Panduan Lengkap Doa Shalat Istikharah: Memohon Petunjuk Terbaik
Dalam perjalanan hidup, setiap manusia pasti akan dihadapkan pada persimpangan jalan. Sebuah kondisi di mana kita harus membuat pilihan penting yang dapat menentukan arah masa depan. Baik itu dalam urusan pekerjaan, pernikahan, pendidikan, atau keputusan besar lainnya. Di saat-saat penuh keraguan dan ketidakpastian inilah, Islam memberikan sebuah solusi spiritual yang luar biasa indah: Shalat Istikharah. Ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah bentuk komunikasi langsung seorang hamba kepada Penciptanya, memohon petunjuk dengan penuh kerendahan hati.
Istikharah adalah wujud pengakuan atas keterbatasan diri kita. Akal manusia, sepintar apa pun, tidak akan pernah mampu menembus tabir masa depan. Pengetahuan kita terbatas, dan pandangan kita seringkali dipengaruhi oleh hawa nafsu dan emosi sesaat. Di sinilah kita menyerahkan segala urusan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui, Allah SWT, yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang gaib. Melalui doa shalat istikharah, kita memasrahkan pilihan kita kepada-Nya, dengan keyakinan penuh bahwa pilihan-Nya adalah yang terbaik.
Makna dan Hakikat Istikharah
Secara bahasa, kata "Istikharah" (استخارة) berasal dari bahasa Arab yang berarti "meminta kebaikan" atau "mencari pilihan yang terbaik". Ini adalah sebuah permintaan tulus kepada Allah agar Dia memilihkan yang terbaik bagi kita dalam suatu urusan. Hakikat istikharah adalah menyerahkan sepenuhnya proses pengambilan keputusan kepada Allah setelah kita melakukan ikhtiar atau usaha maksimal secara manusiawi.
Ini adalah manifestasi dari tauhid, di mana kita mengakui bahwa tidak ada kekuatan dan pengetahuan yang sebanding dengan kekuatan dan pengetahuan Allah. Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, seorang sahabat Nabi, memberikan kesaksian betapa pentingnya Istikharah ini:
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari kami shalat istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi, sebagaimana beliau mengajari kami surat dari Al-Qur'an..."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Istikharah bukanlah amalan untuk urusan-urusan tertentu saja, melainkan untuk "setiap urusan". Ini menandakan betapa integralnya Istikharah dalam kehidupan seorang Muslim, dari urusan yang dianggap besar hingga yang terlihat sepele, selama itu adalah urusan yang mubah (diperbolehkan).
Landasan Hukum dan Dalil Shalat Istikharah
Praktik shalat istikharah memiliki dasar yang sangat kuat dalam sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalil utamanya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu. Hadits ini menjadi panduan utama dalam pelaksanaan, niat, dan doa istikharah.
Hadits Riwayat Imam Bukhari
Berikut adalah teks lengkap hadits tersebut, yang menjadi fondasi dari seluruh pembahasan mengenai shalat istikharah:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الاِسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنَ القُرْآنِ، يَقُولُ: إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ: فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي، ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ: فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ، ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ، قَالَ: وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengajari kami shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari kami surat dari Al-Qur'an. Beliau bersabda: 'Jika salah seorang di antara kalian berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua rakaat yang bukan shalat fardhu, kemudian berdoalah: 'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk melaksanakannya) dengan kekuasaan-Mu, serta aku memohon kepada-Mu sebagian dari karunia-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkan urusannya) baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku –atau beliau bersabda: baik dalam urusanku di dunia maupun di akhirat– maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berikanlah berkah di dalamnya. Namun jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku –atau beliau bersabda: buruk dalam urusanku di dunia maupun di akhirat– maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku di mana pun itu berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya.’ Beliau bersabda: 'Dan hendaklah ia menyebutkan keperluannya'." (HR. Bukhari)
Hadits ini sangat jelas dan komprehensif. Ia tidak hanya memberikan lafal doa, tetapi juga menjelaskan konteks, tata cara, dan filosofi di balik Istikharah itu sendiri.
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Istikharah
Melaksanakan shalat istikharah sangatlah mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Prosesnya terdiri dari niat yang tulus, pelaksanaan shalat dua rakaat, dan diakhiri dengan pembacaan doa khusus istikharah.Langkah 1: Niat yang Ikhlas
Segala amal bergantung pada niatnya. Sebelum memulai, luruskan niat dalam hati bahwa Anda melakukan shalat ini semata-mata untuk memohon petunjuk dan pilihan terbaik dari Allah SWT. Anda tidak perlu melafalkan niat secara lisan, cukup memantapkannya di dalam hati. Niatnya adalah untuk melaksanakan shalat sunnah istikharah dua rakaat karena Allah Ta'ala.
Langkah 2: Berwudhu dengan Sempurna
Bersucilah dengan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat fardhu. Pastikan wudhu dilakukan dengan tertib dan sempurna, karena ini adalah syarat sahnya shalat.
Langkah 3: Melaksanakan Shalat Dua Rakaat
Lakukan shalat sunnah sebanyak dua rakaat. Tata caranya sama persis seperti shalat sunnah lainnya.
- Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan "Allahu Akbar".
- Membaca Doa Iftitah.
- Membaca Surat Al-Fatihah: Ini adalah rukun shalat yang wajib dibaca di setiap rakaat.
- Membaca Surat Pendek: Setelah Al-Fatihah, dianjurkan untuk membaca surat pendek dari Al-Qur'an. Para ulama menganjurkan untuk membaca:
- Pada rakaat pertama: Surat Al-Kafirun (Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun).
- Pada rakaat kedua: Surat Al-Ikhlas (Qul Huwallaahu Ahad).
- Rukuk, I'tidal, Sujud, Duduk di antara Dua Sujud, dan Sujud Kedua: Lakukan gerakan ini dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa).
- Bangkit untuk Rakaat Kedua: Lakukan seperti rakaat pertama, dimulai dari membaca Al-Fatihah.
- Tasyahud Akhir dan Salam: Setelah sujud kedua di rakaat terakhir, lakukan tasyahud akhir dan akhiri shalat dengan salam ke kanan dan ke kiri.
Langkah 4: Berdoa Doa Istikharah
Setelah selesai salam, inilah saat yang paling inti. Angkat kedua tangan Anda dan dengan penuh kerendahan hati, bacalah doa istikharah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sangat dianjurkan untuk memulainya dengan memuji Allah (misalnya dengan berdzikir atau membaca hamdalah) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah itu, bacalah doa istikharah berikut ini.
Bacaan Doa Shalat Istikharah: Arab, Latin, dan Terjemahan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ (...sebutkan urusan...) خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ: فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي، ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ (...sebutkan urusan...) شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ: فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ، ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ
Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika al-‘azhim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amra (...sebutkan urusan...) khairun li fi dini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri - aw qala: fi ‘ajili amri wa ajilihi - faqdurhu li wa yassirhu li, tsumma barik li fihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amra (...sebutkan urusan...) syarrun li fi dini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri - aw qala: fi ‘ajili amri wa ajilihi - fashrifhu ‘anni washrifni ‘anhu, waqdur liyal khaira haitsu kana, tsumma radhdhini bih.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk melaksanakannya) dengan kekuasaan-Mu, serta aku memohon kepada-Mu sebagian dari karunia-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini (...sebutkan urusan Anda di sini...) baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku –atau beliau bersabda: baik dalam urusanku di dunia maupun di akhirat– maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berikanlah berkah di dalamnya. Namun jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini (...sebutkan urusan Anda di sini...) buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku –atau beliau bersabda: buruk dalam urusanku di dunia maupun di akhirat– maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku di mana pun itu berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya."
Cara Menyebutkan Urusan
Pada bagian (...sebutkan urusan...) atau hadzal amra, Anda menyebutkan secara spesifik masalah yang sedang Anda hadapi. Contohnya:
- "...jika Engkau mengetahui bahwa pernikahanku dengan Fulan bin Fulan ini baik bagiku..."
- "...jika Engkau mengetahui bahwa menerima pekerjaan di perusahaan X ini baik bagiku..."
- "...jika Engkau mengetahui bahwa melanjutkan studi di universitas Y ini baik bagiku..."
Ucapkan dengan jelas dan spesifik di dalam hati atau dengan lisan yang lirih, agar doa Anda fokus pada masalah yang dihadapi.
Membedah Makna Agung dalam Doa Istikharah
Doa istikharah bukanlah sekadar untaian kata, melainkan sebuah deklarasi tauhid dan kepasrahan yang mendalam. Mari kita bedah setiap kalimatnya untuk memahami keagungan maknanya.
"Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika..." (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu...). Ini adalah pengakuan awal bahwa kita memohon petunjuk berdasarkan ilmu Allah yang sempurna, bukan berdasarkan prasangka atau pengetahuan kita yang terbatas.
"...wa astaqdiruka bi qudratika..." (...dan aku memohon kekuatan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu...). Kita mengakui kelemahan diri dan memohon kekuatan dari Allah untuk dapat menjalankan pilihan yang akan ditakdirkan-Nya kelak.
"...wa as-aluka min fadhlika al-‘azhim..." (...dan aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang agung...). Ini adalah permohonan agar Allah tidak hanya memberikan pilihan, tetapi juga melimpahkan karunia dan kebaikan-Nya yang tak terhingga.
"...fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub." (...sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib). Kalimat ini adalah puncak kerendahan hati. Kita menafikan segala daya, upaya, dan pengetahuan dari diri sendiri dan mengembalikannya secara mutlak kepada Allah.
"Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amra khairun li fi dini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri..." (Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik bagiku untuk agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku...). Perhatikan urutannya. Prioritas utama yang kita minta adalah kebaikan untuk agama. Ini mengajarkan kita bahwa pilihan terbaik adalah yang menjaga dan meningkatkan kualitas keimanan kita, baru kemudian kebaikan untuk urusan dunia (kehidupan) dan akhirat (akhir urusan).
"...faqdurhu li wa yassirhu li, tsumma barik li fihi." (...maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah aku di dalamnya). Kita tidak hanya meminta takdir yang baik, tapi juga memohon kemudahan dalam menjalankannya dan keberkahan di dalamnya. Sebuah pilihan bisa jadi baik, tetapi jika jalannya sulit, kita mungkin tidak sanggup. Dan pilihan yang baik tanpa keberkahan akan terasa hampa.
"Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amra syarrun li..." (Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku...). Ini adalah sisi lain dari kepasrahan. Kita siap menerima jika ternyata pilihan yang kita condongi itu sebenarnya buruk menurut ilmu Allah.
"...fashrifhu ‘anni washrifni ‘anhu..." (...maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya...). Permintaan ini sangat indah. Kita tidak hanya meminta agar urusan buruk itu dijauhkan, tetapi kita juga meminta agar hati kita pun dijauhkan darinya. Seringkali, sebuah pilihan buruk sudah menjauh, tetapi hati kita masih terpaut padanya, menyebabkan kesedihan dan penyesalan. Doa ini memohon perlindungan dari keduanya.
"...waqdur liyal khaira haitsu kana, tsumma radhdhini bih." (...dan takdirkanlah untukku kebaikan di mana pun ia berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya). Inilah puncak dari tawakal. Setelah menyerahkan pilihan, kita memohon agar Allah memberikan ganti yang lebih baik, di mana pun itu. Dan yang terpenting, kita memohon agar hati kita dianugerahi keridhaan atas ketetapan-Nya. Karena banyak orang mendapatkan takdir baik, tetapi hatinya tidak pernah merasa puas dan ridha.
Kapan Waktu Terbaik Melaksanakan Shalat Istikharah?
Shalat istikharah termasuk dalam shalat sunnah mutlak yang tidak terikat waktu khusus. Artinya, ia bisa dikerjakan kapan saja, baik siang maupun malam. Namun, ada beberapa waktu yang dianggap lebih utama (afdhal) untuk melaksanakannya, yaitu:
- Sepertiga Malam Terakhir: Ini adalah waktu paling mustajab untuk berdoa. Suasana yang hening dan khusyuk membantu kita untuk lebih fokus dalam berkomunikasi dengan Allah.
- Di antara Adzan dan Iqamah: Doa yang dipanjatkan di antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak.
- Setelah Shalat Fardhu: Sembari berdzikir setelah shalat wajib, Anda bisa melanjutkan dengan shalat istikharah.
Penting untuk dihindari adalah waktu-waktu yang diharamkan untuk shalat, yaitu:
- Setelah shalat Subuh hingga matahari terbit setinggi tombak.
- Ketika matahari tepat berada di tengah-tengah (tengah hari) hingga sedikit condong ke barat.
- Setelah shalat Ashar hingga matahari terbenam sempurna.
Setelah Istikharah, Lalu Apa? Memahami Jawaban Allah
Ini adalah bagian yang paling sering disalahpahami oleh banyak orang. Banyak yang mengira bahwa jawaban istikharah pasti datang melalui mimpi. Ini adalah anggapan yang tidak sepenuhnya benar dan tidak memiliki dasar yang kuat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa setelah istikharah, seseorang hendaknya melakukan apa yang hatinya merasa lapang untuk melakukannya. Jawaban dari Allah tidak selalu berbentuk hal-hal mistis atau luar biasa. Ia seringkali datang dalam bentuk yang sangat alami dan logis. Berikut adalah beberapa cara Allah memberikan petunjuk-Nya:
1. Kemantapan dan Ketenangan Hati (Syarh al-Sadr)
Bentuk jawaban yang paling umum adalah munculnya perasaan tenang, lapang, dan mantap terhadap salah satu pilihan. Keraguan yang tadinya berkecamuk perlahan sirna, digantikan oleh keyakinan untuk melangkah ke satu arah. Sebaliknya, jika suatu pilihan terasa berat, menimbulkan was-was, dan membuat hati tidak tenang, itu bisa menjadi isyarat bahwa pilihan tersebut bukanlah yang terbaik.
2. Kemudahan dalam Proses (Taisir al-Umur)
Perhatikanlah jalan yang dimudahkan oleh Allah. Jika setelah istikharah Anda mendapati salah satu pilihan jalannya menjadi mulus, rintangan-rintangan seolah sirna, dan banyak pertolongan datang, ini adalah pertanda yang sangat kuat. Sebaliknya, jika jalan menuju pilihan lain terasa sangat sulit, banyak hambatan tak terduga, dan pintu-pintu seolah tertutup, maka ini adalah cara Allah memalingkan Anda dari pilihan tersebut.
3. Melalui Nasihat Orang Lain (Istisyarah)
Terkadang, petunjuk Allah datang melalui lisan orang lain. Setelah istikharah, cobalah berdiskusi (istisyarah atau musyawarah) dengan orang yang Anda percayai, yang shalih, dan memiliki ilmu atau pengalaman dalam bidang tersebut. Seringkali, nasihat yang tulus dari mereka adalah cerminan dari petunjuk yang Allah kirimkan untuk Anda.
4. Mimpi yang Baik (Ru'ya Shalihah)
Meskipun bukan yang utama, jawaban melalui mimpi bisa saja terjadi. Namun, mimpi ini haruslah mimpi yang baik (bukan bunga tidur atau dari setan) dan seringkali membutuhkan orang yang alim untuk menafsirkannya. Jangan menjadikan mimpi sebagai satu-satunya patokan. Jika mimpi itu selaras dengan kemantapan hati dan kemudahan urusan, maka ia bisa menjadi penguat.
Penting: Istikharah Bukan untuk Berdiam Diri
Setelah melaksanakan shalat istikharah, jangan hanya duduk pasif menunggu "wangsit". Anda harus tetap melanjutkan ikhtiar. Lakukanlah apa yang menurut Anda paling condong dan logis setelah berdoa. Serahkan hasilnya kepada Allah. Inilah inti dari tawakal. Anda berikhtiar dengan melakukan shalat istikharah dan mengambil langkah, kemudian Anda bertawakal atas apa pun hasilnya, yakin bahwa itulah yang terbaik dari Allah.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) Seputar Istikharah
Bolehkah melakukan istikharah lebih dari sekali untuk urusan yang sama?
Para ulama memperbolehkannya. Jika setelah istikharah pertama Anda masih merasa sangat ragu dan belum ada kemantapan sama sekali, tidak ada larangan untuk mengulanginya. Ini menunjukkan kesungguhan Anda dalam memohon petunjuk kepada Allah. Ulangi beberapa kali hingga hati Anda merasa lebih tenang dan mantap.
Apakah doa istikharah harus dibaca setelah shalat? Bolehkah doanya saja?
Yang paling utama (afdhal) adalah melakukan shalat dua rakaat terlebih dahulu, sebagaimana yang diajarkan dalam hadits Jabir bin Abdillah. Namun, dalam kondisi tertentu di mana seseorang tidak memungkinkan untuk shalat (misalnya sedang haid bagi wanita, atau dalam perjalanan yang sulit), para ulama memperbolehkan untuk membaca doanya saja. Ini didasarkan pada keumuman perintah untuk berdoa. Namun, tetap usahakan untuk melakukannya dengan shalat jika memungkinkan.
Bolehkah orang lain melakukan istikharah untuk kita?
Istikharah adalah ibadah yang bersifat personal, sebuah hubungan langsung antara hamba dengan Rabb-nya. Haditsnya pun menggunakan redaksi "Jika salah seorang di antara kalian...", yang menunjukkan bahwa yang berkepentinganlah yang seharusnya melakukannya. Tidak ada dalil yang mencontohkan Rasulullah atau para sahabat melakukan istikharah untuk orang lain. Namun, Anda boleh meminta orang shalih untuk mendoakan Anda agar diberi petunjuk, tetapi istikharahnya tetap Anda lakukan sendiri.
Bagaimana jika saya dihadapkan lebih dari dua pilihan?
Anda bisa melakukan shalat istikharah untuk setiap pilihan secara terpisah. Atau, Anda bisa melakukan satu kali shalat istikharah dengan niat memohon petunjuk untuk memilih yang terbaik di antara semua pilihan yang ada, kemudian menyebutkannya secara umum dalam doa.
Apakah istikharah boleh dilakukan untuk perkara yang wajib atau haram?
Tidak. Istikharah hanya dilakukan untuk perkara-perkara yang mubah (diperbolehkan) atau sunnah yang saling bertentangan (misalnya, memilih antara berhaji atau merawat orang tua yang sakit). Tidak perlu istikharah untuk melakukan shalat fardhu, dan haram hukumnya istikharah untuk melakukan perbuatan maksiat (misalnya, "Apakah saya harus mencuri atau tidak?").
Apa bedanya Istikharah dan Istisyarah?
Keduanya saling melengkapi. Istikharah adalah meminta petunjuk kepada Al-Khaliq (Sang Pencipta). Istisyarah adalah meminta nasihat kepada makhluk (manusia yang ahli dan terpercaya). Adab yang baik adalah menggabungkan keduanya. Lakukan istikharah untuk memohon petunjuk dari langit, dan lakukan istisyarah untuk mendapatkan masukan dan pertimbangan dari bumi. Dengan begitu, keputusan Anda akan didasari oleh bimbingan ilahi dan pertimbangan manusiawi yang matang.
Penutup: Keindahan Berserah Diri
Shalat istikharah adalah hadiah terindah dari Allah untuk hamba-Nya yang sedang dilanda kebingungan. Ia adalah jangkar yang menenangkan jiwa di tengah badai keraguan. Dengan istikharah, kita diajarkan untuk tidak bersandar pada kecerdasan kita yang terbatas, melainkan berserah pada ilmu Allah yang tak bertepi.
Apapun hasil dari istikharah Anda, terimalah dengan hati yang lapang dan ridha. Yakinlah bahwa skenario yang Allah pilihkan adalah yang terbaik, bahkan jika pada awalnya terasa tidak sesuai dengan keinginan kita. Boleh jadi, di balik penundaan ada perlindungan. Boleh jadi, di balik penolakan ada anugerah yang lebih besar menanti. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Maka, saat persimpangan jalan kembali menghadang, janganlah ragu. Bentangkan sajadahmu, dirikanlah shalat, dan adukan segala kebimbanganmu dalam doa shalat istikharah. Serahkan kemudi hidupmu kepada-Nya, karena nahkoda terbaik bagi kapal kehidupan ini hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala.