang:
Keluhan Utama: Kapan oliguria dimulai? Bagaimana pola buang air kecil sebelumnya? Apakah ada anuria?
Riwayat Penyakit Dahulu: Apakah pasien memiliki riwayat penyakit jantung (gagal jantung), ginjal (penyakit ginjal kronis), hati (sirosis), diabetes, hipertensi, atau penyakit autoimun?
Riwayat Penggunaan Obat: Apakah pasien baru-baru ini mengonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal (misalnya NSAID, antibiotik aminoglikosida, ACE inhibitor, diuretik)? Apakah ada riwayat paparan zat kontras radiografi?
Gejala Penyerta: Mual, muntah, diare, demam, menggigil, nyeri (lokasi dan karakteristiknya), perubahan kesadaran, sesak napas, edema.
Asupan Cairan dan Keluaran Cairan Lain: Berapa banyak cairan yang diminum pasien? Apakah ada kehilangan cairan yang tidak biasa (misalnya muntah, diare, keringat berlebihan, perdarahan)?
Riwayat Operasi atau Prosedur Medis Terbaru: Beberapa prosedur dapat meningkatkan risiko oliguria.
Riwayat Alergi: Penting untuk mengetahui alergi terhadap obat-obatan atau zat lain yang mungkin menjadi penyebab nefritis interstitial akut.
Pada Pria: Gejala saluran kemih bagian bawah (kesulitan berkemih, aliran lemah) yang mengindikasikan masalah prostat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik akan memberikan petunjuk vital mengenai status hidrasi, sirkulasi, dan keberadaan obstruksi:
Tanda-tanda Vital: Mengukur tekanan darah (penting untuk menilai perfusi dan syok), denyut jantung, laju pernapasan, dan suhu tubuh. Hipotensi dan takikardia dapat mengindikasikan syok hipovolemik atau kardiogenik.
Status Hidrasi: Memeriksa turgor kulit, kelembaban selaput lendir, dan ada tidaknya mata cekung untuk menilai dehidrasi.
Pemeriksaan Jantung dan Paru-paru: Mendengarkan suara jantung untuk tanda gagal jantung dan suara paru-paru untuk tanda edema paru.
Pemeriksaan Abdomen: Palpasi untuk distensi kandung kemih (retensi urin), nyeri tekan, atau teraba massa (hidronefrosis).
Pemeriksaan Ekstremitas: Mencari edema (pembengkakan) pada kaki, pergelangan kaki, atau sakrum yang menunjukkan kelebihan cairan.
Pemeriksaan Rektal Digital (DRE): Pada pria, untuk menilai ukuran dan konsistensi kelenjar prostat, mencari tanda BPH atau kanker prostat.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah dan urin sangat penting untuk membedakan jenis oliguria dan menilai fungsi ginjal:
Urinalisis:
Berat Jenis Urin (Specific Gravity): Tinggi pada oliguria prerenal (ginjal mengonservasi air) dan rendah pada ATN (ginjal kehilangan kemampuan konsentrasi).
Osmolalitas Urin: Sama seperti berat jenis, tinggi pada prerenal dan rendah pada ATN.
Kadar Natrium Urin (UNa): Sangat rendah (<20 mEq/L) pada oliguria prerenal (ginjal mempertahankan natrium) dan tinggi (>40 mEq/L) pada ATN (ginjal kehilangan kemampuan reabsorpsi natrium).
Sedimen Urin:
Cast Hialin: Sering terlihat pada oliguria prerenal.
Cast Granular Coklat atau Sel Tubular Renal: Khas ATN.
Sel Darah Merah (eritrosit) dan Cast Eritrosit: Menunjukkan glomerulonefritis.
Sel Darah Putih (leukosit) dan Cast Leukosit: Menunjukkan pielonefritis atau nefritis interstitial.
Kristal: Dapat menunjukkan batu ginjal atau nefropati kristal.
Proteinuria: Kehadiran protein dalam urin, menunjukkan kerusakan glomerulus.
Kimia Darah:
Urea Nitrogen Darah (BUN) dan Kreatinin Serum: Indikator utama fungsi ginjal. Peningkatan keduanya menunjukkan penurunan LFG. Rasio BUN/Kreatinin (normal 10:1 hingga 20:1) dapat membantu:
Elektrolit Serum (Natrium, Kalium, Klorida): Untuk mendeteksi ketidakseimbangan (misalnya hiperkalemia pada gagal ginjal).
Glukosa Darah: Untuk menyingkirkan diabetes sebagai faktor penyebab atau komplikasi.
Osmolalitas Serum.
Hitung Darah Lengkap (HDL): Untuk menilai anemia, leukositosis (infeksi), atau trombositopenia.
Fractional Excretion of Sodium (FENa) dan Fractional Excretion of Urea (FEUrea): Ini adalah kalkulasi yang sangat berguna untuk membedakan oliguria prerenal dari ATN.
FENa <1%: Sangat mendukung oliguria prerenal (ginjal secara aktif mempertahankan natrium).
FENa >2%: Mendukung ATN (ginjal tidak mampu mempertahankan natrium).
FEUrea <35%: Lebih sensitif untuk prerenal pada pasien yang menggunakan diuretik.
4. Pemeriksaan Pencitraan
Studi pencitraan digunakan untuk menilai ukuran ginjal, tanda-tanda hidronefrosis (pembengkakan ginjal karena obstruksi), dan penyebab struktural lainnya.
USG Ginjal dan Saluran Kemih: Ini adalah pemeriksaan pencitraan awal yang paling umum dan non-invasif. Dapat menunjukkan:
Ukuran ginjal: Ginjal yang mengecil dan mengalami parenkim tipis menunjukkan penyakit ginjal kronis. Ginjal normal atau membesar menunjukkan GGA.
Hidronefrosis: Pembengkakan pelvis dan kaliks ginjal, yang sangat spesifik untuk obstruksi postrenal.
Batu ginjal atau tumor sebagai penyebab obstruksi.
CT Scan atau MRI: Mungkin diperlukan jika USG tidak konklusif atau untuk visualisasi yang lebih detail dari obstruksi (misalnya tumor panggul, batu ureter kecil yang tidak terlihat pada USG) atau untuk mengevaluasi pembuluh darah ginjal.
Pielografi Anterograde/Retrograde: Jika dicurigai adanya obstruksi ureter dan pencitraan lain tidak memberikan hasil yang jelas, pewarna kontras dapat disuntikkan langsung ke ureter untuk memvisualisasikan jalur urin.
5. Prosedur Invasif
Kateterisasi Kandung Kemih: Ini adalah prosedur diagnostik dan terapeutik sederhana. Pemasangan kateter urin dapat memastikan apakah ada retensi urin di kandung kemih yang disebabkan oleh obstruksi di uretra atau leher kandung kemih. Jika setelah kateterisasi urin keluar banyak, penyebabnya adalah obstruksi di bawah kandung kemih (postrenal).
Biopsi Ginjal: Jika diagnosis etiologi oliguria renal masih belum jelas setelah pemeriksaan non-invasif, biopsi ginjal dapat dilakukan. Ini melibatkan pengambilan sampel kecil jaringan ginjal untuk pemeriksaan mikroskopis guna mengidentifikasi jenis kerusakan ginjal (misalnya glomerulonefritis, nefritis interstitial).
Dengan mengintegrasikan semua temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan, dokter dapat menentukan penyebab oliguria dan merencanakan strategi penanganan yang paling tepat.
Penatalaksanaan Oliguria
Penatalaksanaan oliguria berpusat pada dua prinsip utama: identifikasi dan koreksi penyebab dasar, serta manajemen komplikasi yang timbul akibat gangguan fungsi ginjal. Pendekatan terapeutik sangat bervariasi tergantung pada apakah oliguria tersebut prerenal, renal, atau postrenal.
1. Penanganan Oliguria Prerenal
Oliguria prerenal umumnya reversibel jika aliran darah ke ginjal segera dipulihkan. Fokus utama adalah pada rehidrasi dan peningkatan perfusi ginjal:
Resusitasi Cairan Intravena:
Pemberian cairan kristaloid (misalnya larutan salin normal 0,9% atau Ringer Laktat) adalah langkah pertama yang paling penting. Volume dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan status hidrasi pasien, tekanan darah, dan respons urin output.
Pemantauan ketat terhadap respons pasien, termasuk tekanan vena sentral (CVP) atau tekanan oklusi arteri pulmonal (PAOP) pada kasus yang kompleks, untuk menghindari overhidrasi.
Koreksi Syok:
Syok Hipovolemik: Selain cairan, mungkin diperlukan transfusi darah jika penyebabnya adalah perdarahan.
Syok Kardiogenik: Penanganan gagal jantung akut (misalnya inotropik untuk meningkatkan kontraktilitas jantung, diuretik untuk mengurangi kongesti).
Syok Septik: Antibiotik spektrum luas, vasopressor (misalnya norepinefrin) untuk mempertahankan tekanan darah, dan resusitasi cairan agresif.
Optimasi Fungsi Jantung: Pada pasien dengan gagal jantung, penanganan meliputi diuretik (jika ada kongesti, namun hati-hati agar tidak memperburuk hipovolemia efektif), obat-obatan inotropik, dan manajemen tekanan darah.
Hentikan Obat-obatan Nefrotoksik Prerenal: Menghentikan NSAID, ACE inhibitor, atau ARB jika dicurigai menjadi penyebab.
Penanganan oliguria renal lebih kompleks karena melibatkan kerusakan pada ginjal itu sendiri. Fokusnya adalah pada mendukung fungsi ginjal yang tersisa, mencegah kerusakan lebih lanjut, dan menangani komplikasi.
Identifikasi dan Hentikan Agen Penyebab: Jika ATN disebabkan oleh obat nefrotoksik atau kontras, hentikan segera.
Obat-obatan Spesifik:
Kortikosteroid: Digunakan pada beberapa jenis glomerulonefritis atau nefritis interstitial akut untuk menekan respons inflamasi.
Imunosupresan: Pada kondisi autoimun (misalnya vaskulitis, lupus nefritis).
Plasmaferesis: Dapat dipertimbangkan pada kondisi tertentu seperti HUS/TTP atau vaskulitis berat.
Manajemen Cairan: Berbeda dengan oliguria prerenal, pada oliguria renal, pemberian cairan harus hati-hati karena ginjal tidak mampu mengeluarkan kelebihan cairan. Batasi asupan cairan untuk mencegah kelebihan volume (edema paru, edema perifer).
Manajemen Elektrolit dan Asam Basa:
Hiperkalemia: Ini adalah komplikasi serius yang dapat mengancam jiwa. Penanganan meliputi stabilisasi membran jantung (kalsium glukonat), pemindahan kalium ke dalam sel (insulin-glukosa, agonis beta-2), dan penghilangan kalium dari tubuh (kayexalate, diuretik jika ginjal masih responsif, atau dialisis).
Asidosis Metabolik: Pemberian bikarbonat jika pH sangat rendah.
Hiponatremia/Hipernatremia: Koreksi secara bertahap untuk menghindari komplikasi neurologis.
Nutrisi: Membatasi asupan protein untuk mengurangi produksi produk limbah nitrogen, namun tetap memastikan asupan kalori yang cukup.
Dialisis (Terapi Pengganti Ginjal): Diindikasikan jika terjadi komplikasi berat yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi konservatif, seperti:
Overload cairan yang tidak responsif terhadap diuretik (menyebabkan edema paru).
Dialisis dapat berupa hemodialisis (menggunakan mesin ginjal buatan) atau dialisis peritoneal (menggunakan rongga perut sebagai filter).
3. Penanganan Oliguria Postrenal
Penanganan oliguria postrenal berfokus pada penghilangan obstruksi untuk memulihkan aliran urin. Ini seringkali membutuhkan intervensi bedah atau prosedural.
Kateterisasi Urin: Untuk obstruksi uretra atau leher kandung kemih (misalnya BPH, bekuan darah). Pemasangan kateter Foley dapat segera mengalirkan urin yang tertahan.
Pemasangan Stent Ureter atau Nefrostomi Perkutan: Jika obstruksi berada di ureter (misalnya batu, tumor eksternal).
Stent Ureter: Sebuah tabung kecil dimasukkan ke dalam ureter untuk menjaga saluran tetap terbuka.
Nefrostomi Perkutan: Tabung dimasukkan langsung melalui kulit ke dalam pelvis ginjal untuk mengalirkan urin ke kantong eksternal. Ini digunakan jika stent tidak memungkinkan atau gagal.
Penghilangan Batu:
Litotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL): Menggunakan gelombang kejut untuk memecah batu.
Ureteroskopi: Menggunakan alat optik kecil untuk mengambil atau memecah batu.
Nefrolitotomi Perkutan (PCNL): Prosedur bedah minimal invasif untuk mengangkat batu ginjal besar.
Pembedahan: Untuk mengangkat tumor yang menyebabkan obstruksi, memperbaiki striktur uretra, atau mengatasi kelainan anatomi lainnya.
Penanganan BPH: Obat-obatan (alfa-blocker, penghambat 5-alpha-reduktase) atau prosedur bedah (TURP - Transurethral Resection of the Prostate) untuk mengurangi ukuran prostat.
Manajemen Neurogenic Bladder: Kateterisasi intermiten, obat-obatan untuk mengontrol kontraksi kandung kemih, atau operasi.
Manajemen Umum dan Pemantauan
Pemantauan Ketat: Output urin, tanda vital, status hidrasi, berat badan harian, elektrolit serum, BUN, kreatinin.
Pencegahan Infeksi: Jika ada kateter atau prosedur invasif.
Edukasi Pasien dan Keluarga: Mengenai kondisi, pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, dan tanda-tanda peringatan untuk mencari bantuan medis.
Konsultasi Multidisiplin: Melibatkan ahli nefrologi, urologi, kardiologi, atau spesialis lainnya sesuai dengan penyebab oliguria.
Penanganan oliguria adalah proses dinamis yang membutuhkan penyesuaian terus-menerus berdasarkan respons pasien dan perkembangan kondisi. Intervensi yang tepat waktu dan terarah sangat penting untuk meminimalkan kerusakan ginjal dan meningkatkan prognosis pasien.
Komplikasi Oliguria
Oliguria adalah tanda bahaya yang menunjukkan adanya gangguan serius pada sistem perkemihan atau sirkulasi tubuh. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, oliguria dapat memicu berbagai komplikasi serius, bahkan mengancam jiwa. Komplikasi ini utamanya berasal dari ketidakmampuan ginjal untuk menjalankan fungsi vitalnya dalam menyaring darah dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit.
1. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Oliguria adalah salah satu kriteria diagnostik utama untuk gagal ginjal akut. Jika penyebab oliguria (baik prerenal, renal, maupun postrenal) tidak diatasi dengan cepat, kerusakan pada ginjal dapat menjadi permanen. GGA itu sendiri dapat menyebabkan serangkaian komplikasi lebih lanjut:
Kerusakan Ginjal Permanen: Oliguria prerenal yang berkepanjangan dapat berujung pada Akut Tubular Nekrosis (ATN). Kerusakan ginjal intrinsik (renal) atau obstruksi postrenal yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kerusakan ireversibel pada nefron, yang merupakan unit fungsional ginjal.
Penyakit Ginjal Kronis (PGK): Episode berulang atau parah dari GGA, terutama yang tidak pulih sepenuhnya, dapat menyebabkan progresi menjadi penyakit ginjal kronis, yang membutuhkan manajemen jangka panjang dan berpotensi dialisis seumur hidup atau transplantasi ginjal.
2. Kelebihan Cairan (Volume Overload)
Karena ginjal tidak mampu mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh, cairan dapat menumpuk di berbagai bagian tubuh:
Edema Perifer: Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, tangan, dan wajah.
Edema Paru: Penumpukan cairan di paru-paru, yang menyebabkan sesak napas (dispnea), batuk, dan dapat berkembang menjadi gagal napas akut. Ini adalah komplikasi yang sangat serius dan membutuhkan penanganan segera.
Edema Serebral: Meskipun lebih jarang, kelebihan cairan ekstrem dapat menyebabkan pembengkakan otak, yang bermanifestasi sebagai perubahan status mental, sakit kepala, kebingungan, hingga kejang.
Gagal Jantung Kongestif: Peningkatan volume cairan dapat memperberat kerja jantung, memicu atau memperburuk gagal jantung.
3. Ketidakseimbangan Elektrolit dan Asam-Basa
Ginjal memainkan peran sentral dalam menjaga keseimbangan elektrolit dan pH darah. Ketika fungsi ini terganggu, dapat terjadi:
Hiperkalemia: Peningkatan kadar kalium dalam darah adalah salah satu komplikasi paling berbahaya dari oliguria. Kalium yang tinggi dapat menyebabkan aritmia jantung yang mengancam jiwa, termasuk fibrilasi ventrikel dan asistol.
Hiponatremia atau Hipernatremia: Ketidakseimbangan natrium juga bisa terjadi, mempengaruhi fungsi otak.
Hiperfosfatemia dan Hipokalsemia: Peningkatan kadar fosfat dan penurunan kadar kalsium.
Asidosis Metabolik: Ginjal yang tidak berfungsi tidak dapat mengeluarkan asam dari tubuh, menyebabkan penurunan pH darah. Asidosis berat dapat mengganggu fungsi enzim, jantung, dan sistem saraf pusat.
4. Uremia
Uremia adalah kondisi di mana produk limbah beracun yang biasanya disaring oleh ginjal (seperti urea, kreatinin) menumpuk dalam darah. Ini dapat mempengaruhi hampir setiap sistem organ:
Sistem Saraf Pusat: Ensefalopati uremik, yang bermanifestasi sebagai kelelahan, kebingungan, disorientasi, kesulitan berkonsentrasi, tremor, kejang, dan bahkan koma.
Sistem Pencernaan: Mual, muntah, anoreksia, bau napas amonia (foetor uremic), perdarahan gastrointestinal.
Sistem Kardiovaskular: Perikarditis uremik (radang selaput jantung), hipertensi, gagal jantung.
Sistem Hematologi: Anemia (akibat produksi eritropoietin yang berkurang), disfungsi trombosit yang menyebabkan kecenderungan perdarahan.
Sistem Kulit: Pruritus (gatal-gatal), "frost" uremik (endapan kristal urea pada kulit).
5. Infeksi
Pasien dengan gagal ginjal lebih rentan terhadap infeksi karena gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Obstruksi saluran kemih juga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK) yang dapat menyebar ke ginjal (pielonefritis).
6. Kematian
Pada kasus yang parah, terutama jika komplikasi seperti hiperkalemia berat, edema paru akut, atau syok tidak dapat dikoreksi, oliguria dapat berujung pada kematian. Prognosis sangat bergantung pada penyebab dasar oliguria, kecepatan diagnosis, dan efektivitas penanganan.
Mengingat potensi komplikasi yang serius ini, setiap kasus oliguria harus dianggap sebagai keadaan darurat medis yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat dan agresif.
Pencegahan Oliguria
Pencegahan oliguria sangat krusial, terutama bagi individu yang memiliki risiko tinggi. Strategi pencegahan berfokus pada menjaga kesehatan ginjal secara keseluruhan, memastikan hidrasi yang adekuat, dan mengelola kondisi medis yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal atau gangguan aliran darah ke ginjal. Mengingat sebagian besar kasus oliguria berasal dari penyebab prerenal atau postrenal yang reversibel, banyak langkah pencegahan yang berpusat pada identifikasi dan mitigasi faktor risiko tersebut.
1. Hidrasi yang Adekuat
Ini adalah salah satu langkah pencegahan paling sederhana namun paling efektif, terutama untuk oliguria prerenal.
Minum Cairan yang Cukup: Pastikan asupan cairan harian yang memadai, disesuaikan dengan tingkat aktivitas, iklim, dan kondisi kesehatan individu. Air putih adalah pilihan terbaik.
Hindari Dehidrasi: Berhati-hatilah saat berolahraga intens, berada di lingkungan panas, atau saat mengalami muntah dan diare. Segera ganti cairan yang hilang dengan minuman elektrolit atau oralit jika diperlukan.
Pemantauan Khusus: Bagi pasien yang menjalani puasa, persiapan kolonoskopi, atau prosedur medis tertentu yang membatasi asupan cairan, diperlukan pemantauan dan edukasi tentang pentingnya hidrasi sebelum dan sesudah prosedur.
2. Manajemen Penyakit Kronis
Banyak kondisi medis kronis dapat meningkatkan risiko oliguria dan kerusakan ginjal. Pengelolaan yang efektif sangat penting:
Diabetes Mellitus: Kontrol kadar gula darah yang ketat dapat mencegah nefropati diabetik, yang merupakan penyebab umum penyakit ginjal.
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi): Kontrol tekanan darah yang optimal sangat penting untuk melindungi pembuluh darah ginjal dari kerusakan.
Gagal Jantung: Pengelolaan gagal jantung yang efektif dapat meningkatkan curah jantung dan perfusi ginjal, mengurangi risiko oliguria prerenal.
Penyakit Hati Kronis: Pemantauan dan penanganan sirosis dapat membantu mencegah sindrom hepatorenal.
Penyakit Autoimun: Bagi pasien dengan lupus, vaskulitis, atau kondisi autoimun lain yang dapat menyerang ginjal, kepatuhan terhadap rejimen pengobatan imunosupresif sangat penting untuk mencegah peradangan dan kerusakan ginjal.
3. Penggunaan Obat-obatan yang Hati-hati
Banyak obat dapat bersifat nefrotoksik atau mempengaruhi aliran darah ginjal:
Hindari atau Batasi Penggunaan NSAID: Pada individu dengan risiko tinggi (lansia, dehidrasi, gagal jantung, penyakit ginjal kronis), penggunaan NSAID harus diminimalkan atau dihindari. Jika harus digunakan, berikan dosis serendah mungkin untuk durasi sesingkat mungkin.
Hati-hati dengan Obat Nefrotoksik Lainnya: Pemantauan fungsi ginjal (kreatinin, LFG) diperlukan saat menggunakan antibiotik aminoglikosida, beberapa agen kemoterapi, atau obat lain yang dikenal merusak ginjal. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan berdasarkan fungsi ginjal pasien.
Penggunaan Kontras Radiografi: Pada pasien dengan risiko tinggi (penyakit ginjal kronis, diabetes, gagal jantung), perlu dilakukan hidrasi agresif sebelum dan sesudah pemberian kontras, atau menggunakan alternatif pencitraan non-kontras jika memungkinkan.
Evaluasi Penggunaan ACE Inhibitor/ARB: Meskipun bermanfaat untuk ginjal pada banyak kondisi, obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan risiko dehidrasi atau stenosis arteri renalis bilateral, karena dapat memperburuk perfusi ginjal.
4. Deteksi Dini dan Penanganan Obstruksi Saluran Kemih
Pencegahan oliguria postrenal melibatkan deteksi dan penanganan dini masalah struktural:
Skrining Prostat pada Pria: Pria lanjut usia harus menjalani pemeriksaan rutin untuk mendeteksi BPH atau kanker prostat yang dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih bagian bawah.
Manajemen Batu Ginjal: Pencegahan pembentukan batu ginjal (misalnya dengan hidrasi yang cukup, perubahan diet) dan penanganan batu yang ada sebelum menyebabkan obstruksi total.
Kesadaran akan Gejala: Pasien harus diedukasi untuk mencari bantuan medis jika mengalami kesulitan buang air kecil, nyeri pinggang yang parah, atau gejala saluran kemih yang mengkhawatirkan.
5. Pemantauan Fungsi Ginjal
Pada pasien dengan risiko tinggi oliguria atau kerusakan ginjal, pemantauan rutin adalah kunci:
Pemeriksaan Darah Rutin: Mengukur BUN, kreatinin, dan elektrolit secara berkala, terutama sebelum dan sesudah penggunaan obat nefrotoksik atau prosedur tertentu.
Pemantauan Urin Output: Di lingkungan rumah sakit, pemantauan ketat urin output adalah praktik standar pada pasien kritis atau mereka yang berisiko tinggi.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, risiko oliguria dan komplikasi serius yang terkait dapat diminimalkan, sehingga menjaga kesehatan ginjal dan kualitas hidup pasien.
Kesimpulan
Oliguria adalah kondisi serius yang menandakan penurunan signifikan dalam produksi urin, kurang dari 400 ml dalam 24 jam untuk orang dewasa. Ini bukan penyakit itu sendiri, melainkan sebuah sinyal peringatan penting yang mengindikasikan adanya masalah mendasar pada sistem sirkulasi, fungsi ginjal, atau saluran kemih. Memahami oliguria, klasifikasinya menjadi prerenal, renal, dan postrenal, serta penyebab spesifik di balik setiap kategori, adalah fundamental untuk diagnosis dan penanganan yang efektif.
Penyebab prerenal seringkali terkait dengan penurunan aliran darah ke ginjal, seperti dehidrasi, syok, atau gagal jantung. Kondisi ini seringkali reversibel dengan koreksi volume cairan dan hemodinamika. Oliguria renal menunjukkan kerusakan langsung pada parenkim ginjal, seperti pada Akut Tubular Nekrosis (ATN) atau glomerulonefritis, dan memerlukan penanganan yang lebih kompleks untuk mendukung fungsi ginjal. Sementara itu, oliguria postrenal disebabkan oleh obstruksi pada saluran kemih, seperti batu ginjal, pembesaran prostat, atau tumor, yang penanganannya berfokus pada penghilangan sumbatan.
Diagnosis oliguria melibatkan kombinasi cermat dari anamnesis yang detail, pemeriksaan fisik, serta berbagai pemeriksaan laboratorium (urinalisis, BUN, kreatinin, elektrolit, FENa) dan pencitraan (USG ginjal). Setiap metode diagnostik memberikan petunjuk berharga untuk membedakan antara ketiga kategori oliguria dan mengidentifikasi penyebab spesifiknya.
Penatalaksanaan oliguria harus cepat dan tepat sasaran. Ini mencakup resusitasi cairan pada oliguria prerenal, manajemen suportif dan mungkin dialisis pada oliguria renal, serta intervensi untuk menghilangkan obstruksi pada oliguria postrenal. Kegagalan untuk menangani oliguria secara efektif dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa, termasuk gagal ginjal akut, kelebihan cairan dengan edema paru, ketidakseimbangan elektrolit (terutama hiperkalemia), asidosis metabolik, uremia, dan bahkan kematian.
Pencegahan oliguria berpusat pada hidrasi yang adekuat, manajemen penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, penggunaan obat-obatan yang bijaksana, serta deteksi dini dan penanganan kondisi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih. Edukasi pasien dan pemantauan rutin fungsi ginjal sangat penting, terutama pada individu yang berisiko tinggi.
Secara keseluruhan, oliguria adalah kondisi yang membutuhkan perhatian medis segera. Dengan pemahaman yang komprehensif tentang patofisiologi, diagnosis, dan penanganannya, profesional kesehatan dapat meningkatkan hasil pasien dan mencegah komplikasi serius. Masyarakat umum juga perlu menyadari pentingnya hidrasi dan mengenali gejala-gejala awal yang mungkin mengindikasikan masalah pada fungsi ginjal untuk mencari pertolongan medis tepat waktu.