Mencapai posisi di mana seseorang atau sebuah entitas tidak hanya memimpin tetapi sepenuhnya merajai, adalah puncak ambisi strategis. Ini bukanlah sekadar kemenangan sesaat, melainkan penguasaan berkelanjutan yang dibangun di atas fondasi inovasi, pemahaman mendalam tentang psikologi pasar, dan adaptasi tanpa henti. Di era yang didefinisikan oleh kecepatan perubahan yang eksponensial, konsep merajai telah berevolusi dari sekadar kontrol sumber daya menjadi penguasaan narasi dan arsitektur ekosistem.
I. Definisi dan Filosofi Merajai Berkelanjutan
Konsep merajai melampaui makna harfiahnya. Dalam konteks strategis modern, merajai berarti menciptakan jarak keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh pesaing dalam jangka waktu yang signifikan. Jarak ini bukan hanya mengenai produk atau harga, melainkan meliputi infrastruktur mental, distribusi pengetahuan, dan kemampuan untuk mendikte standar industri. Sebuah entitas yang merajai adalah entitas yang menjadi gravitasi bagi ekosistemnya; semua pihak lain, baik pesaing, pemasok, maupun konsumen, harus berinteraksi melalui aturan dan platform yang telah ditetapkan oleh sang pemuncak.
1.1. Merajai sebagai Keunggulan Arsitektural
Keunggulan arsitektural adalah kunci untuk dominasi yang abadi. Ini berarti membangun platform yang sangat rumit, saling terkait, dan berharga sehingga biayanya untuk beralih (switching cost) menjadi tidak tertahankan bagi pengguna. Perusahaan yang berhasil merajai tidak hanya menjual barang, tetapi menjual sistem. Mereka mengintegrasikan rantai pasok, perangkat lunak, dan pengalaman pengguna menjadi satu kesatuan yang kohesif. Dominasi ini adalah hasil dari sinkronisasi operasional yang sempurna, di mana setiap komponen memperkuat yang lain, menciptakan efek benteng (moat effect) yang hampir tidak bisa ditembus.
Penguasaan arsitektural ini menuntut pemikiran jangka panjang yang intens. Ini melibatkan investasi besar-besaran dalam infrastruktur dasar—bukan fitur yang menarik perhatian, melainkan jaringan inti yang memungkinkan operasi skala besar. Tanpa infrastruktur yang kokoh, upaya untuk merajai hanya akan menghasilkan kejayaan yang bersifat sementara, rentan runtuh ketika gelombang disrupsi berikutnya tiba. Fondasi inilah yang membedakan pemimpin pasar sesaat dari penguasa sejati.
1.2. Paradigma Bergeser: Dari Kontrol ke Kurasi
Dahulu, merajai diartikan sebagai kontrol ketat terhadap sumber daya langka (misalnya, minyak atau mineral). Kini, di era informasi dan jejaring, dominasi bergeser menjadi kemampuan untuk mengkurasi dan mengorkestrasi jaringan yang luas. Pihak yang merajai adalah kurator terbaik, yang mampu menarik, menahan, dan memonetisasi interaksi dalam jaringannya.
Kurasi ini melibatkan manajemen data yang cerdas (smart data management), di mana data mentah diubah menjadi wawasan prediktif yang superior. Dengan memegang kunci interpretasi data, entitas yang dominan dapat meramalkan pergeseran permintaan, mengantisipasi langkah pesaing, dan menyesuaikan strategi secara instan. Ini adalah jenis hegemoni yang dibangun di atas informasi, di mana penguasaan atas data adalah bentuk penguasaan modal paling berharga. Mereka yang lambat dalam transformasi data menjadi aksi strategis akan selalu menjadi pengikut, bukan pihak yang merajai.
II. Pilar Psikologis untuk Merajai Pasar
Kekuatan struktural dan finansial tidak pernah cukup tanpa kerangka mental yang tepat. Untuk merajai, dibutuhkan lebih dari sekadar keberanian; dibutuhkan ketahanan psikologis yang memungkinkan entitas untuk mengambil risiko besar, menghadapi kegagalan berulang, dan memimpin ketika ketidakpastian mendominasi.
2.1. Visi yang Melebihi Horizon Kompetisi
Visi strategis bagi pihak yang ingin merajai haruslah bersifat 'non-linear'. Ini berarti tidak hanya berfokus pada peningkatan produk sebesar 10% dari tahun ke tahun, tetapi merancang ulang keseluruhan kategori atau menciptakan pasar baru yang belum ada. Visi non-linear seringkali tampak gila atau tidak praktis pada awalnya, tetapi inilah yang memampukan mereka melarikan diri dari perlombaan tikus (rat race) kompetisi langsung.
Mereka yang merajai memiliki keberanian untuk berinvestasi dalam "taruhan nol" (zero bets)—proyek-proyek yang memiliki peluang gagal sangat tinggi, tetapi jika berhasil, akan memberikan pengembalian yang mengubah industri secara fundamental. Ini menuntut kepemimpinan yang tahan terhadap tekanan pemegang saham jangka pendek dan berpegang teguh pada misi jangka panjang yang mengubah lanskap. Visi ini adalah peta jalan menuju diferensiasi absolut.
2.2. Budaya Kegagalan yang Konstruktif (Resiliensi Strategis)
Kegagalan adalah bagian tak terpisahkan dari inovasi radikal yang diperlukan untuk merajai. Entitas yang dominan tidak takut gagal; mereka menginstitusionalisasi kegagalan sebagai mekanisme pembelajaran tercepat. Budaya ini mendorong eksperimen kecil yang cepat dan berbiaya rendah, memungkinkan organisasi untuk menguji hipotesis pasar dengan kecepatan tinggi. Setiap kegagalan dilihat sebagai penentuan parameter, bukan sebagai akhir dari sebuah usaha.
Resiliensi strategis adalah kemampuan untuk menyerap guncangan pasar tanpa kehilangan momentum inti atau arah visi. Ketika krisis melanda, para pemimpin yang merajai menggunakan disrupsi sebagai kesempatan untuk menyingkirkan pesaing yang kurang tangguh. Mereka melakukan pivot (perubahan arah) yang cepat, didukung oleh cadangan modal, talenta, dan, yang terpenting, kepercayaan pasar yang telah mereka bangun melalui konsistensi dan integritas.
III. Strategi Operasional untuk Merajai Ekosistem
Mendominasi bukan hanya tentang produk superior, tetapi tentang bagaimana produk itu dikemas, didistribusikan, dan dipertahankan di pasar. Strategi operasional harus berfokus pada pembangunan parit ekonomi yang melindungi pangsa pasar dari serangan kompetitif.
3.1. Efek Jaringan sebagai Senjata Utama
Efek Jaringan (Network Effects) adalah peluru perak bagi siapapun yang ingin merajai pasar modern. Ketika nilai suatu produk atau layanan meningkat seiring bertambahnya jumlah pengguna, maka entitas tersebut telah menciptakan mekanisme dominasi yang swa-berkelanjutan. Efek jaringan menciptakan fenomena "pemenang mengambil semua" (winner takes all) atau "pemenang mengambil sebagian besar" (winner takes most).
Strategi untuk membangun efek jaringan meliputi:
- Cross-Side Effects: Menarik dua kelompok pengguna yang saling membutuhkan (misalnya, penjual dan pembeli di marketplace).
- Same-Side Effects: Meningkatkan nilai bagi setiap anggota dalam satu kelompok pengguna (misalnya, jejaring sosial).
- Infrastruktur Terintegrasi: Membuat fitur baru yang hanya berfungsi optimal jika semua pengguna berada di platform yang sama.
3.2. Pemasaran Penetrasi vs. Pemasaran Eksklusivitas
Untuk mencapai dominasi, diperlukan fase penetrasi pasar yang agresif, seringkali didanai dengan harga murah atau layanan gratis, untuk menarik massa kritis. Ini adalah fase di mana entitas harus berani membakar modal demi menguasai infrastruktur pengguna. Namun, setelah dominasi tercapai, strategi harus beralih ke 'Pemasaran Eksklusivitas'.
Pemasaran Eksklusivitas bertujuan untuk memperdalam keterlibatan pengguna inti dan menawarkan fitur premium yang semakin meningkatkan biaya beralih. Ini memastikan bahwa meskipun ada pesaing yang menawarkan produk serupa secara gratis, pengguna yang telah berinvestasi dalam ekosistem dominan akan tetap setia. Pemasaran eksklusivitas adalah cara pihak yang merajai memonetisasi kepemimpinan mereka, mengubah pangsa pasar menjadi profitabilitas yang luar biasa.
3.3. Menguasai Rantai Pasok Nilai (Value Chain Mastery)
Dominasi sejati memerlukan penguasaan vertikal, di mana aspek-aspek kritis dari rantai pasok berada di bawah kontrol langsung. Ini dapat berarti mendesain chip sendiri, mengoperasikan armada logistik, atau bahkan mengendalikan sumber bahan baku utama. Kontrol ini memberikan tiga keuntungan krusial:
- Kontrol Biaya: Mengurangi ketergantungan pada pemasok pihak ketiga, memungkinkan penetapan harga yang lebih agresif.
- Kontrol Kualitas: Memastikan standar kualitas tertinggi, yang vital untuk menjaga kepercayaan merek.
- Kontrol Inovasi: Kemampuan untuk berinovasi pada tingkat dasar (fundamental level) tanpa dibatasi oleh mitra eksternal.
IV. Merajai di Era Digital: Data, AI, dan Hiper-Personalisasi
Di abad ke-21, upaya merajai tidak dapat dipisahkan dari penguasaan teknologi digital, khususnya kecerdasan buatan (AI) dan pengelolaan data besar (Big Data). Ini adalah arena di mana kecepatan komputasi dan kedalaman wawasan menjadi mata uang paling kuat.
4.1. Data sebagai Sumber Daya Monopolistik
Data telah menggantikan minyak sebagai sumber daya strategis utama. Organisasi yang merajai adalah organisasi yang tidak hanya mengumpulkan data dalam jumlah besar, tetapi yang memiliki algoritma kepemilikan (proprietary algorithms) yang unggul dalam mengubah data ini menjadi wawasan prediktif. Sifat kompetitif data adalah "semakin banyak Anda memilikinya, semakin baik prediksi Anda, dan semakin mudah bagi Anda untuk mendapatkan lebih banyak data." Ini menciptakan siklus kebajikan (virtuous cycle) data.
Untuk benar-benar merajai data, sebuah entitas harus mampu:
- Mengintegrasikan data dari berbagai silo (data silos).
- Menerapkan model pembelajaran mesin yang terus-menerus disempurnakan oleh data baru (Machine Learning).
- Menggunakan hasil prediksi untuk mengotomatisasi keputusan strategis (misalnya, penetapan harga dinamis atau manajemen inventaris).
4.2. Kecerdasan Buatan (AI) sebagai Pengganda Kekuatan
Penerapan AI bukan lagi opsi, melainkan prasyarat untuk merajai. AI bertindak sebagai pengganda kekuatan (force multiplier), memungkinkan entitas dominan untuk meningkatkan skala operasi tanpa harus meningkatkan biaya linear. Area kritis penerapan AI meliputi:
- Optimasi Rantai Pasok: Menggunakan AI untuk meramalkan permintaan global dan mengoptimalkan rute logistik secara real-time.
- Hiper-Personalisasi: Menciptakan pengalaman pelanggan yang sangat spesifik, sehingga layanan terasa dibuat khusus untuk setiap individu, yang meningkatkan loyalitas secara eksponensial.
- Inovasi Produk Cepat: Menggunakan model generatif AI untuk mempercepat siklus penelitian dan pengembangan, memungkinkan peluncuran produk baru dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
V. Dimensi Etika dan Regulasi dalam Merajai
Dominasi yang tidak berkelanjutan atau yang dianggap predator (merugikan) oleh masyarakat atau regulator akan selalu bersifat sementara. Untuk benar-benar merajai dalam jangka panjang, entitas harus mengintegrasikan tanggung jawab etika dan kepatuhan regulasi ke dalam strategi inti mereka.
5.1. Antimonopoli dan Pengelolaan Persepsi Publik
Semakin besar dan semakin dominan suatu entitas, semakin besar pula pengawasan publik dan regulasi yang akan mereka hadapi. Pihak yang merajai harus aktif mengelola persepsi publik mereka, menunjukkan bahwa kekuatan mereka digunakan untuk kebaikan ekosistem, bukan hanya untuk keuntungan pribadi.
Hal ini dapat dicapai melalui:
- Inisiatif Open-Source: Menyumbangkan teknologi inti kepada komunitas untuk membuktikan niat baik dan mendorong pertumbuhan ekosistem secara keseluruhan.
- Kolaborasi Regulatoris: Secara proaktif bekerja sama dengan pemerintah untuk menetapkan standar industri, yang secara ironis dapat bertindak sebagai hambatan masuk (entry barrier) bagi pesaing yang lebih kecil.
- Investasi dalam Keberlanjutan: Menunjukkan kepemimpinan dalam ESG (Environmental, Social, and Governance), yang kini menjadi kriteria penting bagi investor dan konsumen modern.
5.2. Mengubah Ancaman Regulasi menjadi Keunggulan Kompetitif
Perusahaan yang dominan dapat mengubah kebutuhan regulasi menjadi keuntungan. Ketika peraturan baru diberlakukan (misalnya, standar privasi data yang ketat seperti GDPR), perusahaan yang sudah memiliki sumber daya dan infrastruktur untuk memenuhinya akan jauh lebih cepat beradaptasi dibandingkan pesaing kecil.
Dengan mematuhi dan bahkan melampaui standar etika dan hukum yang ada, entitas yang merajai secara efektif menaikkan biaya bermain bagi orang lain. Mereka menjadikan kepatuhan sebagai hambatan masuk, mengokohkan posisi mereka sebagai satu-satunya pemain yang mampu beroperasi dalam batas-batas yang semakin kompleks. Ini adalah manuver strategis yang halus: menggunakan hukum untuk memperkuat monopoli alamiah.
VI. Mempertahankan Keunggulan: Dinamika Inovasi Abadi
Tantangan terbesar setelah mencapai dominasi bukanlah mengalahkan pesaing saat ini, melainkan mencegah disrupsi dari pesaing yang belum ada. Dominasi yang berkelanjutan memerlukan struktur organisasi yang dirancang untuk inovasi abadi dan antisipasi radikal.
6.1. Inovasi Ambidextrous: Eksploitasi dan Eksplorasi
Organisasi yang merajai harus menguasai 'Inovasi Ambidextrous'. Mereka harus secara simultan:
- Eksploitasi (Exploitation): Mengoptimalkan dan mendapatkan nilai maksimum dari model bisnis dan produk yang sudah ada. Ini adalah mesin uang saat ini.
- Eksplorasi (Exploration): Mencari dan mengembangkan model bisnis dan teknologi yang berpotensi merusak produk inti mereka sendiri di masa depan. Ini adalah mesin dominasi masa depan.
6.2. Strategi Penggabungan dan Akuisisi (M&A) yang Antisipatif
M&A adalah alat penting dalam gudang senjata entitas yang merajai. Akuisisi tidak hanya bertujuan untuk menghilangkan pesaing, tetapi lebih penting lagi, untuk mengakuisisi 'talenta dan teknologi masa depan' yang dapat menjadi ancaman. Strategi M&A yang antisipatif melibatkan:
- Tactic Acquisition: Membeli startup kecil yang menunjukkan potensi disrupsi dini sebelum mereka mencapai skala yang mengancam.
- Capability Acquisition: Mengakuisisi perusahaan yang memiliki keunggulan dalam bidang teknologi baru (misalnya, komputasi kuantum, bioteknologi) yang akan mendefinisikan dekade berikutnya.
- Talent Acquisition: Membeli perusahaan hanya untuk mendapatkan tim teknik dan kepemimpinan mereka yang brilian (acquihire).
VII. Studi Kasus dan Refleksi Mendalam
Analisis terhadap entitas yang berhasil merajai selama beberapa dekade—dan juga mereka yang gagal mempertahankannya—memberikan pelajaran kritis mengenai sifat dominasi yang dinamis. Dari monopoli industri hingga raksasa teknologi, benang merah keberhasilan terletak pada adaptabilitas struktural.
7.1. Pelajaran dari Hegemoni yang Berumur Pendek
Banyak perusahaan yang mencapai dominasi pasar melalui produk yang unggul, tetapi gagal mempertahankan posisi mereka karena keengganan untuk merusak model bisnis mereka sendiri. Misalnya, perusahaan yang terlalu bergantung pada format fisik (media, film) saat digitalisasi muncul. Kegagalan ini biasanya berasal dari:
- Keterikatan Aset (Asset Fixation): Terlalu terikat pada aset yang ada, baik itu pabrik, mesin, atau model distribusi, sehingga inovasi yang mengancam aset tersebut diabaikan.
- Jerat Pelanggan Inti (Core Customer Trap): Mendengarkan terlalu banyak pelanggan inti yang puas, padahal pelanggan masa depan akan menginginkan sesuatu yang radikal berbeda.
- Inersia Organisasi: Struktur birokratis yang terlalu besar, yang membuat keputusan strategis dan alokasi sumber daya menjadi lambat.
7.2. Tiga Kunci Entitas yang Berhasil Merajai Abad Ini
Entitas yang telah berhasil merajai di abad modern (misalnya, platform digital besar) menunjukkan konsistensi dalam tiga bidang utama:
- Penguasaan Vertikal dan Horisontal: Mereka tidak hanya mendominasi produk inti (horisontal), tetapi juga mengontrol sistem operasi, perangkat keras, dan infrastruktur komputasi (vertikal). Ini menciptakan benteng ganda.
- Kapitalisasi Ulang Talenta: Mereka menarik dan mempertahankan talenta kelas dunia dengan menawarkan kebebasan dan sumber daya yang tak tertandingi untuk melakukan eksplorasi radikal, membuat organisasi mereka bertindak seperti jaringan startup elit yang didanai dengan baik.
- Antisipasi Regulasi Geopolitik: Mereka memahami bahwa merajai pasar global berarti menavigasi lanskap regulasi yang berbeda-beda. Mereka membangun struktur perusahaan yang fleksibel dan terdesentralisasi secara operasional tetapi terpusat secara strategis.
VIII. Proyeksi Masa Depan: Merajai Dunia Kuantum dan Bio-Digital
Bagi mereka yang berorientasi untuk merajai di dekade mendatang, fokus harus bergeser dari dominasi digital murni menuju perpaduan antara bioteknologi, material cerdas, dan komputasi kuantum. Arena persaingan di masa depan akan jauh lebih kompleks dan berdimensi tinggi.
8.1. Perlombaan Senjata Kuantum
Komputasi kuantum berpotensi mengubah lanskap daya saing secara fundamental. Siapa pun yang pertama kali mencapai keunggulan kuantum (Quantum Supremacy) dapat memecahkan enkripsi yang ada, memodelkan molekul baru dengan akurasi yang tak tertandingi, dan mengoptimalkan rantai pasok global dengan tingkat efisiensi yang saat ini hanya dapat diimpikan.
Pihak yang ingin merajai harus melihat komputasi kuantum bukan sebagai inovasi di masa depan, tetapi sebagai investasi strategis pertahanan hari ini. Penguasaan atas kapabilitas kuantum akan menjadi perbedaan antara memimpin atau tertinggal dalam industri berteknologi tinggi—mulai dari farmasi hingga logistik dan keamanan siber. Investasi ini menuntut kesabaran, karena hasilnya mungkin tidak terlihat selama bertahun-tahun, tetapi dampaknya akan bersifat monopoli.
8.2. Integrasi Bio-Digital dan Kedalaman Pasar Baru
Integrasi antara biologi dan teknologi (bio-digital convergence) membuka frontier baru untuk dominasi. Merajai di masa depan mungkin berarti menguasai rekayasa genetik, obat-obatan personalisasi yang didukung AI, atau bahkan antarmuka otak-komputer.
Entitas yang merajai harus mampu:
- Mengumpulkan dan menganalisis data genomik dan fisiologis dalam skala besar.
- Mengubah data ini menjadi intervensi kesehatan yang sangat spesifik.
- Menciptakan regulasi atau standar etika yang mendefinisikan bagaimana teknologi tersebut digunakan, mengamankan posisi terdepan mereka di pasar yang baru terbentuk ini.
Pencarian untuk merajai tidak pernah berakhir; ini adalah sebuah proses yang evolusioner. Setiap tingkatan dominasi yang dicapai hanyalah garis awal untuk tantangan yang lebih besar dan lebih kompleks berikutnya. Keberhasilan jangka panjang bergantung pada ketidakpuasan abadi, kehausan untuk merusak diri sendiri, dan kemampuan untuk membayangkan masa depan yang begitu radikal sehingga hanya entitas dominan yang memiliki sumber daya dan keberanian untuk mewujudkannya.
Filosofi inti untuk mempertahankan kekuasaan adalah memahami bahwa hegemoni bukanlah tujuan, melainkan hasil sampingan dari inovasi dan pelayanan yang superior. Entitas yang merajai bukan hanya memaksimalkan keuntungan; mereka secara fundamental meningkatkan kapabilitas masyarakat dan ekosistem di sekitar mereka. Dalam interaksi yang kompleks antara visi, strategi, dan pelaksanaan, terletak rahasia untuk menjadi pihak yang tidak hanya memimpin sesaat, tetapi menguasai dan merajai secara abadi.
Perjalanan menuju penguasaan sejati menuntut pengorbanan, fokus yang tak tergoyahkan, dan kemampuan untuk menghadapi turbulensi pasar dengan ketenangan seorang maestro. Ini adalah permainan yang melibatkan taruhan tertinggi, di mana imbalannya adalah supremasi pasar yang mutlak, menjadikan entitas tersebut arsitek utama bagi dunia yang akan datang.
Refleksi Mendalam terhadap Sifat Monopoli Alamiah dan Kompetisi Abadi
Dalam konteks ekonomi global, keinginan untuk merajai adalah dorongan alami kapitalisme. Namun, penting untuk membedakan antara dominasi yang diperoleh secara sah melalui inovasi (monopoli alamiah, di mana pasar secara alami condong ke satu pemenang karena efek jaringan) dan dominasi yang dipaksakan melalui praktik predator. Organisasi yang bijak memahami batas ini. Mereka tahu bahwa dominasi mereka akan jauh lebih stabil jika diperoleh melalui nilai superior yang tak terbantahkan, bukan melalui eliminasi kompetitor secara paksa. Stabilitas ini—yang merupakan pilar utama dari merajai—berakar pada kepercayaan konsumen bahwa tidak ada alternatif yang lebih baik, bukan karena tidak ada alternatif, melainkan karena keunggulan platform yang ada sangat jauh.
Strategi untuk terus merajai juga harus mencakup investasi dalam 'kemampuan kontingensi' (contingency capabilities). Ini adalah dana perang, tim penelitian rahasia, dan rencana pivot yang siap diaktifkan saat disrupsi tak terduga datang (misalnya, pandemi global, krisis geopolitik, atau lompatan teknologi seperti fusi dingin). Banyak entitas jatuh bukan karena mereka tidak melihat ancaman, tetapi karena mereka tidak memiliki kecepatan operasional atau modal mental untuk merespons dengan cepat. Merajai membutuhkan kesiapan tempur terus-menerus, bahkan di masa damai. Ini adalah keadaan kewaspadaan yang tinggi terhadap apa yang mungkin terjadi di tepi industri, yang seringkali menjadi tempat munculnya inovasi disruptif terbesar.
Lebih lanjut, penguasaan atas biaya modal adalah aspek penting. Entitas yang merajai seringkali dapat mengakses modal dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada pesaing mereka. Margin keuntungan yang besar memungkinkan mereka untuk mendanai eksperimen jangka panjang yang berisiko, membeli talenta terbaik, dan membanjiri pasar dengan produk yang harganya tidak mungkin ditandingi oleh pesaing yang lebih ramping. Siklus modal ini memperkuat posisi dominan: keberhasilan menghasilkan modal yang memungkinkan inovasi, dan inovasi memastikan keberlanjutan. Ini adalah lingkaran setan (bagi pesaing) dan lingkaran kebajikan (bagi pihak yang dominan). Oleh karena itu, manajemen keuangan strategis dan hubungan investor adalah sama pentingnya dengan rekayasa produk dalam upaya merajai pasar global.
Akhirnya, perlu diakui bahwa ambisi untuk merajai adalah sifat yang inheren dinamis. Pasar akan selalu mencari keseimbangan, dan ketika satu entitas mencapai supremasi yang terlalu lama, daya tarik untuk disrupsi akan meningkat. Tugas pihak yang merajai adalah terus-menerus membuktikan bahwa mereka pantas atas posisi tersebut, setiap hari, melalui peningkatan nilai yang tiada henti dan kejutan inovatif yang konstan. Ini bukan hanya tentang kemenangan—ini tentang menahan godaan stagnasi. Dominasi yang abadi adalah sinonim dengan gerakan abadi.