Memahami Jam Adzan Ashar: Panggilan Agung di Petang Hari
Di tengah hiruk pikuk aktivitas harian, ketika matahari mulai condong ke arah barat dan bayang-bayang benda memanjang, sebuah seruan agung menggema. Seruan itu adalah adzan Ashar, sebuah panggilan untuk sejenak melepaskan urusan duniawi dan kembali menghadap Sang Pencipta. Jam adzan Ashar bukan sekadar penanda waktu pada jam dinding atau notifikasi pada ponsel pintar; ia adalah sebuah ritme spiritual yang telah diatur dengan presisi kosmik, sebuah pengingat akan keteraturan alam semesta dan kewajiban seorang hamba.
Memahami esensi di balik jam adzan Ashar membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang sholat Ashar itu sendiri. Sholat ini memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, sering disebut sebagai Sholat Wustha atau sholat pertengahan, yang menuntut perhatian khusus untuk dijaga. Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek yang berkaitan dengan jam adzan Ashar, mulai dari dasar-dasar penentuan waktunya secara astronomis, perbedaan metode hisab, hingga hikmah dan keutamaan yang terkandung di dalamnya.
Definisi dan Makna Agung Sholat Ashar
Secara etimologis, kata "Ashar" (عصر) dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, di antaranya adalah "waktu sore", "masa", atau "memeras". Makna-makna ini secara filosofis merefleksikan posisi sholat Ashar itu sendiri. Ia dilaksanakan pada waktu sore, saat hari seolah "diperas" menuju penghujungnya, dan menjadi penanda sebuah masa atau era dalam satu hari telah berlalu.
Dalam terminologi syariat, sholat Ashar adalah salah satu dari lima sholat fardhu yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah baligh dan berakal. Ia terdiri dari empat rakaat dan dilaksanakan setelah waktu Dzuhur berakhir dan sebelum matahari terbenam. Kedudukannya yang vital ditegaskan dalam banyak dalil, baik dari Al-Qur'an maupun Hadits Nabi Muhammad SAW.
Sholat Wustha: Sholat Pertengahan yang Diperintahkan untuk Dijaga
Banyak ulama tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "Sholat Wustha" (sholat pertengahan) dalam firman Allah SWT di Surat Al-Baqarah ayat 238 adalah sholat Ashar.
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
"Peliharalah semua sholat(mu), dan (peliharalah) sholat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu'."
Perintah khusus untuk menjaga "Sholat Wustha" setelah perintah umum untuk menjaga "semua sholat" menunjukkan betapa penting dan istimewanya sholat ini. Mengapa Ashar? Salah satu hikmahnya adalah karena waktu Ashar merupakan saat-saat di mana manusia umumnya berada di puncak kesibukan. Aktivitas perdagangan, pekerjaan kantor, atau urusan duniawi lainnya seringkali mencapai klimaksnya pada sore hari. Godaan untuk menunda atau bahkan melalaikan sholat menjadi sangat besar. Oleh karena itu, menjaga sholat Ashar tepat waktu menjadi bukti ketaatan dan prioritas seorang hamba kepada Rabb-nya di atas segala kesibukan dunia.
Keutamaan Luar Biasa Sholat Ashar
Rasulullah SAW memberikan penekanan khusus mengenai keutamaan sholat Ashar dalam berbagai sabdanya. Menjaganya mendatangkan pahala yang agung, sementara meninggalkannya membawa ancaman yang sangat keras.
- Pahala Dua Kali Lipat: Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy'ari, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengerjakan sholat Bardain (yaitu sholat Subuh dan Ashar), maka ia akan masuk surga." (HR. Bukhari dan Muslim). Disebut "Bardain" (dua waktu yang dingin) karena keduanya dilaksanakan pada saat suhu udara cenderung lebih sejuk di awal dan akhir siang. Menjaga kedua sholat ini, terutama di saat orang lain masih terlelap atau sedang sibuk, memiliki ganjaran surga.
- Disaksikan oleh Malaikat: Sholat Ashar adalah salah satu dari dua waktu sholat di mana terjadi pergantian tugas antara malaikat penjaga siang dan malaikat penjaga malam. Rasulullah SAW bersabda, "Malaikat-malaikat malam dan malaikat-malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Mereka berkumpul pada waktu sholat Subuh dan sholat Ashar. Kemudian, malaikat yang menjaga kalian naik (ke langit), lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka—dan Dia lebih mengetahui tentang mereka—'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?' Mereka menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang sholat dan kami datangi mereka dalam keadaan sedang sholat'." (HR. Bukhari). Betapa mulianya seorang hamba yang namanya dilaporkan kepada Allah dalam keadaan sedang mendirikan sholat.
- Ancaman bagi yang Meninggalkan: Begitu besarnya keutamaan sholat Ashar, sehingga ancaman bagi yang melalaikannya pun sangat dahsyat. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang ketinggalan sholat Ashar, seakan-akan ia telah kehilangan keluarga dan hartanya." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain, dari Buraidah radhiyallahu 'anhu, beliau bersabda, "Barangsiapa meninggalkan sholat Ashar, maka terhapuslah amalannya." (HR. Bukhari). Peringatan ini menunjukkan betapa fatal akibat dari meremehkan sholat Ashar.
Penentuan Waktu Adzan Ashar: Presisi Astronomi dalam Ibadah
Jam adzan Ashar tidak ditentukan secara acak atau berdasarkan kebiasaan. Ia berakar pada pergerakan benda langit yang paling dominan di tata surya kita: matahari. Islam, sejak awal, telah meletakkan dasar-dasar penentuan waktu ibadah yang bersifat universal dan ilmiah, yaitu dengan mengamati fenomena alam. Patokan utama untuk menentukan waktu sholat Ashar adalah panjang bayang-bayang suatu benda.
Konsep Dasar: Matahari dan Bayangan
Untuk memahami kapan waktu Ashar dimulai, kita perlu memahami beberapa konsep kunci terkait posisi matahari:
- Zawal (Tengah Hari): Ini adalah momen ketika matahari berada di titik tertingginya di langit pada hari itu (kulminasi). Pada saat ini, bayangan sebuah benda yang tegak lurus (disebut gnomon atau tongkat istiwa) akan mencapai titik terpendeknya. Di beberapa lokasi di ekuator pada waktu tertentu, bayangan ini bahkan bisa hilang sama sekali. Waktu zawal ini menandai berakhirnya waktu Dhuha dan dimulainya waktu sholat Dzuhur.
- Panjang Bayangan Saat Zawal: Bayangan terpendek saat matahari di titik tertinggi ini disebut fay'u al-zawal. Panjangnya bervariasi tergantung pada letak geografis (lintang) dan musim.
- Panjang Bayangan sebagai Patokan Ashar: Waktu Ashar dimulai ketika panjang bayangan sebuah benda melebihi panjang bayangan saat zawal. Mengenai seberapa panjang lebihnya, di sinilah terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama mazhab.
Dua Pendapat Utama dalam Penentuan Awal Waktu Ashar
Dalam khazanah fiqih Islam, terdapat dua pandangan utama yang menjadi rujukan dalam menentukan jam dimulainya waktu sholat Ashar. Keduanya sama-sama sahih dan berlandaskan pada interpretasi dalil.
1. Pendapat Jumhur (Mayoritas) Ulama
Pendapat ini dipegang oleh mayoritas ulama dari mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hambali, serta dua murid utama Imam Abu Hanifah (Abu Yusuf dan Muhammad bin Al-Hasan). Menurut mereka, waktu Ashar dimulai ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan tinggi benda itu sendiri, ditambah dengan panjang bayangannya saat waktu zawal (tengah hari).
Rumusnya secara sederhana:
Panjang Bayangan Ashar = Tinggi Benda + Panjang Bayangan saat Zawal
Dasar dari pendapat ini adalah hadits dari Abdullah bin Amr, di mana Rasulullah SAW bersabda, "...dan waktu sholat Dzuhur adalah jika matahari telah tergelincir (zawal) hingga bayangan seseorang sama panjang dengan tingginya, selama belum masuk waktu Ashar. Dan waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning..." (HR. Muslim). Hadits ini dipahami bahwa akhir waktu Dzuhur adalah saat bayangan sama panjang dengan bendanya, yang berarti saat itu jugalah awal waktu Ashar.
2. Pendapat Mazhab Hanafi
Imam Abu Hanifah memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Menurut beliau, waktu Ashar dimulai ketika panjang bayangan suatu benda menjadi dua kali lipat tinggi benda itu sendiri, ditambah dengan panjang bayangannya saat waktu zawal.
Rumusnya secara sederhana:
Panjang Bayangan Ashar = (2 x Tinggi Benda) + Panjang Bayangan saat Zawal
Pendapat ini didasarkan pada hadits riwayat Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW bersabda, "Jibril mengimamiku (sholat) di Baitullah sebanyak dua kali. ... Ia sholat Ashar bersamaku ketika bayangan segala sesuatu semisal (setinggi) dirinya, ... kemudian besoknya ia sholat Ashar bersamaku ketika bayangan segala sesuatu menjadi dua kali (setinggi) dirinya..." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Mazhab Hanafi memahami bahwa sholat yang pertama adalah di akhir waktu Dzuhur, dan sholat yang kedua adalah di awal waktu Ashar.
Perbedaan ini menyebabkan jadwal sholat Ashar menurut mazhab Hanafi biasanya lebih lambat (sekitar 30-60 menit, tergantung musim dan lokasi) dibandingkan jadwal menurut jumhur ulama. Di Indonesia, mayoritas umat Islam mengikuti mazhab Syafi'i, sehingga patokan yang digunakan adalah pendapat jumhur ulama. Aplikasi dan jadwal sholat yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI juga mengadopsi metode ini.
Batas Akhir Waktu Sholat Ashar
Sama seperti penentuan waktu awal, penentuan batas akhir waktu Ashar juga memiliki rincian dalam fiqih. Para ulama membaginya menjadi beberapa kategori waktu untuk memberikan pemahaman yang komprehensif.
Waktu Ikhtiyari (Waktu Pilihan/Utama)
Waktu ikhtiyari adalah rentang waktu yang paling dianjurkan untuk melaksanakan sholat Ashar. Waktu ini terbentang sejak awal masuknya waktu Ashar sampai matahari mulai menguning atau pucat. Ini adalah momen ketika sinar matahari tidak lagi begitu terik dan cahayanya mulai meredup, namun belum mendekati cakrawala. Melaksanakan sholat Ashar dalam rentang waktu ini dianggap sebagai yang paling utama (afdhal).
Dasarnya adalah hadits Abdullah bin Amr yang telah disebutkan sebelumnya, "...dan waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning." (HR. Muslim).
Waktu Dharurah (Waktu Darurat)
Waktu dharurah adalah rentang waktu yang dibolehkan untuk melaksanakan sholat Ashar bagi mereka yang memiliki uzur syar'i (alasan yang dibenarkan syariat), seperti tertidur, lupa, atau kondisi darurat lainnya. Waktu ini dimulai sejak matahari menguning hingga terbenamnya matahari.
Melaksanakan sholat Ashar pada waktu ini tanpa adanya uzur adalah perbuatan yang sangat tercela (makruh tahrim). Rasulullah SAW menyifati sholat di waktu ini seperti sholatnya orang munafik. Beliau bersabda:
"Itulah sholatnya orang munafik. Ia duduk mengamati matahari. Hingga ketika matahari berada di antara dua tanduk setan (hampir terbenam), ia pun berdiri lalu sholat empat rakaat dengan cepat (seperti patukan ayam). Ia tidak mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali." (HR. Muslim)
Meskipun demikian, bagi yang memiliki uzur, sholatnya tetap sah dan ia tidak berdosa. Bahkan, bagi orang yang baru sadar (misalnya baru bangun tidur) di waktu ini, ia tetap wajib segera melaksanakan sholat Ashar sebelum matahari terbenam.
Gema Adzan Ashar: Seruan Suci di Sore Hari
Ketika jam adzan Ashar tiba sesuai perhitungan astronomis, seruan mulia dikumandangkan dari menara-menara masjid. Adzan bukan sekadar pemberitahuan, melainkan sebuah deklarasi tauhid dan panggilan untuk meraih kemenangan hakiki.
Lafadz Adzan dan Maknanya yang Mendalam
Setiap kalimat dalam adzan memiliki makna yang agung, yang jika direnungi akan menggetarkan jiwa.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Allāhu Akbar, Allāhu Akbar
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
(Sebuah pernyataan pembuka yang menegaskan kebesaran Allah di atas segala kesibukan dan urusan duniawi.)
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
Asyhadu an lā ilāha illallāh
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.
(Ikrar fundamental tauhid, inti dari ajaran Islam.)
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Asyhadu anna Muhammadan Rasūlullāh
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
(Pengakuan atas risalah Nabi Muhammad SAW sebagai panduan hidup.)
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
Hayya 'alash-shalāh
Marilah mendirikan sholat.
(Panggilan langsung untuk menunaikan ibadah utama.)
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
Hayya 'alal-falāh
Marilah meraih kemenangan.
(Penegasan bahwa kemenangan sejati—di dunia dan akhirat—terletak pada ketaatan melalui sholat.)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Allāhu Akbar, Allāhu Akbar
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
Lā ilāha illallāh
Tiada Tuhan selain Allah.
(Penutup yang mengukuhkan kembali esensi tauhid.)
Amalan Sunnah Ketika dan Setelah Mendengar Adzan
Islam mengajarkan adab-adab mulia saat mendengar panggilan sholat. Di antaranya adalah:
- Menjawab Adzan: Disunnahkan untuk mengucapkan kalimat yang sama seperti yang diucapkan muadzin, kecuali pada kalimat "Hayya 'alash-shalāh" dan "Hayya 'alal-falāh". Ketika mendengar kedua kalimat ini, kita menjawab dengan "Lā hawla wa lā quwwata illā billāh" (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
- Membaca Shalawat: Setelah adzan selesai, disunnahkan untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
- Berdoa Setelah Adzan: Terdapat doa khusus yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk dibaca setelah adzan selesai, yang berisi permohonan agar Nabi Muhammad SAW diberikan wasilah (kedudukan tinggi di surga) dan syafaatnya di hari kiamat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Jam Adzan Ashar
Pernahkah Anda bertanya mengapa jam adzan Ashar di Jakarta berbeda dengan di Tokyo, atau mengapa jam adzan Ashar di bulan Desember berbeda dengan di bulan Juni? Jawabannya terletak pada ilmu geografi dan astronomi. Beberapa faktor utama yang menyebabkan variasi ini adalah:
1. Garis Bujur (Longitude)
Garis bujur adalah garis imajiner vertikal yang menghubungkan kutub utara dan selatan. Perbedaan garis bujur secara langsung mempengaruhi waktu lokal. Bumi berotasi 15 derajat setiap jam. Oleh karena itu, setiap lokasi yang berada 15 derajat bujur di sebelah timur akan mengalami waktu matahari satu jam lebih cepat. Inilah alasan mengapa waktu sholat di kota-kota di wilayah timur suatu negara lebih awal dibandingkan di wilayah barat.
2. Garis Lintang (Latitude)
Garis lintang adalah garis imajiner horizontal yang mengelilingi bumi. Garis lintang sangat mempengaruhi ketinggian matahari dan panjang siang hari, terutama saat terjadi perubahan musim. Semakin jauh sebuah lokasi dari garis khatulistiwa, semakin ekstrem perbedaan panjang siang dan malam antara musim panas dan musim dingin. Akibatnya, jam adzan Ashar di negara-negara subtropis atau beriklim sedang akan sangat bervariasi sepanjang tahun. Di musim panas, Ashar bisa sangat sore, sementara di musim dingin, Ashar akan jauh lebih awal.
3. Kemiringan Sumbu Bumi dan Musim
Bumi mengorbit matahari dengan sumbu rotasi yang miring sekitar 23.5 derajat. Kemiringan inilah yang menyebabkan terjadinya musim. Ketika belahan bumi utara miring ke arah matahari, terjadilah musim panas dengan siang yang lebih panjang. Sebaliknya, saat miring menjauhi matahari, terjadilah musim dingin dengan siang yang lebih pendek. Perubahan panjang siang hari ini secara langsung mengubah lintasan harian matahari di langit, yang pada akhirnya menggeser jam-jam sholat, termasuk Ashar.
4. Zona Waktu Standar
Zona waktu yang kita gunakan sehari-hari (seperti WIB, WITA, WIT) adalah sebuah konvensi untuk menyederhanakan penunjuk waktu dalam suatu wilayah. Namun, waktu sholat tidak didasarkan pada zona waktu standar, melainkan pada posisi matahari yang sebenarnya (local solar time). Inilah mengapa dalam satu zona waktu yang sama, misalnya WIB, jam adzan Ashar di Banda Aceh akan berbeda dengan di Jakarta, meskipun keduanya menggunakan acuan jam yang sama.
Dari Tongkat Istiwa ke Algoritma Digital: Evolusi Metode Penentuan Jadwal Sholat
Sejak zaman Nabi SAW, umat Islam telah menggunakan metode observasi langsung untuk menentukan waktu sholat. Sebuah tongkat yang ditancapkan di tanah (gnomon atau tongkat istiwa) menjadi alat sederhana namun efektif untuk mengamati pergerakan bayangan dan menentukan kapan waktu Dzuhur dan Ashar tiba.
Seiring berkembangnya peradaban Islam, para ilmuwan Muslim seperti Al-Khawarizmi, Al-Biruni, dan Ibnu al-Shatir mengembangkan ilmu astronomi (ilmu falak) ke tingkat yang lebih maju. Mereka menciptakan instrumen-instrumen canggih seperti astrolab dan kuadran, serta menyusun tabel-tabel astronomis (zij) yang sangat akurat untuk menghitung posisi benda-benda langit. Dengan data ini, mereka dapat memprediksi waktu sholat untuk berbagai lokasi tanpa harus melakukan pengamatan setiap hari.
Di era modern, warisan ilmu falak ini ditransformasikan ke dalam bentuk algoritma komputasi. Rumus-rumus trigonometri bola yang kompleks digunakan untuk menghitung posisi matahari secara presisi untuk setiap lokasi di bumi pada setiap detik sepanjang tahun. Algoritma inilah yang menjadi otak di balik aplikasi jadwal sholat, situs web, dan jam digital masjid yang kita gunakan saat ini.
Standarisasi Metode Perhitungan
Meskipun dasar perhitungannya sama, berbagai lembaga dan organisasi Islam di dunia terkadang menggunakan parameter yang sedikit berbeda dalam algoritma mereka, yang dapat menghasilkan perbedaan beberapa menit pada jadwal sholat. Beberapa metode perhitungan yang populer antara lain:
- Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI): Menjadi standar resmi yang digunakan di seluruh Indonesia.
- Muslim World League (MWL): Banyak digunakan di Eropa, Timur Jauh, dan sebagian Amerika.
- Islamic Society of North America (ISNA): Standar yang umum digunakan di Amerika Utara.
- Umm al-Qura, Makkah: Digunakan secara resmi di Arab Saudi.
- Egyptian General Authority of Survey: Digunakan di Mesir dan beberapa negara Afrika dan Timur Tengah.
Untuk waktu Ashar, perbedaannya umumnya terletak pada pilihan antara metode Jumhur (standar) atau Hanafi, yang biasanya dapat diatur dalam pengaturan aplikasi.
Hikmah dan Disiplin di Balik Ketepatan Waktu Ashar
Lebih dari sekadar ritual, menjaga sholat Ashar tepat pada waktunya menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri seorang Muslim.
1. Latihan Disiplin dan Manajemen Waktu
Waktu Ashar datang di tengah puncak kesibukan. Menghentikan sejenak semua aktivitas untuk sholat membutuhkan tingkat disiplin yang tinggi. Ini melatih seorang Muslim untuk menjadi manajer waktu yang baik, yang mampu memprioritaskan kewajiban kepada Allah di atas urusan dunia yang fana. Kebiasaan ini akan tercermin dalam aspek kehidupan lainnya, membuatnya menjadi pribadi yang teratur dan bertanggung jawab.
2. Momen Jeda dan Kontemplasi Spiritual
Sore hari seringkali menjadi waktu di mana energi fisik dan mental mulai menurun. Sholat Ashar berfungsi sebagai 'tombol reset' spiritual. Gerakan wudhu yang menyegarkan, diikuti dengan berdiri, ruku', dan sujud yang khusyu', memberikan jeda yang sangat dibutuhkan dari tekanan pekerjaan. Ini adalah momen untuk mengisi ulang energi spiritual, menenangkan pikiran, dan kembali fokus pada tujuan hidup yang sebenarnya.
3. Mengingat Keterbatasan Waktu dan Kehidupan
Pergeseran matahari dari puncaknya menuju ufuk barat adalah analogi yang kuat tentang perjalanan hidup manusia. Waktu Ashar mengingatkan kita bahwa hari akan segera berakhir, sama seperti hidup kita yang memiliki batas. Ini mendorong kita untuk merenung: sudahkah kita memanfaatkan waktu yang diberikan dengan sebaik-baiknya? Apakah kita telah mempersiapkan bekal untuk perjalanan abadi setelah matahari kehidupan kita terbenam? Sholat Ashar adalah pengingat harian untuk senantiasa berintrospeksi dan memperbaiki diri.
4. Wujud Syukur atas Nikmat Siang Hari
Sejak pagi hingga sore, tak terhitung nikmat yang telah Allah berikan: kesehatan, kesempatan bekerja, rezeki, dan banyak lagi. Sholat Ashar adalah saat yang tepat untuk berhenti sejenak dan mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas semua karunia tersebut. Dengan bersujud, kita mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari-Nya dan hanya kepada-Nya kita akan kembali.
Tantangan Menjaga Sholat Ashar di Era Kontemporer
Di zaman yang serba cepat ini, menjaga sholat Ashar tepat waktu memiliki tantangannya tersendiri. Namun, dengan niat yang kuat dan strategi yang tepat, tantangan ini dapat diatasi.
Menyeimbangkan Tuntutan Profesional dan Spiritual
Banyak profesional dan pelajar menghadapi dilema antara jadwal rapat atau kelas yang padat dengan waktu sholat Ashar yang singkat. Kuncinya adalah komunikasi dan perencanaan. Informasikan kepada rekan kerja atau atasan tentang kebutuhan Anda untuk istirahat sholat beberapa menit. Rencanakan hari Anda dengan mempertimbangkan jeda waktu sholat. Ingatlah bahwa keberkahan dalam pekerjaan datang dari ketaatan kepada Allah.
Memanfaatkan Teknologi secara Bijak
Teknologi yang seringkali melalaikan juga dapat menjadi alat bantu yang efektif. Gunakan aplikasi pengingat adzan di ponsel Anda. Atur alarm beberapa menit sebelum jam adzan Ashar untuk memberikan waktu persiapan. Manfaatkan peta digital untuk menemukan masjid atau mushala terdekat saat Anda sedang bepergian.
Membangun Kebiasaan dan Lingkungan yang Mendukung
Disiplin dibangun melalui kebiasaan. Paksa diri Anda pada awalnya untuk selalu sholat tepat waktu, dan seiring waktu, itu akan menjadi kebutuhan. Selain itu, carilah lingkungan pertemanan atau kerja yang juga menghargai waktu sholat. Saling mengingatkan dan sholat berjamaah bersama teman dapat memberikan motivasi yang sangat besar.