Metabolisme Karbohidrat: Jantung Produksi Energi Seluler
Karbohidrat merupakan biomolekul paling melimpah di bumi dan berfungsi sebagai sumber energi primer bagi hampir semua bentuk kehidupan. Dalam konteks biologi manusia, metabolisme karbohidrat adalah serangkaian kompleks reaksi kimia yang memastikan glukosa, bentuk karbohidrat paling sederhana, dapat diserap, disimpan, diubah, dan digunakan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh triliunan sel dalam tubuh. Proses ini tidak hanya melibatkan penguraian gula, tetapi juga sintesis dan interkonversi dengan jalur metabolik lainnya, menjadikannya pusat integritas fisiologis.
Keseimbangan glukosa darah (homeostasis glukosa) adalah aspek krusial dari metabolisme karbohidrat yang diawasi ketat oleh sistem endokrin. Ketidakmampuan tubuh untuk mengelola proses ini secara efisien, seperti yang terjadi pada kondisi resistensi insulin atau kekurangan produksi insulin, dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius, yang paling umum adalah diabetes melitus. Memahami seluk-beluk setiap jalur metabolik—mulai dari glikolisis hingga glukoneogenesis—memberikan wawasan mendalam mengenai bagaimana energi kehidupan dihasilkan dan diatur.
I. Pencernaan, Penyerapan, dan Distribusi Glukosa
Sebelum karbohidrat dapat dimanfaatkan oleh sel, molekul polisakarida dan disakarida yang kita konsumsi harus dipecah menjadi monosakarida (terutama glukosa, fruktosa, dan galaktosa) melalui proses pencernaan.
A. Degradasi Karbohidrat Diet
Proses pencernaan dimulai di mulut dengan bantuan enzim amilase saliva, yang memecah pati (amilum) menjadi molekul yang lebih kecil, seperti dekstrin dan maltosa. Meskipun pencernaan ini terhenti sementara di lambung karena pH asam, proses dilanjutkan secara intensif di usus halus. Pankreas melepaskan amilase pankreas dalam jumlah besar, yang menyelesaikan pemecahan rantai panjang polisakarida menjadi disakarida.
Di permukaan sel epitel usus (enterosit), terdapat enzim-enzim disakaridase yang tertanam pada batas sikat (brush border), termasuk maltase, sukrase, dan laktase. Enzim-enzim ini memecah disakarida menjadi monosakarida: maltosa menjadi dua molekul glukosa; sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa; dan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Hanya monosakarida yang dapat diserap oleh enterosit.
B. Mekanisme Penyerapan
Glukosa dan galaktosa diserap melawan gradien konsentrasi melalui mekanisme transpor aktif sekunder yang melibatkan transporter sodium-glukosa (SGLT1). Energi untuk proses ini disediakan oleh gradien natrium yang dipertahankan oleh pompa Na+/K+-ATPase. Fruktosa, di sisi lain, diserap melalui difusi terfasilitasi menggunakan transporter GLUT5.
Setelah berada di dalam enterosit, semua monosakarida dilepaskan ke dalam sirkulasi portal darah melalui transporter GLUT2. Darah portal membawa monosakarida ini langsung ke hati, yang berfungsi sebagai pusat metabolisme utama. Hati adalah organ pertama yang memproses galaktosa dan fruktosa, mengubahnya menjadi intermediat yang dapat memasuki jalur glikolisis (glukosa-6-fosfat atau gliseraldehida-3-fosfat), atau menyimpannya sebagai glikogen.
II. Glikolisis: Jalan Penguraian Glukosa
Glikolisis adalah jalur metabolisme anaerobik universal yang mengubah satu molekul glukosa berkarbon enam menjadi dua molekul piruvat berkarbon tiga, menghasilkan sejumlah kecil ATP dan NADH. Proses ini terjadi di sitosol sel dan merupakan fondasi dari hampir semua metabolisme energi seluler.
A. Fase Investasi Energi (Langkah 1-5)
Pada fase awal, tubuh menginvestasikan dua molekul ATP untuk mengaktifkan glukosa. Langkah-langkah kunci meliputi:
- Fosforilasi Glukosa: Enzim heksokinase (atau glukokinase di hati) menambahkan gugus fosfat ke glukosa, menghasilkan glukosa-6-fosfat (G6P). Langkah ini penting karena G6P tidak dapat meninggalkan sel, sehingga gula terperangkap di dalam sitosol.
- Fosforilasi Kedua: Fruktosa-6-fosfat difosforilasi lagi menjadi fruktosa-1,6-bifosfat (F1,6BP) oleh enzim fosfofruktokinase-1 (PFK-1). PFK-1 adalah titik kontrol alosterik terpenting dalam seluruh jalur glikolisis, sensitif terhadap rasio ATP/AMP dan sitrat.
- Pembelahan: F1,6BP, molekul berkarbon enam, dipecah menjadi dua molekul berkarbon tiga: dihidroksiaseton fosfat (DHAP) dan gliseraldehida-3-fosfat (G3P). DHAP kemudian dikonversi menjadi G3P oleh isomerase, memastikan dua molekul G3P melanjutkan sisa jalur.
B. Fase Hasil Energi (Langkah 6-10)
Dua molekul G3P mengalami oksidasi dan fosforilasi tingkat substrat untuk menghasilkan energi bersih:
- Oksidasi dan Produksi NADH: G3P dioksidasi dan difosforilasi menjadi 1,3-bifosfogliserat. Reaksi ini menghasilkan NADH, yang akan diangkut ke rantai transpor elektron (jika oksigen tersedia) untuk menghasilkan ATP lebih lanjut.
- Fosforilasi Tingkat Substrat Pertama: Gugus fosfat berenergi tinggi pada 1,3-bifosfogliserat dipindahkan ke ADP untuk menghasilkan ATP.
- Pembentukan Piruvat: Serangkaian konversi menghasilkan fosfoenolpiruvat, yang kemudian diubah menjadi piruvat oleh enzim piruvat kinase. Ini adalah fosforilasi tingkat substrat kedua, menghasilkan ATP lagi.
Hasil Net Glikolisis: Dari satu molekul glukosa, glikolisis menghasilkan bersih 2 molekul ATP, 2 molekul NADH, dan 2 molekul piruvat.
C. Nasib Piruvat
Nasib piruvat sangat bergantung pada ketersediaan oksigen dalam sel:
- Kondisi Aerobik: Piruvat diangkut ke mitokondria, di mana ia diubah menjadi asetil KoA melalui dekarboksilasi oksidatif. Asetil KoA adalah bahan bakar utama untuk Siklus Asam Sitrat (Krebs).
- Kondisi Anaerobik (e.g., otot intens): Piruvat direduksi menjadi laktat oleh enzim laktat dehidrogenase. Proses ini meregenerasi NAD+ dari NADH, yang penting agar glikolisis dapat terus berjalan meskipun tidak ada oksigen. Laktat dapat diangkut ke hati untuk diubah kembali menjadi glukosa (Siklus Cori).
III. Produksi Energi Aerobik: Dari Piruvat ke ATP
Jika oksigen tersedia, piruvat memasuki tahap metabolisme yang jauh lebih efisien di dalam mitokondria, menghasilkan sebagian besar energi seluler.
A. Dekarboksilasi Oksidatif Piruvat
Sebelum memasuki Siklus Krebs, piruvat harus diubah. Kompleks piruvat dehidrogenase (PDC), sebuah kompleks enzim multienzim yang besar, mengkatalisis konversi piruvat (C3) menjadi asetil KoA (C2). Reaksi ini bersifat ireversibel dan menghasilkan satu molekul NADH serta melepaskan CO2. Asetil KoA kemudian siap memasuki Siklus Krebs.
B. Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)
Siklus Krebs adalah jalur amfibolik (melibatkan katabolisme dan anabolisme) yang terjadi di matriks mitokondria. Fungsi utamanya adalah mengoksidasi sepenuhnya gugus asetil dari asetil KoA menjadi karbon dioksida (CO2), sambil menghasilkan pembawa elektron berenergi tinggi (NADH dan FADH2).
Siklus ini dimulai ketika asetil KoA bergabung dengan oksaloasetat (OAA) untuk membentuk sitrat. Melalui delapan langkah berturut-turut yang melibatkan dekarboksilasi dan oksidasi, OAA diregenerasi, memungkinkan siklus berlanjut.
Hasil per Siklus (dari satu Asetil KoA): 3 NADH, 1 FADH2, 1 GTP (setara ATP), dan 2 CO2. Karena satu molekul glukosa menghasilkan dua asetil KoA, hasil ini dilipatgandakan.
C. Fosforilasi Oksidatif dan Rantai Transpor Elektron (RTE)
Produksi energi terbesar berasal dari oksidasi NADH dan FADH2 yang dihasilkan dari glikolisis, dekarboksilasi piruvat, dan Siklus Krebs. Proses ini terjadi di membran mitokondria bagian dalam.
Pembawa elektron mentransfer elektron melalui empat kompleks protein besar yang tertanam dalam membran. Energi yang dilepaskan dalam transfer ini digunakan untuk memompa proton (H+) dari matriks ke ruang intermembran, menciptakan gradien elektrokimia. Proton kemudian mengalir kembali ke matriks melalui enzim ATP sintase, yang menggunakan energi aliran proton ini untuk mengkatalisis sintesis ATP dari ADP dan fosfat (kemiosmosis).
Setiap NADH yang dioksidasi menghasilkan sekitar 2.5 molekul ATP, dan setiap FADH2 menghasilkan sekitar 1.5 molekul ATP. Efisiensi luar biasa inilah yang membuat metabolisme aerobik jauh lebih unggul dibandingkan glikolisis anaerobik dalam hal produksi ATP total.
IV. Glukoneogenesis: Sintesis Glukosa dari Non-Karbohidrat
Glukoneogenesis (GNG) adalah proses sintesis glukosa dari prekursor non-karbohidrat, seperti laktat, gliserol, dan asam amino glukogenik. Proses ini sangat vital selama periode puasa, kelaparan, atau olahraga berat, karena otak dan eritrosit sangat bergantung pada pasokan glukosa yang stabil.
A. Lokasi dan Prekursor Utama
Glukoneogenesis sebagian besar terjadi di hati (sekitar 90%) dan sebagian kecil di korteks ginjal. Prekursor yang digunakan meliputi:
- Laktat: Dihasilkan oleh sel darah merah dan otot yang bekerja keras (Siklus Cori).
- Gliserol: Dihasilkan dari hidrolisis trigliserida dalam jaringan adiposa.
- Asam Amino: Terutama alanin dan glutamin, yang diubah menjadi intermediat Siklus Krebs atau piruvat.
B. Bypass Langkah Irreversible
Glukoneogenesis bukanlah kebalikan sederhana dari glikolisis, karena tiga reaksi kunci glikolisis bersifat ireversibel. GNG harus "memotong" reaksi ini menggunakan enzim spesifik dan jalur yang membutuhkan energi:
- Piruvat menjadi Fosfoenolpiruvat (PEP): Ini adalah langkah bypass paling kompleks. Piruvat harus terlebih dahulu diubah menjadi oksaloasetat (OAA) di mitokondria oleh piruvat karboksilase (membutuhkan ATP). OAA kemudian diubah menjadi PEP oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK) di sitosol (membutuhkan GTP).
- Fruktosa-1,6-bifosfat menjadi Fruktosa-6-fosfat: Dikatalisis oleh Fruktosa-1,6-bifosfatase (FBPase-1). Enzim ini diatur secara ketat, berkebalikan dengan PFK-1 di glikolisis.
- Glukosa-6-fosfat menjadi Glukosa: Dikatalisis oleh glukosa-6-fosfatase. Enzim ini hanya ditemukan di hati dan ginjal, memungkinkan organ-organ ini melepaskan glukosa bebas ke dalam darah. Otot, yang tidak memiliki enzim ini, tidak dapat menyumbangkan glukosa ke sirkulasi sistemik.
Regulasi yang ketat memastikan bahwa glikolisis (penguraian glukosa) dan glukoneogenesis (sintesis glukosa) tidak berjalan secara bersamaan dalam siklus sia-sia (futile cycle). Ketika salah satu jalur aktif, yang lain harus dihambat, biasanya melalui efek alosterik dan modifikasi kovalen yang melibatkan hormon.
V. Glikogenesis dan Glikogenolisis: Penyimpanan dan Mobilisasi
Ketika pasokan glukosa berlimpah (setelah makan), kelebihan glukosa disimpan dalam bentuk glikogen, polisakarida bercabang yang berfungsi sebagai cadangan energi cepat. Ketika glukosa darah menurun, glikogen dipecah untuk memenuhi kebutuhan energi.
A. Glikogenesis (Pembentukan Glikogen)
Glikogen sebagian besar disimpan di hati (untuk menjaga kadar gula darah) dan di otot rangka (sebagai cadangan energi lokal untuk kontraksi). Proses pembentukannya memerlukan aktivasi glukosa menjadi uridin difosfat glukosa (UDP-Glukosa), yang merupakan donor glukosa aktif.
Enzim kunci adalah glikogen sintase, yang memperpanjang rantai glikogen yang sudah ada (primer). Enzim percabangan (branching enzyme) kemudian memperkenalkan ikatan α-1,6 pada rantai tersebut, menciptakan struktur bercabang yang memungkinkan penyimpanan glukosa yang sangat padat dan mobilisasi yang sangat cepat.
B. Glikogenolisis (Penguraian Glikogen)
Glikogenolisis diaktifkan oleh hormon katabolik (glukagon dan epinefrin) ketika kadar glukosa darah rendah. Enzim kunci adalah glikogen fosforilase, yang memecah ikatan α-1,4, melepaskan glukosa dalam bentuk glukosa-1-fosfat (G1P).
G1P dengan cepat diubah menjadi glukosa-6-fosfat (G6P). Seperti disebutkan sebelumnya, di hati, G6P dihidrolisis menjadi glukosa bebas dan dilepaskan ke dalam darah. Di otot, G6P langsung memasuki glikolisis untuk digunakan sebagai bahan bakar internal otot.
VI. Jalur Pentosa Fosfat (PPP)
Jalur Pentosa Fosfat (PPP), atau Jalur Heksosa Monofosfat (HMP), berjalan paralel dengan glikolisis dan memiliki fungsi anabolik yang sangat penting, berbeda dengan peran katabolik utama glikolisis dan Siklus Krebs.
A. Fungsi Kunci Jalur Pentosa Fosfat
PPP memiliki dua fungsi utama yang sangat penting bagi homeostasis seluler:
- Produksi NADPH: Ini adalah peran terpenting. NADPH (bentuk tereduksi dari NADP+) sangat penting untuk reaksi reduktif biosintetik, seperti sintesis asam lemak dan sterol. Selain itu, NADPH melindungi sel dari kerusakan akibat spesies oksigen reaktif (ROS) dengan mempertahankan konsentrasi glutation tereduksi, terutama penting dalam sel darah merah.
- Produksi Ribosa-5-Fosfat (R5P): R5P adalah prekursor esensial untuk sintesis nukleotida, yang diperlukan untuk pembentukan DNA dan RNA.
B. Fase Oksidatif dan Non-Oksidatif
Jalur ini dibagi menjadi dua bagian:
- Fase Oksidatif: Glukosa-6-fosfat mengalami dua reaksi oksidasi ireversibel yang menghasilkan dua molekul NADPH dan mengubah G6P menjadi ribulosa-5-fosfat. Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) mengkatalisis langkah pembatas laju pada fase ini.
- Fase Non-Oksidatif: Fase ini melibatkan reaksi reversibel yang mengkonversi pentosa (R5P) kembali menjadi intermediat glikolisis (fruktosa-6-fosfat dan gliseraldehida-3-fosfat) melalui enzim transketolase dan transaldolase. Ini memungkinkan sel untuk menghasilkan NADPH tanpa harus selalu menghasilkan nukleotida.
VII. Regulasi Hormonal Pusat Metabolisme Karbohidrat
Homeostasis glukosa adalah salah satu sistem regulasi yang paling ketat dalam tubuh, terutama dikendalikan oleh hormon yang disekresikan oleh pankreas.
A. Peran Insulin (Kondisi Postprandial/Kenyang)
Insulin dilepaskan oleh sel beta pankreas sebagai respons terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Insulin adalah hormon anabolik utama; tugasnya adalah menurunkan kadar glukosa darah dan mendorong penyimpanan energi.
- Sel Otot dan Adiposa: Insulin memfasilitasi pengambilan glukosa dengan memicu translokasi transporter glukosa GLUT4 dari vesikel intraseluler ke membran plasma.
- Hati: Insulin mendorong glikogenesis (melalui de-fosforilasi dan aktivasi glikogen sintase) dan menghambat glikogenolisis serta glukoneogenesis (melalui penghambatan enzim kunci seperti G6Pase dan FBPase-1).
- Glikolisis: Insulin mengaktifkan enzim kunci PFK-1 dan piruvat kinase, meningkatkan aliran glukosa melalui glikolisis untuk dioksidasi atau diubah menjadi lemak.
B. Peran Glukagon (Kondisi Puasa/Laparan)
Glukagon dilepaskan oleh sel alfa pankreas sebagai respons terhadap penurunan kadar glukosa darah. Glukagon adalah hormon katabolik yang bertujuan meningkatkan glukosa darah.
Glukagon terutama bekerja pada hati. Mekanisme kerjanya melibatkan pengikatan reseptor, yang memicu kaskade cAMP dan protein kinase A (PKA). PKA memfosforilasi dan mengaktifkan enzim yang mempromosikan penguraian glukosa:
- Glikogenolisis: PKA mengaktifkan glikogen fosforilase, mempercepat pemecahan glikogen.
- Glukoneogenesis: PKA mengaktifkan gen PEPCK dan menonaktifkan PFK-2, sehingga menurunkan konsentrasi fruktosa-2,6-bifosfat (regulator kuat glikolisis), secara efektif mematikan glikolisis dan mendorong GNG.
C. Peran Kortisol dan Epinefrin
Hormon stres juga memainkan peran katabolik penting dalam metabolisme karbohidrat, terutama saat tubuh berada di bawah tekanan (misalnya, stres, cedera, atau olahraga ekstrem).
- Epinefrin (Adrenalin): Bekerja cepat, terutama di otot dan hati. Di otot, ia memicu glikogenolisis untuk menyediakan glukosa yang cepat (dalam bentuk G6P) untuk glikolisis. Di hati, efeknya mirip glukagon, meningkatkan pelepasan glukosa ke darah.
- Kortisol: Ini adalah hormon glukokortikoid yang bekerja lebih lambat dan berperan dalam respons jangka panjang terhadap stres. Kortisol mempromosikan glukoneogenesis, terutama dengan meningkatkan pasokan prekursor asam amino melalui katabolisme protein otot. Kortisol juga dapat mengurangi sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin.
VIII. Integrasi Metabolisme Karbohidrat dengan Jalur Lain
Metabolisme karbohidrat tidak berjalan secara terisolasi. Jalur karbohidrat, lipid, dan protein saling berhubungan melalui intermediat kunci, memastikan fleksibilitas metabolisme tubuh dalam menghadapi variasi diet dan kebutuhan energi.
A. Interaksi dengan Metabolisme Lipid
Asetil KoA adalah molekul penghubung utama. Ketika karbohidrat berlebihan, glikolisis menghasilkan asetil KoA lebih dari yang dapat diproses oleh Siklus Krebs. Kelebihan asetil KoA ini dialihkan ke jalur biosintesis asam lemak (lipogenesis) di sitosol. Glukosa juga menyediakan NADPH (melalui PPP) yang diperlukan untuk proses sintesis lemak ini.
Sebaliknya, dalam kondisi puasa, asam lemak dipecah (beta-oksidasi) menjadi asetil KoA. Meskipun asetil KoA dari lemak dapat memasuki Siklus Krebs, sel mamalia tidak dapat mengubahnya kembali menjadi glukosa, karena reaksi piruvat dehidrogenase bersifat ireversibel. Namun, gliserol (tulang punggung trigliserida) dapat berfungsi sebagai prekursor glukoneogenesis.
B. Interaksi dengan Metabolisme Protein
Protein, setelah dipecah menjadi asam amino, dapat memasuki jalur metabolisme energi. Asam amino diklasifikasikan sebagai glukogenik, ketogenik, atau keduanya:
- Asam Amino Glukogenik: Dapat diubah menjadi piruvat atau intermediat Siklus Krebs (seperti oksaloasetat atau alfa-ketoglutarat), yang kemudian dapat digunakan untuk glukoneogenesis. Alanin adalah contoh utama, yang diangkut dari otot ke hati untuk diubah menjadi glukosa (Siklus Alanin-Glukosa).
- Asam Amino Ketogenik: Diubah menjadi asetil KoA atau asetoasetil KoA, yang dapat digunakan untuk sintesis badan keton atau asam lemak.
Selama kelaparan jangka panjang, katabolisme protein otot menjadi sumber utama prekursor glukoneogenesis, sebuah proses yang memastikan suplai glukosa untuk otak tetap terjaga, namun dengan biaya kehilangan massa otot.
IX. Gangguan dan Patofisiologi Metabolisme Karbohidrat
Mengingat peran sentralnya, defek dalam metabolisme karbohidrat dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, yang menunjukkan betapa pentingnya keseimbangan yang presisi dalam jalur-jalur ini.
A. Diabetes Melitus
Diabetes adalah kelainan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia (gula darah tinggi) akibat defek sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
- Diabetes Tipe 1: Ditandai dengan kerusakan autoimun sel beta pankreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolut. Akibatnya, glukosa tidak dapat memasuki sel, menyebabkan peningkatan glukoneogenesis yang tidak terkontrol, peningkatan lipolisis, dan potensi ketoasidosis.
- Diabetes Tipe 2: Ditandai dengan resistensi insulin, di mana sel-sel perifer tidak merespons secara memadai terhadap insulin, diikuti oleh kegagalan sel beta. Resistensi insulin menyebabkan hati terus memproduksi glukosa (melalui GNG) meskipun kadar glukosa darah sudah tinggi.
B. Glikogenosis (Penyakit Penyimpanan Glikogen)
Glikogenosis adalah sekelompok kelainan genetik yang disebabkan oleh defisiensi enzim yang terlibat dalam glikogenesis atau glikogenolisis. Defek ini menyebabkan akumulasi glikogen yang abnormal dalam jaringan, terutama hati dan otot.
Contohnya adalah Penyakit Von Gierke (GSD I), yang disebabkan oleh defisiensi glukosa-6-fosfatase. Karena hati tidak dapat mengubah G6P menjadi glukosa bebas, pasien mengalami hipoglikemia parah saat puasa dan akumulasi glikogen di hati, serta laktat yang berlebihan (karena G6P dialihkan ke glikolisis). Penyakit McArdle (GSD V), defek pada fosforilase otot, menyebabkan ketidakmampuan otot untuk memecah glikogennya sendiri, mengakibatkan kelemahan otot dan kram saat berolahraga.
C. Defisiensi Enzim Glikolitik dan PPP
Defisiensi enzim spesifik, seperti defisiensi piruvat kinase, mengganggu langkah terakhir glikolisis. Defek ini sering memengaruhi sel darah merah, yang sangat bergantung pada glikolisis untuk ATP (karena tidak memiliki mitokondria). Hasilnya adalah anemia hemolitik.
Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD), defisiensi enzim yang paling umum di dunia, mengganggu fase oksidatif PPP. Tanpa G6PD, produksi NADPH terganggu, yang membuat sel darah merah rentan terhadap stres oksidatif. Paparan zat oksidatif (obat-obatan tertentu, kacang fava) dapat memicu anemia hemolitik akut pada individu yang kekurangan G6PD.
X. Implikasi Fisiologis dan Adaptasi Metabolik
Metabolisme karbohidrat menunjukkan tingkat adaptasi yang luar biasa untuk menjamin kelangsungan hidup seluler, terutama dalam kondisi ekstrem.
A. Siklus Cori dan Siklus Alanin-Glukosa
Dua siklus ini adalah mekanisme transport yang efisien untuk mengatasi kurangnya oksigen atau pasokan glukosa di jaringan perifer:
- Siklus Cori (Laktat): Selama anaerobiosis (misalnya, otot yang bekerja keras), piruvat diubah menjadi laktat. Laktat dilepaskan ke aliran darah, dibawa ke hati, dan diubah kembali menjadi glukosa melalui glukoneogenesis. Glukosa ini kemudian dikembalikan ke otot untuk bahan bakar. Siklus ini menghindarkan akumulasi laktat yang berlebihan dan mendistribusikan beban energi.
- Siklus Alanin-Glukosa: Mirip dengan Siklus Cori, tetapi menggunakan alanin sebagai pembawa non-toksik dari gugus amino. Alanin yang dihasilkan dari transaminasi piruvat di otot diangkut ke hati, di mana ia diubah kembali menjadi piruvat untuk glukoneogenesis, sambil gugus aminonya digunakan untuk sintesis urea.
B. Pergeseran Bahan Bakar pada Puasa Jangka Panjang
Adaptasi metabolisme karbohidrat pada puasa jangka panjang melibatkan penurunan total penggunaan glukosa dan peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif.
- Tahap Awal (0-24 jam): Glukosa darah dipertahankan terutama oleh glikogenolisis hati.
- Tahap Menengah (1-3 hari): Glikogen habis, dan glukoneogenesis menjadi sumber glukosa utama, menggunakan prekursor dari protein (otot) dan gliserol (lemak).
- Tahap Jangka Panjang (>3 hari): Otak mulai beradaptasi dengan menggunakan badan keton (berasal dari pemecahan lemak) sebagai bahan bakar utama, mengurangi ketergantungan pada glukosa. Hal ini membatasi kebutuhan glukoneogenesis, sehingga menghemat protein otot. Meskipun begitu, sebagian glukosa (sekitar 40 gram per hari) tetap harus dipasok untuk sel yang mutlak bergantung padanya (eritrosit dan medula ginjal).
Keseluruhan jalur metabolisme karbohidrat mencerminkan kompleksitas dan efisiensi biokimia yang memungkinkan organisme untuk mengekstrak energi maksimum dari nutrisi sambil mempertahankan pasokan energi yang stabil, baik dalam kondisi berlimpah maupun kelaparan. Pemahaman rinci tentang setiap langkah enzimatis dan mekanisme regulasinya adalah kunci untuk memahami fungsi normal dan patofisiologi penyakit yang terkait dengan energi tubuh.