Tindakan membentuk adalah inti dari eksistensi manusia, sebuah imperatif kuno yang membedakan kita dari alam murni. Sejak awal mula peradaban, manusia tidak hanya beradaptasi dengan lingkungan; sebaliknya, mereka bentuk, mereka rancang, dan mereka ubah lingkungan, sistem, dan realitas mereka sendiri agar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi kolektif. Konsep ini melampaui sekadar desain fisik bangunan atau alat. Ini mencakup pembentukan narasi sosial, struktur ekonomi, hingga kerangka kerja kognitif yang kita gunakan untuk memahami dunia.
Kekuatan pembentukan ini adalah kekuatan yang transformatif, berkelanjutan, dan sering kali, bersifat kausal. Setiap peradaban besar adalah hasil dari serangkaian keputusan sadar dan tidak sadar yang membentuk tatanan mereka. Dalam eksplorasi mendalam ini, kita akan menelusuri bagaimana mereka bentuk tidak hanya mengubah lingkungan fisik, tetapi juga bagaimana ia menciptakan sistem etika, sosial, dan digital yang kini mengendalikan kehidupan modern. Ini adalah kisah tentang bagaimana niat, yang diwujudkan melalui desain, menjadi arsitek tak terlihat dari sejarah manusia.
Sebelum bentuk dapat terwujud di dunia fisik, ia harus terlebih dahulu eksis sebagai konsep dalam pikiran. Tindakan ‘mereka bentuk’ berakar pada kemampuan kognitif unik manusia untuk membayangkan masa depan, merencanakan, dan memproyeksikan niat ke dalam materi atau struktur. Filosofi desain mengajarkan bahwa setiap artefak, dari kapak batu paling sederhana hingga jaringan transportasi global yang paling kompleks, adalah manifestasi dari pemecahan masalah yang disengaja.
Niat adalah bahan bakar utama pembentukan. Ketika individu atau kelompok menyadari adanya kesenjangan antara realitas saat ini dan realitas yang diinginkan, mereka dipaksa untuk merancang jalan keluarnya. Proses ini membutuhkan imajinasi struktural—kemampuan untuk melihat tidak hanya objek individual tetapi juga hubungan antar objek, sistem yang lebih besar yang mengikat mereka. Insinyur yang merancang jembatan tidak hanya melihat baja dan beton; mereka bentuk alur gerakan, aliran sungai, dan potensi beban selama puluhan tahun. Demikian pula, legislatif yang merancang undang-undang tidak hanya melihat pasal-pasal; mereka bentuk perilaku sosial, insentif, dan hukuman, menciptakan kerangka moral yang baru.
Sejak Paleolitikum, ketika leluhur kita mulai membentuk perkakas dari batu, setiap pukulan palu batu ke inti batu adalah sebuah tindakan desain yang didorong oleh kebutuhan—kemampuan untuk memotong, berburu, atau bertahan. Mereka tidak hanya menemukan; mereka bentuk alat itu agar berfungsi lebih baik, lebih ergonomis, dan lebih efisien. Evolusi perkakas ini menunjukkan bahwa pembentukan adalah proses iteratif, di mana setiap generasi mengambil desain sebelumnya, mengevaluasinya, dan kemudian mereka bentuk ulang untuk mencapai optimalitas yang lebih tinggi. Konsep ini tetap relevan, baik kita berbicara tentang pemutakhiran perangkat lunak atau revisi konstitusi.
Cara kita memahami dunia sangat dipengaruhi oleh bagaimana dunia itu dibentuk di sekitar kita. Lingkungan fisik yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi stres, dan mempromosikan interaksi sosial. Sebaliknya, lingkungan yang kacau, tidak terstruktur, atau tidak ramah dapat menghambat perkembangan manusia. Arsitek, perencana kota, dan desainer pengalaman (UX designer) semuanya berada dalam bisnis yang sama: mereka bentuk persepsi dan perilaku kita melalui struktur yang mereka ciptakan.
Sebagai contoh, desain ruang publik yang mendorong pertemuan kasual (seperti alun-alun yang terbuka dan mudah diakses) secara aktif membentuk masyarakat yang lebih kohesif. Sebaliknya, tata kota yang didominasi oleh jalan raya besar dan zonasi ketat yang memisahkan tempat tinggal dari tempat kerja mereka bentuk masyarakat yang terfragmentasi, yang bergantung pada kendaraan pribadi dan mengalami isolasi sosial yang lebih tinggi. Pembentukan ini adalah kekuatan dua arah: kita membentuk lingkungan, dan lingkungan kembali membentuk kita.
Ilustrasi 1: Blueprint kognitif yang menunjukkan bagaimana niat mengalir melalui sistem untuk menghasilkan realisasi, sebuah siklus yang terus berlanjut dalam setiap upaya pembentukan.
Lingkungan fisik adalah bukti paling nyata dari kemampuan manusia untuk membentuk. Sejarah peradaban adalah sejarah arsitektur, dari Piramida Giza hingga jaringan kereta api modern. Dalam skala ini, tindakan pembentukan adalah upaya monumental yang memerlukan koordinasi, sumber daya yang besar, dan visi jangka panjang yang sering kali melampaui rentang hidup individu.
Ketika mereka bentuk sebuah bangunan, mereka tidak hanya menciptakan tempat berlindung, tetapi juga merepresentasikan nilai-nilai, hierarki, dan aspirasi budaya. Candi-candi kuno menunjukkan koneksi spiritual, istana menunjukkan kekuatan absolut, dan gedung pencakar langit modern menunjukkan supremasi ekonomi dan teknologi.
Pertimbangkan kota-kota Eropa Abad Pertengahan. Mereka bentuk struktur yang defensif, dengan tembok tinggi dan jalan sempit yang berliku-liku, mencerminkan kebutuhan akan keamanan dan hierarki sosial yang terpusat di sekitar katedral atau kastil. Kontrasnya, arsitek modernis pada abad ke-20 berupaya membentuk lingkungan yang efisien, fungsional, dan egaliter, menghasilkan desain blok apartemen seragam dan pabrik-pabrik terbuka, sebagai manifestasi dari keyakinan pada rasionalitas industri.
Namun, pembentukan fisik ini tidak selalu berhasil. Gerakan arsitektur seperti Modernisme, meskipun didorong oleh niat mulia untuk menyediakan perumahan yang terjangkau, sering kali gagal mempertimbangkan aspek sosial. Lingkungan perumahan massal yang dirancang tanpa memperhatikan konteks sosial atau estetika lokal sering kali menghasilkan isolasi dan alienasi, memaksa desainer generasi berikutnya untuk mereka bentuk ulang pendekatan mereka, bergerak menuju desain yang lebih humanis dan kontekstual.
Tata kota adalah skala tertinggi dari pembentukan fisik. Ketika perencana mereka bentuk kota, mereka menentukan bagaimana jutaan orang akan berinteraksi, bepergian, bekerja, dan hidup. Keputusan mengenai zonasi (pemisahan area residensial, komersial, dan industri) adalah keputusan yang kuat dan berdampak jangka panjang.
Sebagai contoh, grid system (sistem jaringan jalan tegak lurus) yang populer di banyak kota Amerika Utara dirancang untuk efisiensi dan kemudahan navigasi, tetapi juga dapat menciptakan lingkungan yang monoton dan kurangnya ruang pertemuan spontan. Sebaliknya, kota-kota yang berkembang secara organik selama berabad-abad, dengan jalan-jalan berkelok dan plaza yang tersembunyi, memiliki rasa tempat (sense of place) yang unik, karena bentuknya adalah hasil dari akumulasi keputusan sosial dan ekonomi selama periode waktu yang sangat panjang.
Konsep infrastruktur, seperti jalan, listrik, dan jaringan air, adalah contoh sempurna bagaimana mereka bentuk sistem yang tidak terlihat tetapi sangat penting. Keputusan di mana meletakkan jalur kereta api atau di mana membangun pelabuhan telah menentukan nasib ekonomi seluruh wilayah selama berabad-abad, mengalihkan kekayaan dan migrasi, dan menciptakan pusat-pusat kekuatan baru. Pembentukan infrastruktur adalah penentuan struktur masa depan.
Jika lingkungan fisik adalah wadah, maka sistem sosial adalah isi yang berinteraksi di dalamnya. Pembentukan sosial jauh lebih abstrak, tetapi memiliki dampak yang lebih besar pada kehidupan sehari-hari. Mereka bentuk hukum, norma-norma, dan institusi yang mengatur interaksi kolektif, mendefinisikan apa yang adil, apa yang dilarang, dan bagaimana konflik harus diselesaikan.
Hukum adalah salah satu bentuk pembentukan sosial yang paling formal. Konstitusi, misalnya, adalah dokumen desain utama peradaban politik. Ketika pendiri suatu bangsa berkumpul, mereka bentuk kerangka kerja untuk kekuasaan, membagi otoritas, menetapkan hak-hak individu, dan menciptakan mekanisme untuk perubahan. Bentuk yang mereka pilih—apakah itu monarki konstitusional, republik federal, atau sistem parlementer—menentukan dinamika sosial dan politik selama generasi mendatang.
Pembentukan hukum bersifat terus-menerus. Hukum kontrak, misalnya, membentuk dasar bagaimana perdagangan dan bisnis dapat dilakukan dengan aman, mendorong kepercayaan dan investasi. Hukum properti mereka bentuk hubungan antara individu dan sumber daya, mendefinisikan kepemilikan dan penggunaan. Tanpa pembentukan struktur hukum yang stabil, masyarakat akan jatuh ke dalam anarki, di mana kekuatan fisik menentukan hasil, bukan konsensus dan aturan.
Tantangan terbesar dalam pembentukan hukum adalah memastikan bahwa struktur yang dirancang tetap relevan dan adil seiring waktu. Hukum yang dirancang di era industri, misalnya, mungkin tidak memadai untuk mengatur tantangan etika dan privasi di era digital, sehingga memerlukan revisi atau pembentukan undang-undang baru untuk mengakomodasi realitas yang berubah.
Ilustrasi 2: Arsitektur dan tata kota tidak hanya berdiri sendiri; mereka adalah simpul dalam jaringan sistem sosial dan infrastruktur yang lebih besar.
Sistem ekonomi bukanlah fenomena alami; mereka bentuk oleh manusia melalui institusi, aturan, dan norma. Dari sistem barter kuno hingga pasar modal global yang kompleks, struktur ekonomi dirancang untuk mengalokasikan sumber daya, menentukan harga, dan mendistribusikan kekayaan.
Keputusan sentral tentang pembentukan ekonomi mencakup penetapan mata uang (yang merupakan bentuk perjanjian kolektif), pembentukan bank sentral untuk mengendalikan aliran uang, dan penciptaan regulasi untuk mencegah kegagalan pasar. Ketika pemerintah memutuskan untuk mereka bentuk ekonomi yang bersifat kapitalistik, mereka menetapkan prioritas pada kebebasan individu dan kompetisi. Ketika mereka memilih sistem sosialis, mereka membentuk struktur yang menekankan kontrol kolektif dan pemerataan.
Bahkan inovasi keuangan yang paling mendasar, seperti pembentukan saham dan obligasi, adalah tindakan pembentukan. Instrumen-instrumen ini dirancang untuk memecah risiko dan memungkinkan investasi modal dalam skala yang tidak mungkin terjadi sebelumnya, sehingga memungkinkan Revolusi Industri dan ekspansi global. Ketika desainer ekonomi memperkenalkan teknologi baru, seperti mata uang digital terdesentralisasi, mereka bentuk ulang kepercayaan dan otoritas, menantang bentuk-bentuk lama yang telah berkuasa selama berabad-abad.
Mungkin bentuk pembentukan yang paling halus, tetapi paling kuat, adalah pembentukan budaya dan narasi. Bahasa yang kita gunakan mereka bentuk cara kita berpikir (hipotesis Sapir-Whorf), sementara cerita dan mitos yang kita warisi mereka bentuk identitas kolektif kita.
Ketika suatu masyarakat memilih untuk menekankan kisah-kisah heroik tentang perlawanan atau inovasi, mereka membentuk generasi yang terinspirasi untuk mengambil risiko dan mencapai hal-hal besar. Ketika kurikulum pendidikan dirancang, para pendidik secara aktif mereka bentuk pemahaman sejarah dan peran warga negara. Seni, sastra, dan media massa, semuanya adalah alat pembentukan yang bekerja pada tingkat emosional dan kognitif, mengarahkan nilai-nilai dan norma-norma sosial tanpa perlu undang-undang formal.
Norma sosial, meskipun tidak tertulis, adalah bentuk pembentukan yang luar biasa efektif. Norma-norma ini mendikte perilaku yang dapat diterima, menentukan sanksi sosial, dan sering kali lebih sulit diubah daripada undang-undang formal. Misalnya, pergeseran norma tentang kesetaraan gender atau keberlanjutan memerlukan upaya kolektif yang ekstensif untuk mereka bentuk ulang kebiasaan, bahasa, dan harapan yang telah mengakar selama ratusan tahun.
Dalam era modern, kekuatan pembentukan telah bergeser secara signifikan ke ruang digital. Arsitek kini bukan hanya insinyur sipil, tetapi juga insinyur perangkat lunak. Kota-kota baru yang paling banyak ditinggali dan paling berpengaruh adalah platform media sosial, mesin pencari, dan dunia virtual. Dalam domain ini, mereka bentuk tidak hanya tentang struktur, tetapi tentang aliran informasi, perhatian, dan interaksi.
Desainer Pengalaman Pengguna (UX Designer) adalah pembentuk perilaku modern. Setiap tombol, warna, tata letak, dan urutan interaksi dalam aplikasi atau situs web dirancang dengan niat yang jelas: untuk memandu pengguna menuju tindakan tertentu (pembelian, klik, berbagi, atau tetap terlibat). Keputusan desain kecil dapat memiliki dampak besar pada perilaku kolektif.
Prinsip 'nudge theory' sangat jelas di sini. Ketika platform media sosial mereka bentuk antarmuka agar scroll tak berujung (infinite scroll) atau menggunakan notifikasi yang memicu rasa urgensi, mereka secara halus memanipulasi perhatian dan waktu pengguna. Mereka Bentuk struktur digital ini bukan hanya untuk kenyamanan, tetapi untuk optimasi metrik bisnis, yang sering kali mengorbankan kesejahteraan pengguna.
Antarmuka pengguna adalah arsitektur digital. Jika navigasi yang buruk adalah jalan buntu, maka antarmuka yang intuitif adalah jalan raya yang mulus. Para desainer secara sengaja mereka bentuk jalur kognitif yang paling sedikit resistansinya, memastikan bahwa pengguna tidak perlu berpikir keras untuk mencapai tujuan mereka, sehingga memperkuat ketergantungan dan penggunaan platform tersebut.
Algoritma rekomendasi dan penyaringan informasi adalah struktur pembentukan yang paling kuat dan paling tidak transparan di abad ke-21. Ketika tim insinyur mereka bentuk algoritma media sosial, mereka menentukan informasi apa yang dilihat miliaran orang. Algoritma ini dirancang untuk memprioritaskan keterlibatan (engagement), yang secara paradoks, seringkali berarti memprioritaskan konten yang memecah-belah, sensasional, atau ekstrem, karena konten tersebut memicu respons emosional yang lebih kuat.
Filter gelembung (filter bubbles) dan ruang gema (echo chambers) adalah efek samping yang tidak disengaja dari pembentukan algoritmik yang didorong oleh optimasi komersial. Dalam upaya untuk menjaga relevansi dan personalisasi, sistem ini mereka bentuk realitas individu, hanya menampilkan informasi yang mengonfirmasi keyakinan yang sudah ada. Konsekuensinya adalah fragmentasi sosial dan erosi konsensus faktual.
Perdebatan etika seputar kecerdasan buatan (AI) secara fundamental adalah perdebatan tentang pembentukan. Ketika kita melatih model AI, kita mereka bentuk bias yang ada dalam data historis. Jika data historis didominasi oleh bias ras atau gender, maka model AI yang dihasilkan akan memperkuat dan bahkan memperburuk bias tersebut saat mereka mulai mengambil keputusan penting dalam perekrutan, penentuan kredit, atau penegakan hukum. Tanggung jawab pembentuk digital kini mencakup pengenalan dan mitigasi bias struktural ini.
Ilustrasi 3: Representasi interaksi pengguna dengan algoritma inti yang menyaring dan membentuk realitas digital mereka.
Kekuatan untuk mereka bentuk memerlukan tanggung jawab etis yang sebanding. Karena desain dan struktur yang kita ciptakan memiliki konsekuensi jangka panjang dan sering kali tidak terlihat, para pembentuk harus mempertimbangkan implikasi sosial, lingkungan, dan moral dari karya mereka.
Salah satu kritik terbesar terhadap peradaban modern adalah bahwa pembentukan kita selama ini bersifat ekstraktif dan tidak berkelanjutan. Kita telah mereka bentuk sistem industri dan infrastruktur yang mengasumsikan sumber daya yang tak terbatas dan kapasitas serap limbah yang tak terbatas. Konsekuensinya kini nyata dalam bentuk perubahan iklim dan krisis lingkungan.
Tanggung jawab pembentukan abad ke-21 adalah mengalihkan fokus dari pertumbuhan eksponensial menuju keberlanjutan. Ini berarti bahwa ketika mereka bentuk produk, kota, atau bahkan sistem energi, mereka harus mempertimbangkan seluruh siklus hidupnya—dari ekstraksi bahan mentah, penggunaan, hingga pembuangan atau daur ulang. Ini membutuhkan rekayasa ulang total dari banyak struktur industri yang sudah ada, sebuah tindakan pembentukan yang monumental dalam skala global.
Arsitektur hijau dan teknik sirkular adalah contoh upaya untuk mereka bentuk kembali hubungan kita dengan lingkungan. Alih-alih merancang bangunan yang menggunakan energi secara pasif, para desainer kini mereka bentuk struktur yang menghasilkan energi (net-zero buildings) dan menggunakan material yang dapat terurai atau digunakan kembali tanpa batas.
Pembentukan yang etis harus inklusif. Desain yang buruk, yang tidak mempertimbangkan keragaman pengguna (seperti disabilitas, usia, atau latar belakang budaya), secara efektif mengecualikan sebagian populasi dari partisipasi penuh dalam masyarakat. Ketika desainer mereka bentuk produk atau layanan, mereka harus memastikan aksesibilitas adalah inti dari proses, bukan sekadar tambahan opsional.
Aksesibilitas digital adalah isu etika yang mendesak. Antarmuka yang tidak kompatibel dengan teknologi bantu, seperti pembaca layar, mereka bentuk hambatan bagi penyandang disabilitas visual. Demikian pula, sistem pendidikan yang hanya dirancang untuk satu jenis gaya belajar secara tidak sengaja mereka bentuk kegagalan bagi siswa yang memiliki kebutuhan berbeda.
Inklusivitas meluas hingga pembentukan narasi sosial. Ketika mereka bentuk media dan konten, mereka memiliki tanggung jawab untuk mewakili keragaman pengalaman manusia secara akurat, melawan stereotip yang merusak, dan mereka bentuk pemahaman yang lebih kaya dan lebih kompleks tentang dunia. Desain yang sadar secara sosial mengakui bahwa setiap pilihan pembentukan adalah pilihan politik yang memengaruhi distribusi kekuasaan dan kesempatan.
Pembentukan bukanlah tindakan tunggal, tetapi sebuah siklus berkelanjutan dari perancangan, pelaksanaan, evaluasi, dan re-desain. Sebagian besar bentuk dan struktur terkuat yang kita miliki saat ini adalah hasil dari kegagalan berulang dan upaya sistematis untuk belajar dari kesalahan masa lalu. Peradaban yang bertahan adalah yang mampu secara kritis meninjau struktur yang telah mereka bentuk dan bersedia untuk membongkarnya ketika struktur tersebut tidak lagi melayani tujuannya.
Kritik adalah mekanisme penting dalam siklus pembentukan. Dalam arsitektur, kritik pasca-okupansi (post-occupancy evaluation) menilai bagaimana pengguna benar-benar berinteraksi dengan ruang yang dirancang, sering kali mengungkap kekurangan yang tidak terlihat di atas kertas. Dalam politik, reformasi struktural terjadi ketika masyarakat menilai bahwa konstitusi atau sistem yang ada menghasilkan ketidakadilan atau inefisiensi yang tidak dapat ditoleransi.
Kegagalan sebuah sistem ekonomi, misalnya krisis keuangan global, memaksa para perancang kebijakan untuk mereka bentuk ulang mekanisme regulasi, memperkenalkan firewall baru, dan mengubah cara bank beroperasi. Kegagalan ini adalah momen penting di mana realitas empiris menantang asumsi teoritis di balik desain awal. Hanya dengan menghadapi kelemahan dalam desain, barulah kita dapat maju menuju bentuk yang lebih kuat dan lebih tangguh.
Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah kecepatan di mana kita mereka bentuk sistem baru, terutama di domain teknologi. Jika perancangan tata kota Romawi memerlukan waktu berabad-abad, pengembangan algoritma canggih hanya memerlukan waktu beberapa bulan atau tahun. Kecepatan ini menciptakan ‘keterlambatan etika’ (ethical lag), di mana dampak sosial dari teknologi baru jauh melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatur dan memahaminya.
Oleh karena itu, tindakan pembentukan modern harus menginternalisasi mekanisme penyesuaian yang cepat. Mereka bentuk perangkat lunak dan sistem yang bersifat ‘beta’ dan adaptif, di mana umpan balik dan modifikasi dapat diterapkan secara real-time. Ini adalah pergeseran dari paradigma desain statis (seperti membangun piramida) ke paradigma desain dinamis (seperti mengelola jaringan saraf).
Dari kode genetik yang kita manipulasi hingga kode perangkat lunak yang mengatur kehidupan kita, tindakan mereka bentuk adalah manifestasi paling mendasar dari otonomi manusia. Ini adalah kekuatan yang memberikan harapan dan risiko. Setiap struktur yang kita bangun, setiap aturan yang kita tetapkan, dan setiap narasi yang kita sebarkan adalah bagian dari upaya kolektif untuk menciptakan tatanan dari kekacauan, makna dari keacakan, dan efisiensi dari kompleksitas.
Tanggung jawab untuk terus membentuk ada pada setiap individu dan institusi. Kita tidak hanya mewarisi dunia yang dibentuk oleh generasi sebelumnya; kita memiliki kewajiban untuk mengevaluasi warisan itu dan dengan berani mereka bentuk ulang di mana pun strukturnya terasa usang, tidak adil, atau merusak. Pembentukan adalah dialog abadi antara aspirasi dan realitas, sebuah proses tanpa akhir yang mendefinisikan apa artinya menjadi manusia yang beradab. Masa depan kita tidak hanya akan terjadi; itu akan menjadi hasil langsung dari desain yang kita pilih hari ini.
Pekerjaan pembentukan tidak pernah selesai. Saat kebutuhan berubah, teknologi berkembang, dan kesadaran etika kita meningkat, kita harus selalu siap untuk kembali ke papan gambar. Kita harus mereka bentuk ulang tata kota kita agar lebih hijau, mereka bentuk ulang sistem ekonomi kita agar lebih adil, dan mereka bentuk ulang interaksi digital kita agar lebih manusiawi. Kekuatan kolektif untuk merancang dan mewujudkan bentuk-bentuk baru adalah janji terkuat dari potensi manusia.
Dalam setiap keputusan, besar atau kecil, yang mengarahkan materi, energi, atau informasi, sesungguhnya mereka bentuk dunia. Dan dunia yang mereka bentuk itu, pada gilirannya, membentuk nasib kita semua.