Pengantar Ngawi: Gerbang Jawa Timur yang Memukau
Kabupaten Ngawi, yang akrab dijuluki "Bumi Orek-Orek" atau "Ngawi Ramah", adalah sebuah kabupaten yang terletak di bagian barat Provinsi Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Sebagai gerbang masuk dari arah barat, Ngawi menyimpan kekayaan yang tak ternilai, mulai dari jejak prasejarah yang mendunia hingga pesona alam yang menenangkan, serta warisan budaya yang kental. Nama Ngawi sendiri diyakini berasal dari kata "awi" yang dalam bahasa Jawa berarti bambu, menunjukkan melimpahnya vegetasi bambu di masa lampau. Slogan "Ngawi Ramah" bukan sekadar frasa, melainkan cerminan dari keramahan penduduknya dan keindahan alam yang memeluk setiap pengunjung.
Dengan luas wilayah sekitar 1.295,98 km², Ngawi merupakan salah satu kabupaten terbesar di Jawa Timur. Posisinya yang strategis di jalur utama trans-Jawa, baik jalan nasional maupun jalur kereta api, menjadikan Ngawi sebagai titik penting dalam konektivitas regional. Lebih dari sekadar persimpangan, Ngawi adalah destinasi yang menawarkan perpaduan harmonis antara edukasi sejarah, rekreasi alam, dan eksplorasi budaya serta kuliner yang autentik.
Artikel ini akan mengajak Anda menelusuri setiap sudut Ngawi, dari peninggalan purbakala yang mengubah pandangan dunia, benteng-benteng kolonial yang membisu saksi sejarah, hingga sajian kuliner khas yang menggugah selera. Mari kita selami lebih dalam pesona Ngawi, sebuah mutiara tersembunyi di tanah Jawa.
Ilustrasi simbolik Ngawi dengan elemen alam dan budaya.
Geografi dan Topografi: Lanskap Subur Ngawi
Kabupaten Ngawi secara geografis terletak antara 7°11'-7°31' Lintang Selatan dan 111°00'-111°40' Bujur Timur. Batas-batas wilayah Ngawi sangat strategis: di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro, di timur dengan Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan, di selatan dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah), serta di sebelah barat dengan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Blora (keduanya Jawa Tengah).
Topografi Ngawi didominasi oleh dataran rendah yang subur, menjadikannya lumbung padi bagi Jawa Timur. Namun, terdapat pula daerah perbukitan di bagian utara (Pegunungan Kendeng) dan selatan (kaki Gunung Lawu serta Pegunungan Wilis). Sungai Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa, mengalir membelah wilayah Ngawi dari barat ke timur, memberikan kehidupan dan kesuburan bagi lahan pertanian. Anak sungainya, seperti Sungai Madiun, juga berperan penting dalam irigasi dan kehidupan masyarakat.
Iklim di Ngawi adalah tropis, dengan dua musim utama: musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan yang cukup dan suhu rata-rata yang stabil sangat mendukung sektor pertanian. Jenis tanah aluvial di sepanjang aliran Bengawan Solo sangat ideal untuk budidaya padi, sementara di daerah perbukitan, jenis tanah latosol dan regosol cocok untuk tanaman perkebunan dan kehutanan.
Pembagian wilayah administratif Ngawi terdiri atas 19 kecamatan, yang membawahi sejumlah desa/kelurahan. Setiap kecamatan memiliki karakteristik uniknya sendiri, namun secara keseluruhan, masyarakat Ngawi sangat bergantung pada sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian.
Menyusuri Jejak Sejarah Ngawi: Dari Prasejarah Hingga Kemerdekaan
Sejarah Ngawi adalah narasi panjang yang kaya akan peristiwa, membentang dari jutaan tahun yang lalu hingga era modern. Jejak-jejak peradaban dan kehidupan purba terukir kuat di tanah Ngawi, menjadikannya salah satu situs arkeologi terpenting di dunia.
Masa Prasejarah: Penemuan Homo Erectus di Trinil
Ngawi memiliki kebanggaan sebagai salah satu situs penemuan manusia purba paling penting di dunia. Pada tahun 1891, seorang paleoantropolog Belanda bernama Eugène Dubois menemukan fosil manusia purba di daerah Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, Ngawi. Fosil tersebut kemudian diberi nama Pithecanthropus Erectus, yang berarti "manusia kera yang berjalan tegak". Penemuan ini kini dikenal sebagai Homo Erectus, dan memiliki makna global karena menjadi bukti penting teori evolusi manusia.
Situs Trinil menyimpan lapisan-lapisan sedimen purba yang kaya akan fosil, bukan hanya manusia purba, tetapi juga berbagai hewan purba seperti gajah purba (Stegodon), kuda nil, buaya raksasa, dan harimau purba. Penemuan ini memicu perdebatan sengit di kalangan ilmuwan pada masanya, namun pada akhirnya diakui sebagai salah satu tonggak penting dalam penelitian asal-usul manusia. Museum Trinil yang kini berdiri menjadi saksi bisu dan pusat edukasi mengenai penemuan luar biasa ini, menarik para peneliti dan wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Ilustrasi simbolik Homo Erectus, penemuan penting di Trinil, Ngawi.
Masa Klasik (Hindu-Buddha)
Meskipun tidak sepadat wilayah lain di Jawa Timur, Ngawi juga memiliki jejak pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Beberapa prasasti kuno dan reruntuhan candi kecil ditemukan di beberapa lokasi, menunjukkan bahwa wilayah ini pernah menjadi bagian dari pengaruh kerajaan besar seperti Mataram Kuno, Kahuripan, Kediri, hingga Majapahit. Keberadaan sungai besar seperti Bengawan Solo kemungkinan menjadikan Ngawi sebagai jalur perdagangan atau pos pertahanan strategis bagi kerajaan-kerajaan tersebut.
Masa Islam dan Kolonial Belanda
Dengan runtuhnya Majapahit dan bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam, Ngawi juga mengalami transisi. Daerah ini kemudian menjadi bagian dari wilayah pengaruh Kesultanan Demak, Pajang, hingga akhirnya Kesultanan Mataram Islam. Pada masa ini, Ngawi kemungkinan berperan sebagai daerah pertanian dan jalur penghubung antar wilayah penting.
Era kolonial Belanda meninggalkan jejak yang paling menonjol di Ngawi. Salah satu peninggalan paling ikonik adalah Benteng Van den Bosch, yang juga dikenal sebagai Benteng Pendem. Dibangun pada tahun 1839 oleh pemerintah kolonial Belanda, benteng ini berfungsi sebagai pusat pertahanan, pengawasan wilayah, dan markas pasukan. Letaknya yang strategis di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun menjadikannya sulit dijangkau dan mudah dipertahankan. Arsitektur benteng yang unik, sebagian besar tersembunyi di bawah permukaan tanah (pendem), adalah contoh canggih teknologi militer pada masanya. Benteng ini menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, termasuk perlawanan rakyat terhadap penjajah.
Selain benteng, infrastruktur lain seperti jalur kereta api dan sistem irigasi juga dibangun pada masa kolonial untuk mendukung eksploitasi sumber daya alam, khususnya komoditas pertanian seperti tebu dan tembakau. Periode ini juga ditandai dengan munculnya perlawanan-perlawanan lokal terhadap penjajah.
Ilustrasi Benteng Van den Bosch, saksi bisu sejarah Ngawi.
Masa Pergerakan Nasional dan Kemerdekaan
Pergerakan nasional juga menjalar hingga ke Ngawi. Banyak tokoh-tokoh lokal yang turut serta dalam perjuangan kemerdekaan, baik melalui jalur politik maupun perlawanan bersenjata. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Ngawi menjadi salah satu daerah yang gigih mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda. Peran para pejuang Ngawi dalam mempertahankan kedaulatan bangsa adalah bagian integral dari sejarah perjuangan Indonesia.
Demografi dan Sosial Budaya: Wajah Masyarakat Ngawi
Kabupaten Ngawi dihuni oleh mayoritas suku Jawa, dengan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Dialek Jawa yang digunakan memiliki ciri khas tersendiri, meskipun masih mudah dipahami oleh penutur dialek Jawa lainnya. Masyarakat Ngawi dikenal dengan keramahannya, sesuai dengan semboyan "Ngawi Ramah". Nilai-nilai gotong royong dan kekeluargaan masih sangat kuat tertanam dalam kehidupan bermasyarakat.
Mayoritas penduduk Ngawi menganut agama Islam, namun toleransi beragama juga sangat dijunjung tinggi. Keberagaman keyakinan hidup berdampingan secara harmonis, menciptakan suasana yang kondusif untuk pembangunan sosial dan budaya.
Pendidikan di Ngawi terus berkembang, dengan berbagai tingkatan sekolah mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu fokus utama pemerintah daerah untuk menghadapi tantangan zaman. Di bidang kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan juga terus ditingkatkan untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Kebudayaan dan Kesenian: Harta Tak Ternilai dari Ngawi
Ngawi memiliki kekayaan budaya dan kesenian yang patut dibanggakan. Warisan leluhur ini terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya, menjadi identitas yang kuat bagi Kabupaten Ngawi.
Kesenian Tradisional
- Reog Ngawi: Meskipun Reog Ponorogo lebih terkenal, Ngawi juga memiliki bentuk Reognya sendiri dengan ciri khas yang sedikit berbeda, khususnya pada tampilan dadak merak dan iringannya. Reog Ngawi seringkali dipentaskan dalam acara-acara hajatan atau perayaan tertentu.
- Wayang Kulit dan Ketoprak: Kesenian tradisional Jawa ini masih sangat digemari di Ngawi. Pertunjukan wayang kulit dengan dalang-dalang lokal, serta ketoprak dengan lakon-lakon cerita rakyat atau sejarah, sering digelar untuk menghibur masyarakat dan melestarikan budaya.
- Karawitan dan Campursari: Musik gamelan (karawitan) merupakan bagian tak terpisahkan dari setiap pertunjukan seni tradisional. Campursari, perpaduan musik tradisional Jawa dengan elemen modern, juga sangat populer di Ngawi, menciptakan genre musik yang akrab di telinga masyarakat.
- Tari Tradisional: Beberapa tari tradisional masih diajarkan dan dipentaskan di Ngawi, mencerminkan nilai-nilai luhur budaya Jawa.
Tradisi dan Adat Istiadat
- Bersih Desa/Sedekah Bumi: Ini adalah ritual adat yang sangat kental di Ngawi, dilaksanakan setiap tahun sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah dan untuk memohon keselamatan serta keberkahan bagi seluruh warga desa. Ritual ini biasanya diramaikan dengan pagelaran seni dan doa bersama.
- Nyadran: Tradisi ziarah kubur massal menjelang bulan Ramadhan, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan persiapan menyambut bulan suci.
- Mantu Kucing: Sebuah ritual unik di beberapa daerah pedesaan Ngawi, yaitu menikahkan dua ekor kucing jantan dan betina sebagai permohonan hujan di musim kemarau panjang. Ritual ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat dalam berinteraksi dengan alam.
Kerajinan Tangan
Ngawi juga dikenal dengan berbagai kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakatnya:
- Batik Ngawi: Memiliki motif-motif khas yang terinspirasi dari kekayaan alam dan sejarah Ngawi, seperti motif bambu, Benteng Van den Bosch, atau flora fauna lokal.
- Anyaman Bambu: Mengingat nama Ngawi yang diyakini berasal dari kata "awi" (bambu), kerajinan anyaman bambu menjadi salah satu produk unggulan, menghasilkan berbagai macam barang mulai dari peralatan rumah tangga hingga dekorasi.
- Kerajinan Kulit: Di beberapa daerah, terdapat pengrajin kulit yang menghasilkan produk seperti dompet, tas, atau ikat pinggang dengan kualitas baik.
Ilustrasi simbolik Wayang Kulit, bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Jawa.
Pariwisata Ngawi: Menjelajah Pesona Alam dan Jejak Sejarah
Ngawi menawarkan beragam destinasi wisata yang menarik, mulai dari situs bersejarah yang monumental, keindahan alam yang menawan, hingga kuliner yang memanjakan lidah. Potensi pariwisata Ngawi terus dikembangkan untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Wisata Sejarah dan Edukasi
- Benteng Van den Bosch (Benteng Pendem): Ini adalah ikon pariwisata Ngawi. Benteng peninggalan Belanda ini memiliki arsitektur yang megah dan unik, sebagian besar strukturnya berada di bawah permukaan tanah. Setelah direvitalisasi, benteng ini kini menjadi daya tarik utama, menawarkan pengalaman menjelajahi lorong-lorong sejarah yang mendalam. Pengunjung bisa merasakan nuansa masa lalu sambil menikmati keindahan arsitekturnya.
- Situs dan Museum Trinil: Berlokasi di Desa Kawu, Kedunggalar, situs ini adalah tempat ditemukannya fosil Homo Erectus oleh Dubois. Museum Trinil menyimpan koleksi fosil-fosil purba, replika Homo Erectus, serta artefak-artefak lain yang ditemukan di sekitar situs. Ini adalah tempat yang sangat edukatif, cocok untuk mempelajari asal-usul manusia dan kehidupan di masa prasejarah.
- Monumen Suryo: Terletak di Hutan Jati Alas Tuwo, Kedunggalar, monumen ini dibangun untuk mengenang Gubernur Jawa Timur pertama, R.M.T. Suryo, yang gugur dalam Agresi Militer Belanda II di lokasi tersebut. Monumen ini menjadi simbol perjuangan dan patriotisme.
Wisata Alam
Ngawi diberkahi dengan keindahan alam yang asri, menawarkan kesegaran dan ketenangan:
- Air Terjun Pengantin: Terletak di Hutan Alas Ketonggo, Ngrambe, air terjun ini dinamakan "Pengantin" karena memiliki dua aliran air yang berdampingan, seolah-olah sepasang pengantin. Keindahan alam sekitar yang hijau dan udara segar menjadikan tempat ini favorit untuk bersantai.
- Air Terjun Srambang Park: Berlokasi di Jogorogo, air terjun ini berada di tengah hutan pinus yang rindang. Selain menikmati keindahan air terjun, pengunjung juga bisa bersantai di area taman, berfoto di spot-spot menarik, atau menikmati udara pegunungan yang sejuk.
- Taman Wisata Tawun: Terkenal dengan pemandian alaminya yang jernih dan segar. Pemandian ini dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan kulit. Selain itu, ada juga area bermain anak dan taman yang tertata apik, cocok untuk rekreasi keluarga.
- Waduk Pondok: Salah satu waduk terbesar di Ngawi, berfungsi sebagai irigasi pertanian dan juga destinasi wisata. Pengunjung bisa menikmati pemandangan danau yang luas, memancing, atau sekadar bersantai di tepiannya.
- Hutan Pinus Setro: Menyajikan keindahan hutan pinus yang menjulang tinggi, cocok untuk fotografi, piknik, atau sekadar menikmati ketenangan alam.
- Kebun Teh Jamus (Jamus Agro Park): Meskipun secara administratif masuk wilayah Karanganyar (Jawa Tengah), lokasinya sangat dekat dengan Ngawi dan sering menjadi destinasi wisata bagi warga Ngawi. Hamparan kebun teh yang hijau di kaki Gunung Lawu ini menawarkan pemandangan yang indah dan udara sejuk.
- Puncak Jogorogo: Menawarkan pemandangan kota Ngawi dari ketinggian, terutama saat matahari terbit atau terbenam.
Wisata Kuliner
Perjalanan ke Ngawi tidak lengkap tanpa mencicipi aneka kuliner khasnya yang lezat dan unik:
- Nasi Pecel Lethok: Ini adalah ikon kuliner Ngawi. Berbeda dengan pecel pada umumnya, pecel lethal menggunakan lethok, sejenis saus kacang yang diolah dengan kencur dan bumbu rempah khas, menghasilkan cita rasa pedas gurih yang segar. Disajikan dengan nasi, aneka sayuran rebus, dan lauk seperti tempe goreng atau telur dadar.
- Tepo Tahu: Hidangan khas Ngawi yang terdiri dari tahu goreng, tempe, kubis, tauge, lontong (tepo), dan siraman bumbu kacang pedas manis yang segar. Rasanya gurih, sedikit asam, dan pedas, sangat cocok untuk lidah penggemar kuliner tradisional.
- Orek-Orek Ngawi: Sesuai julukan "Bumi Orek-Orek", hidangan ini adalah sejenis sayuran tumis yang terbuat dari berbagai macam bahan seperti kacang panjang, tauge, dan tempe, dimasak dengan bumbu khas. Rasanya segar dan sering menjadi pendamping nasi.
- Ledre: Makanan ringan berupa kerupuk tipis manis renyah, terbuat dari tepung beras dan santan, seringkali dicampur pisang. Ledre Ngawi memiliki cita rasa yang khas dan menjadi oleh-oleh favorit.
- Kue Bolu Gulung: Bolu gulung Ngawi terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasa yang manis pas, seringkali diisi dengan selai atau krim.
- Wedang Cemue: Minuman hangat tradisional khas Ngawi yang terbuat dari santan, roti tawar, dan kacang tanah, seringkali ditambah jahe atau pandan untuk aroma wangi. Sangat nikmat diminum saat udara dingin.
- Sate Lalapan: Sate ayam atau daging yang disajikan dengan aneka lalapan segar dan sambal pedas.
- Cenil, Gatot, Tiwul: Jajanan pasar tradisional yang terbuat dari singkong atau tepung tapioka, disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah cair.
- Olahan Belut: Di Ngawi, belut banyak diolah menjadi berbagai hidangan lezat seperti keripik belut, oseng belut, atau pecel belut.
Ilustrasi Pecel Lethok, kuliner khas Ngawi.
Ekonomi dan Pembangunan: Lumbung Pangan dan Pusat Pertumbuhan
Sektor ekonomi Ngawi didominasi oleh pertanian, menjadikannya salah satu lumbung pangan utama di Jawa Timur. Namun, sektor lain seperti industri kecil, perdagangan, dan jasa juga terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Sektor Pertanian
Sebagai kabupaten agraris, pertanian adalah tulang punggung ekonomi Ngawi. Komoditas utama adalah padi, dengan produksi yang sangat tinggi berkat sistem irigasi yang baik, terutama dari aliran Bengawan Solo dan waduk-waduk. Selain padi, Ngawi juga menghasilkan jagung, tebu, kedelai, kacang tanah, dan berbagai jenis hortikultura seperti cabai, bawang merah, dan sayuran lainnya.
Peternakan juga menjadi bagian penting dari sektor pertanian, dengan komoditas seperti sapi potong, kambing, dan ayam. Perikanan air tawar, terutama budidaya lele, nila, dan gurami di kolam maupun waduk, juga berkontribusi pada ekonomi lokal.
Ilustrasi hamparan padi, simbol kemakmuran Ngawi sebagai lumbung pangan.
Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Ngawi memiliki banyak IKM yang bergerak di berbagai bidang, termasuk:
- Pengolahan Makanan: Produksi Ledre, keripik tempe, keripik pisang, olahan belut, dan berbagai makanan ringan lainnya.
- Kerajinan Tangan: Batik, anyaman bambu, dan produk-produk kayu.
- Konveksi dan Tekstil: Industri rumahan yang menghasilkan pakaian, tas, dan produk tekstil lainnya.
Pemerintah daerah terus berupaya membina dan mengembangkan IKM agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
Perdagangan dan Jasa
Sektor perdagangan didukung oleh keberadaan pasar tradisional yang tersebar di seluruh kecamatan, serta beberapa pusat perbelanjaan modern. Sektor jasa meliputi akomodasi (hotel dan penginapan), transportasi, dan berbagai layanan lainnya yang mendukung aktivitas ekonomi masyarakat.
Infrastruktur
Perkembangan infrastruktur di Ngawi sangat pesat, terutama dengan adanya jalan tol Trans-Jawa (Ruas Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono) yang melintasi wilayah ini. Hal ini meningkatkan konektivitas dan mempercepat distribusi barang dan jasa, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Jalur kereta api juga masih menjadi moda transportasi penting. Pembangunan dan perbaikan jalan-jalan kabupaten dan desa terus dilakukan untuk menunjang mobilitas masyarakat.
Potensi dan Tantangan: Membangun Ngawi Masa Depan
Ngawi memiliki potensi yang luar biasa besar untuk terus berkembang, namun juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang memerlukan perhatian serius.
Potensi
- Lokasi Strategis: Sebagai gerbang Jawa Timur dan persimpangan jalur utama trans-Jawa, Ngawi memiliki keunggulan dalam hal logistik dan konektivitas.
- Sumber Daya Alam Melimpah: Lahan pertanian yang subur, sungai-sungai besar, dan perbukitan yang menyimpan potensi pariwisata alam.
- Warisan Sejarah dan Budaya: Situs Trinil dan Benteng Van den Bosch adalah aset edukasi dan pariwisata yang sangat bernilai. Budaya dan kesenian tradisional yang kaya juga menjadi daya tarik tersendiri.
- Produk Unggulan Pertanian: Padi, jagung, dan berbagai komoditas pertanian lainnya memiliki potensi pasar yang besar.
- Keramahan Masyarakat: Semboyan "Ngawi Ramah" bukan hanya jargon, melainkan cerminan karakter masyarakat yang menjadi modal sosial kuat.
Tantangan
- Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM): Peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan masyarakat sangat penting untuk menghadapi persaingan global dan mengisi sektor-sektor ekonomi yang lebih kompleks.
- Pemasaran dan Branding Produk Lokal: Memperkenalkan produk-produk unggulan Ngawi ke pasar yang lebih luas, baik nasional maupun internasional, memerlukan strategi pemasaran dan branding yang efektif.
- Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan: Mengembangkan sektor pariwisata tanpa mengorbankan kelestarian alam dan budaya lokal adalah tantangan penting. Perluasan fasilitas dan promosi harus sejalan dengan prinsip keberlanjutan.
- Mitigasi Bencana: Beberapa wilayah di Ngawi rentan terhadap bencana alam seperti banjir (akibat luapan Bengawan Solo) dan tanah longsor di daerah perbukitan. Diperlukan upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang lebih baik.
- Inovasi dan Diversifikasi Ekonomi: Meskipun pertanian adalah tulang punggung, penting untuk mendorong inovasi dan diversifikasi ekonomi agar tidak terlalu bergantung pada satu sektor, misalnya melalui pengembangan agrowisata atau industri pengolahan hasil pertanian.
Visi Ngawi: Menuju Kabupaten Maju dan Berbudaya
Dengan segala potensi dan tantangannya, Ngawi terus melangkah maju dengan visi untuk menjadi kabupaten yang maju, sejahtera, dan berbudaya. Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta pemberdayaan ekonomi lokal menjadi prioritas utama. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga terus digenjot untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pemerintah daerah bersama seluruh elemen masyarakat berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan, melestarikan warisan budaya, dan mempromosikan keramahan khas Ngawi kepada dunia. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Ngawi optimis dapat menjadi salah satu kabupaten terdepan di Jawa Timur yang mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh warganya.
Kesimpulan: Ngawi, Permata di Ujung Barat Jawa Timur
Ngawi adalah sebuah permata yang bersinar di ujung barat Provinsi Jawa Timur. Dari jejak-jejak purba Homo Erectus di Trinil yang menguak misteri asal-usul manusia, hingga megahnya Benteng Van den Bosch yang berdiri kokoh sebagai saksi bisu sejarah kolonial, Ngawi menyuguhkan pengalaman perjalanan yang kaya akan pengetahuan dan pesona.
Keindahan alamnya yang asri, keramahan penduduknya, kekayaan budaya dan kesenian tradisionalnya yang lestari, serta sajian kuliner khas yang menggugah selera, semuanya menjadikan Ngawi destinasi yang patut untuk dijelajahi. Sebagai lumbung pangan yang vital, Ngawi terus berinovasi dan beradaptasi, mengukir masa depan yang cerah dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal.
Mari kunjungi Ngawi, rasakan langsung kehangatan "Bumi Orek-Orek" dan biarkan pesonanya memikat hati Anda. Ngawi bukan hanya sekadar kabupaten, melainkan sebuah narasi tentang kehidupan, perjuangan, dan harapan yang terus bersemi.