Mumpuni: Menguak Potensi Diri dan Kesuksesan Sejati
Dalam perjalanan hidup yang dinamis dan penuh tantangan, setiap individu memiliki keinginan inheren untuk mencapai versi terbaik dari dirinya. Kata "mumpuni" sering kali muncul sebagai sebuah tujuan, sebuah standar keunggulan yang didambakan. Lebih dari sekadar memiliki keahlian, mumpuni merefleksikan penguasaan menyeluruh, kematangan, dan kapasitas untuk memberikan dampak signifikan. Artikel ini akan mengupas tuntas makna mumpuni, dimensi-dimensi yang membentuknya, strategi untuk mencapainya, serta bagaimana kebermumpunian dapat menjadi kunci menuju kesuksesan sejati dalam berbagai aspek kehidupan.
Apa Itu Mumpuni? Memahami Akar Kata dan Konsepnya
Secara etimologi, kata "mumpuni" dalam Bahasa Indonesia merujuk pada seseorang yang cakap, ahli, terampil, dan mampu melaksanakan tugas atau perannya dengan sangat baik. Ini bukan hanya tentang memiliki pengetahuan dasar, melainkan penguasaan mendalam yang memungkinkan seseorang tidak hanya menyelesaikan masalah tetapi juga berinovasi, beradaptasi, dan bahkan memimpin dalam bidangnya. Kebermumpunian mencerminkan kapabilitas yang telah teruji, baik melalui pendidikan, pengalaman, maupun latihan konsisten. Ini adalah tingkat kematangan di mana individu tidak lagi sekadar melakukan, tetapi menguasai dan unggul.
Dalam konteks yang lebih luas, mumpuni bukan sekadar atribut individual, melainkan sebuah filosofi pengembangan diri yang berkelanjutan. Ini adalah komitmen untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan memperluas kapasitas. Seseorang yang mumpuni tidak stagnan; ia senantiasa mencari cara untuk menjadi lebih baik, lebih relevan, dan lebih efektif. Ini melibatkan kombinasi antara pengetahuan teoretis, keterampilan praktis, dan juga sikap mental yang tepat. Tanpa salah satu dari ketiganya, penguasaan sejati sulit untuk dicapai.
Mumpuni Melampaui Sekadar Kompeten
Ada perbedaan halus namun signifikan antara "kompeten" dan "mumpuni". Seseorang yang kompeten mampu melakukan tugas atau pekerjaan sesuai standar yang ditetapkan. Ia memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Namun, seseorang yang mumpuni melampaui standar tersebut. Ia tidak hanya memenuhi ekspektasi, tetapi seringkali melebihi ekspektasi, menemukan cara-cara baru yang lebih efisien, dan menjadi rujukan bagi orang lain.
- Kompeten: Mampu melakukan tugas.
- Mumpuni: Mampu melakukan tugas dengan sangat baik, unggul, inovatif, dan menjadi ahli di bidangnya.
Mumpuni melibatkan elemen intuisi, kebijaksanaan, dan pengalaman yang mendalam, yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang tepat bahkan dalam situasi yang tidak terduga atau kompleks. Ini adalah kemampuan untuk melihat gambaran besar, mengantisipasi masalah, dan memimpin dengan visi.
Dimensi-Dimensi Kunci Kebermumpunian
Untuk menjadi individu yang mumpuni, seseorang perlu mengembangkan dirinya dalam berbagai dimensi. Ini bukan hanya tentang satu aspek saja, melainkan sebuah integrasi dari berbagai elemen yang saling mendukung.
1. Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Pengetahuan
Dasar dari kebermumpunian seringkali terletak pada kapasitas intelektual dan penguasaan pengetahuan. Ini mencakup kemampuan untuk memahami konsep-konsep kompleks, menganalisis informasi, memecahkan masalah secara logis, dan berpikir kritis.
- Pengetahuan Fundamental: Memiliki pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip dasar dalam bidangnya.
- Pembelajaran Berkelanjutan: Selalu haus akan informasi baru, mengikuti perkembangan terbaru, dan bersedia mempelajari hal-hal di luar zona nyaman.
- Pemikiran Kritis: Mampu mengevaluasi informasi secara objektif, mengidentifikasi bias, dan membentuk opini yang beralasan.
- Kemampuan Analitis: Mengurai masalah menjadi bagian-bagian kecil, memahami hubungan antar komponen, dan menyusun solusi yang efektif.
Individu yang mumpuni dalam dimensi ini tidak hanya menghafal fakta, tetapi memahami konteks, implikasi, dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam situasi nyata. Mereka adalah pembelajar sejati yang melihat setiap pengalaman sebagai peluang untuk memperkaya bank pengetahuan mereka.
2. Kecerdasan Emosional (EQ) dan Sosial
Di era modern, kecerdasan emosional dan sosial semakin diakui sebagai pilar penting kebermumpunian. Kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri, serta membaca dan merespons emosi orang lain, krusial untuk sukses dalam interaksi personal maupun profesional.
- Kesadaran Diri: Mengenali emosi, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan motivasi diri.
- Pengelolaan Diri: Mengendalikan impuls, beradaptasi dengan perubahan, dan menjaga integritas.
- Empati: Memahami perspektif dan perasaan orang lain, serta mampu menempatkan diri pada posisi mereka.
- Keterampilan Sosial: Membangun hubungan, berkomunikasi efektif, menginspirasi, dan bekerja sama dalam tim.
Seseorang yang mumpuni secara emosional mampu menavigasi konflik, memotivasi tim, membangun jaringan yang kuat, dan menjadi pemimpin yang disegani. Mereka tahu kapan harus mendengarkan, kapan harus berbicara, dan bagaimana menciptakan lingkungan yang positif dan produktif.
3. Keterampilan Teknis dan Praktis
Ini adalah inti dari "mumpuni" dalam banyak profesi – penguasaan keterampilan spesifik yang diperlukan untuk menjalankan tugas. Baik itu programming, bedah, desain grafis, menulis, berbicara di depan umum, atau keterampilan manual lainnya.
- Penguasaan Teknis Mendalam: Bukan hanya tahu cara melakukannya, tetapi menguasai seluk-beluknya hingga mampu memecahkan masalah yang paling rumit sekalipun.
- Praktik Berulang dan Disengaja: Latihan yang fokus pada peningkatan area kelemahan dan penguatan keunggulan.
- Adaptasi Teknologi: Mampu belajar dan beradaptasi dengan alat dan teknologi baru yang relevan dengan bidangnya.
- Inovasi: Tidak puas dengan cara lama, selalu mencari metode atau solusi yang lebih baik dan efisien.
Keterampilan teknis yang mumpuni memungkinkan seseorang tidak hanya menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga menjadi pencipta nilai, mendorong batas-batas kemungkinan, dan memberikan kontribusi yang unik.
4. Resiliensi dan Ketahanan Mental
Perjalanan menuju kebermumpunian tidak selalu mulus. Akan ada kegagalan, penolakan, dan tantangan. Kapasitas untuk bangkit kembali dari kesulitan, belajar dari kesalahan, dan tetap gigih adalah tanda dari individu yang mumpuni.
- Optimisme Realistis: Menjaga harapan positif sambil tetap realistis terhadap tantangan.
- Manajemen Stres: Mengembangkan strategi efektif untuk mengatasi tekanan dan menjaga keseimbangan mental.
- Ketekunan: Tidak menyerah pada rintangan pertama, melainkan mencari jalan keluar dan solusi.
- Belajar dari Kegagalan: Melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk tumbuh, bukan sebagai akhir segalanya.
Individu yang mumpuni secara mental memiliki 'otot' psikologis yang kuat untuk menghadapi ketidakpastian dan perubahan, menjadikan mereka individu yang dapat diandalkan dalam situasi krisis.
5. Etika dan Integritas
Kebermumpunian sejati tidak hanya tentang apa yang bisa dilakukan, tetapi juga bagaimana melakukannya. Etika dan integritas membentuk fondasi kepercayaan, yang esensial dalam setiap interaksi dan pencapaian jangka panjang.
- Kejujuran: Bertindak dan berkomunikasi dengan jujur dan transparan.
- Akuntabilitas: Bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan.
- Keadilan: Memperlakukan orang lain dengan adil dan tidak bias.
- Moralitas: Memegang teguh prinsip-prinsip moral dalam setiap aspek kehidupan.
Seseorang yang mumpuni dengan etika dan integritas akan dihormati tidak hanya karena kemampuannya, tetapi juga karena karakternya. Mereka membangun reputasi yang kokoh dan berkelanjutan.
Strategi Mencapai Kebermumpunian: Sebuah Peta Jalan
Mencapai tingkat mumpuni memerlukan pendekatan yang sistematis dan disiplin. Ini bukan sesuatu yang terjadi dalam semalam, melainkan hasil dari upaya yang konsisten dan terarah. Berikut adalah beberapa strategi kunci:
1. Pendidikan dan Pembelajaran Berkelanjutan
Pendidikan adalah fondasi. Ini bisa berupa pendidikan formal (sekolah, universitas) maupun informal (kursus online, workshop, membaca buku). Yang terpenting adalah sikap proaktif untuk terus belajar.
- Identifikasi Kesenjangan Pengetahuan: Apa yang Anda tidak tahu yang perlu Anda ketahui untuk menjadi lebih baik?
- Manfaatkan Berbagai Sumber: Buku, artikel jurnal, video, podcast, kuliah online (MOOCs), seminar.
- Jaringan dengan Ahli: Belajar dari mereka yang sudah mumpuni di bidangnya.
- Menerapkan Pengetahuan Baru: Pengetahuan tanpa aplikasi hanyalah informasi.
Seseorang yang mumpuni adalah seorang pembelajar seumur hidup. Mereka memahami bahwa dunia terus berubah dan relevansi mereka tergantung pada kemampuan untuk beradaptasi dan mengasimilasi informasi baru.
2. Latihan dan Praktik yang Disengaja (Deliberate Practice)
Latihan biasa hanya akan mempertahankan tingkat kompetensi. Untuk menjadi mumpuni, diperlukan latihan yang disengaja – yaitu latihan yang fokus, terarah, dan seringkali tidak nyaman, karena menantang Anda untuk melampaui batas kemampuan saat ini.
- Tetapkan Tujuan Jelas: Apa yang ingin Anda tingkatkan? Bagaimana Anda akan mengukurnya?
- Fokus pada Kelemahan: Alokasikan waktu untuk memperbaiki area di mana Anda belum mahir.
- Dapatkan Umpan Balik: Mintalah kritik konstruktif dari mentor, rekan kerja, atau pelatih.
- Ulangi dan Sesuaikan: Berlatih terus-menerus, menyesuaikan pendekatan berdasarkan umpan balik.
Ini adalah proses yang melelahkan namun sangat efektif, mirip dengan cara atlet profesional atau musisi berlatih untuk mencapai puncak kinerja mereka. Kualitas latihan lebih penting daripada kuantitas.
3. Mencari Mentor dan Pembimbing
Seorang mentor yang berpengalaman dapat mempercepat proses pengembangan Anda. Mereka dapat memberikan wawasan, saran, dan umpan balik yang tak ternilai harganya.
- Identifikasi Mentor Potensial: Cari seseorang yang memiliki keahlian dan nilai-nilai yang Anda kagumi.
- Bangun Hubungan: Dekati mereka dengan rasa hormat dan tunjukkan keseriusan Anda untuk belajar.
- Bersikap Terbuka terhadap Kritik: Gunakan umpan balik mentor sebagai peta jalan untuk perbaikan.
- Belajar dari Kesalahan Orang Lain: Mentor dapat membantu Anda menghindari perangkap umum.
Hubungan mentor-mentee adalah salah satu alat paling kuat untuk pertumbuhan pribadi dan profesional, memungkinkan Anda untuk berdiri di atas bahu raksasa.
4. Refleksi Diri dan Evaluasi Jujur
Tanpa refleksi, pengalaman hanyalah rangkaian peristiwa tanpa makna yang mendalam. Refleksi membantu Anda memahami apa yang berhasil, apa yang tidak, dan mengapa.
- Jurnal Reflektif: Tuliskan pengalaman Anda, apa yang Anda pelajari, dan bagaimana Anda bisa melakukannya lebih baik.
- Self-Assessment Berkala: Tinjau kemajuan Anda secara rutin dan identifikasi area yang memerlukan perhatian lebih.
- Cari Perspektif Eksternal: Mintalah umpan balik 360 derajat dari rekan kerja, atasan, atau bawahan.
- Belajar dari Kesalahan: Akui kesalahan Anda, pahami akar penyebabnya, dan rencanakan tindakan korektif.
Refleksi diri yang jujur adalah kompas internal yang membimbing Anda menuju perbaikan berkelanjutan dan memastikan Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama.
5. Mengembangkan Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Sebuah konsep yang dipopulerkan oleh Carol Dweck, pola pikir bertumbuh adalah keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras. Ini sangat berlawanan dengan pola pikir tetap (fixed mindset) yang percaya bahwa bakat adalah sesuatu yang statis.
- Menerima Tantangan: Melihat tantangan sebagai peluang untuk tumbuh, bukan ancaman.
- Gigih dalam Menghadapi Hambatan: Menganggap hambatan sebagai bagian dari proses pembelajaran.
- Melihat Usaha sebagai Jalan Menuju Penguasaan: Memahami bahwa kerja keras adalah kunci, bukan hanya bakat.
- Belajar dari Kritik: Menggunakan umpan balik sebagai informasi untuk perbaikan, bukan serangan pribadi.
- Mendapatkan Inspirasi dari Kesuksesan Orang Lain: Merayakan dan belajar dari pencapaian orang lain.
Pola pikir bertumbuh adalah mesin yang mendorong individu untuk terus berusaha menjadi mumpuni, tanpa merasa terbatas oleh kemampuan yang ada saat ini.
Mumpuni dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Konsep mumpuni tidak terbatas pada satu profesi atau satu aspek saja. Ia relevan dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, membentuk individu yang seimbang dan berdaya.
1. Mumpuni dalam Karier dan Profesionalisme
Di dunia kerja yang kompetitif, menjadi mumpuni adalah keharusan. Ini berarti tidak hanya mahir dalam tugas pekerjaan Anda, tetapi juga memiliki keterampilan interpersonal, kepemimpinan, dan adaptasi.
- Spesialisasi Mendalam: Menjadi ahli dalam niche tertentu yang memberikan nilai unik.
- Keterampilan Komunikasi Efektif: Mampu menyampaikan ide dengan jelas, mendengarkan aktif, dan bernegosiasi.
- Kepemimpinan Adaptif: Mampu memimpin tim melalui perubahan, menginspirasi, dan mendelegasikan dengan efektif.
- Manajemen Proyek dan Waktu: Mengorganisir pekerjaan, memenuhi tenggat waktu, dan mengelola sumber daya secara efisien.
- Inovasi dan Pemecahan Masalah: Mampu mengidentifikasi masalah, berpikir di luar kotak, dan menciptakan solusi baru.
Karyawan atau pemimpin yang mumpuni adalah aset tak ternilai bagi organisasi, mampu mendorong pertumbuhan dan inovasi. Mereka adalah orang-orang yang dicari, dipercaya, dan dihormati.
2. Mumpuni dalam Hubungan Personal
Kebermumpunian juga terwujud dalam kemampuan membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan bermakna, baik itu dengan pasangan, keluarga, maupun teman.
- Komunikasi Empatis: Mampu mendengarkan tanpa menghakimi dan mengungkapkan perasaan dengan jujur namun penuh hormat.
- Penyelesaian Konflik Konstruktif: Menangani perbedaan pendapat dengan cara yang menguatkan hubungan, bukan merusaknya.
- Ketersediaan Emosional: Hadir secara penuh untuk orang yang dicintai, memberikan dukungan dan pengertian.
- Batasan Sehat: Menetapkan dan menghormati batasan pribadi dan orang lain.
- Kemampuan Memaafkan: Melepaskan dendam dan bergerak maju, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Individu yang mumpuni dalam hubungan mampu menciptakan ikatan yang kuat, tahan uji, dan saling mendukung, yang merupakan sumber kebahagiaan dan kekuatan.
3. Mumpuni dalam Kesejahteraan Diri
Mumpuni juga berarti menguasai diri sendiri dalam hal kesehatan fisik, mental, dan spiritual, yang menjadi fondasi bagi semua pencapaian lainnya.
- Gaya Hidup Sehat: Menjaga pola makan, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup.
- Manajemen Stres: Mengembangkan teknik relaksasi dan menghadapi tekanan hidup dengan cara yang sehat.
- Kesehatan Mental: Mempraktikkan kesadaran diri, mencari bantuan profesional jika diperlukan, dan menjaga keseimbangan emosional.
- Perkembangan Spiritual: Menemukan makna dan tujuan hidup, baik melalui agama, meditasi, atau refleksi pribadi.
- Waktu untuk Diri Sendiri: Memberi ruang untuk hobi, rekreasi, dan kegiatan yang mengisi energi.
Seorang yang mumpuni dalam kesejahteraan diri memahami bahwa ia harus mengisi cangkirnya terlebih dahulu sebelum bisa menuangkannya untuk orang lain. Ini adalah investasi jangka panjang untuk kualitas hidup.
4. Mumpuni dalam Kontribusi Sosial dan Kewarganegaraan
Puncak kebermumpunian adalah ketika seseorang mampu menggunakan keahlian dan kapasitasnya untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat yang lebih luas.
- Filantropi: Memberikan sebagian sumber daya atau waktu untuk tujuan amal.
- Voluntarisme: Menyumbangkan waktu dan keahlian untuk organisasi nirlaba atau komunitas.
- Advokasi: Menggunakan suara untuk memperjuangkan keadilan sosial atau isu-isu penting.
- Kepemimpinan Komunitas: Memimpin atau berpartisipasi aktif dalam inisiatif yang meningkatkan kualitas hidup di komunitas.
- Menjadi Teladan: Menunjukkan standar etika dan integritas yang tinggi yang menginspirasi orang lain.
Mumpuni dalam kontribusi sosial berarti menjadi warga dunia yang bertanggung jawab, yang tidak hanya mengambil tetapi juga memberi kembali, menciptakan warisan positif bagi generasi mendatang.
Tantangan dalam Mencapai Kebermumpunian dan Cara Mengatasinya
Jalur menuju kebermumpunian tidak selalu mudah. Ada berbagai tantangan yang mungkin muncul, namun dengan kesadaran dan strategi yang tepat, hambatan tersebut dapat diatasi.
1. Rasa Puas Diri (Complacency)
Setelah mencapai tingkat kompetensi tertentu, seringkali timbul rasa puas diri yang menghambat pertumbuhan lebih lanjut. Ini adalah jebakan di mana kita berhenti belajar dan berinovasi.
- Solusi: Terus menetapkan tujuan yang lebih tinggi, mencari tantangan baru, dan mengadopsi pola pikir pembelajar seumur hidup. Ingat bahwa dunia terus bergerak.
2. Ketakutan akan Kegagalan
Ketakutan untuk mencoba hal baru atau mengambil risiko karena takut gagal dapat mencegah kita mengembangkan keterampilan baru.
- Solusi: Mengubah persepsi tentang kegagalan. Melihatnya sebagai data, sebagai umpan balik berharga, bukan sebagai akhir dari segalanya. Fokus pada proses belajar, bukan hanya hasil.
3. Kurangnya Konsistensi dan Disiplin
Pengembangan diri membutuhkan waktu dan usaha yang konsisten. Kurangnya disiplin dapat menggagalkan upaya terbaik sekalipun.
- Solusi: Membangun kebiasaan kecil yang konsisten, membuat jadwal yang terstruktur, dan mencari akuntabilitas dari mentor atau teman. Ingat pepatah, "consistency is key."
4. Informasi Berlebihan dan Gangguan
Di era digital, kita dibanjiri informasi dan berbagai gangguan yang bisa mengalihkan fokus dari tujuan pengembangan diri.
- Solusi: Berlatih manajemen informasi, fokus pada sumber yang kredibel, membatasi waktu layar yang tidak produktif, dan menciptakan lingkungan yang mendukung fokus.
5. Sindrom Impostor (Impostor Syndrome)
Perasaan tidak pantas atau merasa sebagai penipu meskipun memiliki bukti nyata akan kompetensi dan keberhasilan. Ini bisa menghambat seseorang untuk mengakui kebermumpuniannya sendiri.
- Solusi: Akui dan validasi pencapaian Anda. Berbicara dengan mentor atau terapis. Pahami bahwa banyak orang hebat juga mengalaminya. Fokus pada kontribusi Anda, bukan pada perbandingan.
Mumpuni di Era Digital dan Masa Depan
Dunia terus berubah dengan cepat, didorong oleh kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan, otomatisasi, dan data besar. Untuk tetap mumpuni di masa depan, individu harus mengembangkan serangkaian keterampilan yang adaptif dan futuristik.
1. Literasi Digital dan Adaptasi Teknologi
Tidak hanya menguasai alat digital yang ada, tetapi juga memiliki kemampuan untuk dengan cepat mempelajari dan beradaptasi dengan teknologi baru.
- Memahami algoritma dasar dan cara kerja AI.
- Menguasai alat kolaborasi digital dan komunikasi virtual.
- Kemampuan menganalisis dan menginterpretasi data.
2. Kreativitas dan Inovasi
Saat tugas-tugas rutin semakin diotomatisasi, nilai manusia terletak pada kemampuan untuk berpikir kreatif, menghasilkan ide-ide baru, dan menciptakan solusi inovatif yang belum terpikirkan oleh mesin.
- Berpikir Lateral dan Desain.
- Kemampuan untuk berinovasi di tengah keterbatasan.
3. Keterampilan Antarbudaya dan Global
Dunia semakin terhubung. Kebermumpunian akan mencakup kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda dan memahami dinamika global.
- Kemampuan komunikasi lintas budaya.
- Pemahaman tentang isu-isu global.
4. Kecerdasan Manusia yang Unik
Kecerdasan emosional, empati, etika, dan kemampuan untuk membentuk hubungan manusia yang mendalam akan semakin dihargai karena ini adalah hal-hal yang sulit ditiru oleh AI.
- Membangun kepercayaan dan hubungan yang otentik.
- Kepemimpinan yang berempati dan inspiratif.
Menjadi mumpuni di masa depan berarti menjadi "hybrid" – mampu memanfaatkan teknologi sambil mempertahankan dan mengasah kualitas kemanusiaan yang esensial. Ini adalah perpaduan antara kecerdasan teknis dan kecerdasan manusiawi.
Kesimpulan: Perjalanan Menuju Keunggulan yang Tak Pernah Berakhir
Kata "mumpuni" adalah undangan untuk tidak pernah berhenti tumbuh, belajar, dan berkembang. Ini adalah janji untuk mengukir potensi terbaik dalam diri kita di setiap dimensi kehidupan – intelektual, emosional, praktis, mental, dan etis. Perjalanan menuju kebermumpunian adalah sebuah maraton, bukan sprint. Ia membutuhkan dedikasi, ketekunan, kerendahan hati untuk terus belajar, dan keberanian untuk menghadapi tantangan.
Ketika kita berinvestasi dalam menjadi individu yang mumpuni, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup kita sendiri, tetapi juga kapasitas kita untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada keluarga, komunitas, dan dunia. Kita menjadi sumber inspirasi, solusi, dan perubahan positif.
Maka, mari kita mulai setiap hari dengan niat untuk menjadi sedikit lebih mumpuni dari kemarin. Mari kita peluk setiap tantangan sebagai kesempatan untuk mengasah kemampuan kita, setiap kegagalan sebagai pelajaran berharga, dan setiap interaksi sebagai peluang untuk tumbuh. Karena pada akhirnya, kebermumpunian bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah proses yang berkelanjutan, sebuah gaya hidup yang memilih keunggulan di atas rata-rata, dan sebuah komitmen untuk memaksimalkan anugerah potensi yang ada dalam diri setiap manusia.
Pilihlah untuk menjadi mumpuni. Pilihlah untuk terus berkembang. Pilihlah untuk membuat perbedaan.