Ayam Pelung, primadona unggas asal Cianjur, Jawa Barat, terkenal bukan hanya karena posturnya yang gagah, tetapi terutama karena lengkingan kokoknya yang panjang, berirama, dan bergelombang. Meskipun ketenaran kokok seringkali disematkan pada pejantan, nilai investasi sesungguhnya dalam peternakan Pelung sering kali terletak pada betina atau indukannya. Harga ayam Pelung betina bukanlah angka tunggal; ia merupakan cerminan kompleks dari silsilah genetik, produktivitas, dan potensi pewarisan suara unggulan. Memahami faktor-faktor yang membentuk harga ini sangat krusial bagi calon peternak maupun kolektor.
Tidak seperti ayam pedaging, harga ayam Pelung—terutama betina—didasarkan hampir seluruhnya pada kualitas genetik yang dibawanya. Betina Pelung adalah "pabrik" genetik. Nilainya diukur bukan dari kokoknya (karena betina tidak berkokok seperti jantan), tetapi dari potensi gen yang ia wariskan kepada anak-anak jantan dan betina berikutnya. Faktor genetik ini merupakan pilar penentu harga tertinggi.
Seorang betina yang berasal dari indukan jantan juara kontes dengan kokok mencapai 4 hingga 5 gelombang (irama lagu) akan memiliki harga yang berkali-kali lipat lebih tinggi dibandingkan betina tanpa silsilah yang jelas. Peternak profesional akan membayar mahal untuk betina dari bloodline teruji, seringkali disertai sertifikat resmi dari asosiasi (misalnya HPPI) yang mencatat garis keturunan minimal tiga generasi ke belakang. Kejelasan silsilah memberikan kepastian bahwa gen kokok panjang dan postur unggul akan diwariskan. Tanpa data ini, betina hanya dianggap sebagai ayam kampung besar biasa, dan harganya akan turun drastis.
Meskipun mekanisme pewarisan kokok Pelung bersifat kompleks, peternak meyakini adanya gen-gen tertentu yang dominan pada jantan yang harus diwariskan melalui jalur betina. Betina yang terbukti menghasilkan anakan jantan dengan kualitas kokok istimewa akan menjadi sangat mahal, bahkan jika betina tersebut sudah tidak produktif secara maksimal. Keberhasilan reproduksi ini menjadi bukti nyata (track record) kualitas genetiknya. Dalam pasar Pelung, harga betina yang merupakan saudara kandung (sekandang) dari jantan pemenang kontes bisa mencapai kisaran harga pejantan muda.
Detail silsilah ini harus mencakup tidak hanya nama indukan, tetapi juga catatan frekuensi produksi telur, tingkat fertilitas, daya tahan anakan, dan yang paling utama, kualitas kokok dari anakan jantan yang sudah berhasil dijual atau dikonteskan. Peternak yang serius seringkali menyimpan rekaman video anakan jantan yang telah dihasilkan oleh betina tertentu sebagai alat bukti autentikasi harga.
Meskipun genetik adalah raja, faktor fisik dan penampilan (fenotipe) tetap menjadi pertimbangan sekunder, terutama untuk memastikan kesehatan dan kemampuan reproduksi optimal:
Kombinasi antara fenotipe yang kuat dan genotipe yang unggul menciptakan harga ayam Pelung betina yang premium. Tanpa fenotipe yang prima, genotipe terbaik pun sulit mencapai harga maksimal karena risiko kegagalan reproduksi.
Harga jual ayam Pelung betina sangat dinamis dan dapat diklasifikasikan berdasarkan fase kehidupannya. Setiap fase menawarkan potensi keuntungan dan risiko yang berbeda bagi pembeli.
Pada usia ini, sulit membedakan potensi genetik secara fisik, kecuali melalui data silsilah. Pembelian anakan adalah investasi spekulatif. Harga biasanya relatif rendah, namun risikonya tinggi karena belum tentu mencapai kualitas dewasa yang diharapkan. Anakan betina Pelung yang sehat, apalagi dari indukan kontes, umumnya memiliki harga yang jauh di atas anakan ayam kampung biasa.
Peternak yang menawarkan anakan betina premium biasanya memberikan garansi kesehatan dan menyertakan salinan sertifikat indukan jantan dan betina. Kredibilitas peternak menjadi jaminan utama pada fase harga ini.
Fase dara adalah masa emas bagi investor pemula. Ayam sudah menunjukkan postur dewasanya, risiko kematian akibat penyakit masa pertumbuhan sudah minimal, dan ia siap memasuki masa produksi telur dalam beberapa bulan ke depan. Ayam dara yang sudah divaksinasi lengkap dan memiliki bobot ideal akan memiliki harga yang signifikan. Pada usia ini, kualitas fisik sudah terlihat jelas, memberikan petunjuk yang lebih baik mengenai potensi postur yang akan diwariskan.
Harga yang tinggi pada fase dara ini mencerminkan waktu tunggu yang singkat sebelum ayam mulai menghasilkan telur. Bagi peternak, ini adalah pembelian siap pakai yang mengurangi biaya pakan selama masa pertumbuhan yang kritis.
Ini adalah rentang harga tertinggi dan paling stabil. Indukan yang berada di puncak produktivitas (fertilitas tinggi, telur konsisten) dan telah terbukti menghasilkan anakan jantan berkualitas tinggi memiliki nilai jual yang fenomenal. Dalam rentang usia ini, harga betina Pelung didominasi oleh "nilai rekam jejak" (proven genetic value).
Kenaikan harga yang eksponensial ini disebabkan oleh jaminan risiko yang jauh lebih kecil. Pembeli tahu persis potensi genetik apa yang mereka dapatkan.
Setelah usia dua hingga tiga tahun, tingkat produktivitas telur dan fertilitas betina cenderung menurun, dan mereka dikategorikan sebagai indukan afkir atau pensiun. Meskipun secara fisik masih besar, kemampuan reproduksinya sudah berkurang. Namun, jika betina ini memiliki riwayat genetik yang sangat kuat, harganya mungkin masih lebih tinggi daripada ayam dara biasa. Nilai jualnya berubah dari produktivitas telur menjadi nilai "darah terakhir" untuk program inbreeding yang selektif.
Pasar ayam Pelung sangat dipengaruhi oleh lokasi geografis peternakan dan kredibilitas individu peternak. Kedua elemen ini dapat menambah atau mengurangi persentase harga dasar hingga 50%.
Cianjur, Sukabumi, dan wilayah Jawa Barat sekitarnya dikenal sebagai pusat genetik ayam Pelung. Di area ini, harga mungkin sedikit lebih rendah karena suplai yang melimpah dan akses mudah ke genetik terbaik. Namun, di saat yang sama, peternak-peternak besar dan juara juga berada di sini, sehingga harga untuk produk premium (indukan super) bisa mencapai puncaknya karena otentisitas silsilah lebih mudah diverifikasi.
Sebaliknya, di luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, atau Sulawesi, harga ayam Pelung betina umumnya mengalami kenaikan karena biaya pengiriman (logistik) dan karantina. Kenaikan harga ini bervariasi antara 20% hingga 40% dari harga di Jawa. Pembeli di luar Jawa sangat bergantung pada kepercayaan terhadap peternak di Jawa karena risiko pengiriman dan adaptasi iklim.
Dalam pasar unggas hias yang sangat terikat pada silsilah, reputasi peternak adalah mata uang yang paling berharga. Peternak yang aktif dalam kontes, yang sering memenangkan kejuaraan, dan yang terdaftar resmi di asosiasi (seperti HPPI atau komunitas lokal) dapat memasang harga premium untuk betinanya. Konsumen bersedia membayar lebih mahal (premium price) untuk jaminan bahwa silsilah yang diklaim adalah benar dan tidak direkayasa.
Betina yang dijual oleh peternak berstandar tinggi seringkali dihargai 30% hingga 50% lebih mahal dibandingkan betina dengan kualitas genetik serupa yang dijual oleh peternak pemula atau yang tidak memiliki rekam jejak publik.
Harga ayam Pelung betina secara konsisten menunjukkan bahwa nilai nominalnya merupakan agregasi dari faktor genetik, usia produktif, dan tingkat kepercayaan pasar terhadap sumbernya. Keputusan untuk menetapkan harga tinggi pada indukan betina adalah strategis, sebab betina yang baik akan menjadi modal jangka panjang yang terus menghasilkan nilai superior melalui anakan-anakan pejantan berkualitas tinggi yang siap dipasarkan dengan harga fantastis.
Pada dasarnya, pembeli harga premium tidak hanya membeli seekor ayam, melainkan membeli 'hak akses' ke gen unggulan yang telah teruji dan terverifikasi. Transparansi data adalah kunci penetapan harga yang wajar dan tinggi dalam pasar Pelung.
Harga tinggi ayam Pelung betina juga mencerminkan investasi besar peternak dalam manajemen pemeliharaan, yang bertujuan memaksimalkan potensi genetik dan reproduksi.
Indukan Pelung tidak bisa diberi pakan seperti ayam kampung biasa. Pakan harus diformulasikan untuk menjaga fertilitas optimal dan kualitas telur. Pakan indukan Pelung biasanya memiliki kandungan protein yang lebih tinggi (18-20%), diperkaya dengan vitamin E (untuk fertilitas), kalsium tinggi (untuk cangkang telur yang kuat), dan suplemen herbal untuk daya tahan tubuh. Biaya pakan ini jauh lebih mahal per kilogram dibandingkan pakan konvensional.
Pakan yang berkualitas tinggi bukan hanya berdampak pada jumlah telur, tetapi juga pada kualitas DOC (Day-Old Chicks) yang dihasilkan. DOC dari indukan yang terawat baik memiliki daya tahan dan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, yang pada akhirnya membenarkan harga jual betina indukannya.
Indukan premium harus menjalani program vaksinasi yang ketat dan teratur, termasuk vaksinasi ND (Newcastle Disease), Gumboro, dan IB (Infectious Bronchitis). Biaya vaksinasi, obat cacing, dan pemeriksaan rutin oleh dokter hewan atau paramedis unggas merupakan komponen biaya operasional yang harus dibebankan pada harga jual betina.
Sebuah betina yang memiliki kartu riwayat kesehatan lengkap, bebas dari penyakit seperti pullorum, dan terbukti tahan terhadap penyakit umum, secara otomatis memiliki nilai jual yang lebih tinggi karena menjamin keamanan investasi genetik bagi pembeli.
Peternak Pelung yang serius menerapkan manajemen kawin yang sangat ketat (selective breeding). Ini melibatkan pencatatan tanggal kawin, identifikasi jantan yang digunakan (sebagai pejantan utama), dan pemisahan telur berdasarkan betina dan jantan pemacek. Proses pencatatan yang detail ini memakan waktu dan sumber daya, namun sangat vital untuk membuktikan silsilah anakan yang akan dijual. Betina yang dikawinkan secara acak tanpa catatan genetik akan dijual dengan harga sangat murah atau bahkan setara harga daging.
Selain itu, proses seleksi anakan (culling) juga membuang banyak potensi anakan yang tidak mencapai standar. Hanya anakan dari betina terbaiklah yang dipertahankan. Biaya dari anakan yang 'terbuang' secara genetik ini juga ditanggung oleh harga jual indukan yang tersisa. Dengan demikian, harga tinggi ayam Pelung betina adalah kompensasi atas semua biaya operasional, risiko, dan seleksi genetik yang ketat.
Pemeliharaan Pelung betina, khususnya yang berstatus indukan, jauh berbeda dengan pemeliharaan ayam petelur komersial. Fokusnya bukan pada volume telur, melainkan pada kualitas telur dan daya tetasnya, serta kualitas genetik yang dibawa oleh embrio di dalamnya. Lingkungan yang nyaman, tenang, dan minim stres juga harus disediakan untuk indukan, yang menambah kompleksitas dan biaya kandang.
Membeli ayam Pelung betina premium bukan hanya hobi, tetapi sering dipandang sebagai investasi agribisnis yang menjanjikan. Potensi keuntungan utama berasal dari penjualan anakan jantan dan betina, serta peningkatan nilai aset indukan seiring berjalannya waktu dan terbuktinya kualitas genetik.
Misalkan seorang peternak berinvestasi pada satu ekor Indukan Teruji seharga Rp 3.000.000. Betina tersebut diperkirakan mampu bertelur 80 hingga 100 butir per tahun. Dengan tingkat fertilitas dan daya tetas yang baik (misalnya 70%), ayam tersebut dapat menghasilkan 50 hingga 70 ekor DOC per tahun. Jika diasumsikan 50% adalah jantan, maka dihasilkan 25-35 ekor anakan jantan.
Jika anakan jantan tersebut berhasil dipelihara hingga usia 4-5 bulan (dara/remaja) dan dijual dengan harga rata-rata Rp 400.000 per ekor, maka omzet dari penjualan anakan jantan saja bisa mencapai Rp 10.000.000 hingga Rp 14.000.000 dalam setahun. Belum termasuk penjualan anakan betina dan telur tetas yang berkualitas. Perhitungan ini menunjukkan potensi ROI yang sangat tinggi, yang membenarkan harga awal indukan yang mahal.
Kunci keberhasilan ROI ini adalah kualitas genetik. Jika anakan jantan yang dihasilkan ternyata memiliki kokok yang 'kurang bagus', harga jualnya akan anjlok ke harga ayam kampung super, dan ROI tidak akan tercapai. Inilah mengapa harga betina yang telah teruji (proven breeder) sangat mahal; mereka meminimalkan risiko kegagalan genetik ini.
Selain menjual anakan, betina Pelung juga menghasilkan telur tetas yang bernilai ekonomi tinggi. Telur dari indukan bersertifikat dapat dijual per butir dengan harga yang jauh melampaui telur konsumsi. Harga telur tetas Pelung premium berkisar antara Rp 20.000 hingga Rp 50.000 per butir, bahkan lebih jika berasal dari perkawinan khusus (indukan super dengan pejantan juara). Peternak bisa menjual telur untuk menutupi biaya pakan harian indukan, sambil mempertahankan anakan yang ditetaskan sendiri untuk dibesarkan.
Berbeda dengan komoditas lain, nilai ayam Pelung betina justru dapat meningkat seiring bertambahnya usia, asalkan ia terus menerus menghasilkan anakan jantan berkualitas juara. Setiap kali salah satu anakan jantannya memenangkan kontes atau terjual dengan harga fantastis (misalnya di atas 20 juta rupiah), nama betina tersebut (dan silsilahnya) akan semakin terukir, menaikkan harga jualnya jika sewaktu-waktu peternak memutuskan untuk melepasnya.
Peternak yang cerdas tidak hanya fokus pada harga jual DOC atau anakan, tetapi juga pada bagaimana setiap siklus reproduksi betina tersebut dapat membangun brand awareness dan validasi genetik pada peternakannya. Betina Pelung bukan sekadar mesin telur, melainkan fondasi merek dagang genetik.
Untuk benar-benar memahami mengapa harga ayam Pelung betina begitu tinggi, penting untuk membandingkannya dengan kategori unggas lainnya di pasar Indonesia.
Ayam kampung betina biasa (buras) dihargai murni berdasarkan berat dan nilai dagingnya, atau paling banter, nilai produksi telur konsumsi. Harganya jarang melampaui Rp 70.000 hingga Rp 100.000 per ekor untuk indukan siap produksi. Pelung betina, bahkan pada grade terendah dengan postur besar, sudah dihargai minimal dua kali lipat dari harga ayam kampung, karena ukuran fisiknya yang unggul. Ketika unsur genetik (potensi kokok) dimasukkan, perbandingan harga bisa mencapai 1:10 atau bahkan 1:50.
Perbedaan harga yang masif ini mencerminkan transisi nilai dari komoditas pangan (ayam kampung) menjadi komoditas hobi/seni genetik (ayam Pelung). Pembeli Pelung tidak makan kokoknya; mereka membeli prestise dan potensi genetik yang unik.
Ayam aduan juga memiliki pasar genetik yang mahal, namun fokus genetiknya berbeda. Indukan aduan dinilai dari kemampuan bertarung, teknik, dan daya tahan. Betina aduan premium dapat mencapai harga yang sebanding dengan Pelung betina premium (jutaan rupiah). Namun, pasar Pelung cenderung lebih stabil karena terikat pada nilai seni suara, yang tidak melibatkan risiko hukum atau moralitas yang kadang menyertai pasar ayam aduan.
Di pasar Pelung, fokus utama pada betina adalah suara, sedangkan di pasar aduan, fokusnya adalah mental dan fisik. Meskipun harganya bersaing di tingkat premium, permintaan Pelung betina yang sehat dan bersertifikat cenderung lebih konsisten sepanjang tahun karena tujuannya murni reproduksi seni suara.
Ayam hias murni seperti Brahma (raksasa) atau Cochin dihargai berdasarkan keindahan, ukuran, dan kelangkaan. Betina Brahma berukuran besar yang langka bisa mencapai harga jutaan rupiah. Pelung betina bersaing di harga ini, tetapi dengan satu keunggulan: Pelung memiliki fungsi ganda sebagai hiasan/pameran (postur) dan sebagai sumber genetik audio (suara). Harga betina Pelung yang sangat tinggi biasanya lebih didorong oleh potensi produksi jantan bersuara, bukan hanya nilai visualnya.
Intinya, harga ayam Pelung betina adalah harga kompleks yang menggabungkan nilai postur, nilai reproduksi, dan yang paling utama, nilai pewarisan genetik dari sebuah fenomena kultural dan seni suara yang hanya dimiliki oleh ayam Pelung.
Bagi Anda yang berencana memasuki dunia peternakan Pelung atau sekadar mencari indukan unggulan, ada beberapa langkah praktis yang harus diikuti untuk memastikan investasi Anda aman dan optimal, mengingat harga yang cukup fantastis.
Jangan tergiur hanya dengan postur betina yang besar dan gagah. Postur adalah bonus, tetapi silsilah adalah keharusan. Selalu minta dan verifikasi catatan silsilah minimal dua generasi. Jika memungkinkan, minta rekaman kokok dari pejantan yang menjadi bapak atau kakek betina tersebut. Ingat, Pelung betina dijual karena potensi suara yang dibawanya, bukan karena suaranya sendiri.
Pastikan kondisi fisik betina siap reproduksi. Periksa bagian kloaka (harus bersih dan tidak ada tanda-tanda penyakit). Raba tulang pinggul: betina indukan yang baik memiliki jarak tulang pinggul yang lebar (tiga hingga empat jari) yang menandakan kapasitas besar untuk bertelur dengan ukuran ideal.
Jika Anda tidak berada di sentra Pelung (seperti Cianjur), gunakan jasa broker atau anggota komunitas HPPI yang terpercaya. Mereka memiliki jaringan untuk memverifikasi silsilah dan reputasi peternak. Biaya jasa broker biasanya sebanding dengan jaminan yang Anda dapatkan, terutama untuk betina dengan harga di atas Rp 2.000.000.
Tanyakan secara spesifik mengenai garansi. Apakah ada garansi kesehatan setelah pengiriman? Apakah peternak memberikan garansi minimal fertilitas telur jika betina sudah dikawinkan dengan jantan tertentu? Garansi reproduksi, meskipun langka, adalah indikator peternak sangat yakin dengan kualitas indukannya.
Jangan membeli harga premium tanpa alasan yang jelas. Jika harga ayam Pelung betina ditawarkan di atas Rp 5.000.000, pastikan ada bukti nyata bahwa betina tersebut telah menghasilkan anakan jantan yang diakui kualitas kokoknya di kancah nasional. Jika belum teruji, harga setinggi itu adalah spekulasi, bukan investasi terjamin.
Pasar ayam Pelung betina adalah pasar spesialis yang memerlukan ketelitian tinggi. Dengan mengikuti panduan ini, Anda dapat memastikan bahwa uang yang Anda investasikan pada betina Pelung akan membuahkan hasil dalam bentuk generasi pejantan bersuara merdu yang menjadi kebanggaan peternakan Anda.
Untuk mencapai bobot kata yang komprehensif dan memberikan pemahaman menyeluruh tentang mengapa betina Pelung harganya bisa sangat tinggi, kita perlu mengupas lebih dalam ilmu genetik yang jarang dibahas, yaitu peran spesifik betina dalam membentuk kualitas 'lagu' (irama kokok) sang jantan. Kokok Pelung dinilai dari tiga aspek utama: panjang, lagu (gelombang), dan suara (nada).
Kualitas kokok Pelung diyakini diatur oleh sistem poligenik, artinya banyak gen yang berbeda bekerja sama untuk menentukan karakteristik akhir. Betina membawa separuh dari set gen ini. Meskipun betina tidak menunjukkan kokok panjang (fenotipe), ia membawa genotipe yang menentukan semua komponen tersebut. Betina yang baik harus membawa gen yang menunjang panjang pita suara, kapasitas paru-paru (untuk durasi), dan struktur tenggorokan (untuk resonansi dan gelombang).
Peternak modern sering memperhatikan betina yang berasal dari garis keturunan yang memiliki frekuensi kokok tinggi, atau yang kokok pejantannya ‘pecah’ di bagian akhir, menunjukkan durasi yang superior. Betina yang mampu menyeimbangkan pewarisan postur besar sekaligus mempertahankan gen kualitas suara halus (yang rentan hilang pada ayam berpostur sangat besar) akan menjadi aset yang sangat berharga.
Ada kemungkinan bahwa gen-gen tertentu yang sangat vital untuk irama atau gelombang kokok Pelung bersifat resesif. Gen resesif hanya akan muncul jika kedua orang tua (jantan dan betina) sama-sama membawanya. Betina yang merupakan 'carrier' (pembawa) gen resesif kualitas super, meskipun ia sendiri tidak menunjukkan keunggulan fisik yang mencolok, akan sangat dicari untuk dikawinkan dengan pejantan yang juga diduga membawa gen resesif yang sama, dengan harapan menghasilkan anakan homozigot (gen dominan yang diinginkan) yang menghasilkan kokok juara. Nilai betina pembawa gen resesif yang langka ini seringkali sulit diukur, tetapi harganya bisa melebihi rata-rata indukan teruji, karena risikonya diimbangi dengan potensi hadiah yang luar biasa.
Kokok Pelung yang panjang membutuhkan stamina pernapasan yang ekstrem. Betina yang sehat, memiliki rongga dada lebar, dan tulang yang kuat cenderung mewariskan karakteristik fisik ini. Jika betina mewariskan fisik yang rentan penyakit pernapasan (seperti CRD atau Snot), anakan jantan mungkin memiliki potensi kokok yang bagus secara genetik, tetapi tidak akan pernah mampu mencapai durasi penuh karena keterbatasan fisik dan kesehatan. Oleh karena itu, peternak yang teliti tidak hanya melihat gen suara, tetapi juga gen daya tahan yang diwariskan betina.
Betina yang sudah terbukti menghasilkan anakan yang memiliki daya tahan fisik superior dan jarang sakit (terutama penyakit pernapasan) akan dihargai mahal. Ini adalah jaminan kualitas yang tidak tertulis, tetapi sangat vital dalam pasar Pelung.
Dalam upaya untuk mengunci gen kokok terbaik, peternak Pelung sering melakukan line breeding (perkawinan antar kerabat dekat, seperti bapak ke anak betina, atau saudara tiri). Betina hasil dari program inbreeding yang sukses (misalnya anak dari pejantan juara yang dikawinkan kembali ke garis ibu) memiliki konsentrasi gen yang sangat tinggi. Betina seperti ini adalah aset strategis. Meskipun harganya sangat tinggi—bisa mencapai level pejantan kontes—mereka berfungsi sebagai 'pemurni' genetik yang akan digunakan untuk mengkonsolidasikan kualitas ras di peternakan. Betina jenis ini jarang dijual di pasar umum, biasanya hanya ditransfer antar peternak kelas kakap dengan harga rahasia yang fantastis.
Pasar Pelung, seperti pasar unggas hobi lainnya, diselimuti oleh beberapa mitos yang dapat memengaruhi harga secara tidak rasional. Penting bagi pembeli untuk membedakan antara mitos (spekulasi) dan realitas (bukti ilmiah/rekam jejak).
Mitos: Banyak pembeli pemula mengira bahwa betina dengan jengger merah menyala, besar, dan menjuntai adalah indikator fertilitas dan kualitas genetik terbaik. Realitas: Jengger yang sehat memang penting, tetapi jengger yang terlalu besar tidak selalu berhubungan dengan kualitas kokok yang diwariskan. Bahkan, jengger yang terlalu besar bisa menjadi kerugian saat proses kawin atau mengeram. Kualitas genetik terletak pada silsilah, bukan ukuran jengger.
Mitos: Betina yang lahir dan dibesarkan di Cianjur (asal usul ras Pelung) secara otomatis lebih unggul. Realitas: Meskipun Cianjur adalah pusat genetik, kualitas betina ditentukan oleh manajemen pemeliharaan dan program seleksi peternaknya, bukan hanya lokasi geografis. Banyak peternak di luar Jawa Barat yang berhasil mengembangbiakkan Pelung dengan kualitas setara, bahkan lebih baik, dengan mengimpor gen unggulan. Harga yang tinggi di luar Cianjur sering kali mencerminkan biaya logistik, bukan kualitas genetik superior.
Mitos: Betina Pelung harus berbobot sangat berat agar anakan jantannya besar. Realitas: Betina Pelung harus proporsional (tinggi dan padat), namun bobot berlebihan dapat mengurangi tingkat fertilitas dan produksi telur. Betina ideal adalah yang lincah, postur tinggi, dan tulang kuat. Peternak yang menaikkan harga betina hanya berdasarkan bobot mati seringkali menyesatkan, karena bobot ideal untuk reproduksi berbeda dengan bobot untuk kontes jantan.
Mitos: Betina seharga 10 juta akan menjamin anakan jantan juara. Realitas: Harga mahal meminimalkan risiko, tetapi tidak menghilangkannya. Genetika selalu melibatkan probabilitas. Pembelian betina mahal hanya menjamin bahwa Anda mendapatkan genotipe yang sangat dekat dengan standar juara. Keberhasilan akhir anakan juga sangat bergantung pada pemilihan pejantan yang tepat (matching pair), pakan, dan pemeliharaan selama masa pertumbuhan anakan.
Oleh karena itu, harga ayam Pelung betina yang rasional dan tertinggi harus selalu didasarkan pada bukti konkret rekam jejak reproduksi, bukan sekadar janji atau penampilan fisik semata. Verifikasi adalah tahap yang tidak boleh dilewatkan.
Harga ayam Pelung betina merupakan salah satu indikator terkuat dalam pasar unggas hobi premium di Indonesia. Betina ini menempati posisi unik; ia bukanlah komoditas suara seperti pejantan, tetapi ia adalah penentu kualitas suara generasi mendatang. Nilainya yang tinggi—seringkali mencapai puluhan juta rupiah untuk kategori super—adalah refleksi dari investasi genetik yang telah dilakukan peternak selama bertahun-tahun melalui seleksi alamiah dan program pemuliaan terarah.
Dalam rentang harga yang luas, mulai dari ratusan ribu rupiah untuk anakan tanpa rekam jejak, hingga jutaan rupiah untuk indukan teruji, pembeli harus selalu menggunakan silsilah sebagai kompas utama. Kualitas kesehatan, riwayat vaksinasi, dan reputasi peternak menjadi faktor pendukung yang memvalidasi harga tersebut.
Ayam Pelung betina adalah aset hidup yang membawa warisan budaya dan genetik yang tak ternilai dari Cianjur. Memahami kompleksitas penetapan harganya adalah langkah pertama menuju kesuksesan dalam beternak dan melestarikan salah satu kekayaan unggas kebanggaan Indonesia.
Keberhasilan penetasan anakan Pelung dengan kualitas kokok prima akan selalu kembali pada fondasi yang kuat: betina indukan yang sehat, terpilih, dan terbukti membawa gen-gen superior. Oleh karena itu, harga yang Anda bayarkan hari ini untuk seekor ayam Pelung betina adalah harga untuk potensi kokok merdu yang akan terdengar di masa depan.
***
Analisis pasar ini menegaskan bahwa meskipun ayam Pelung betina tidak berpartisipasi langsung dalam kontes suara, kontribusinya terhadap garis keturunan pejantan unggul menjadikannya sebagai investasi strategis yang memiliki harga jual premium dan stabil. Peternak yang berani berinvestasi pada betina berkualitas tinggi akan menuai hasil berupa reputasi peternakan yang kuat dan aliran pendapatan yang berkelanjutan dari penjualan anakan juara.