Memahami Niat Sholat Sunnah Sesudah Subuh: Isyraq dan Dhuha
Banyak umat Islam bersemangat untuk menambah pundi-pundi pahala dengan melaksanakan sholat sunnah. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengenai niat sholat sunnah sesudah Subuh. Ada sedikit kerancuan pemahaman di masyarakat mengenai hal ini. Sebagian mungkin mengira ada sholat sunnah rawatib (pengiring sholat fardhu) yang dikerjakan persis setelah selesai sholat fardhu Subuh, layaknya sholat Ba'diyah Dzuhur atau Isya. Namun, pemahaman ini perlu diluruskan berdasarkan dalil-dalil syar'i.
Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk sholat sunnah di waktu pagi, meluruskan kesalahpahaman, dan memberikan panduan lengkap mengenai sholat sunnah yang sangat dianjurkan setelah waktu Subuh berlalu, yaitu Sholat Isyraq (atau Syuruq) dan Sholat Dhuha. Kita akan mendalami hukum, waktu pelaksanaan, niat yang benar, tata cara, serta keutamaan luar biasa yang terkandung di dalamnya.
Hukum Mengerjakan Sholat Sunnah Tepat Setelah Sholat Subuh
Hal pertama dan paling fundamental yang harus dipahami adalah adanya waktu-waktu terlarang untuk melaksanakan sholat sunnah mutlak (sholat sunnah tanpa sebab tertentu). Salah satu dari waktu terlarang tersebut adalah rentang waktu setelah pelaksanaan sholat fardhu Subuh hingga matahari terbit dan meninggi.
Larangan ini didasarkan pada hadits-hadits shahih yang sangat jelas. Tujuannya adalah untuk menjaga kemurnian akidah umat Islam dan membedakannya dari praktik kaum pagan yang menyembah matahari. Di antara dalil-dalil tersebut adalah:
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada sholat setelah sholat Subuh hingga matahari terbit, dan tidak ada sholat setelah sholat Ashar hingga matahari terbenam."
Dari 'Amr bin 'Abasah As-Sulami radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Wahai Nabi Allah, kabarkanlah kepadaku tentang sholat." Beliau bersabda, "Kerjakanlah sholat Subuh, kemudian tahanlah dari mengerjakan sholat hingga matahari terbit dan meninggi. Karena matahari terbit di antara dua tanduk setan dan saat itu orang-orang kafir sujud kepadanya..."
Berdasarkan hadits-hadits ini, para ulama menyimpulkan bahwa melakukan sholat sunnah yang tidak memiliki sebab khusus tepat setelah sholat Subuh adalah terlarang. Ini berarti, tidak ada sholat sunnah rawatib Ba'diyah Subuh. Yang ada hanyalah sholat sunnah Qobliyah Subuh (sebelum Subuh) atau yang dikenal dengan Sholat Fajar, yang keutamaannya lebih baik dari dunia dan seisinya.
Tiga Waktu Utama Terlarang Sholat
Secara umum, para ulama merangkum tiga waktu utama di mana sholat sunnah mutlak dilarang:
- Setelah Sholat Subuh hingga matahari terbit sempurna. Waktu ini dimulai sejak salam pada sholat fardhu Subuh hingga matahari tampak bulat sempurna di ufuk dan naik sekitar satu tombak (diperkirakan 15-20 menit setelah terbit).
- Ketika matahari tepat di atas kepala (waktu istiwa'). Ini adalah waktu yang sangat singkat, sesaat sebelum matahari tergelincir ke arah barat (masuk waktu Dzuhur). Dikecualikan pada hari Jumat menurut sebagian pendapat ulama.
- Setelah Sholat Ashar hingga matahari terbenam sempurna. Waktu ini dimulai sejak salam pada sholat fardhu Ashar hingga seluruh bulatan matahari hilang di ufuk barat.
Hikmah di balik larangan ini, sebagaimana disebutkan dalam hadits 'Amr bin 'Abasah, adalah untuk menghindari tasyabbuh (menyerupai) perbuatan orang-orang kafir yang menyembah matahari pada saat terbit dan terbenam. Islam sangat menjaga tauhid dan memutus segala celah yang dapat mengantarkan pada kesyirikan.
Sholat yang Dikecualikan dari Larangan
Meskipun ada larangan umum, para ulama memberikan pengecualian untuk beberapa jenis sholat yang boleh dikerjakan di waktu-waktu terlarang tersebut. Ini adalah sholat-sholat yang memiliki sebab mendahului (dzawatus sabab). Di antara sholat-sholat tersebut adalah:
- Mengqadha Sholat Wajib: Jika seseorang tertidur atau lupa hingga terlewat sholat fardhu, ia wajib mengqadhanya sesegera mungkin saat ia ingat, meskipun pada waktu terlarang.
- Sholat Tahiyatul Masjid: Sholat dua rakaat sebagai penghormatan kepada masjid saat memasukinya. Mayoritas ulama (mazhab Syafi'i dan Hambali) berpendapat ini boleh dilakukan kapan saja, termasuk di waktu terlarang, karena sebabnya (memasuki masjid) terjadi lebih dulu.
- Sholat Sunnah Wudhu: Sholat dua rakaat setelah berwudhu.
- Sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf): Dilaksanakan ketika terjadi gerhana, meskipun terjadi pada waktu terlarang.
- Sholat Jenazah: Boleh dilaksanakan pada waktu terlarang jika jenazah sudah siap untuk disholatkan.
Jadi, jika pertanyaannya adalah "niat sholat sunnah sesudah subuh" yang dimaksudkan adalah sholat sunnah mutlak tanpa sebab, maka jawabannya adalah tidak ada dan terlarang. Namun, jika yang dimaksud adalah sholat sunnah istimewa yang dikerjakan setelah waktu larangan tersebut berakhir, maka kita akan membahas dua sholat yang agung: Sholat Isyraq dan Sholat Dhuha.
Sholat Isyraq (Syuruq): Mutiara di Awal Pagi
Inilah sholat yang paling tepat menjawab pencarian "sholat sunnah sesudah Subuh". Sholat Isyraq adalah sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan setelah matahari terbit dan meninggi, kira-kira 15 hingga 20 menit setelah waktu syuruq (terbitnya matahari). Waktu ini menandakan berakhirnya waktu terlarang untuk sholat.
Keutamaan sholat Isyraq sangatlah besar, bahkan diganjar dengan pahala setara haji dan umrah yang sempurna. Namun, pahala ini disyaratkan dengan amalan yang berkesinambungan sejak sholat Subuh.
Dalil Keutamaan Sholat Isyraq
Dasar utama anjuran Sholat Isyraq adalah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Barangsiapa yang sholat Subuh berjamaah, kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia sholat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna."
Hadits ini menjelaskan sebuah rangkaian ibadah yang indah: dimulai dari sholat Subuh berjamaah, dilanjutkan dengan duduk di tempat sholatnya untuk berdzikir, membaca Al-Qur'an, atau menuntut ilmu hingga matahari terbit, dan ditutup dengan sholat dua rakaat. Rangkaian inilah yang menghasilkan pahala yang luar biasa besarnya.
Niat Sholat Isyraq
Niat adalah amalan hati, dan melafadzkannya bertujuan untuk membantu konsentrasi dan memantapkan hati. Berikut adalah lafadz niat Sholat Isyraq:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْإِشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal isyraqi rak'ataini lillahi ta'ala.
"Aku berniat sholat sunnah Isyraq dua rakaat karena Allah Ta'ala."
Niat ini diucapkan dalam hati pada saat takbiratul ihram. Yang terpenting adalah kesadaran hati bahwa kita sedang melaksanakan sholat sunnah Isyraq.
Tata Cara Sholat Isyraq
Pelaksanaan Sholat Isyraq sama seperti sholat sunnah dua rakaat pada umumnya:
- Berniat dalam hati untuk melaksanakan Sholat Isyraq.
- Takbiratul Ihram.
- Membaca doa Iftitah.
- Membaca Surat Al-Fatihah.
- Membaca surat pendek dari Al-Qur'an. Dianjurkan pada rakaat pertama membaca Surat Asy-Syams dan rakaat kedua Surat Ad-Dhuha, atau bisa juga membaca surat lain seperti Al-Kafirun dan Al-Ikhlas.
- Ruku' dengan tuma'ninah.
- I'tidal dengan tuma'ninah.
- Sujud pertama dengan tuma'ninah.
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah.
- Sujud kedua dengan tuma'ninah.
- Berdiri untuk rakaat kedua, mengulang gerakan seperti rakaat pertama dari membaca Al-Fatihah hingga sujud kedua.
- Duduk Tasyahud Akhir.
- Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.
Setelah selesai, dianjurkan untuk berdzikir dan berdoa memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sholat Dhuha: Sedekah untuk Seluruh Sendi Tubuh
Setelah waktu Isyraq berlalu, masuklah rentang waktu yang lebih panjang untuk sholat sunnah pagi lainnya yang tak kalah agung, yaitu Sholat Dhuha. Waktu Dhuha dimulai sejak matahari meninggi (sekitar 20 menit setelah terbit) hingga sesaat sebelum waktu istiwa' (matahari tepat di atas kepala).
Sholat Dhuha dikenal sebagai sholatnya orang-orang yang gemar bertaubat (shalatul awwabin) dan memiliki banyak sekali keutamaan, terutama terkait dengan rezeki dan pengganti sedekah.
Apakah Isyraq Bagian dari Dhuha?
Para ulama memiliki dua pendapat utama mengenai hubungan antara Sholat Isyraq dan Sholat Dhuha:
- Pendapat Pertama: Sholat Isyraq adalah Sholat Dhuha yang dikerjakan di awal waktunya. Jadi, keduanya adalah sholat yang sama, hanya penyebutannya berbeda berdasarkan waktu pelaksanaan. Jika dikerjakan tepat setelah matahari meninggi, disebut Isyraq. Jika dikerjakan setelah itu, disebut Dhuha.
- Pendapat Kedua: Sholat Isyraq dan Sholat Dhuha adalah dua sholat sunnah yang berbeda, meskipun waktunya berdekatan. Pendapat ini memandang keutamaan pahala haji dan umrah khusus didapat dari sholat dua rakaat di awal waktu (Isyraq) setelah berdzikir sejak Subuh.
Kedua pendapat ini memiliki dasarnya masing-masing. Terlepas dari perbedaan ini, yang pasti adalah melaksanakan sholat sunnah di waktu pagi setelah matahari terbit adalah amalan yang sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan yang besar.
Niat Sholat Dhuha
Sama seperti sholat lainnya, niat menjadi rukun utama. Berikut adalah lafadz niat Sholat Dhuha untuk dua rakaat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatadh dhuhaa rak'ataini lillahi ta'ala.
"Aku berniat sholat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta'ala."
Jika ingin mengerjakan lebih dari dua rakaat (misalnya 4, 6, 8, atau 12), niatnya tetap sama untuk setiap dua rakaat, dan dilakukan dengan salam di setiap dua rakaatnya.
Jumlah Rakaat dan Tata Cara Sholat Dhuha
Sholat Dhuha minimal dikerjakan sebanyak dua rakaat. Jumlah maksimalnya terdapat beberapa pendapat, namun yang masyhur adalah delapan rakaat, dan ada juga yang berpendapat hingga dua belas rakaat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang mengerjakannya empat rakaat, dan terkadang lebih dari itu.
Tata caranya sama persis dengan Sholat Isyraq atau sholat sunnah dua rakaat lainnya. Dilakukan dua rakaat, kemudian salam, lalu berdiri lagi untuk dua rakaat berikutnya, dan seterusnya hingga jumlah yang diinginkan.
Untuk bacaan surat, tidak ada ketentuan khusus. Namun, sebagian ulama menganjurkan untuk membaca surat-surat tertentu untuk meraih keutamaan. Di antara yang dianjurkan adalah:
- Rakaat pertama: Surat Asy-Syams.
- Rakaat kedua: Surat Ad-Dhuha.
Kombinasi lain yang juga baik adalah Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Tentu saja, membaca surat apa pun yang dihafal setelah Al-Fatihah adalah sah dan baik.
Keutamaan Agung Sholat Isyraq dan Dhuha
Mengetahui keutamaan suatu amalan akan menjadi pendorong semangat yang kuat untuk mengamalkannya secara rutin. Sholat Isyraq dan Dhuha menyimpan berbagai fadhilah yang sangat luar biasa.
1. Pahala Setara Haji dan Umrah Sempurna (Khusus Isyraq)
Seperti yang telah disebutkan dalam hadits riwayat Tirmidzi, pahala ini adalah ganjaran tertinggi bagi mereka yang mampu menjaga rangkaian ibadah dari Subuh berjamaah, berdzikir hingga matahari terbit, lalu menutupnya dengan sholat dua rakaat.
2. Menggugurkan Dosa
Sholat Dhuha adalah sarana untuk memohon ampunan Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang menjaga sholat Dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan."
Meskipun sebagian ahli hadits memperbincangkan kekuatan sanad hadits ini, maknanya tetap selaras dengan prinsip umum bahwa amal shalih dapat menghapuskan dosa-dosa kecil.
3. Sedekah bagi Setiap Persendian Tubuh
Manusia memiliki 360 persendian dalam tubuhnya, dan setiap sendi tersebut wajib dikeluarkan sedekahnya setiap hari. Sholat Dhuha dua rakaat dapat mencukupi semua kewajiban sedekah tersebut.
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pada pagi hari, setiap persendian dari salah seorang di antara kalian wajib bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat dicukupi dengan dua rakaat yang ia kerjakan di waktu Dhuha."
Ini adalah keutamaan yang sangat menakjubkan. Dengan dua rakaat yang ringan, kita telah menunaikan hak syukur atas nikmat kesehatan dan kesempurnaan fisik yang Allah berikan.
4. Dicukupi Rezekinya
Banyak orang mengaitkan Sholat Dhuha dengan kelancaran rezeki. Hal ini bukan tanpa dasar. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Ta'ala berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ، ارْكَعْ لِي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ، أَكْفِكَ آخِرَهُ
"Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu (waktu Dhuha), niscaya Aku akan mencukupimu di akhir harimu."
"Mencukupi" di sini memiliki makna yang luas, bisa berupa kecukupan rezeki materi, kecukupan dari musibah dan keburukan, kelancaran urusan, atau ketenangan hati sepanjang hari.
5. Dibangunkan Istana di Surga
Bagi mereka yang istiqamah mengerjakan Sholat Dhuha hingga 12 rakaat, ada janji istimewa dari Allah berupa sebuah istana yang terbuat dari emas di surga. Ini menunjukkan betapa Allah menghargai amalan hamba-Nya di waktu pagi.
6. Disebut sebagai Awwabin (Orang yang Taat/Kembali kepada Allah)
Melaksanakan sholat di waktu Dhuha, saat kebanyakan orang sibuk memulai aktivitas duniawinya, adalah tanda ketaatan dan kecintaan seorang hamba kepada Rabb-nya. Mereka inilah yang disebut sebagai awwabin.
Doa Setelah Sholat Dhuha
Meskipun tidak ada doa khusus yang diriwayatkan secara shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, terdapat sebuah doa yang sangat populer dan telah diamalkan oleh para ulama salaf. Doa ini mengandung makna pengagungan kepada Allah sebagai Pemilik segala sesuatu dan permohonan rezeki yang halal dan berkah.
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَآؤُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِى الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِيْ مَا أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka, wal bahaa'a bahaa'uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kaana rizqi fis-samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu'siran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu, wa in kaana ba'idan fa qarribhu, bi haqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita 'ibaadakas-salihin.
"Ya Allah, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar maka mudahkanlah, apabila haram maka sucikanlah, apabila jauh maka dekatkanlah, dengan kebenaran Dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."
Membaca doa ini setelah Sholat Dhuha sangatlah baik. Tentu saja, kita juga bisa berdoa dengan bahasa kita sendiri, memohon apa pun hajat dan kebutuhan kita kepada Allah Sang Maha Pemberi.
Pertanyaan yang Sering Muncul (FAQ)
Berapa jeda waktu antara matahari terbit dan bolehnya sholat Isyraq?
Para ulama menyarankan untuk menunggu hingga matahari naik kira-kira setinggi satu tombak. Secara praktis, ini diperkirakan sekitar 15 hingga 20 menit setelah waktu terbit (syuruq) yang tertera di jadwal sholat. Menunggu sejenak adalah untuk kehati-hatian agar sholat tidak dilaksanakan tepat pada waktu terlarang.
Apakah untuk mendapatkan pahala haji dan umrah harus berdiam di masjid?
Lafadz hadits menyebutkan "kemudian ia duduk", yang secara zhahir menunjukkan ia tetap berada di tempat ia sholat. Ini adalah kondisi yang paling ideal. Namun, para ulama memberikan kelonggaran. Bagi wanita yang sholat di rumah, ia bisa tetap di mushollanya untuk berdzikir. Jika seseorang memiliki udzur untuk pindah tempat (namun tetap dalam kondisi berdzikir), semoga Allah tetap memberikan keutamaannya. Intinya adalah menyambung aktivitas sholat Subuh dengan dzikir hingga terbit matahari.
Bagaimana jika saya tidak sholat Subuh berjamaah, apakah masih bisa dapat keutamaan Isyraq?
Pahala haji dan umrah yang sempurna sebagaimana disebutkan dalam hadits secara eksplisit mensyaratkan "sholat Subuh berjamaah". Namun, jika seseorang memiliki udzur syar'i sehingga tidak bisa berjamaah (misalnya sakit atau bagi wanita), lalu ia sholat Subuh tepat waktu kemudian berdzikir hingga terbit matahari dan sholat Isyraq, maka ia tetap mendapatkan pahala atas usahanya sesuai dengan niatnya. Adapun sholat Isyraq atau Dhuhanya sendiri tetap sah dan berpahala meskipun tidak didahului sholat Subuh berjamaah.
Kapan waktu terbaik untuk Sholat Dhuha?
Waktu Dhuha terbentang cukup panjang. Namun, waktu yang paling utama (afdhal) untuk melaksanakannya adalah ketika matahari sudah mulai terasa panas atau saat anak unta mulai kepanasan dan beranjak dari tempatnya. Ini kira-kira pada pertengahan antara terbit matahari dan waktu Dzuhur, atau sekitar pukul 9 hingga 10 pagi.
Bolehkah menggabungkan niat Sholat Dhuha dengan sholat sunnah lain?
Tidak dianjurkan untuk menggabungkan niat sholat sunnah yang memiliki waktu dan nama spesifik seperti Dhuha dengan sholat sunnah mutlak lainnya dalam satu takbir. Setiap sholat sunnah mu'ayyan (yang ditentukan) sebaiknya dikerjakan dengan niat tersendiri agar mendapatkan keutamaannya secara khusus.
Kesimpulan: Meraih Berkah Pagi
Dari penjelasan panjang ini, dapat kita simpulkan bahwa pertanyaan mengenai niat sholat sunnah sesudah Subuh perlu dipahami dalam konteks yang benar. Tidak ada sholat sunnah rawatib yang dikerjakan langsung setelah fardhu Subuh karena itu adalah waktu terlarang.
Namun, Islam menyediakan amalan pagi yang jauh lebih istimewa setelah waktu larangan tersebut usai. Amalan tersebut adalah:
- Sholat Isyraq (Syuruq): Dua rakaat yang dikerjakan sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit, yang jika didahului dengan sholat Subuh berjamaah dan berdzikir, pahalanya setara haji dan umrah yang sempurna.
- Sholat Dhuha: Sholat sunnah yang waktunya lebih panjang, minimal dua rakaat, yang berfungsi sebagai sedekah untuk seluruh sendi tubuh, pembuka pintu rezeki, dan penghapus dosa.
Memulai hari dengan sujud kepada Allah di waktu Dhuha adalah investasi terbaik. Ia bukan hanya tentang mengejar pahala, tetapi tentang membangun koneksi spiritual dengan Sang Pencipta sebelum kita tenggelam dalam kesibukan dunia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kita taufik dan keistiqamahan untuk menghidupkan sunnah yang mulia ini.