Mencangkuk, atau yang dikenal juga dengan istilah air layering atau marcotting, adalah salah satu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif yang paling kuno, efektif, dan populer di kalangan petani maupun penghobi tanaman di seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis seperti Indonesia. Esensi dari teknik mencangkuk adalah merangsang pertumbuhan akar pada bagian cabang tanaman yang masih terhubung dengan pohon induknya.
Tujuan utama dari mencangkuk adalah untuk mendapatkan bibit tanaman yang memiliki sifat genetik 100% identik dengan sifat pohon induknya. Keunggulan ini sangat krusial, terutama ketika kita ingin melestarikan varietas unggul dengan karakteristik spesifik, seperti buah yang manis, tahan penyakit, atau masa berbuah yang cepat. Berbeda dengan perbanyakan generatif menggunakan biji, mencangkuk menghilangkan risiko variasi genetik yang mungkin menghasilkan tanaman dengan kualitas yang jauh lebih rendah atau memerlukan waktu yang sangat lama untuk berbuah.
Teknik ini telah dipraktikkan selama berabad-abad, menjadi warisan agrikultur yang diwariskan secara turun temurun. Meskipun terkesan sederhana, keberhasilan mencangkuk sangat bergantung pada pemahaman mendalam tentang fisiologi tanaman, khususnya peran kambium dan respon tanaman terhadap stres fisik. Proses ini melibatkan pemotongan atau pengupasan kulit di sekeliling batang atau cabang untuk mengganggu aliran nutrisi tertentu, sehingga memaksa area yang terluka tersebut untuk membentuk jaringan baru yang disebut akar.
Dalam artikel yang komprehensif ini, kita akan mengupas tuntas setiap detail, mulai dari prinsip biologi di baliknya, pemilihan alat dan bahan, langkah-langkah praktis, hingga teknik perawatan pasca-cangkuk, memastikan pembaca dapat menguasai seni mencangkuk ini dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Untuk memahami mengapa mencangkuk berhasil, kita harus menilik struktur dasar anatomi batang tanaman dikotil. Batang tanaman terdiri dari beberapa lapisan utama, dan dua lapisan yang paling penting dalam konteks mencangkuk adalah floem dan kambium.
Floem (Kulit Bagian Luar): Floem adalah jaringan pembuluh yang bertanggung jawab mengangkut hasil fotosintesis (gula atau nutrisi olahan) dari daun ke seluruh bagian tanaman, termasuk akar. Dalam proses mencangkuk, floem dipotong total. Ketika kita mengupas kulit batang secara melingkar, kita secara efektif memutus jalur transportasi nutrisi dari daun ke akar. Akibatnya, nutrisi olahan (terutama karbohidrat) menumpuk di bagian atas sayatan, tepat di atas area yang kita harapkan menumbuhkan akar.
Kambium (Lapisan Regeneratif): Kambium adalah lapisan sel tipis yang berada tepat di antara floem (kulit) dan xilem (kayu). Lapisan ini bersifat meristematik, artinya sel-selnya aktif membelah. Sel-sel kambium inilah yang bertanggung jawab atas pertumbuhan sekunder tanaman, menambah diameter batang. Dalam konteks mencangkuk, kambium harus dihilangkan sepenuhnya. Jika kambium dibiarkan sedikit saja, ia akan dengan cepat meregenerasi floem, dan kulit akan menyambung kembali (bridging), menggagalkan proses pembentukan akar.
Xilem (Kayu Bagian Dalam): Xilem adalah jaringan pembuluh yang mengangkut air dan mineral dari akar ke daun. Xilem tidak dipotong selama proses mencangkuk. Ini sangat vital karena xilem memastikan bahwa cabang yang dicangkok tetap mendapatkan suplai air dan mineral yang cukup untuk melakukan fotosintesis dan mempertahankan diri tetap hidup hingga akar baru terbentuk.
Penumpukan karbohidrat di atas sayatan, dikombinasikan dengan hormon auksin yang secara alami diproduksi di pucuk dan mengalir ke bawah, menciptakan kondisi ideal bagi sel-sel parenkim di area tersebut untuk berdiferensiasi dan membentuk primordia akar. Ini adalah inti biologi yang memastikan teknik mencangkuk bekerja.
Kualitas alat dan bahan sangat menentukan keberhasilan dan sanitasi proses mencangkuk. Persiapan yang matang akan meminimalisir risiko infeksi dan kegagalan pertumbuhan akar.
Media cangkuk harus memiliki tiga kriteria utama: mampu menahan kelembaban tinggi, memiliki aerasi yang baik (tidak padat), dan steril. Pilihan media yang populer meliputi:
Meskipun beberapa tanaman (seperti jambu biji) mudah berakar secara alami, penggunaan HPA sangat dianjurkan untuk meningkatkan persentase keberhasilan dan mempercepat proses perakaran. HPA tersedia dalam bentuk bubuk atau gel. Bahan aktif yang umum digunakan adalah Indole-3-Butyric Acid (IBA) atau Naphthaleneacetic Acid (NAA).
Gambar 1: Visualisasi dasar proses pengupasan kulit dan pembungkusan media cangkuk.
Kesuksesan mencangkuk sangat ditentukan oleh pemilihan cabang induk yang tepat dan ketepatan dalam pengupasan kulit.
Langkah ini adalah inti dari proses mencangkuk, yang bertujuan memutus floem tanpa melukai xilem secara berlebihan.
Setelah proses pembungkusan selesai, langkah selanjutnya adalah perawatan rutin dan pemantauan. Perlu diingat bahwa proses perakaran memerlukan waktu, yang bervariasi tergantung jenis tanaman dan kondisi lingkungan.
Setelah akar terlihat kuat dan padat, bibit cangkukan siap dipisahkan dari pohon induknya. Tahap ini juga harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari stres pada akar yang baru terbentuk.
Gunakan gunting stek atau gergaji steril untuk memotong cabang tepat di bawah ikatan bawah cangkukan (sayatan B). Pemotongan harus bersih dan tunggal. Setelah dipotong, sebaiknya segera angkut bibit ke area yang teduh.
Potongan cangkukan kini adalah bibit independen. Namun, ia baru saja mengalami trauma pemotongan dan harus melalui proses adaptasi sebelum ditanam di tanah.
Bibit yang baru ditanam harus ditempatkan di tempat yang benar-benar teduh selama minimal 2 hingga 4 minggu. Penyiraman harus teratur, menjaga media tetap lembab namun tidak becek. Setelah 4 minggu, secara bertahap pindahkan bibit ke tempat yang mendapat lebih banyak sinar matahari (misalnya 50% naungan) sebelum akhirnya ditanam permanen di lahan terbuka. Fase adaptasi ini sangat penting untuk memastikan sistem akar dapat berfungsi penuh dan mandiri.
Setiap metode perbanyakan vegetatif memiliki kelebihan dan kekurangan. Memahami hal ini akan membantu petani atau penghobi memilih metode yang paling tepat untuk jenis tanaman dan tujuan budidaya mereka.
Meskipun prinsip dasarnya sama, adaptasi teknik mencangkuk diperlukan untuk jenis tanaman tertentu, terutama yang memiliki kulit tipis, getah beracun, atau memerlukan lingkungan perakaran khusus.
Tanaman seperti mangga atau nangka menghasilkan getah yang sangat banyak ketika kulitnya dikupas. Getah ini dapat mengeras dan menutupi luka, menghambat pertumbuhan akar. Tekniknya adalah:
Beberapa tanaman hias memiliki batang yang relatif lebih lunak dan rentan patah. Pada kasus ini, ukuran cabang yang dicangkok harus lebih kecil dan media yang digunakan harus sangat ringan, seperti campuran moss dan perlite, untuk mengurangi beban fisik pada cabang.
Selain itu, karena bougainvillea mudah berakar, beberapa petani memilih metode "setengah cangkuk" di mana hanya sebagian kecil kulit yang dikupas dan dipotong melingkar, namun tidak sepenuhnya melingkari batang, membiarkan sedikit koneksi xilem dan floem tersisa untuk mencegah stres berat pada cabang.
Inovasi dalam mencangkuk sering berfokus pada media. Di daerah yang sulit mendapatkan moss atau cocopeat, terkadang digunakan media alternatif seperti:
Meskipun memiliki tingkat keberhasilan tinggi, kegagalan mencangkuk bisa terjadi. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh kesalahan teknis, masalah lingkungan, atau serangan patogen.
Penyebab: Ini adalah kegagalan paling umum. Terjadi ketika kambium tidak dihilangkan sepenuhnya. Sisa sel kambium akan aktif membelah dan menutup sayatan, sehingga floem menyambung kembali dan nutrisi terus mengalir, mencegah penumpukan karbohidrat yang diperlukan untuk perakaran.
Solusi: Pastikan Anda mengikis area kupasan hingga permukaan kayu benar-benar kesat dan bersih. Di beberapa kasus, petani bahkan mengoleskan sedikit cairan anti-jamur pada permukaan kayu yang sudah bersih untuk memastikan tidak ada sisa sel kambium yang hidup.
Penyebab: Media terlalu basah, kurangnya sterilisasi pisau atau media, atau ada patogen yang masuk saat proses pembungkusan. Ciri-cirinya adalah media menjadi hitam, berbau busuk, atau muncul jamur putih/hitam.
Solusi: Pastikan media hanya lembab, bukan becek. Selalu sterilkan alat. Jika menggunakan media tanah, sterilisasi dengan penjemuran ekstrem atau pemanasan sangat disarankan. Jika terlihat pembusukan pada tahap awal, coba buka plastik dan biarkan sedikit mengering, meskipun ini berisiko mengganggu akar yang mungkin sudah mulai tumbuh.
Penyebab: Cabang tidak mendapatkan cukup air dari xilem, atau terjadi infeksi berat yang memutus jalur xilem. Ini juga bisa terjadi jika batang induk terlalu stres akibat kekurangan air atau penyakit.
Solusi: Pastikan saat pengupasan, xilem (kayu bagian dalam) tidak terluka parah. Kerusakan xilem akan menghambat transportasi air. Jika hal ini terjadi, biasanya bibit tidak dapat diselamatkan.
Penyebab: Pemilihan cabang yang salah (terlalu tua atau terlalu muda), suhu lingkungan yang terlalu dingin, atau kurangnya hormon auksin.
Solusi: Gunakan HPA yang terjamin kualitasnya. Jika cuaca dingin, perakaran akan melambat. Pastikan cabang mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup (namun media tidak terlalu panas).
Pemahaman mendalam tentang fitohormon sangat penting untuk memaksimalkan keberhasilan mencangkuk. Proses perakaran pada dasarnya adalah kontrol hormonal yang kompleks.
Auksin adalah hormon pertumbuhan utama yang diproduksi di titik tumbuh (meristem apikal) di ujung cabang dan bergerak ke bawah melalui floem. Dalam mencangkuk, ketika floem diputus, auksin menumpuk di atas sayatan. Konsentrasi auksin yang tinggi di area luka adalah sinyal utama bagi sel-sel parenkim di sekitarnya untuk memulai proses dediferensiasi—yaitu, sel-sel yang sudah matang kembali menjadi sel yang aktif membelah—dan kemudian berdiferensiasi menjadi jaringan akar.
Hormon perangsang akar buatan (IBA dan NAA) adalah analog sintetik dari auksin alami. Mereka memberikan dorongan auksin yang jauh lebih kuat, memastikan bahwa sinyal pembentukan akar lebih intens dan cepat. Namun, dosis harus tepat. Terlalu banyak HPA dapat menghambat pertumbuhan akar atau bahkan membakar jaringan.
Meskipun Auksin adalah aktor utama, hormon lain juga berperan: Sitokinin, yang biasanya diproduksi di akar, cenderung mendorong pertumbuhan tunas. Mencangkuk secara efektif menghilangkan sumber sitokinin (akar asli tanaman) untuk sementara di area luka, sehingga perbandingan auksin/sitokinin (A/S Ratio) bergeser drastis mendukung pembentukan akar. Giberelin, hormon yang mengontrol pemanjangan sel, juga harus diatur. Kondisi ideal untuk perakaran adalah keseimbangan hormonal yang didominasi oleh auksin di lokasi luka.
Mengapa cabang semi-kayu ideal? Karena pada cabang yang terlalu muda, perbandingan A/S terlalu berpihak pada pertumbuhan tunas (Sitokinin tinggi). Pada cabang yang terlalu tua, sebagian besar floem dan kambium sudah mengalami lignifikasi (pengerasan), sehingga respon pembelahan sel terhadap auksin menjadi sangat lambat. Cabang semi-kayu menawarkan jaringan yang cukup matang untuk menahan stres, tetapi cukup muda untuk merespon cepat terhadap sinyal auksin.
Untuk melengkapi pemahaman tentang mencangkuk, penting untuk membandingkannya dengan dua metode vegetatif umum lainnya: Stek dan Okulasi.
Kelemahan utama mencangkuk, yaitu akar serabut yang lemah, dapat dimitigasi dengan strategi pengelolaan yang tepat, terutama pada tahap awal pertumbuhan bibit.
Setelah bibit cangkukan dipindahkan ke polybag, ia harus dibiarkan tumbuh minimal 6-12 bulan sebelum ditanam di lahan permanen. Selama periode ini, fokusnya adalah memperkuat dan memperbanyak massa akar serabut yang sudah ada.
Karena bibit cangkukan tidak memiliki akar tunggang yang dalam, risiko tanaman roboh saat besar selalu ada. Untuk tanaman besar seperti mangga, solusi yang dapat diterapkan saat penanaman di lahan adalah:
Gambar 2: Perkembangan akar dalam media cangkukan yang transparan, menunjukkan kepadatan akar yang terbentuk.
Di era pertanian modern, teknik mencangkuk terus mengalami penyempurnaan, terutama dalam hal sterilisasi dan penggunaan media yang lebih efisien, sering disebut sebagai mencangkuk super atau micro air layering.
Alih-alih menggunakan plastik lembaran yang diikat dengan tali rafia, kini banyak digunakan kantong atau wadah cangkuk siap pakai yang terbuat dari bahan mesh atau plastik keras yang sudah dibentuk. Wadah ini menjamin volume media yang konsisten dan mempermudah proses pengikatan, serta mengurangi risiko kebocoran atau kerusakan akibat angin.
Wadah ini juga sering dilengkapi dengan sistem ventilasi kecil yang dapat dibuka-tutup untuk mengontrol kelembaban internal. Kontrol kelembaban yang presisi sangat penting, sebab kelembaban tinggi mempercepat perakaran, tetapi terlalu tinggi dan tidak ada aerasi akan memicu pembusukan. Teknik modern berupaya menjaga keseimbangan kritis antara kelembaban dan oksigen (aerasi).
Pada skala komersial, media cangkuk tidak lagi hanya dijemur. Metode sterilisasi panas (pasteurisasi) atau penggunaan fungisida spektrum luas pada media tanam menjadi standar. Hal ini memastikan bahwa energi tanaman hanya digunakan untuk membentuk akar dan bukan untuk melawan infeksi jamur atau bakteri yang dibawa oleh media tanam yang tidak steril.
Penggunaan hormon juga lebih canggih, menggunakan formulasi gel atau cairan yang memastikan lapisan hormon diaplikasikan secara merata dan kontak langsung dengan jaringan kambium yang telah dikikis. Beberapa formulasi modern bahkan mengandung sedikit fungisida untuk perlindungan luka awal.
Mencangkuk memiliki tempat penting dalam sistem budidaya organik. Karena bibit yang dihasilkan adalah klon murni dari induknya, petani organik dapat memastikan bahwa mereka melestarikan varietas yang secara alami sudah terbukti tahan terhadap kondisi lokal tanpa harus bergantung pada modifikasi genetik atau hibridisasi.
Dalam konteks organik, tantangannya adalah bagaimana menggantikan hormon perangsang akar sintetik. Beberapa petani organik memilih untuk menggunakan ekstrak alami yang kaya auksin, seperti ekstrak kulit kayu manis atau larutan air rendaman tauge (yang secara alami kaya akan fitohormon), untuk dioleskan pada sayatan. Walaupun mungkin memerlukan waktu perakaran yang lebih lama, pendekatan ini sejalan dengan prinsip pertanian organik yang menghindari bahan kimia sintetik.
Media cangkuk juga disesuaikan; moss atau cocopeat yang diolah secara organik (bebas pestisida) atau campuran kompos steril adalah pilihan utama. Pembungkus plastik pun sering diganti dengan bahan alami yang masih bisa menjaga kelembaban, meskipun ini lebih sulit diterapkan di iklim tropis yang memiliki tingkat penguapan yang sangat tinggi.
Dari perspektif ekonomi, mencangkuk seringkali menjadi pilihan utama bagi petani rakyat dan UMKM pembibitan karena beberapa alasan penting:
Oleh karena itu, penguasaan teknik mencangkuk yang benar bukan hanya keterampilan hortikultura, tetapi juga alat strategis dalam meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomi tanaman buah-buahan di tingkat komunitas dan rumah tangga petani.
Mencangkuk adalah sebuah teknik perbanyakan tanaman yang telah teruji oleh waktu, menggabungkan praktik tradisional dengan pemahaman biologi modern. Dari pemilihan cabang yang matang, ketepatan dalam pengupasan kambium, hingga penggunaan media yang steril dan hormon yang tepat, setiap langkah memerlukan perhatian detail dan kesabaran.
Penguasaan teknik mencangkuk memungkinkan siapa pun, dari petani komersial hingga penghobi di rumah, untuk menghasilkan bibit tanaman unggul yang identik dengan pohon induknya, memastikan kualitas hasil panen, dan mempercepat waktu tunggu hingga berbuah. Meskipun memiliki kelemahan dalam hal sistem perakaran serabut, keunggulan genetik dan kecepatan produksi buah menjadikannya metode yang tak tergantikan, khususnya dalam budidaya tanaman buah tropis.
Dengan mempraktikkan langkah-langkah yang diuraikan secara rinci di atas, serta menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan fisiologi tanaman, keberhasilan dalam mencangkuk dapat dicapai secara konsisten, membuka peluang baru dalam pengembangan dan pelestarian varietas tanaman terbaik. Teknik ini bukan sekadar cara menanam, melainkan seni melipatgandakan kehidupan tanaman secara efektif dan efisien.
Setiap goresan pisau pada kulit cabang adalah langkah awal dari sebuah proses biologis luar biasa yang akan mengantarkan pada kelahiran bibit baru yang membawa serta janji kemurnian genetik dari pohon asalnya. Teruslah bereksperimen, teruslah belajar, dan nikmati setiap momen pertumbuhan akar baru yang muncul dari usaha mencangkuk yang telaten.
Pemilihan media cangkuk seringkali dianggap sepele, padahal ia adalah habitat mikro tempat akar pertama kali terbentuk. Keberhasilan 90% bergantung pada kemampuan media untuk menyediakan kelembaban stabil sekaligus oksigen yang cukup. Jika media terlalu jenuh air (becek), pori-pori akan terisi air, memutus suplai oksigen. Sel akar, sama seperti sel lainnya, memerlukan respirasi aerobik, dan tanpa oksigen, sel akan mati atau membusuk.
Oleh karena itu, kombinasi media seringkali lebih unggul daripada media tunggal. Misalnya, percampuran 70% cocopeat (daya serap air) dengan 30% perlite atau arang sekam (aerasi) menciptakan keseimbangan yang sempurna. Cocopeat harus diproses untuk menghilangkan tanin. Tanin adalah polifenol alami yang seringkali bertindak sebagai penghambat pertumbuhan, suatu mekanisme pertahanan alami tanaman. Pencucian atau perendaman cocopeat selama beberapa hari sebelum digunakan adalah langkah sanitasi yang sering diabaikan namun krusial.
Sphagnum moss, meskipun mahal, unggul karena strukturnya yang seperti spons, mampu menahan air hingga 20 kali lipat beratnya sendiri, tetapi tidak padat, memungkinkan difusi oksigen yang sangat baik. Ketika menggunakan moss, pastikan moss yang digunakan adalah moss hidup atau setidaknya moss yang telah dipasteurisasi untuk menghindari jamur seperti Pythium atau Phytophthora, yang sangat merusak akar muda.
Suhu memainkan peran penting dalam kecepatan metabolisme sel. Suhu ideal untuk perakaran adalah sekitar 25°C hingga 30°C. Di bawah suhu ini, pembelahan sel melambat. Suhu yang terlalu tinggi (di atas 35°C) dapat menyebabkan etilen dilepaskan, yang dapat mempercepat penuaan dan menghambat inisiasi akar. Inilah sebabnya mengapa perlindungan dari sinar matahari langsung dianjurkan. Pembungkus plastik transparan menciptakan efek rumah kaca mikro. Jika dibiarkan di bawah terik matahari, suhu di dalamnya bisa melampaui batas toleransi sel, membunuh primordia akar sebelum sempat berkembang.
Pengikatan plastik juga harus diperhatikan. Teknik pengikatan harus menciptakan "kamar" di sekitar media, menjaga media agar tidak langsung menyentuh plastik secara kaku. Ruang udara kecil di antara media dan plastik membantu dalam manajemen kelembaban. Ketika suhu turun di malam hari, uap air akan terkondensasi pada dinding plastik, dan kelembaban ini akan kembali diserap oleh media, menciptakan siklus penyiraman mandiri yang ideal.
Saat kulit dikupas, luka pada batang memicu respons pertahanan tanaman. Pada awalnya, luka ini ditutup oleh sel-sel parenkim di sekitarnya yang membentuk kalus. Kalus adalah massa sel yang tidak terorganisir yang berfungsi sebagai "plester" biologis untuk melindungi xilem yang terbuka. Pembentukan kalus adalah tahap pertama yang harus terjadi sebelum akar benar-benar muncul.
Proses ini disebut dediferensiasi, diikuti oleh rediferensiasi. Dalam lingkungan yang tepat (tinggi auksin, kelembaban, dan oksigen), sel-sel kalus ini kemudian menerima sinyal hormonal untuk berubah bentuk (rediferensiasi) menjadi primordia akar. Primordia ini akan tumbuh menembus kalus dan media cangkuk. Waktu pembentukan kalus bervariasi; beberapa tanaman (seperti jambu air) membentuk kalus dengan cepat, sementara yang lain (seperti durian) memerlukan waktu yang sangat lama, menjelaskan mengapa durian lebih sulit dicangkok dibandingkan jambu.
Jika kita mengaplikasikan HPA, hormon tersebut memperkuat sinyal untuk langsung membentuk akar, bahkan terkadang sebelum kalus terbentuk sempurna. Inilah mengapa aplikasi HPA harus tepat berada di bibir sayatan atas, di mana floem baru saja terpotong dan sel-sel parenkim siap merespon sinyal hormonal.
Sanitasi bukan hanya tentang membersihkan pisau. Seluruh ekosistem cangkukan harus dijaga. Patogen seperti Fusarium dan Rhizoctonia sangat menyukai luka terbuka pada tanaman. Jika cangkukan gagal, seringkali bukan karena akar tidak tumbuh, tetapi karena luka terinfeksi sebelum akar sempat berkembang.
Langkah-langkah sanitasi yang ekstrem meliputi:
Kegagalan sanitasi tidak hanya mengakibatkan pembusukan media, tetapi juga dapat menyebar ke cabang induk dan membahayakan seluruh pohon, terutama pada tanaman yang sensitif terhadap penyakit batang seperti Jeruk atau Kopi. Ketelitian pada tahap ini adalah investasi kesehatan jangka panjang bagi tanaman induk dan bibit baru.
Mencangkuk idealnya dilakukan pada cabang semi-kayu berdiameter 1-2 cm. Namun, terkadang kita ingin mencangkok batang utama yang sangat besar (diameter 5-10 cm) untuk mendapatkan tanaman yang matang secara instan. Teknik ini disebut stool layering modifikasi atau cangkuk raksasa.
Tantangannya adalah:
Untuk mencangkuk batang besar, seringkali digunakan teknik "pengupasan bertingkat" (girdling in steps), di mana kulit dikupas lebih lebar (misalnya 5-8 cm) dan diberi perlakuan HPA dosis tinggi. Penyangga wajib dipasang untuk menahan beban media dan mencegah cabang patah akibat terpaan angin.
Meskipun akar telah terbentuk, bibit cangkukan berada dalam kondisi stres berat saat dipotong dari induk. Bibit tersebut tiba-tiba kehilangan sumber air dan nutrisi utama dari pohon induk. Stres transplantasi ini harus diatasi dengan cermat.
Ketika kita memotong 70% daun, kita memutus pabrik fotosintesis, tetapi kita juga mengurangi penguapan hingga 70%. Perbandingan ini penting: mengurangi penguapan lebih penting daripada memaksimalkan fotosintesis pada fase awal, karena sistem akar baru belum efisien dalam menyerap air. Jika daun dibiarkan penuh, transpirasi akan sangat tinggi, menyebabkan bibit layu dan mati, bahkan jika media tanam sudah basah.
Penyiraman pada tahap adaptasi (di polybag) harus dilakukan dengan metode kabut atau siraman halus. Tanah harus lembab merata, namun jangan sampai air menggenang di dasar polybag. Media yang becek pada bibit cangkukan akan cepat membusukkan akar serabut yang masih lunak.
Pemberian vitamin B1 (Tiamin) melalui siraman pada minggu-minggu pertama juga sangat dianjurkan. Vitamin B1 dikenal membantu mengurangi stres transplantasi dan merangsang perkembangan akar baru setelah pemindahan. Dosis harus sangat rendah dan diaplikasikan setiap 7-10 hari selama masa naungan.
Waktu mencangkuk juga memiliki pengaruh besar terhadap hasil akhir. Mencangkuk paling ideal dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau di mana kelembaban udara relatif tinggi dan suhu tidak terlalu ekstrem. Kondisi ini secara alami mendukung aktivitas kambium dan kelembaban media cangkuk akan lebih mudah dipertahankan.
Mencangkuk di puncak musim kemarau memerlukan pemantauan kelembaban yang sangat ketat. Sinar matahari yang intens dapat mengeringkan media dalam hitungan hari. Sebaliknya, mencangkuk di tengah musim hujan lebat berisiko air merembes masuk ke dalam bungkusan cangkuk, membuat media terlalu basah dan memicu pembusukan, meskipun ikatan sudah dibuat serapat mungkin. Pemilihan waktu yang bijaksana adalah salah satu penentu sukses yang sering diabaikan dalam kalender pertanian.
Mencangkuk adalah sebuah kegiatan yang mengajarkan kesabaran. Proses menunggu dua hingga empat bulan hingga akar terlihat kuat merupakan bagian integral dari seni perbanyakan ini, menguatkan ikatan antara praktisi dan ilmu agronomi. Dengan teknik yang presisi dan manajemen lingkungan yang optimal, mencangkuk tetap menjadi fondasi penting dalam upaya melestarikan dan melipatgandakan tanaman buah-buahan unggul.