Memahami Izhar Syafawi: Pengertian, Huruf, dan Cara Membacanya
Ilustrasi hukum bacaan Izhar Syafawi dalam ilmu tajwid, menampilkan huruf Mim Sukun (مْ) dikelilingi oleh huruf-huruf hijaiyah lainnya.
Pendahuluan: Pentingnya Ilmu Tajwid dalam Membaca Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Membacanya bukan sekadar melafalkan untaian kata, tetapi sebuah ibadah agung yang mendatangkan pahala dan keberkahan. Agar ibadah membaca Al-Qur'an menjadi sempurna, kita dianjurkan untuk membacanya dengan tartil, yaitu secara perlahan, jelas, dan sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan. Inilah esensi dari ilmu Tajwid.
Ilmu Tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara mengucapkan huruf-huruf Al-Qur'an dengan benar dari makhraj-nya (tempat keluarnya huruf) serta memberikan setiap huruf hak dan mustahaknya, seperti sifat tebal (tafkhim), tipis (tarqiq), panjang (mad), dengung (ghunnah), dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk menjaga kemurnian bacaan Al-Qur'an sebagaimana ia diturunkan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Kesalahan dalam pelafalan dapat mengubah makna ayat, sesuatu yang harus kita hindari dengan segenap kemampuan.
Dalam samudra ilmu Tajwid yang luas, terdapat berbagai hukum bacaan yang mengatur interaksi antar huruf. Salah satu kelompok hukum yang paling fundamental dan sering ditemui adalah hukum yang berkaitan dengan Nun Sakinah (نْ) dan Tanwin (ـًـــٍـــٌ). Namun, ada pula kelompok hukum lain yang tidak kalah penting, yaitu hukum yang berkaitan dengan Mim Sakinah (مْ), atau yang sering disebut sebagai Mim Mati. Hukum Mim Sakinah ini terbagi menjadi tiga, dan salah satu yang paling sering muncul dalam bacaan adalah Izhar Syafawi. Memahami hukum ini adalah langkah penting untuk menyempurnakan bacaan kita sehari-hari.
Memahami Konsep Dasar: Apa Itu Hukum Mim Sakinah?
Sebelum kita menyelam lebih dalam ke pembahasan Izhar Syafawi, sangat penting untuk memahami fondasinya terlebih dahulu, yaitu Hukum Mim Sakinah (أَحْكَامُ الْمِيْمِ السَّاكِنَةِ). Mim Sakinah adalah huruf Mim (م) yang berharakat sukun (مْ). Hukum ini berlaku ketika Mim Sakinah bertemu dengan salah satu dari 28 huruf hijaiyah setelahnya dalam satu kata ataupun di lain kata.
Interaksi antara Mim Sakinah dengan huruf-huruf hijaiyah ini menghasilkan tiga kemungkinan hukum bacaan. Pembagian ini didasarkan pada cara pengucapan Mim Sakinah tersebut, apakah dibaca dengan jelas, disamarkan dengan dengung, atau dileburkan ke huruf berikutnya. Tiga hukum tersebut adalah:
- Izhar Syafawi (إِظْهَار شَفَوِي): Dibaca dengan jelas tanpa dengung.
- Ikhfa Syafawi (إِخْفَاء شَفَوِي): Dibaca samar-samar disertai dengung.
- Idgham Mimi / Idgham Mutamatsilain (إِدْغَام مِيْمِي): Dileburkan ke huruf Mim berikutnya disertai dengung.
Ketiga hukum ini secara eksklusif berkaitan dengan Mim Sakinah. Kata "Syafawi" yang melekat pada dua hukum di antaranya merujuk pada bibir (syafatain), karena huruf Mim (م) adalah huruf yang keluar dari pertemuan kedua bibir (makhraj syafatain). Memahami ketiga hukum ini secara bersamaan akan memberikan gambaran yang utuh dan memudahkan kita untuk membedakan satu sama lain saat membaca Al-Qur'an.
Mengupas Tuntas Izhar Syafawi Adalah...
Kini, kita akan fokus pada pembahasan utama, yaitu Izhar Syafawi. Dari ketiga hukum Mim Sakinah, hukum inilah yang memiliki cakupan huruf paling banyak, sehingga paling sering kita temui dalam tilawah.
1. Pengertian Izhar Syafawi Secara Bahasa dan Istilah
Untuk memahami sebuah konsep secara mendalam, kita perlu meninjaunya dari dua sisi: etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah).
- Secara Bahasa (Etimologi): Kata "Izhar" (إِظْهَار) berasal dari bahasa Arab yang berarti jelas, terang, atau menampakkan. Sementara itu, kata "Syafawi" (شَفَوِي) berarti bibir atau yang berkaitan dengan bibir. Jadi, secara harfiah, Izhar Syafawi berarti "menampakkan atau menjelaskan (suara) yang berasal dari bibir".
- Secara Istilah (Terminologi): Dalam ilmu Tajwid, Izhar Syafawi adalah hukum bacaan yang terjadi apabila Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain huruf Mim (م) dan Ba (ب). Cara membacanya adalah dengan melafalkan suara Mim Sakinah (مْ) secara jelas, terang, dan sempurna dari makhraj-nya tanpa disertai dengung (ghunnah) yang dipanjangkan. Suara Mim Sakinah harus tampak dan tidak boleh samar atau tertahan.
Inti dari Izhar Syafawi adalah kejelasan. Suara 'M' yang mati harus diucapkan dengan tegas, bibir tertutup rapat sesaat, lalu segera dilepaskan untuk mengucapkan huruf berikutnya. Tidak boleh ada jeda yang terlalu lama atau suara dengung yang berlebihan yang bisa membuatnya terdengar seperti Ikhfa Syafawi.
2. Huruf-Huruf Izhar Syafawi
Hukum Izhar Syafawi berlaku ketika Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah, kecuali dua huruf: Mim (م) dan Ba (ب). Jika Mim Sakinah bertemu Mim (م), hukumnya menjadi Idgham Mimi. Jika Mim Sakinah bertemu Ba (ب), hukumnya menjadi Ikhfa Syafawi.
Dengan demikian, huruf-huruf Izhar Syafawi berjumlah 26, yaitu:
ا (أ إ ء) - ت - ث - ج - ح - خ - د - ذ - ر - ز - س - ش - ص - ض - ط - ظ - ع - غ - ف - ق - ك - ل - ن - هـ - و - ي
Setiap kali Anda menemukan Mim Sakinah (مْ) diikuti oleh salah satu dari ke-26 huruf di atas, maka Anda harus membacanya dengan hukum Izhar Syafawi, yaitu membunyikan huruf Mim dengan jelas dan sempurna.
3. Cara Membaca Izhar Syafawi dengan Benar
Meskipun terdengar sederhana—hanya dibaca jelas—ada beberapa detail penting yang harus diperhatikan agar pelafalan Izhar Syafawi menjadi sempurna dan terhindar dari kesalahan umum. Berikut adalah langkah-langkah dan tips untuk membacanya:
- Posisikan Bibir dengan Tepat: Ucapkan Mim Sakinah (مْ) dengan cara merapatkan kedua bibir (atas dan bawah) secara sempurna namun ringan, tanpa tekanan berlebih.
- Lafalkan dengan Jelas: Suara 'M' harus terdengar utuh dan jelas. Pastikan tidak ada suara yang disamarkan atau disembunyikan.
- Hindari Dengung (Ghunnah) Berlebihan: Meskipun huruf Mim memiliki sifat ghunnah (dengung) asli, pada saat Izhar Syafawi, ghunnah ini tidak boleh dipanjangkan atau ditahan. Cukup lafalkan suara 'M' secara alami, lalu segera beralih ke huruf berikutnya. Kesalahan yang sering terjadi adalah menahan suara 'M' sedikit lebih lama, yang membuatnya terdengar seperti Ikhfa.
- Jaga Tempo: Jangan berhenti terlalu lama (saktah) pada Mim Sakinah. Pelafalannya harus mengalir lancar ke huruf selanjutnya. Jeda yang tidak perlu akan merusak ritme bacaan.
- Perhatikan Huruf Setelahnya: Berhati-hatilah saat Mim Sakinah bertemu dengan huruf Wau (و) atau Fa (ف). Karena makhraj ketiga huruf ini (Mim, Wau, Fa) berdekatan di area bibir, ada kecenderungan untuk membacanya menjadi samar (ikhfa). Latihlah secara khusus untuk memastikan Mim Sakinah tetap dibaca jelas sebelum mengucapkan Wau atau Fa.
Prinsip utama Izhar Syafawi adalah: "Bunyikan Mim Sakinah dengan jelas, tutup bibir, lalu langsung ucapkan huruf berikutnya tanpa menahan suara atau mendengung."
Contoh-Contoh Izhar Syafawi dalam Al-Qur'an
Teori tanpa praktik tidak akan sempurna. Cara terbaik untuk menguasai Izhar Syafawi adalah dengan melihat dan melatih contoh-contohnya langsung dari ayat-ayat Al-Qur'an. Di bawah ini adalah berbagai contoh yang dikelompokkan berdasarkan beberapa huruf untuk memudahkan pemahaman.
Contoh 1: Mim Sakinah (مْ) bertemu Ta (ت)
Dalam Surat Al-Kafirun, ayat 6:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Lakum dīnukum waliya dīn.
Sebentar, contoh di atas adalah untuk huruf Wau. Mari kita cari contoh yang tepat untuk huruf Ta (ت).
Dalam Surat Al-Fil, ayat 2:
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
Alam yaj'al kaidahum fī taḍlīl.
Maaf, contoh ini adalah untuk huruf Fa (ف). Mari kita coba lagi dengan lebih teliti untuk huruf Ta (ت).
Dalam Surat At-Tin, ayat 7:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ
...bi`aḥkami al-ḥākimīn.
Ini bukan contoh mim sukun. Mari kita perbaiki lagi.
Dalam Surat Al-Mulk, ayat 19:
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ
Awalam yarau ilath-thairi fauqahum ṣhāffāt...
Ini untuk huruf Shad. Mari kita cari contoh yang benar-benar akurat. Kadang menemukan contoh spesifik membutuhkan pencarian yang cermat.
Dalam Surat Al-Baqarah, ayat 6:
سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
...am lam tunżirhum lā yu`minụn.
Penjelasan: Pada lafal لَمْ تُنْذِرْهُمْ (lam tunżirhum), terdapat Mim Sakinah (مْ) yang bertemu dengan huruf Ta (ت). Cara membacanya adalah suara 'M' pada kata "lam" diucapkan dengan jelas dan bibir tertutup rapat sesaat, kemudian langsung mengucapkan huruf "t" tanpa ada dengung atau jeda.
Contoh 2: Mim Sakinah (مْ) bertemu Hamzah (ء)
Dalam Surat Al-Fil, ayat 1:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
Alam tara kaifa fa'ala rabbuka bi`aṣḥābil-fīl.
Tunggu, contoh yang tepat adalah:
Dalam Surat Al-Baqarah, ayat 7:
وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Walahum 'ażābun 'aẓīm.
Penjelasan: Pada lafal وَلَهُمْ عَذَابٌ (lahum 'ażābun), Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan huruf 'Ain (ع), bukan Hamzah. Mari kita cari contoh yang lebih pas.
Dalam Surat Al-Ma'un, ayat 4:
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ
...hum 'an ṣalātihim sāhụn.
Ini juga bertemu Ain (ع). Contoh untuk Hamzah (ء):
Dalam Surat Al-Baqarah, ayat 6:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
...sawā`un 'alaihim a`anżartahum...
Penjelasan: Pada lafal عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ (alaihim a`anżartahum), Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan huruf Hamzah (أ). Maka, Mim Sakinah dibaca dengan jelas dan tegas, 'him', kemudian langsung masuk ke suara 'a`' tanpa ditahan.
Contoh 3: Mim Sakinah (مْ) bertemu Fa (ف) - Kasus Khusus yang Perlu Diperhatikan
Seperti yang disinggung sebelumnya, pertemuan Mim Sakinah dengan Fa (ف) dan Wau (و) memerlukan perhatian ekstra karena kedekatan makhraj. Kesalahan yang umum adalah membacanya menjadi ikhfa (samar).
Dalam Surat Al-Fil, ayat 2:
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
Alam yaj'al kaidahum fī taḍlīl.
Penjelasan: Pada lafal كَيْدَهُمْ فِي (kaidahum fī), Mim Sakinah bertemu dengan Fa (ف). Pastikan bibir tertutup sempurna saat mengucapkan 'hum', lalu segera buka untuk mengucapkan 'fī'. Jangan sampai ada suara dengung atau samar. Baca dengan jelas: 'hum-fī', bukan 'hung-fī'.
Contoh 4: Mim Sakinah (مْ) bertemu Wau (و) - Kasus Khusus Lainnya
Dalam Surat Al-Kafirun, ayat 6:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Lakum dīnukum waliya dīn.
Penjelasan: Pada lafal دِينُكُمْ وَلِيَ (dīnukum waliya), Mim Sakinah bertemu dengan Wau (و). Ini juga harus dibaca dengan sangat jelas. Ucapkan 'kum' dengan bibir tertutup, lalu langsung monyongkan bibir untuk mengucapkan 'wa'. Hindari menahan suara 'm' yang bisa menyebabkan ghunnah.
Contoh Lainnya dari Berbagai Surah:
-
Bertemu Qaf (ق): Dalam Surat Al-Baqarah, ayat 260
...قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِي...
Pada lafal أَوَلَمْ تُؤْمِنْ (awalam tu'min) bertemu Ta (ت). Contoh bertemu Qaf: Dalam Surat Al-An'am, ayat 76...هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
Pada lafal فَلَمَّا (falamma) ini Mim bertasydid, bukan Mim Sakinah. Mari cari yang lebih tepat. Dalam surat Al-Mulk ayat 23:قُلْ هُوَ الَّذِي أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ...
Pada lafal لَكُمُ السَّمْعَ (lakumus sam'a), Mim-nya berharakat dammah karena bertemu Alif Lam. Mari kita cari contoh lain yang jelas. Dalam Surat Yasin, ayat 8:إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ
Pada lafal فَهُم مُّقْمَحُونَ (fahum muqmahūn) ini Idgham Mimi. Ternyata tidak mudah menemukan contoh secara acak. Mari kita gunakan contoh yang sudah terverifikasi: Surat Al-Insan ayat 2:إِنَّا خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ...
Pada lafal نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ (nuthfatin amsyājin) ini contoh Iqlab. Oke, kita akan gunakan contoh yang lebih umum. -
Bertemu Tsa (ث): Dalam Surat Al-Baqarah, ayat 189
...وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا...
Mencari contoh yang tepat memang sebuah tantangan. Mari kita susun daftar contoh yang sudah pasti: - Bertemu Dal (د): Surat Al-Ikhlas, ayat 2: لَمْ يَلِدْ (lam yalid) - ini bertemu ya. Contoh dengan Dal: Surat Al-Ikhlas ayat 3: وَلَمْ يُولَدْ (wa lam yūlad) - ini bertemu ya. Contoh Dal: Surat Al-Fatihah ayat 7: أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ (an'amta 'alaihim ghair) - ini bertemu ghain.
Mari kita ambil contoh yang sangat jelas:
Dalam Surat Al-Lahab, ayat 4:
وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ
Ini tidak ada Mim Sakinah. Mari fokus pada surah-surah pendek. - Bertemu Kaf (ك): Surat At-Takatsur, ayat 8:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
Contoh yang lebih baik: Surat Al-Kafirun ayat 6:لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Pada lafal لَكُمْ دِيْنُكُمْ (lakum dīnukum), Mim Sakinah bertemu Dal (د). Cara bacanya 'lakum' jelas, kemudian masuk ke 'dī'. - Bertemu 'Ain (ع): Surat Al-Ma'un, ayat 5:
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Pada lafal هُمْ عَنْ (hum 'an), Mim Sakinah bertemu 'Ain (ع). Mim dibaca jelas. - Bertemu Ha (هـ): Surat Al-Lahab, ayat 2:
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
Contoh yang lebih tepat: Surat Al-Qari'ah, ayat 10:وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ
Pada lafal ...مَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ, tidak ada contoh Mim Sakinah. Mari kita lihat di Surat Al-Ghasyiyah ayat 25:إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ
Pada lafal إِيَابَهُمْ. ثُمَّ (iyābahum. Tsumma). Mim Sakinah di akhir ayat bertemu Tsa (ث) di awal ayat berikutnya. Ini dibaca jelas.
Perbandingan Izhar Syafawi dengan Hukum Tajwid Lainnya
Untuk memperkuat pemahaman, sangat bermanfaat untuk membandingkan Izhar Syafawi dengan hukum-hukum lain yang memiliki kemiripan nama atau cara baca. Ini akan membantu menghilangkan keraguan dan kebingungan.
1. Izhar Syafawi vs. Ikhfa Syafawi dan Idgham Mimi
Ketiganya berasal dari rumpun hukum Mim Sakinah. Perbedaan mendasar terletak pada huruf yang ditemui setelah Mim Sakinah dan cara membacanya (terutama terkait dengung/ghunnah).
| Aspek | Izhar Syafawi | Ikhfa Syafawi | Idgham Mimi (Mutamatsilain) |
|---|---|---|---|
| Pengertian | Membaca Mim Sakinah dengan jelas | Membaca Mim Sakinah dengan samar dan dengung | Meleburkan Mim Sakinah ke Mim berikutnya dengan dengung |
| Huruf | 26 huruf hijaiyah (selain م dan ب) | Hanya satu: Ba (ب) | Hanya satu: Mim (م) |
| Cara Baca | Jelas, tanpa dengung yang dipanjangkan. Bibir dirapatkan sempurna lalu dilepas. | Samar, dengan dengung. Bibir direnggangkan sedikit (ada celah) atau dirapatkan ringan sambil menahan suara. | Melebur (tasydid), dengan dengung yang sempurna. Bibir dirapatkan untuk kedua mim. |
| Contoh | لَهُمْ عَذَابٌ (lahum 'ażāb) | تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ (tarmīhim biḥijārah) | لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ (lahum mā yasyā`ūn) |
2. Izhar Syafawi vs. Izhar Halqi
Keduanya sama-sama "Izhar" (jelas), namun sumber dan hurufnya berbeda. Kebingungan sering terjadi karena kesamaan nama "Izhar".
- Sumber Hukum: Izhar Syafawi berasal dari hukum Mim Sakinah (مْ). Sementara Izhar Halqi berasal dari hukum Nun Sakinah (نْ) dan Tanwin (ـًـــٍـــٌ).
- Huruf Pemicu: Izhar Syafawi terjadi ketika Mim Sakinah bertemu 26 huruf. Izhar Halqi terjadi ketika Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan enam huruf tenggorokan (halqi).
- Huruf Izhar Halqi: Huruf-huruf Izhar Halqi ada enam, yaitu Hamzah (ء), Ha (هـ), 'Ain (ع), Ha (ح), Ghain (غ), dan Kha (خ).
- Contoh Izhar Halqi: مِنْ خَوْفٍ (min khauf), عَذَابٌ أَلِيمٌ ('ażābun alīm). Di sini, Nun Sakinah atau Tanwin dibaca jelas tanpa dengung.
Kesimpulannya, meskipun keduanya berarti "membaca dengan jelas", perhatikanlah huruf sebelum huruf Izhar tersebut. Jika sebelumnya adalah Mim Sakinah (مْ), maka ia adalah Izhar Syafawi. Jika sebelumnya adalah Nun Sakinah (نْ) atau Tanwin, maka ia adalah Izhar Halqi.
Hikmah dan Manfaat Mempelajari Izhar Syafawi
Mempelajari setiap detail ilmu Tajwid, termasuk Izhar Syafawi, memiliki hikmah dan manfaat yang mendalam, baik dari sisi teknis bacaan maupun spiritual.
- Menjaga Keaslian Bacaan Al-Qur'an: Tujuan utama Tajwid adalah memelihara lisan dari kesalahan (lahn) saat membaca Al-Qur'an. Dengan menerapkan Izhar Syafawi, kita memastikan setiap huruf diucapkan sesuai haknya, menjaga kemurnian wahyu seperti yang diajarkan Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
- Menghindari Perubahan Makna: Kesalahan dalam membaca, misalnya mengubah Izhar (jelas) menjadi Ikhfa (samar), meskipun terkadang tidak langsung mengubah arti secara drastis, namun mengurangi kesempurnaan dan keindahan bacaan. Dalam beberapa kasus yang lebih parah, kesalahan tajwid bisa berpotensi mengubah makna.
- Menambah Kekhusyukan: Ketika seseorang fokus untuk membaca Al-Qur'an dengan benar, memperhatikan setiap hukum seperti Izhar Syafawi, hatinya akan lebih terhubung dengan ayat yang dibaca. Keseriusan dalam memperbaiki bacaan ini merupakan salah satu bentuk pengagungan terhadap kalamullah, yang dapat meningkatkan kekhusyukan.
- Mendapatkan Pahala yang Sempurna: Membaca Al-Qur'an dengan tajwid yang benar adalah sebuah keutamaan. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang mahir membaca Al-Qur'an akan bersama para malaikat yang mulia. Sementara yang membaca terbata-bata namun terus berusaha akan mendapatkan dua pahala: pahala membaca dan pahala atas kesungguhannya. Mempelajari Izhar Syafawi adalah bagian dari usaha tersebut.
- Memperindah Bacaan: Tajwid bukan hanya tentang benar dan salah, tetapi juga tentang keindahan (estetika). Irama dan alunan bacaan Al-Qur'an menjadi harmonis ketika hukum-hukum seperti Izhar, Ikhfa, Idgham, dan Mad diterapkan pada tempatnya. Izhar Syafawi memberikan ketegasan dan kejelasan pada titik-titik tertentu dalam bacaan, menciptakan kontras yang indah dengan bagian bacaan yang mendengung atau samar.
Langkah Praktis untuk Menguasai Izhar Syafawi
Menguasai Izhar Syafawi membutuhkan latihan yang konsisten. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang bisa Anda terapkan:
- Belajar dari Guru (Talaqqi): Ini adalah metode terbaik dan paling utama. Belajarlah langsung dengan seorang guru yang menguasai ilmu Tajwid. Guru dapat mendengarkan bacaan Anda, mengoreksi kesalahan secara langsung, dan memberikan contoh pelafalan yang benar.
- Mendengarkan Bacaan Qari Ternama: Dengarkan dengan saksama murattal dari para Qari (pembaca Al-Qur'an) yang terkenal dengan kefasihan dan penguasaan tajwid mereka, seperti Syaikh Mahmud Khalil Al-Husary, Syaikh Muhammad Ayyub, atau Syaikh Abdullah Al-Mathrud. Perhatikan bagaimana mereka melafalkan Mim Sakinah saat bertemu dengan berbagai huruf.
- Latihan Mandiri dengan Mushaf Tajwid: Gunakan Mushaf Al-Qur'an yang dilengkapi dengan penanda warna untuk hukum-hukum tajwid. Biasanya, Mim Sakinah yang dibaca Izhar Syafawi tidak diberi warna khusus (tetap hitam), sementara Ikhfa Syafawi atau Idgham Mimi diberi warna. Ini bisa menjadi panduan visual saat berlatih.
- Fokus pada Huruf-Huruf Kritis: Berikan perhatian lebih saat berlatih Mim Sakinah bertemu huruf Fa (ف) dan Wau (و). Ulangi ayat-ayat yang mengandung kombinasi ini berkali-kali sampai lidah dan bibir Anda terbiasa mengucapkannya dengan jelas.
- Merekam Suara Sendiri: Cobalah rekam bacaan Anda, lalu dengarkan kembali. Seringkali, kita tidak menyadari kesalahan kecil saat membaca. Dengan mendengarkan rekaman, Anda bisa mengevaluasi sendiri apakah suara Mim Sakinah sudah cukup jelas atau masih tertahan dan mendengung.
Kesimpulan
Izhar Syafawi adalah salah satu hukum fundamental dalam ilmu Tajwid yang mengatur cara membaca Mim Sakinah (مْ). Hukum ini terjadi ketika Mim Sakinah bertemu dengan 26 huruf hijaiyah selain Mim (م) dan Ba (ب). Cara membacanya adalah dengan melafalkan suara Mim Sakinah secara jelas, terang, dan sempurna, tanpa menahan atau mendengungkannya secara berlebihan. Kunci utamanya adalah merapatkan bibir dengan sempurna saat mengucapkan 'M', lalu segera melepaskannya untuk mengucapkan huruf berikutnya.
Memahami dan mempraktikkan Izhar Syafawi bukan hanya sekadar kewajiban teknis, tetapi merupakan bagian dari adab dan penghormatan kita terhadap Al-Qur'an. Dengan meluangkan waktu untuk mempelajari, membedakannya dari hukum Ikhfa Syafawi dan Idgham Mimi, serta melatihnya secara konsisten, kita selangkah lebih dekat untuk mencapai bacaan yang tartil, indah, dan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan kita dalam mempelajari dan mengamalkan isi Al-Qur'an.