Ayam KUB: Inovasi Genetik untuk Produktivitas Peternakan Nasional

Mengupas Tuntas Keunggulan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan

Ilustrasi Ayam KUB yang Sehat dan Vigor Sketsa sederhana seekor ayam kampung yang berdiri tegak menunjukkan kesehatan dan keunggulan genetik.

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) adalah hasil pemuliaan genetik intensif.

I. Pendahuluan: Mengapa Ayam KUB Menjadi Pilihan Utama

Sektor peternakan ayam kampung di Indonesia secara tradisional menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan laju pertumbuhan yang lambat, efisiensi pakan yang rendah, serta siklus produksi telur yang terhambat oleh sifat mengeram (broodiness) yang kuat. Untuk mengatasi stagnasi ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui program pemuliaan genetik menghasilkan inovasi signifikan: Ayam Kampung Unggul Balitbangtan, atau yang lebih dikenal sebagai Ayam KUB.

Ayam KUB bukan sekadar varietas ayam kampung biasa. Ia adalah hasil rekayasa genetik dan seleksi bertahun-tahun yang bertujuan menggabungkan ketahanan alami ayam lokal dengan produktivitas tinggi ala ayam ras. Kehadirannya telah merevolusi pandangan peternak terhadap potensi bisnis ayam kampung, mengubahnya dari usaha sampingan menjadi industri yang efisien dan menguntungkan. Pemahaman mendalam tentang keunggulan genetik dan manajemen KUB adalah kunci sukses bagi peternak yang ingin meningkatkan skala usahanya.

II. Latar Belakang Genetik dan Filosofi Pemuliaan

Pengembangan Ayam KUB dimulai dari kebutuhan mendesak untuk mengurangi ketergantungan impor bibit (DOC/Day Old Chick) ayam ras dan meningkatkan swasembada protein hewani berbasis sumber daya lokal. Program pemuliaan ini difokuskan pada pemetaan sifat-sifat unggul yang jarang ditemukan dalam populasi ayam kampung murni.

A. Asal Usul dan Seleksi Intensif

Ayam KUB dikembangkan dari populasi ayam kampung lokal yang diseleksi secara ketat. Proses seleksi dilakukan berdasarkan kriteria fenotipik dan genotipik yang meliputi: tingkat produksi telur yang tinggi, pertumbuhan yang cepat, efisiensi konversi pakan (FCR) yang baik, serta hilangnya sifat mengeram. Proses pemuliaan ini memakan waktu beberapa generasi untuk menstabilkan sifat-sifat unggul tersebut, memastikan bahwa keturunan KUB memiliki heterozigositas yang stabil dan produktivitas yang seragam.

Fokus utama dalam pemuliaan KUB adalah menemukan galur yang memiliki gen resesif atau gen termodifikasi yang menekan hormon prolaktin, hormon yang bertanggung jawab atas sifat mengeram. Dengan menekan sifat mengeram, ayam betina dapat kembali berproduksi lebih cepat setelah menyelesaikan satu siklus bertelur. Ini adalah terobosan genetik yang secara fundamental membedakan KUB dari ayam kampung konvensional.

III. Keunggulan Produktivitas Telur: Menghilangkan Hambatan Mengeram

Keunggulan Ayam KUB yang paling sering dielu-elukan dan menjadi faktor pembeda utama adalah performa produksi telurnya yang superior. Peningkatan ini tidak hanya terjadi pada jumlah total telur per tahun, tetapi juga pada durasi siklus produksi yang lebih efisien.

A. Eliminasi Sifat Mengeram (Non-Broodiness)

Ayam kampung biasa, setelah bertelur sekitar 15-20 butir, akan memasuki fase mengeram (broodiness) yang dapat berlangsung 21 hari ditambah masa istirahat pasca-mengeram, totalnya sekitar 1 hingga 1,5 bulan. Selama periode ini, ayam berhenti bertelur sepenuhnya. Keunggulan genetik Ayam KUB terletak pada hilangnya, atau sangat minimnya, sifat mengeram ini.

Dampak Ekonomi Hilangnya Sifat Mengeram:

Dengan minimnya sifat mengeram, interval antar periode bertelur (interval bertelur) menjadi sangat pendek. Ayam KUB mampu mempertahankan produksi telur secara kontinyu dalam periode waktu yang jauh lebih lama dibandingkan ayam kampung biasa, memaksimalkan output dari setiap individu betina.

B. Peningkatan Jumlah Telur Tahunan

Secara rata-rata, ayam kampung lokal hanya mampu menghasilkan 60-80 butir telur per ekor per tahun, terpotong oleh fase mengeram. Ayam KUB, berkat perbaikan genetik dan manajemen yang optimal, mampu mencapai:

Perbandingan Produktivitas Telur Ayam KUB Diagram batang yang membandingkan jumlah telur tahunan Ayam Kampung Biasa (KAB) dan Ayam KUB, menunjukkan keunggulan KUB. 70 KAB 180 KUB Butir Telur/Tahun

Grafik perbandingan kasar peningkatan produktivitas telur Ayam KUB dibandingkan Ayam Kampung Biasa.

IV. Keunggulan Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan (FCR)

Selain unggul dalam produksi telur, Ayam KUB juga dirancang untuk memiliki performa pertumbuhan yang signifikan lebih baik dibandingkan ayam kampung tradisional, menjadikannya pilihan ideal untuk produksi daging ayam kampung premium.

A. Laju Pertumbuhan Cepat

Ayam kampung tradisional memerlukan waktu 4 hingga 6 bulan untuk mencapai bobot panen standar (sekitar 0.8-1.2 kg). Ayam KUB dapat mencapai bobot panen yang diinginkan (sekitar 1.2 kg) dalam waktu yang jauh lebih singkat, yaitu sekitar 80 hingga 90 hari, asalkan manajemen pakan dan pemeliharaan dilakukan secara optimal.

Kecepatan pertumbuhan ini sangat penting karena memperpendek siklus produksi, memungkinkan peternak memutar modal lebih cepat dan meningkatkan kapasitas kandang per tahun. Ini adalah kunci transisi dari peternakan subsisten menuju peternakan komersial.

B. Efisiensi Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio / FCR) yang Lebih Baik

FCR adalah rasio jumlah pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu kilogram bobot hidup. Ayam kampung tradisional memiliki FCR yang tinggi (buruk), seringkali di atas 4.0 (artinya >4 kg pakan untuk 1 kg daging).

Ayam KUB dikembangkan dengan FCR yang jauh lebih efisien. Dalam kondisi manajemen yang baik, FCR Ayam KUB dapat berada di kisaran 3.0 hingga 3.5. Walaupun belum seefisien ayam broiler (FCR ~1.5), FCR KUB adalah lompatan besar dalam peternakan ayam kampung. Efisiensi ini berdampak langsung pada biaya operasional peternak, meningkatkan margin keuntungan secara substansial.

Pakan yang dikonversi menjadi biomassa (daging) lebih cepat dan lebih efisien berarti pengeluaran pakan, yang merupakan komponen biaya terbesar dalam peternakan, dapat dikelola dengan lebih baik.

C. Keseragaman Ukuran Panen

Salah satu masalah utama ayam kampung murni adalah tingkat heterogenitasnya; ukuran dan bobot panennya bervariasi secara liar. Ayam KUB memiliki keseragaman yang lebih baik, memastikan bahwa mayoritas ayam dalam satu kelompok panen mencapai bobot target pada waktu yang hampir bersamaan. Keseragaman ini penting untuk memenuhi standar kualitas pasar dan memudahkan proses penjualan massal.

V. Keunggulan Adaptasi dan Ketahanan Lingkungan

Ayam KUB mewarisi sifat-sifat unggul ayam kampung lokal, yaitu ketangguhan dan kemampuan adaptasi. Sifat ini sangat penting mengingat kondisi iklim tropis Indonesia yang fluktuatif serta seringnya terjadi wabah penyakit.

A. Ketahanan Penyakit yang Tinggi

KUB memiliki ketahanan alami yang lebih baik terhadap penyakit-penyakit endemik tropis, seperti Cekaman Panas (Heat Stress) dan beberapa strain Penyakit Newcastle Disease (ND) atau Tetelo, dibandingkan dengan ayam ras murni. Meskipun tetap memerlukan program vaksinasi yang ketat, tingkat mortalitas (kematian) pada Ayam KUB jauh lebih rendah, terutama pada masa pertumbuhan (starter), yang merupakan periode paling rentan.

Daya tahan genetik ini mengurangi kebutuhan penggunaan antibiotik profilaksis secara berlebihan, mendukung tren peternakan yang lebih alami dan berkelanjutan.

B. Adaptasi Terhadap Pakan Lokal

Ayam KUB tetap dapat beradaptasi dengan sistem pemeliharaan semi-intensif yang memanfaatkan pakan tambahan (hijauan, limbah pertanian, atau sisa dapur). Meskipun FCR terbaik dicapai dengan pakan pabrikan yang diformulasi khusus, KUB memiliki kemampuan pencernaan yang lebih baik terhadap variasi nutrisi lokal dibandingkan ayam ras. Fleksibilitas ini memungkinkan peternak skala kecil menekan biaya pakan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar mereka.

C. Toleransi Iklim Panas

Ayam KUB menunjukkan toleransi yang baik terhadap suhu tinggi dan kelembaban khas iklim tropis. Mereka tidak rentan terhadap stress panas akut seperti yang sering dialami ayam ras (broiler) yang memiliki metabolisme lebih cepat dan bulu yang lebih lebat. Ini berarti peternak tidak perlu investasi besar dalam sistem pendinginan kandang yang mahal, yang merupakan keuntungan besar di daerah pedesaan.

VI. Kualitas Daging dan Telur: Keunggulan Cita Rasa Pasar Premium

Salah satu faktor utama yang mendorong harga jual Ayam KUB di pasar adalah kualitas daging dan telurnya yang diakui memiliki cita rasa premium, mirip dengan ayam kampung asli, tetapi dengan keunggulan ukuran yang lebih seragam.

A. Keunggulan Daging KUB

Konsumen Indonesia mencari daging ayam kampung karena teksturnya yang lebih padat (serat lebih jelas), rendah lemak, dan rasa yang lebih gurih. Ayam KUB berhasil mempertahankan karakteristik kualitas daging ini, meskipun memiliki pertumbuhan yang lebih cepat.

B. Kualitas Telur KUB

Telur yang dihasilkan Ayam KUB memiliki beberapa keunggulan spesifik yang diminati pasar:

  1. Warna Cangkang: Telur KUB umumnya memiliki warna cangkang yang cokelat kemerahan atau kecokelatan yang pekat, memberikan kesan alami dan berkualitas tinggi yang dicari konsumen.
  2. Warna Kuning Telur: Kuning telur seringkali lebih cerah dan oranye (tergantung pakan), menunjukkan kandungan pigmen dan nutrisi yang lebih kaya.
  3. Ukuran Telur: Ukuran telur KUB seragam, berkisar antara 45 hingga 55 gram, yang merupakan ukuran ideal untuk konsumsi maupun penetasan.

VII. Aspek Ekonomi Bisnis dan Analisis Usaha

Keunggulan genetik Ayam KUB secara langsung diterjemahkan menjadi keunggulan ekonomi yang signifikan, membuat usaha peternakan KUB menjadi model bisnis yang berkelanjutan dan menarik.

A. Peningkatan Profitabilitas Melalui Siklus Pendek

Dalam bisnis budidaya daging (pedaging), siklus panen yang lebih pendek (90 hari vs. 150 hari) berarti peternak dapat melakukan lebih banyak periode budidaya dalam setahun, umumnya 4 hingga 5 siklus. Peningkatan frekuensi panen ini secara dramatis meningkatkan Return on Investment (ROI) tahunan.

B. Analisis Keuntungan Ganda (Dwi Fungsi)

KUB memiliki fungsi ganda yang sangat menguntungkan: ia unggul sebagai penghasil telur konsumsi (dengan non-broodiness) dan juga sebagai penghasil daging. Peternak memiliki fleksibilitas untuk memilih fokus usaha atau menggabungkan keduanya (dual-purpose farming). Misalnya, ayam betina yang sudah melewati masa puncak produksi telur dapat dijual sebagai ayam afkir daging dengan bobot yang masih layak jual, sementara jantan dijual sebagai pedaging pada usia muda.

C. Nilai Jual Premium di Pasar

Di pasar, produk yang berlabel 'Ayam Kampung' seringkali dijual dengan harga yang 20% hingga 50% lebih tinggi dibandingkan ayam broiler. Karena KUB mempertahankan kualitas fisik dan rasa ayam kampung, ia menikmati harga jual premium ini, namun dengan biaya produksi (pakan dan waktu) yang lebih rendah berkat efisiensi FCR dan pertumbuhan cepatnya. Margin keuntungan per ekor KUB, baik telur maupun daging, secara konsisten lebih tinggi daripada ayam kampung tradisional.

Efisiensi Ekonomi Ayam KUB Visualisasi keseimbangan antara biaya rendah (FCR) dan pendapatan tinggi (Premium Pricing). BIAYA PAKAN FCR RENDAH HARGA JUAL PROFIT TINGGI

Efisiensi ganda Ayam KUB menghasilkan profitabilitas yang superior.

VIII. Manajemen dan Tata Laksana Khusus Ayam KUB

Meskipun Ayam KUB lebih tangguh dari ayam ras, ia tetap memerlukan manajemen yang lebih ketat dibandingkan ayam kampung yang dilepasliarkan. Untuk memaksimalkan keunggulan genetiknya, beberapa aspek manajemen harus diperhatikan.

A. Manajemen Kandang yang Optimal

Ayam KUB idealnya dibudidayakan dalam sistem intensif atau semi-intensif. Kandang harus memiliki ventilasi yang sangat baik, kering, dan terlindungi dari predator. Kepadatan kandang harus diatur secara ketat untuk mencegah penumpukan amonia dan penyebaran penyakit.

B. Program Pakan Berbasis Fase

Untuk mencapai FCR dan laju pertumbuhan yang dijanjikan, Ayam KUB harus mendapatkan pakan dengan formulasi nutrisi yang tepat pada setiap fasenya. Meskipun ia mampu memakan pakan lokal, performa terbaik dicapai dengan:

  1. Pakan Starter (Protein Tinggi): Memastikan pertumbuhan tulang dan otot yang cepat di awal kehidupan (umur 0-8 minggu).
  2. Pakan Grower/Finisher: Keseimbangan energi dan protein untuk mencapai bobot panen.
  3. Pakan Layer (Protein dan Kalsium Tinggi): Khusus untuk ayam petelur KUB, pakan harus diperkaya kalsium untuk pembentukan cangkang telur yang kuat.

Pengelolaan pakan yang tidak tepat akan menggugurkan keunggulan genetik KUB; peternak harus memastikan bahwa asupan nutrisi seimbang, terutama energi dan asam amino esensial, terpenuhi sesuai standar pemuliaan yang ditetapkan Balitbangtan.

C. Biosekuriti dan Kesehatan

Walaupun tangguh, KUB tidak kebal penyakit. Biosekuriti yang ketat adalah wajib. Ini mencakup isolasi kandang dari unggas liar, pengendalian hama (tikus dan serangga), dan program vaksinasi yang terstruktur. Program vaksinasi KUB harus mencakup ND (Tetelo) dan Gumboro, disesuaikan dengan epidemiologi lokal.

IX. Perbandingan Mendalam: KUB vs. Ayam Kampung Lokal vs. Ras Lain

Untuk benar-benar memahami superioritas Ayam KUB, perlu dilakukan perbandingan terperinci dengan tiga jenis ayam yang umum dibudidayakan di Indonesia: Ayam Kampung Lokal (KAB), Ayam Ras Petelur (Layer), dan Ayam Ras Pedaging (Broiler).

A. KUB vs. Ayam Kampung Lokal (KAB)

Perbedaan utama telah ditekankan pada produktivitas telur dan pertumbuhan, namun detailnya menunjukkan jurang pemisah yang lebar:

Sifat KUB (Unggul) KAB (Lokal Murni)
Telur/Tahun 160-200 butir 60-80 butir
Sifat Mengeram Minimal/Hilang (10-20% populasi) Kuat (80-90% populasi)
Usia Panen (1.2 kg) 80-90 hari 120-150 hari
Keseragaman Tinggi Sangat Rendah

KUB mengatasi kelemahan KAB dalam hal kecepatan produksi dan keseragaman, sambil mempertahankan kualitas daging dan ketahanan lingkungan.

B. KUB vs. Ayam Petelur Ras (Layer)

Layer unggul dalam total produksi telur (>300 butir/tahun), namun KUB menang dalam hal ketahanan dan kualitas hasil akhir. Layer sangat rentan terhadap cekaman panas dan penyakit tropis, dan daging afkirnya memiliki nilai jual rendah. KUB memberikan telur premium dengan ketahanan yang lebih baik, menjadikannya pilihan stabil di peternakan rakyat.

C. KUB vs. Ayam Pedaging Ras (Broiler)

Broiler unggul dalam FCR (<1.7) dan kecepatan panen (30-35 hari). Namun, daging KUB memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi dan permintaan pasar yang stabil karena preferensi rasa. KUB mengisi ceruk pasar yang menginginkan rasa tradisional tanpa menunggu siklus produksi yang lama dari ayam kampung murni.

X. Dampak Sosial dan Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan

Kehadiran Ayam KUB tidak hanya menguntungkan peternak skala komersial, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada struktur peternakan rakyat dan ketahanan pangan nasional.

A. Pemberdayaan Peternak Rakyat

Ayam KUB dirancang untuk dapat dipelihara oleh peternak rakyat dengan modal menengah. Kemudahan manajemen dan ketahanan KUB mengurangi risiko kerugian akibat kematian ternak, memberikan kepastian pendapatan yang lebih baik bagi keluarga peternak di desa. Balitbangtan aktif menyalurkan DOC KUB untuk program pemerintah guna meningkatkan populasi ayam lokal unggul.

B. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Genetik Lokal

KUB berfungsi sebagai materi genetik unggul yang dapat digunakan untuk menyegarkan populasi ayam kampung lokal di berbagai daerah. Dengan mengintroduksi gen KUB, peternak lokal dapat secara bertahap memperbaiki performa ayam mereka sendiri tanpa harus sepenuhnya beralih ke ayam ras.

C. Kontribusi Protein Hewani Berbasis Lokal

Peningkatan produktivitas KUB mengurangi ketergantungan pada ayam ras impor atau hasil industri besar. Ini adalah langkah penting menuju swasembada pangan, memastikan bahwa pasokan protein hewani tetap stabil meskipun terjadi gangguan pada rantai pasok global.

XI. Tantangan dan Rekomendasi Manajemen Lanjutan

Meskipun memiliki keunggulan yang luar biasa, budidaya Ayam KUB juga menghadapi tantangan tertentu yang harus diatasi oleh peternak.

A. Kebutuhan Bibit Murni (DOC)

Permintaan DOC Ayam KUB sangat tinggi, dan memastikan ketersediaan bibit yang benar-benar murni (bukan persilangan tidak terkontrol) merupakan tantangan logistik. Peternak disarankan untuk mendapatkan DOC hanya dari Balai Pembibitan yang telah tersertifikasi oleh pemerintah untuk menjamin kualitas genetiknya.

B. Pengelolaan FCR di Sistem Semi-Intensif

Jika Ayam KUB dipelihara dalam sistem semi-intensif (sebagian dilepasliarkan), kontrol terhadap FCR menjadi sulit karena peternak tidak dapat mengukur dengan tepat asupan pakan alami. Peternak harus cermat menyeimbangkan pakan pabrikan dengan pakan alternatif untuk memastikan ayam tetap mendapatkan nutrisi yang cukup tanpa mengorbankan pertumbuhan yang cepat.

C. Inovasi Pakan Lokal

Inovasi dalam formulasi pakan menggunakan bahan baku lokal (misalnya, maggot BSF, limbah perikanan, atau hasil pertanian yang tidak terpakai) dapat lebih jauh menekan biaya pakan KUB. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan diet KUB menggunakan sumber daya yang murah namun kaya protein, sehingga efisiensi ekonominya semakin tinggi.

XII. Penutup: Masa Depan Peternakan Ayam Kampung

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) adalah simbol keberhasilan penelitian dan pemuliaan genetik berbasis sumber daya lokal. Keunggulan KUB yang multidimensi—dari hilangnya sifat mengeram yang meningkatkan produksi telur hingga FCR yang lebih efisien untuk produksi daging—telah menempatkannya sebagai pemain kunci dalam modernisasi peternakan rakyat di Indonesia.

Bagi peternak, Ayam KUB menawarkan jaminan produktivitas yang jauh melebihi ayam kampung tradisional, risiko yang lebih rendah karena ketahanan penyakitnya, serta akses ke pasar premium yang menghargai kualitas daging dan telur yang superior.

Dengan adopsi manajemen yang tepat dan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan lembaga penelitian, Ayam KUB akan terus menjadi fondasi utama dalam memastikan ketahanan pangan protein hewani nasional, membuktikan bahwa inovasi genetik adalah kunci untuk mengangkat derajat peternakan ayam kampung dari subsisten menjadi industri yang profesional dan menguntungkan.

Investasi pada Ayam KUB adalah investasi pada masa depan yang lebih efisien dan berkelanjutan bagi sektor peternakan Indonesia.

XIII. Detail Teknis Produktivitas: Kurva Laying dan Pertumbuhan Spesifik

A. Kurva Produksi Telur KUB

Kurva produksi telur pada Ayam KUB menunjukkan pola yang sangat berbeda dari KAB. Setelah mencapai puncak produksi (sekitar 70-80% hen-day production) pada usia 7-9 bulan, produksi KUB cenderung menurun secara bertahap namun stabil, tanpa interupsi dramatis akibat fase mengeram. Kurva ini memungkinkan peternak memprediksi output dengan akurasi yang lebih tinggi.

Studi menunjukkan bahwa ayam KUB dapat mempertahankan tingkat produksi di atas 50% hingga usia 15 bulan, sebelum penurunan signifikan memaksa peternak mempertimbangkan afkir. Dalam periode 12 bulan produksi, total massa telur yang dihasilkan per ekor KUB jauh lebih besar, karena ukuran telur yang stabil dan jumlah hari bertelur yang maksimal.

B. Target Bobot Badan dan Pemanfaatan Heterosis

Program pemuliaan KUB memanfaatkan heterosis (vigor hibrida), yang menghasilkan pertumbuhan lebih cepat daripada rata-rata kedua induknya. Penting bagi peternak untuk memantau bobot badan mingguan, terutama pada fase starter. Contoh target bobot ideal:

Deviasi dari bobot standar ini mengindikasikan masalah manajemen pakan atau kesehatan. Jika bobot target tidak tercapai, FCR akan memburuk, menghilangkan keuntungan efisiensi KUB.

C. Kebutuhan Nutrisi Mikro

Untuk memaksimalkan potensi genetik KUB, perhatian harus diberikan pada nutrisi mikro. Kalsium dan Fosfor adalah vital bagi ayam petelur KUB untuk mencegah kelemahan tulang (cage layer fatigue) dan memastikan kualitas cangkang yang baik. Selain itu, suplementasi vitamin A, D, dan E membantu meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stres lingkungan, sebuah faktor penting yang mendukung klaim ketahanan KUB.

Dalam konteks pakan lokal, kekurangan mineral sering terjadi. Peternak yang menggunakan pakan campuran harus memastikan penambahan premix vitamin dan mineral yang diformulasikan untuk kebutuhan ayam petelur atau pedaging, bukan sekadar pakan sisa rumah tangga.

D. Pengelolaan Induk (Breeding Stock) KUB

Peternak yang ingin memproduksi DOC KUB secara mandiri harus memahami manajemen stok induk (Parent Stock/PS). Induk KUB memerlukan pakan yang sangat spesifik (Breeder Feed) yang berbeda dari pakan layer. Rasio jantan:betina ideal untuk KUB adalah 1:8 atau 1:10, sedikit lebih longgar dibandingkan ayam ras, untuk memastikan tingkat fertilitas telur tetas yang optimal, umumnya di atas 85%. Kualitas semen jantan harus dipertahankan melalui diet yang kaya antioksidan.

Seleksi culling (penyingkiran) harus dilakukan secara berkala pada stok induk KUB untuk memastikan bahwa sifat non-broodiness tetap dominan dan menghindari kemunduran genetik kembali ke fenotip ayam kampung murni yang produktivitasnya rendah.

E. Manajemen Kesehatan dan Pencegahan Stres

Stres panas adalah musuh produktivitas. Meskipun KUB lebih toleran, suhu tinggi ekstrem tetap memicu panting (terengah-engah), mengurangi konsumsi pakan, dan berdampak buruk pada produksi telur. Strategi manajemen stres meliputi:

  1. Penyediaan air minum dingin dan bersih yang terjamin ketersediaannya 24 jam sehari.
  2. Pemberian elektrolit atau vitamin C selama periode suhu tertinggi.
  3. Memastikan atap kandang memiliki insulator atau menggunakan material yang mampu memantulkan panas.
  4. Pemberian pakan dilakukan pada waktu yang lebih dingin (pagi buta atau sore hari) untuk mendorong konsumsi pakan yang lebih banyak.

Dengan menerapkan protokol manajemen yang intensif ini, peternak dapat memastikan bahwa keunggulan genetik Ayam KUB tidak terbuang sia-sia dan potensi maksimal produksi tercapai, mengukuhkan posisi KUB sebagai solusi terbaik untuk peternakan ayam kampung modern.

🏠 Kembali ke Homepage