Produktivitas dan efisiensi dalam industri peternakan ayam potong (broiler) sangat ditentukan oleh kualitas nutrisi yang diberikan. Pakan, yang sering kali menyumbang hingga 70% dari total biaya produksi, bukan sekadar makanan; ia adalah instrumen rekayasa biologis yang dirancang secara presisi untuk mengarahkan pertumbuhan, meningkatkan rasio konversi pakan (FCR), dan memastikan kesehatan ternak.
Pengembangan formula pakan modern melibatkan ilmu nutrisi yang kompleks, biokimia, dan teknologi manufaktur. Tujuannya adalah menyediakan semua elemen nutrisi esensial—energi, protein, asam amino, vitamin, dan mineral—dalam bentuk yang paling mudah dicerna dan paling efisien secara biaya. Memahami dinamika kebutuhan nutrisi ayam pada berbagai fase kehidupannya adalah kunci keberhasilan manajemen pakan yang canggih.
Ayam potong modern telah melalui seleksi genetik intensif yang menghasilkan laju pertumbuhan yang sangat cepat. Pertumbuhan eksplosif ini menuntut pasokan nutrisi yang konstan dan seimbang. Sistem pencernaan ayam, meskipun sederhana, sangat efisien. Pencernaan dimulai di tembolok (crop), dilanjutkan ke proventrikulus (lambung kelenjar), kemudian ke gizzard (lambung otot) untuk penggilingan mekanis, sebelum nutrisi diserap di usus halus.
Energi merupakan komponen pakan yang paling besar dan krusial. Sumber energi utama adalah karbohidrat (dari biji-bijian seperti jagung dan gandum) dan lemak. Energi Metabolis (ME) diukur dalam Kkal/kg pakan dan harus disesuaikan ketat dengan usia ayam. Ayam muda memerlukan konsentrasi energi yang sedikit lebih rendah untuk mendorong konsumsi pakan, sementara ayam yang lebih tua membutuhkan kepadatan energi yang tinggi untuk memaksimalkan penambahan bobot tanpa peningkatan volume pakan yang berlebihan.
Keseimbangan antara ME dan protein sangat penting. Jika energi terlalu rendah, ayam akan memecah protein untuk sumber energi, mengakibatkan pemborosan asam amino yang mahal. Jika energi terlalu tinggi, FCR mungkin memburuk karena ayam berhenti makan sebelum kebutuhan protein terpenuhi atau kelebihan energi disimpan sebagai lemak berlebih, menurunkan kualitas karkas.
Protein diperlukan untuk membangun otot, jaringan, dan bulu. Namun, yang lebih penting daripada kadar protein kasar total adalah ketersediaan Asam Amino (AA) esensial. Ayam tidak dapat menyimpan kelebihan asam amino; kelebihan tersebut harus dirombak dan diekskresikan sebagai asam urat, yang membuang energi dan menambah beban stres pada ginjal.
Tiga asam amino pembatas utama dalam diet ayam adalah Lysine, Methionine (biasanya diberikan sebagai Methionine + Cystine), dan Threonine. Formula pakan modern menggunakan konsep Protein Ideal, di mana rasio semua AA esensial dihitung relatif terhadap Lysine, yang dianggap sebagai asam amino referensi untuk pertumbuhan otot tanpa lemak.
Penggunaan asam amino sintetik (seperti L-Lysine dan DL-Methionine) memungkinkan formulasi pakan dengan kadar protein kasar yang lebih rendah, mengurangi biaya, dan meminimalkan ekskresi nitrogen ke lingkungan.
Meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil, vitamin dan mineral adalah katalis penting untuk hampir semua fungsi biologis. Kekurangan mikro nutrisi dapat menyebabkan masalah serius, mulai dari penurunan pertumbuhan hingga kelainan tulang (rachitis) atau gangguan sistem imun.
Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) adalah mineral makro yang paling penting, terutama untuk perkembangan kerangka dan kekuatan tulang. Rasio Ca:P yang tepat sangat kritis; ketidakseimbangan dapat menghambat penyerapan keduanya. Mineral mikro seperti Seng (Zn), Mangan (Mn), dan Tembaga (Cu) sering ditambahkan dalam bentuk chelated untuk meningkatkan bioavailabilitas (kemudahan penyerapan) dibandingkan bentuk anorganik tradisional.
Vitamin dikelompokkan menjadi larut lemak (A, D, E, K) dan larut air (kelompok B dan C). Vitamin D3 sangat vital untuk metabolisme Ca dan P. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan utama yang melindungi integritas sel, sementara Vitamin B kompleks berperan sentral dalam metabolisme energi.
Gambar 1: Pilar-pilar formula pakan yang harus seimbang untuk pertumbuhan optimal.
Formula pakan (mash atau pellet) adalah campuran dari banyak bahan baku yang masing-masing menyumbang profil nutrisi yang unik. Kontrol kualitas bahan baku adalah tahap terpenting karena variabilitas dalam bahan baku, terutama kadar air, aflatoksin, dan serat kasar, dapat merusak seluruh formulasi.
Jagung adalah sumber energi utama di hampir semua formula pakan ayam potong karena kandungan pati yang tinggi (sekitar 70%), yang mudah dicerna, dan palatabilitas yang baik. Kualitas jagung sangat dipengaruhi oleh tingkat kekeringan dan kontaminasi mikotoksin (terutama Aflatoksin). Aflatoksin dapat menyebabkan kerusakan hati, imunosupresi, dan penurunan FCR yang signifikan. Pengujian dan penggunaan pengikat toksin (toxin binders) menjadi praktik standar jika kualitas jagung dipertanyakan.
Dedak sering digunakan sebagai pengisi dan sumber energi tambahan, namun penggunaannya dibatasi oleh kandungan serat kasar (Non-Starch Polysaccharides/NSP) yang tinggi. Serat kasar yang berlebihan tidak dapat dicerna oleh ayam dan justru meningkatkan viskositas di usus, mengurangi penyerapan nutrisi. Penggunaan enzim eksogen (seperti Xylanase atau Beta-Glucanase) diperlukan untuk mendegradasi NSP ini, terutama jika menggunakan gandum atau barley.
Lemak (seperti minyak sawit, minyak kedelai, atau lemak hewani) adalah sumber energi terkonsentrasi (2,25 kali lebih banyak energi daripada karbohidrat). Penambahan lemak meningkatkan kepadatan energi pakan tanpa menambah volume, yang sangat penting untuk fase finisher. Lemak juga berfungsi sebagai pembawa vitamin larut lemak dan mengurangi debu pakan. Kualitas lemak dinilai berdasarkan angka asam lemak bebas dan peroksida untuk memastikan tidak terjadi ketengikan (rancidity).
SBM adalah sumber protein nabati utama dunia. Proteinnya memiliki profil asam amino yang paling seimbang di antara semua bahan baku nabati. Kualitas SBM sangat bergantung pada proses pemanasan (toasting); pemanasan yang kurang optimal meninggalkan Inhibitor tripsin yang merusak pencernaan protein, sementara pemanasan berlebihan merusak Lysine. Konten protein SBM standar berkisar 44-48%.
CGM, produk sampingan dari pengolahan jagung, adalah sumber protein tinggi (sekitar 60%) dan pigmen (Xanthophylls) yang penting untuk pewarnaan kulit dan kuning telur. Namun, CGM memiliki kandungan Lysine yang rendah, sehingga harus dikombinasikan secara hati-hati dengan SBM dan Lysine sintetik untuk menjaga keseimbangan AA.
Meskipun penggunaannya terbatas di beberapa pasar, tepung ikan dan tepung daging merupakan sumber protein dan mineral yang sangat baik dengan profil AA yang superior (terutama Methionine, Cystine, dan Lysine) dan ketersediaan Fosfor yang tinggi. Namun, faktor risiko seperti harga yang fluktuatif, potensi kontaminasi, dan palatabilitas yang bervariasi memerlukan kehati-hatian dalam penggunaannya.
Aditif pakan adalah komponen kunci yang memungkinkan performa tinggi dalam lingkungan peternakan intensif.
Kebutuhan nutrisi ayam potong berubah drastis seiring bertambahnya usia. Pada fase awal, fokusnya adalah perkembangan kerangka dan usus; pada fase pertengahan, fokusnya beralih ke pertumbuhan otot yang cepat; dan pada fase akhir, perhatian diberikan pada efisiensi deposisi energi dan pengisian karkas. Phase feeding membagi siklus pertumbuhan menjadi beberapa tahap, masing-masing dengan formulasi pakan yang disesuaikan.
Fase kritis ini menentukan kesehatan usus seumur hidup ayam. Pakan harus memiliki palatabilitas tinggi dan protein yang sangat mudah dicerna (biasanya menggunakan protein hewani berkualitas tinggi dan susu). Tujuannya adalah mendorong konsumsi dini (early feed intake) untuk mengembangkan saluran pencernaan dan sistem imun.
Pakan pre-starter seringkali paling mahal per kilogram, tetapi investasi ini sangat berharga karena performa yang dicapai pada minggu pertama berkorelasi kuat dengan bobot panen.
Setelah usus berkembang, kebutuhan energi dan protein meningkat pesat. Ayam berada dalam fase pertumbuhan alometrik, di mana laju deposisi protein (otot) jauh lebih tinggi daripada deposisi lemak.
Pergantian dari pakan pre-starter ke starter harus dilakukan secara bertahap selama 1-2 hari untuk menghindari gangguan pencernaan.
Pada tahap ini, kecepatan pertumbuhan sedikit melambat, dan prioritas mulai bergeser dari deposisi otot murni ke efisiensi biaya. Kandungan protein diturunkan, dan kepadatan energi ditingkatkan untuk mendukung penambahan bobot cepat dan persiapan karkas.
Pakan finisher bertujuan untuk memaksimalkan bobot akhir dengan biaya seminimal mungkin. Kandungan protein kasar adalah yang terendah, sementara energi tertinggi. Kelebihan energi akan disimpan sebagai lemak intramuskular dan subkutan, yang penting untuk kualitas pemotongan dan pengisian karkas.
Formulasi pakan adalah perpaduan antara sains nutrisi dan ekonomi. Tujuannya adalah memenuhi semua batasan nutrisi minimum dan maksimum (seperti serat, garam, mineral toksik) dengan biaya per kilogram pakan yang paling rendah.
Di masa lalu, formula dibuat menggunakan metode coba-coba atau metode Pearson Square. Namun, saat ini, formula pakan industri hampir selalu dibuat menggunakan perangkat lunak optimasi (Linear Programming). Perangkat lunak ini memungkinkan formulator memasukkan ratusan batasan nutrisi, harga bahan baku saat ini, dan ketersediaan bahan, dan kemudian menghitung kombinasi bahan baku termurah yang memenuhi semua persyaratan nutrisi.
Proses ini memerlukan data yang sangat akurat, termasuk:
Setelah formula ditentukan, proses manufaktur (penggilingan pakan) harus memastikan bahan baku dicampur secara homogen dan diproses menjadi bentuk fisik yang optimal (pelet atau remah).
Ukuran partikel bahan baku sangat memengaruhi pencernaan. Partikel yang terlalu kasar dapat mengurangi luas permukaan untuk aksi enzim, sementara partikel yang terlalu halus dapat menyebabkan masalah gizzard, debu pakan, dan ulserasi. Ukuran ideal biasanya berkisar 600-900 mikron.
Pencampuran adalah proses vital untuk memastikan ayam menerima nutrisi yang sama di setiap gigitan. Mikro komponen seperti premix vitamin dan asam amino harus dicampur secara bertahap (melalui premix kecil) sebelum dicampur dengan komponen massal (jagung, SBM). Mixer modern (misalnya mixer pita horizontal) harus mencapai >95% homogenitas campuran.
Mayoritas pakan ayam potong diberikan dalam bentuk pelet atau remah. Pelletizing menawarkan keuntungan besar:
Kualitas pelet diukur dari Indeks Daya Tahan Pelet (PDI). Pelet yang mudah hancur meningkatkan debu dan menurunkan FCR.
Gambar 2: Bentuk pelet pakan yang ideal untuk konsumsi dan efisiensi ayam potong.
Meskipun formulasi pakan sudah sempurna, manajemen yang buruk di kandang dapat merusak seluruh upaya. Manajemen pakan mencakup pengiriman, penyimpanan, dan praktik pemberian pakan sehari-hari.
Pakan harus disimpan di tempat yang kering, sejuk, dan terlindungi dari hama (tikus dan burung). Kelembaban tinggi adalah musuh utama karena dapat memicu pertumbuhan jamur dan produksi mikotoksin, serta menurunkan efektivitas vitamin. Idealnya, pakan tidak boleh disimpan lebih dari 3-4 minggu, terutama pakan pre-starter yang mengandung vitamin dan aditif sensitif.
Kontrol suhu dan kelembaban harus ketat. Suhu tinggi mempercepat oksidasi lemak (ketengikan), yang menurunkan energi pakan dan palatabilitas, serta menghabiskan stok antioksidan (seperti Vitamin E).
FCR (Feed Conversion Ratio) adalah metrik terpenting yang mengukur efisiensi pakan. Ini adalah rasio total pakan yang dikonsumsi dibagi dengan total penambahan bobot (FCR = Pakan Dihabiskan / Kenaikan Berat Badan). FCR yang lebih rendah menunjukkan efisiensi yang lebih baik dan biaya produksi yang lebih rendah.
Faktor yang Mempengaruhi FCR:
Pakan harus selalu tersedia, terutama pada minggu-minggu awal. Namun, penting untuk mendorong ayam mengkonsumsi pakan yang baru daripada membiarkan pakan lama menumpuk di tempat pakan.
Pada fase finisher, batasan pakan terkadang diterapkan dalam sistem tertentu (skip-a-day atau pembatasan kuantitas) untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi masalah metabolisme, meskipun ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan pengawasan nutrisi.
Pembersihan tempat pakan secara rutin sangat penting untuk mencegah kontaminasi dan pembusukan, yang dapat mengurangi palatabilitas.
Kesehatan usus (Gut Health) telah menjadi fokus utama dalam nutrisi ayam modern, terutama dengan tren pengurangan atau penghapusan penggunaan Antibiotik Pendorong Pertumbuhan (AGP). Usus yang sehat adalah tempat penyerapan nutrisi yang efisien, dan juga merupakan benteng pertahanan imun ayam.
Serat yang larut dan tidak larut memainkan peran struktural. Serat tidak larut (seperti sekam padi) membantu menstimulasi gizzard, yang penting untuk penggilingan makanan dan kontrol pH. Sementara itu, Prebiotik, seperti Oligosakarida, secara selektif mendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan (misalnya Lactobacillus dan Bifidobacterium). Ketika bakteri baik mendominasi, mereka secara alami menghambat kolonisasi patogen seperti C. perfringens (penyebab Enteritis Nekrotik) melalui persaingan nutrisi dan produksi asam lemak rantai pendek (SCFA).
SCFA, seperti butirat, propionat, dan asetat, diproduksi ketika serat difermentasi oleh mikrobiota usus. Butirat sangat penting; ia adalah sumber energi utama bagi enterosit (sel dinding usus) dan telah terbukti mempercepat regenerasi sel usus yang rusak, sehingga meningkatkan integritas tight junction (penghalang usus).
Formulasi pakan dapat mendukung produksi SCFA dengan menambahkan bahan baku yang kaya serat fermentasi yang tepat atau dengan menambahkan Butirat yang dilindungi (protected butyrate) langsung ke dalam pakan, memastikan ia dilepaskan di usus halus dan besar, bukan di bagian atas saluran pencernaan.
Salah satu penyebab utama masalah usus adalah protein yang tidak tercerna yang mencapai usus besar. Protein ini menjadi substrat makanan bagi bakteri proteolitik berbahaya. Oleh karena itu, formulator harus sangat berhati-hati dalam menggunakan protein yang memiliki daya cerna rendah atau jika terjadi pemanasan berlebihan pada SBM. Tujuan utamanya adalah memastikan 90-95% protein diserap di usus halus bagian atas.
Strategi nutrisi modern secara aktif berusaha menurunkan Protein Kasar (CP) sambil mempertahankan, bahkan meningkatkan, ketersediaan Asam Amino Esensial (AAE) melalui penggunaan AA sintetik. Strategi ‘CP rendah, AAE tinggi’ ini memiliki dua manfaat utama:
Peternakan ayam potong di zona tropis menghadapi tantangan unik yang menuntut penyesuaian formulasi pakan dibandingkan dengan standar nutrisi yang dikembangkan di zona beriklim sedang.
Stres panas adalah masalah terbesar di iklim tropis. Ketika ayam kepanasan, mereka mengurangi konsumsi pakan, mengubah pola pernapasan (panting), dan mengalihkan aliran darah dari usus ke kulit, yang menyebabkan berkurangnya penyerapan nutrisi dan kerusakan pada penghalang usus. Untuk mengatasi hal ini, formulasi pakan harus diubah selama periode panas:
Kelembaban dan suhu tinggi di daerah tropis meningkatkan risiko kontaminasi jamur pada jagung dan bahan baku sereal lainnya selama penyimpanan. Mikotoksin (seperti Aflatoksin, Ochratoksin, DON, dan Fumonisin) sering hadir secara simultan dan memiliki efek sinergis yang merusak. Pengujian rutin terhadap bahan baku yang masuk harus dilakukan. Jika kontaminasi terdeteksi, penggunaan Toxin Binders spektrum luas (misalnya aluminosilikat terhidrasi) dalam dosis yang memadai adalah suatu keharusan.
Kualitas bahan baku lokal di negara tropis seringkali lebih variabel. Misalnya, kandungan protein dan lemak pada SBM bisa berbeda antar batch. Oleh karena itu, formulasi harus mengandalkan analisis nutrisi bahan baku secara independen dan bukan hanya pada nilai rata-rata yang dipublikasikan. Teknik seperti NIRS memungkinkan analisis nutrisi cepat di pabrik pakan sebelum bahan baku digunakan, memastikan formula yang dihitung secara matematis benar-benar akurat.
Industri nutrisi unggas terus berkembang pesat, didorong oleh kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi FCR, memenuhi permintaan konsumen akan produk bebas antibiotik, dan mengurangi dampak lingkungan.
Pergeseran global menuju produksi ABF memerlukan penggantian AGP dengan aditif fungsional. Strategi yang paling berhasil melibatkan pendekatan multi-lapis:
Masa depan nutrisi bergerak menuju konsep "Nutrisi Presisi" (Precision Nutrition). Alih-alih menggunakan nilai rata-rata untuk seluruh kawanan, teknologi akan memungkinkan penyesuaian formula berdasarkan data real-time, seperti suhu kandang, bobot rata-rata mingguan, dan bahkan kesehatan usus yang dipantau melalui biomarker atau analisis kotoran.
Penggunaan asam amino fungsional di luar Lysine, Methionine, dan Threonine juga meningkat. Misalnya, Tryptophan dan Valine semakin diakui sebagai pembatas dalam diet rendah protein. Formulasi yang menghitung hingga asam amino keenam atau ketujuh akan menjadi standar untuk menekan Protein Kasar serendah mungkin tanpa mengorbankan pertumbuhan.
Tekanan untuk mengurangi ketergantungan pada jagung (yang bersaing dengan pangan manusia) dan SBM (yang terkait dengan deforestasi) mendorong pencarian bahan baku alternatif yang berkelanjutan.
Integrasi bahan baku baru ini menuntut penelitian lebih lanjut mengenai bioavailabilitas nutrisi dan ketersediaan asam amino mereka, tetapi ini adalah langkah penting menuju produksi unggas yang lebih ramah lingkungan.
Keseluruhan manajemen pakan ayam potong adalah disiplin ilmu yang menuntut sinergi sempurna antara pemahaman mendalam tentang fisiologi ayam, perhitungan ekonomi yang cermat, dan pelaksanaan teknis yang presisi di pabrik pakan. Keberhasilan dalam beternak ayam potong tidak hanya diukur dari bobot akhir, tetapi juga dari seberapa efisien pakan tersebut dikonversi menjadi daging, yang secara langsung tercermin dalam FCR.
Formula pakan harus dilihat sebagai dokumen yang hidup, yang terus-menerus disesuaikan berdasarkan fluktuasi harga bahan baku global, hasil analisis kualitas bahan baku lokal, dan tantangan lingkungan (seperti stres panas). Formulator modern tidak hanya berfokus pada pemenuhan batas minimum nutrisi tetapi juga pada keseimbangan rasio antar nutrisi, seperti rasio ME terhadap Lysine, dan rasio Kalsium terhadap Fosfor, karena keharmonisan nutrisi inilah yang memicu potensi genetik pertumbuhan ayam potong modern.
Di masa depan, transisi menuju sistem produksi bebas antibiotik akan semakin menggarisbawahi pentingnya mikro-nutrisi fungsional, aditif pakan, dan manajemen kesehatan usus. Penggunaan teknologi analitik yang canggih, seperti NIRS dan perangkat lunak optimasi linear, akan terus mendorong batas-batas efisiensi, memungkinkan para peternak untuk menghasilkan protein hewani berkualitas tinggi dengan jejak ekologis yang semakin berkurang.
Mempertahankan kualitas fisik pakan (daya tahan pelet) adalah sama pentingnya dengan kualitas kimianya. Pelet yang rapuh meningkatkan limbah dan menurunkan FCR. Oleh karena itu, investasi pada teknologi penggilingan dan pelletizing mutakhir merupakan prasyarat untuk mencapai standar efisiensi yang ketat yang ditetapkan oleh industri unggas global. Setiap komponen, dari formulasi asam amino hingga manajemen penyimpanan di kandang, merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dalam rantai nilai produksi ayam potong yang sukses dan berkelanjutan.
Strategi pakan yang berorientasi pada peningkatan gut health, pengurangan CP melalui asam amino sintetik, dan mitigasi dampak iklim tropis melalui penyesuaian kepadatan energi adalah kunci untuk mencapai profitabilitas maksimum. Dengan terus menerapkan praktik terbaik dalam kontrol kualitas bahan baku, mengintegrasikan aditif fungsional, dan menjaga manajemen kandang yang optimal, peternak dapat memastikan bahwa pakan, sebagai investasi terbesar, memberikan pengembalian yang sepadan dan mendukung industri yang berkembang pesat.
Keseimbangan antara kepadatan nutrisi dan biaya merupakan seni dan ilmu. Misalnya, ketika harga jagung melonjak, formulator harus sigap mencari substitusi energi (seperti gandum atau sorgum) dan menyesuaikan batasan serat kasar sambil memastikan penambahan enzim yang tepat untuk mempertahankan daya cerna. Setiap perubahan dalam komposisi pakan harus dinilai tidak hanya dari dampaknya terhadap biaya langsung tetapi juga dari dampak hilir terhadap performa pertumbuhan, kesehatan usus, dan FCR secara keseluruhan. Kegagalan dalam perhitungan ini dapat mengakibatkan kerugian finansial yang besar, bahkan jika pakan tersebut secara teknis memenuhi persyaratan protein kasar yang ditetapkan.
Lebih lanjut, penting untuk memahami konsep bioavailabilitas. Dua formula pakan mungkin memiliki kadar total kalsium yang sama, tetapi jika salah satu menggunakan sumber kalsium yang kurang larut atau jika rasio dengan fosfornya buruk, kalsium tersebut tidak akan terserap dengan baik. Inilah mengapa penggunaan mineral organik atau chelated semakin umum; meskipun lebih mahal, bioavailabilitasnya yang jauh lebih tinggi sering kali membenarkan biayanya melalui peningkatan kesehatan tulang dan penurunan masalah kaki.
Pemantauan terhadap residu obat (jika menggunakan obat terapeutik) dan mikotoksin tidak hanya merupakan praktik manajemen risiko yang baik tetapi juga persyaratan peraturan ekspor dan standar keamanan pangan. Pakan finisher, khususnya, harus dipantau ketat untuk memastikan tidak ada residu koksidiostat atau antibiotik sebelum ayam dikirim ke pemotongan, menjamin bahwa produk akhir aman bagi konsumen.
Formulasi yang canggih juga mencakup pertimbangan mengenai pigmentasi. Di beberapa pasar, konsumen menuntut warna kulit ayam yang lebih kuning. Pigmen alami (karotenoid dan xanthophylls) dari CGM atau marigold meal harus dimasukkan dalam formula finisher untuk mencapai karakteristik karkas yang diinginkan, menambah lapisan kompleksitas lain pada perhitungan biaya minimal.
Manajemen air minum, meskipun bukan bagian dari pakan itu sendiri, sangat erat kaitannya dengan nutrisi. Ayam yang mengalami dehidrasi akan mengurangi konsumsi pakan. Air harus diperlakukan sebagai nutrisi esensial. Kualitas air—pH, kandungan mineral, dan keberadaan bakteri—memengaruhi kesehatan usus. Pemberian asam organik melalui air minum sering dilakukan untuk membantu menyeimbangkan pH usus, mendukung kinerja pakan yang optimal, terutama saat cuaca panas.
Pada akhirnya, strategi pakan yang berhasil mencerminkan komitmen terhadap kualitas, inovasi, dan pemahaman yang konstan terhadap biologi ayam potong. Ini adalah investasi berkelanjutan dalam data, teknologi, dan ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan akhir: produksi protein yang efisien dan berkelanjutan.