Teknik menyungkup, atau penggunaan penutup transparan (cloche), adalah metode fundamental dalam hortikultura dan pembibitan. Inti dari teknik ini adalah menciptakan mikroiklim yang terkontrol, memaksimalkan kelembaban relatif dan menstabilkan suhu, yang esensial untuk tahap kritis seperti perakaran stek dan aklimatisasi bibit muda.
Secara etimologi, "menyungkup" berarti menutupi sesuatu dengan wadah atau penutup, biasanya yang berbentuk cekung atau kubah. Dalam konteks pertanian dan pembibitan, menyungkup merujuk pada praktik menempatkan penutup bening (plastik, kaca, atau bahan tembus cahaya lainnya) di atas tanaman atau media tanam untuk memanipulasi kondisi lingkungan lokal. Praktik ini secara teknis merupakan bentuk pertanian lingkungan terkendali minimal (minimal Controlled Environment Agriculture/CEA).
Keberhasilan teknik menyungkup sangat bergantung pada dua proses fisiologis utama: transpirasi dan fotosintesis. Ketika stek atau bibit baru ditanam, sistem perakarannya seringkali belum berfungsi optimal atau bahkan belum terbentuk sama sekali. Tanaman akan kehilangan air melalui proses transpirasi dari daunnya, namun karena tidak ada akar yang menyerap air, tanaman cepat mengalami stres kekeringan (dehidrasi) dan mati.
Dengan menyungkup, kita menahan uap air yang dilepaskan melalui transpirasi di dalam sungkup. Ini menyebabkan Kelembaban Relatif (RH) di dalam sungkup meningkat drastis, mendekati 90% atau 100%. Peningkatan RH ini secara signifikan mengurangi laju transpirasi. Dengan transpirasi yang rendah, stek dapat mengalokasikan energi yang tersisa (melalui fotosintesis yang masih berjalan lambat) untuk pembentukan kalus dan inisiasi akar baru, tanpa harus khawatir dehidrasi. Sungkup berfungsi sebagai paru-paru dan ginjal sementara bagi tanaman yang sedang dalam masa kritis perakaran.
Aplikasi teknik sungkup sangat luas, mencakup seluruh siklus hidup tanaman, mulai dari pembiakan awal hingga perlindungan pasca-transplantasi. Masing-masing aplikasi memerlukan modifikasi material dan waktu penyungkupan yang berbeda-beda.
Ini adalah aplikasi sungkup yang paling umum. Stek, baik dari tanaman hias, buah-buahan, maupun rempah, membutuhkan RH yang hampir jenuh untuk berhasil. Metode sungkup pada stek dapat dibagi menjadi dua: sungkup individual dan sungkup massal (mini-tunnel).
Ilustrasi 1: Stek di bawah sungkup individual.
Agar sungkup berhasil, stek harus dipersiapkan dengan baik. Penggunaan hormon perangsang akar (Atonik atau ZPT berbasis auksin) sangat dianjurkan. Media tanam harus steril dan drainase yang sangat baik, biasanya campuran perlit, cocopeat, atau sekam bakar. Tanah biasa tidak disarankan karena cenderung padat dan rentan terhadap patogen. Sebelum ditutup, media harus lembap, tetapi tidak becek. Kelebihan air di bawah sungkup adalah resep pasti untuk pembusukan.
Tanaman hasil kultur jaringan (in vitro) tumbuh dalam kondisi lingkungan yang hampir 100% steril dan RH 100%. Daunnya memiliki kutikula yang sangat tipis dan stomata yang "malas" menutup. Ketika dikeluarkan dari botol (ex vitro), tanaman ini rentan mati dalam hitungan jam karena transpirasi yang tak terkontrol. Proses aklimatisasi (adaptasi) mutlak memerlukan sungkup.
Fase aklimatisasi dimulai dengan menanam bibit di media steril di luar botol, lalu menempatkannya di dalam sungkup yang sangat ketat. Selama beberapa minggu, sungkup secara bertahap dibuka atau dilubangi sedikit demi sedikit (disebut tapering off). Penurunan RH yang bertahap ini memaksa daun membentuk kutikula yang lebih tebal dan stomata berfungsi normal kembali. Kegagalan dalam tapering off akan menyebabkan bibit layu permanen saat sungkup diangkat sepenuhnya.
Di daerah subtropis atau dataran tinggi yang dingin, sungkup skala besar sering digunakan sebagai cold frame (rangka dingin) atau hot bed (tempat tidur panas). Tujuan utamanya adalah untuk melindungi tanaman dari embun beku (frost) atau suhu yang sangat rendah di awal musim tanam, memperpanjang periode tanam. Dalam konteks Indonesia, sungkup ini lebih sering digunakan di dataran tinggi untuk memerangkap panas matahari (efek rumah kaca mini) agar pertumbuhan di malam hari tidak terhenti.
Meskipun tidak melibatkan tanaman secara langsung, teknik menyungkup skala besar dengan plastik transparan bening diterapkan pada bedengan tanah basah untuk sterilisasi. Proses ini disebut Solariasi Tanah. Plastik (sungkup) memerangkap panas matahari, menaikkan suhu permukaan tanah hingga 50-65°C. Suhu tinggi ini efektif membunuh sebagian besar patogen, nematoda, dan biji gulma yang berada di lapisan permukaan tanah. Sungkup solariasi biasanya dibiarkan selama 4 hingga 8 minggu di musim kemarau.
Pemilihan bahan sungkup sangat memengaruhi keberhasilan pengendalian lingkungan. Bahan harus tembus cahaya (transparan) agar fotosintesis tetap berlangsung, namun juga cukup kuat menahan uap air dan panas.
Untuk perbanyakan dalam jumlah besar (misalnya ribuan bibit hutan atau stek mawar), sungkup dibangun dalam bentuk terowongan (tunnel). Konstruksi ini memerlukan rangka pendukung dan sistem penahan plastik yang kokoh.
Ilustrasi 2: Sungkup Terowongan untuk pembibitan massal.
Rangka (hoops) biasanya dibuat dari pipa PVC diameter kecil (½ inci), bambu yang fleksibel, atau kawat baja yang dilapisi. Jarak antar busur harus rapat (sekitar 60-100 cm) untuk mencegah plastik melorot akibat kondensasi atau angin. Stabilitas rangka di bagian dasar sangat penting; rangka harus ditancapkan jauh ke dalam tanah atau diikat ke kayu penahan.
Penyegelan adalah kunci. Jika sungkup terlalu banyak bocor, RH tidak akan mencapai titik jenuh. Namun, sungkup yang terlalu rapat (hermetik) berisiko memicu masalah jamur. Untuk sungkup stek, biasanya plastik ditimbun tanah di sekelilingnya. Untuk tunnel besar, bagian ujung dapat dibuka-tutup untuk ventilasi (aerasi) yang terkontrol.
Media tanam yang ditempatkan di bawah sungkup harus diperlakukan secara berbeda. Karena penguapan sangat minimal, risiko media tetap basah terlalu lama menjadi tinggi. Oleh karena itu, media harus sangat porous dan ringan. Media yang terlalu basah di bawah sungkup tidak hanya memicu busuk akar tetapi juga meningkatkan kelembaban di permukaan daun, menciptakan kondisi ideal bagi jamur seperti Botrytis (kapang abu-abu). Pemilihan media yang tepat adalah 50% dari keberhasilan sungkup.
Menyungkup bukanlah solusi pasif; ia membutuhkan manajemen aktif. Kondisi di bawah sungkup dapat berubah sangat cepat, terutama di bawah terik matahari. Pengabaian dapat menyebabkan "memanggang" tanaman (cooking) atau membusukkannya.
Suhu adalah musuh utama dalam sungkup. Di hari yang cerah, suhu di dalam sungkup dapat melonjak 10°C hingga 20°C lebih tinggi daripada suhu luar dalam waktu singkat. Suhu di atas 35°C dapat merusak jaringan tanaman secara permanen, bahkan membunuh stek.
Kelembaban tinggi adalah target, tetapi ia juga menyebabkan kondensasi (pengembunan) di dinding bagian dalam sungkup. Kondensasi yang menetes kembali ke daun tanaman dapat meningkatkan risiko infeksi jamur daun dan busuk batang.
Untuk meminimalisir masalah ini, plastik sungkup harus dijaga agar permukaannya bersih. Selain itu, pemberian fungisida preventif pada stek sebelum menyungkup adalah praktik standar, terutama fungisida sistemik yang bekerja dari dalam jaringan tanaman. Jika kondensasi terlalu parah dan jamur mulai terlihat, ventilasi (membuka sungkup sebentar) adalah satu-satunya solusi. Proses ventilasi ini sering disebut menganginkan.
Karena penguapan air sangat sedikit, frekuensi penyiraman di bawah sungkup berkurang drastis—bisa jadi hanya sekali dalam 1-4 minggu, tergantung ukuran sungkup dan media. Penyiraman harus dilakukan secara hati-hati; media hanya perlu lembap, bukan basah kuyup.
Metode irigasi yang disukai adalah penyiraman dari bawah (bottom watering), di mana pot diletakkan di nampan air dangkal, membiarkan media menyerap air secara kapiler. Ini mencegah pembasahan daun yang berlebihan, yang merupakan pemicu utama penyakit jamur di lingkungan lembap. Pastikan air irigasi yang digunakan adalah air steril, bukan air genangan yang mungkin mengandung spora patogen.
Meskipun stek telah berakar sempurna atau bibit kultur jaringan sudah tumbuh, mengeluarkannya dari sungkup secara tiba-tiba sama berbahayanya dengan tidak menyungkupnya sama sekali. Proses pelepasan sungkup harus bertahap, yang dikenal sebagai aklimatisasi.
Indikator utama keberhasilan perakaran dan kesiapan aklimatisasi adalah munculnya tunas dan daun baru yang sehat. Daun baru ini, yang tumbuh di lingkungan RH tinggi, menandakan bahwa sistem perakaran (meskipun masih muda) telah berfungsi. Jangan menunggu daun menjadi tua atau menguning.
Untuk stek, periode ini bervariasi:
Aklimatisasi dilakukan dengan menurunkan RH secara terkontrol, memaksa tanaman beradaptasi dengan lingkungan luar yang lebih kering dan lebih keras.
Buka sungkup selama 1-2 jam per hari selama 3-5 hari berturut-turut. Lakukan di pagi hari ketika suhu udara belum terlalu panas dan RH luar masih relatif tinggi. Tutup kembali setelah waktu yang ditentukan. Tujuannya adalah membiarkan udara segar masuk dan RH turun sedikit, namun tidak sampai menyebabkan layu.
Setelah tanaman menunjukkan toleransi pada ventilasi singkat, buat celah kecil permanen pada sungkup (misalnya melubangi plastik atau mengganjal sedikit botol). Biarkan celah ini selama 3-7 hari. Untuk sungkup tunnel, ini berarti membuka salah satu ujungnya sedikit.
Angkat sungkup sepenuhnya pada sore hari (sekitar pukul 16:00) dan biarkan semalaman. Tutup kembali sungkup pada pagi hari keesokan harinya. Ini mengajarkan tanaman menghadapi RH luar yang lebih rendah secara bertahap. Lakukan ini selama 5-7 hari.
Jika tanaman tetap segar setelah Tahap 3, sungkup dapat diangkat sepenuhnya. Namun, tanaman yang baru diaklimatisasi harus tetap berada di bawah naungan penuh dan terlindungi dari angin kencang setidaknya selama 1-2 minggu tambahan. Transisi dari sungkup ke lingkungan terbuka adalah titik di mana banyak kegagalan pembibitan terjadi.
Meskipun sungkup meningkatkan keberhasilan perakaran, lingkungan lembab dan tertutup juga merupakan surga bagi beberapa patogen dan masalah fisik yang unik.
Kelembaban jenuh adalah pendorong utama penyakit jamur. Yang paling umum adalah busuk abu-abu (Botrytis cinerea) dan busuk hitam (Pythium atau Phytophthora) pada akar dan pangkal batang.
Tanaman yang berada di bawah sungkup terlalu lama, terutama dengan cahaya yang kurang memadai, dapat mengalami etilasi (etiolation). Etilasi adalah kondisi di mana tanaman tumbuh memanjang, pucat, dan lemah karena berusaha keras mencari cahaya. Jaringan yang etiolasi sangat rapuh dan sulit bertahan saat aklimatisasi.
Untuk mencegah etilasi: pastikan sungkup ditempatkan di lokasi dengan cahaya tidak langsung yang terang atau di bawah paranet yang memadai (bukan di tempat gelap). Cahaya yang cukup penting untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan yang mengarah pada batang yang kuat dan kompak.
Pada beberapa kondisi, terutama ketika memulai proses aklimatisasi, beberapa praktisi menggunakan zat anti-transpiran (misalnya berbasis lilin atau polimer) yang disemprotkan ke daun. Zat ini membentuk lapisan tipis yang mengurangi kehilangan air, memberikan lapisan perlindungan tambahan saat tanaman mulai beradaptasi dengan RH yang lebih rendah setelah sungkup diangkat. Penggunaan ini harus sangat hati-hati karena dapat menghambat fotosintesis jika terlalu tebal.
Di lingkungan sungkup yang tertutup rapat, konsumsi Karbon Dioksida (CO2) oleh tanaman untuk fotosintesis dapat menyebabkan penipisan CO2 di siang hari. Meskipun efeknya tidak separah di rumah kaca komersial besar, sungkup yang terlalu rapat dalam jangka waktu lama dapat membatasi pertumbuhan. Inilah salah satu alasan mengapa sedikit ventilasi rutin, bahkan pada stek, sangat bermanfaat—ia memasok CO2 segar dan mencegah penumpukan etilen (gas penuaan) di dalam sungkup.
Prinsip menyungkup telah ditingkatkan dan diadaptasi ke dalam teknologi modern untuk mencapai efisiensi dan kontrol yang lebih tinggi, terutama dalam skala produksi massal.
Dalam skala industri, sungkup individual digantikan oleh misting chamber (ruang kabut). Ruangan ini secara otomatis menyemprotkan kabut air halus secara periodik (misalnya setiap 5-15 menit) untuk menjaga RH tetap tinggi (85-95%) tanpa benar-benar menutup tanaman secara fisik.
Keuntungan utama misting chamber dibandingkan sungkup tertutup adalah:
Banyak kolektor tanaman hias eksotis, seperti Philodendron variegata, Anthurium langka, atau Alocasia, menggunakan teknik sungkup (sering disebut sebagai humidity box atau terrarium) untuk mempercepat pertumbuhan dan perbanyakan. Karena tanaman ini sering bernilai tinggi, risiko kehilangan stek sangat tidak diinginkan.
Sungkup jenis ini biasanya adalah akuarium atau kotak plastik transparan yang dilengkapi dengan lampu LED tumbuh. Kontrol suhu dan kelembaban sering dilakukan dengan alat pengatur kelembaban ultrasonik kecil dan kipas komputer untuk sirkulasi udara. Konsepnya adalah menyempurnakan kondisi di dalam wadah kecil yang mudah dipindahkan.
Konsep sungkup kini banyak tersedia dalam bentuk modular (mini greenhouse kit) yang terbuat dari polikarbonat. Modul-modul ini menyediakan struktur yang lebih kuat dan tahan lama dibandingkan plastik PE, serta seringkali dilengkapi dengan sistem ventilasi yang dapat diatur (louver). Meskipun lebih mahal, investasi ini cocok untuk hobiis serius yang membutuhkan solusi permanen untuk perbanyakan.
Respons terhadap sungkup berbeda-beda antarspesies. Penyesuaian material dan durasi adalah kunci adaptasi.
Stek berkayu keras (misalnya mawar, anggur, buah-buahan subtropis) membutuhkan waktu perakaran yang lama dan RH yang sangat stabil. Karena stek ini cenderung lebih lambat merespons pembusukan, sungkup tertutup rapat dapat dipertahankan lebih lama, seringkali 2-3 bulan. Media harus dijaga agar suhu dasarnya (root zone temperature) sedikit lebih hangat (25-28°C) untuk merangsang pembentukan kalus, yang dapat dicapai dengan sungkup di tempat yang sedikit terkena pantulan panas lantai.
Tanaman sukulen dan kaktus umumnya tidak memerlukan sungkup. Kelembaban tinggi justru mematikan bagi mereka karena menyebabkan busuk batang dan daun. Namun, ada pengecualian pada beberapa sukulen yang diperbanyak melalui kultur jaringan. Jika harus menyungkup sukulen, sungkup harus memiliki ventilasi yang sangat baik dan digunakan hanya untuk meningkatkan suhu media, bukan kelembaban.
Menyungkup juga sering digunakan pada sambungan (grafting) dan okulasi. Dalam kasus ini, sungkup biasanya berbentuk kantong plastik kecil yang menutupi area sambungan (scion). Tujuannya adalah menjaga sambungan tetap lembap dan mencegah tunas yang baru muncul dari kekeringan.
Sungkup ini dipertahankan sampai mata tunas yang disambung mulai memanjang. Setelah tunas baru menunjukkan pertumbuhan yang kuat (sekitar 3-4 minggu), sungkup harus dilubangi sedikit dan kemudian dilepas secara bertahap. Kegagalan melepaskan sungkup grafting akan menyebabkan tunas menjadi terlalu lunak dan patah saat angin berhembus.
Anggrek terestrial (yang tumbuh di tanah), terutama yang rentan kekeringan, seringkali ditanam dalam sungkup mini saat pembibitan. Karena anggrek sangat rentan terhadap jamur, sirkulasi udara di bawah sungkup harus diperhatikan secara ketat. Media yang digunakan harus sangat terbuka (misalnya campuran lumut sphagnum dan arang) untuk memastikan aerasi akar yang baik, bahkan di lingkungan RH tinggi.
Ketika berbicara tentang menyungkup dalam skala produksi yang lebih besar, manajemen kelembaban tidak hanya bergantung pada penutup plastik semata. Integrasi sumber daya energi menjadi penting. Di banyak negara yang mengalami musim dingin, sungkup tunnel sering dilengkapi dengan sistem pemanas media di bawah lantai (hot water pipes atau heating mats). Pemanasan media ini berfungsi ganda: ia mempercepat metabolisme perakaran dan pada saat yang sama, selisih suhu antara media yang hangat dan udara di atasnya memicu sedikit pergerakan udara internal, mengurangi stagnasi yang disukai jamur. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan dari bawah (bottom heat) adalah metode yang jauh lebih efektif dan aman daripada memanaskan udara di atas sungkup, karena energi diarahkan langsung ke zona kritis perakaran.
Dalam konteks penghematan energi, pilihan material sungkup juga berevolusi. Plastik PE yang modern seringkali mengandung aditif anti-fog (anti-kabut) yang membantu mengurangi tetesan air besar dan membiarkan cahaya menembus lebih merata. Selain itu, beberapa jenis plastik memiliki sifat termo-reflektif yang memungkinkan panas berlebih dikeluarkan di siang hari, namun panas yang dihasilkan di malam hari (radiasi panas dari tanah) dapat dipantulkan kembali ke dalam sungkup, yang sangat membantu di malam hari tanpa pemanas tambahan. Ini adalah perkembangan dari filosofi dasar menyungkup, yang kini melibatkan ilmu material yang kompleks.
Menyungkup tidak hanya berlaku di kebun pembibitan. Teknik ini juga vital dalam rantai pasok. Tanaman yang dikirim jarak jauh, terutama stek yang sudah berakar atau bibit sensitif, seringkali dikemas dalam plastik bening atau kotak sungkup sementara. Tujuannya adalah mengurangi stres akibat perubahan RH dan gangguan fisik selama transportasi. Bibit anggrek, misalnya, sering dikirim dalam wadah plastik kedap udara dengan sedikit media lembap. Saat sampai di tangan konsumen, sungkup ini harus segera diangkat atau diadaptasi sesuai prosedur aklimatisasi. Kesalahan umum adalah membiarkan tanaman terlalu lama di dalam sungkup pengiriman (misalnya lebih dari 2-3 hari) tanpa cahaya yang memadai, yang dapat menyebabkan etiolasi cepat dan busuk di dalam kotak.
Konsep penyungkupan sementara ini juga berlaku untuk tanaman yang baru saja dipindahkan atau diganti pot. Memberi penutup (walaupun hanya beberapa hari) dapat meminimalkan kejutan transplantasi (transplant shock) dengan memberikan waktu kepada akar yang terluka untuk mulai beregenerasi tanpa beban transpirasi yang tinggi.
Menyungkup adalah seni dan ilmu yang memerlukan observasi cermat. Praktisi yang sukses adalah mereka yang memahami bahwa sungkup adalah alat untuk menjembatani kondisi ekstrem, bukan solusi permanen.
Sungkup mini sering disebut rumah kaca skala kecil, namun ada perbedaan mendasar dalam manajemennya. Rumah kaca komersial biasanya memiliki sistem kontrol iklim aktif (kipas, pemanas, alat penyiram kabut). Sungkup, di sisi lain, bersifat pasif dan bergantung pada radiasi matahari dan isolasi termal. Oleh karena itu, sungkup memerlukan intervensi manual yang lebih sering (membuka/menutup untuk ventilasi) dibandingkan rumah kaca yang sistemnya lebih terotomatisasi. Efek rumah kaca pada sungkup mini bisa jauh lebih intens karena volumenya yang kecil, sehingga risiko suhu ekstrem menjadi lebih tinggi.
Jika ada dua faktor yang paling menentukan keberhasilan menyungkup, itu adalah sterilitas dan drainase media. Media yang tidak steril akan membawa patogen yang berkembang biak dengan cepat di lingkungan lembab dan tertutup. Drainase yang buruk menyebabkan media jenuh air, yang menghentikan pasokan oksigen ke akar yang baru tumbuh, dan memicu busuk akar. Stek tidak membutuhkan media yang kaya nutrisi; mereka membutuhkan media yang stabil, steril, dan memiliki aerasi yang sangat baik.
Penting untuk melihat proses menyungkup sebagai siklus:
Dalam upaya konservasi, terutama untuk perbanyakan spesies tumbuhan langka yang endemik, teknik sungkup sering dimanfaatkan untuk memaksimalkan tingkat kelangsungan hidup. Karena bahan tanaman (stek atau biji) sangat terbatas, setiap bibit yang disungkup diperlakukan dengan protokol biosekuriti yang ketat. Sungkup memberikan kesempatan terbaik bagi bahan genetik yang rapuh untuk berhasil berakar sebelum dipindahkan ke habitat alami. Keberhasilan dalam perbanyakan spesies langka seringkali bergantung pada seberapa presisi pengaturan kelembaban dan suhu di dalam wadah sungkup tersebut.
Selain CO2, sungkup yang tertutup dapat menahan senyawa volatil organik (VOCs) yang dilepaskan oleh tanaman, termasuk etilen. Etilen adalah hormon yang mempercepat penuaan dan pembusukan. Penumpukan etilen, bahkan dalam jumlah kecil, dapat menghambat perakaran dan mempercepat kematian stek. Inilah alasan mendasar mengapa ventilasi berkala, meskipun hanya singkat, adalah prosedur operasional standar (SOP) yang tak terhindarkan dalam manajemen sungkup, terutama dalam sistem yang tidak memiliki aliran udara aktif. Membuka sungkup sebentar bukan hanya tentang suhu, tetapi juga tentang "membersihkan" udara internal dari gas-gas yang menghambat pertumbuhan.
Di Indonesia, penerapan sungkup di lahan gambut atau lahan basah memiliki tantangan unik. Kelembaban udara luar sudah sangat tinggi, sehingga menyungkup dapat lebih berfokus pada pengendalian suhu dan perlindungan fisik dari hujan asam atau angin. Di lingkungan ini, sungkup harus dirancang dengan sistem drainase yang sangat baik, dan material penutup seringkali dimodifikasi dengan ventilasi permanen yang lebih banyak di bagian dasar untuk mencegah RH berlebihan mendekati 100% yang pasti memicu busuk. Keseimbangan antara isolasi dan aerasi menjadi jauh lebih rumit dalam kondisi tropis dengan kelembaban ambient yang tinggi.
Secara keseluruhan, menyungkup adalah teknik yang memberdayakan, memungkinkan seorang pembibit untuk meniru dan menyempurnakan kondisi ideal yang dibutuhkan tanaman untuk melewati fase paling rentan dalam hidupnya. Dengan pemahaman yang tepat tentang dinamika kelembaban, suhu, dan sterilitas, menyungkup tetap menjadi pilar utama keberhasilan perbanyakan vegetatif, dari skala hobi rumahan hingga industri konservasi genetik.