Doa Sesudah Membaca Surat Al Waqiah
Amalan spiritual untuk mendekatkan diri dan memohon kelapangan rezeki.
Surat Al Waqiah, surat ke-56 dalam Al-Quran, dikenal luas sebagai surat yang memiliki fadhilah atau keutamaan luar biasa, terutama dalam hal kelapangan rezeki dan perlindungan dari kefakiran. Banyak umat Islam yang mengamalkan pembacaan surat ini secara rutin, baik setiap malam, setelah shalat subuh, maupun pada waktu-waktu mustajab lainnya. Setelah menyelesaikan pembacaan 96 ayat yang penuh makna ini, dianjurkan untuk menyempurnakannya dengan memanjatkan doa khusus. Doa ini berfungsi sebagai penutup yang merangkum permohonan, harapan, dan penyerahan diri secara total kepada Allah SWT, Sang Maha Pemberi Rezeki.
Mengamalkan doa sesudah membaca Surat Al Waqiah bukanlah sekadar ritual tanpa makna. Ia adalah manifestasi dari pemahaman mendalam seorang hamba terhadap isi kandungan surat tersebut. Surat Al Waqiah dengan gamblang memaparkan tentang kepastian hari kiamat, pembagian tiga golongan manusia, kenikmatan surga, dan kengerian neraka. Di dalamnya juga terkandung ayat-ayat yang menegaskan kekuasaan mutlak Allah dalam menciptakan, menghidupkan, mematikan, dan memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Dengan membaca surat ini, hati kita diingatkan kembali akan kebesaran Allah dan kefanaan dunia. Maka, doa yang dipanjatkan setelahnya menjadi lebih khusyuk, tulus, dan penuh keyakinan.
Bacaan Doa Sesudah Surat Al Waqiah
Berikut adalah bacaan doa yang masyhur dan sering diamalkan oleh para ulama dan kaum muslimin setelah selesai membaca Surat Al Waqiah. Doa ini mencakup permohonan ampunan, permintaan rezeki yang halal, serta perlindungan dari segala kesulitan dunia dan akhirat.
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ سُوْرَةِ الْوَاقِعَةِ وَأَسْرَارِهَا، أَنْ تُيَسِّرَ لِيْ رِزْقِي كَمَا يَسَّرْتَهُ لِكَثِيْرٍ مِنْ خَلْقِكَ، يَا اَللهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صُنْ وُجُوْهَنَا بِالْيَسَارِ وَلاَ تُوْهِنَّا بِاْلاِقْتَارِ فَنَسْتَرْزِقَ طَالِبِيْ رِزْقِكَ وَنَسْتَعْطِفَ شِرَارَ خَلْقِكَ وَنَشْتَغِلَ بِحَمْدِ مَنْ اَعْطَانَا وَنُبْتَلَى بِذَمِّ مَنْ مَنَعَنَا وَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِ ذَلِكَ كُلِّهِ اَهْلُ اْلعَطَاءِ وَاْلمَنْعِ. اَللَّهُمَّ كَمَا صُنْتَ وُجُوْهَنَا عَنِ السُّجُوْدِ اِلاَّ لَكَ فَصُنَّا عَنِ الْحَاجَاتِ اِلاَّ اِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَا اَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Allahumma inni as'aluka bihaqqi suuratil waaqi'ati wa asraarihaa, an tuyassira lii rizqii kamaa yassartahu li katsiirin min khalqika, yaa Allahu yaa rabbal 'aalamiin. Allahumma shun wujuuhanaa bil yasaari wa laa tuuhinnaa bil iqtaari fanastarziqa thaalibii rizqika wa nasta'thifa syiraara khalqika wa nasytaghila bihamdi man a'thaanaa wa nubtalaa bidzammi man mana'anaa wa anta min waraa'i dzaalika kullihi ahlul 'athaa'i wal man'i. Allahumma kamaa shunta wujuuhanaa 'anis sujuudi illaa laka fashunnaa 'anil haajaati illaa ilaika bijuudika wa karamika wa fadhlika yaa arhamar raahimiin. Allahumma in kaana rizqii fis samaa'i fa anzilhu wa in kaana fil ardhi fa akhrijhu wa in kaana mu'assaran fayassirhu wa in kaana haraaman fathahhirhu wa in kaana ba'iidan faqarribhu bihaqqi dhuhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa aataita 'ibaadakash shaalihiin.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan hak Surat Al Waqiah dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya, agar Engkau memudahkan rezekiku sebagaimana Engkau telah memudahkannya bagi banyak dari makhluk-Mu, wahai Allah, wahai Tuhan semesta alam. Ya Allah, jagalah wajah kami dengan kemudahan (rezeki) dan jangan hinakan kami dengan kesempitan, sehingga kami harus mencari rezeki dari para pencari rezeki-Mu, dan meminta belas kasihan dari makhluk-Mu yang jahat, serta kami disibukkan dengan memuji orang yang memberi kami dan diuji dengan mencela orang yang mencegah (memberi) kami, padahal Engkau di balik semua itu adalah yang berhak memberi dan mencegah. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menjaga wajah kami dari bersujud kecuali kepada-Mu, maka jagalah kami dari kebutuhan (meminta-minta) kecuali kepada-Mu, dengan kedermawanan-Mu, kemuliaan-Mu, dan anugerah-Mu, wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih. Ya Allah, jika rezekiku berada di langit, maka turunkanlah. Jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah. Jika sulit, maka mudahkanlah. Jika haram, maka sucikanlah. Jika jauh, maka dekatkanlah, dengan hak waktu dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu. Berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."
Memahami Makna Mendalam di Balik Doa
Doa yang dipanjatkan ini bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pengakuan total atas kekuasaan Allah. Mari kita bedah beberapa bagian penting dari doa tersebut:
1. Bertawassul dengan Surat Al Waqiah
Doa dimulai dengan kalimat "bihaqqi suuratil waaqi'ati wa asraarihaa" (dengan hak Surat Al Waqiah dan rahasia-rahasianya). Ini adalah bentuk tawassul, yaitu menjadikan amal shalih (membaca Al-Quran) sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita meyakini bahwa surat ini memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah, dan dengan membacanya, kita berharap doa kita lebih didengar dan dikabulkan.
2. Memohon Kemudahan Rezeki
Inti permohonan adalah "an tuyassira lii rizqii" (agar Engkau memudahkan rezekiku). Permintaan ini disandarkan pada pengalaman Allah yang telah memudahkan rezeki bagi makhluk-makhluk-Nya yang tak terhitung jumlahnya. Ini menunjukkan keyakinan bahwa Allah yang mampu memberi rezeki kepada burung di udara dan ikan di lautan, tentu lebih mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan hamba-Nya yang berdoa.
3. Menjaga Kehormatan Diri
Bagian "Allahumma shun wujuuhanaa bil yasaari wa laa tuuhinnaa bil iqtaari" (Ya Allah, jagalah wajah kami dengan kemudahan dan jangan hinakan kami dengan kesempitan) adalah permohonan yang sangat indah. Kita tidak hanya meminta rezeki, tetapi juga meminta agar rezeki itu datang dengan cara yang terhormat, tanpa harus merendahkan diri kepada sesama manusia, meminta-minta, atau bergantung pada belas kasihan orang lain. Ini adalah doa untuk menjaga 'iffah (harga diri) seorang muslim.
4. Penegasan Tauhid dalam Rezeki
Kalimat "wa anta min waraa'i dzaalika kullihi ahlul 'athaa'i wal man'i" (padahal Engkau di balik semua itu adalah yang berhak memberi dan mencegah) adalah puncak dari tauhid. Ini adalah pengakuan bahwa meskipun rezeki bisa datang melalui perantara manusia, hakikatnya pemberi dan pencegah rezeki hanyalah Allah semata. Ini membersihkan hati dari ketergantungan kepada makhluk dan memfokuskannya hanya kepada Al-Khaliq.
5. Doa Komprehensif tentang Rezeki
Bagian terakhir doa ini sangat komprehensif. Mencakup semua kemungkinan di mana rezeki kita berada: di langit (rizeki yang belum turun seperti hujan atau ilham), di bumi (hasil panen, tambang, atau pekerjaan), yang sulit (banyak rintangan), yang haram (agar disucikan dan diganti yang halal), atau yang jauh (agar didekatkan). Ini adalah bentuk kepasrahan total, bahwa di manapun rezeki itu berada, hanya Allah yang mampu mendatangkannya dengan kekuasaan-Nya.
Keutamaan Mengamalkan Surat Al Waqiah dan Doanya
Menggabungkan amalan membaca Surat Al Waqiah dengan doanya secara istiqamah diyakini membawa banyak sekali keutamaan dalam kehidupan seorang muslim. Keutamaan ini tidak hanya terbatas pada aspek materi, tetapi juga mencakup spiritual dan mental.
- Perlindungan dari Kefakiran: Ini adalah keutamaan yang paling terkenal, didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa oleh kefakiran selamanya." (HR. Al-Baihaqi). Meskipun sebagian ulama memperdebatkan status hadits ini, banyak yang tetap mengamalkannya sebagai bentuk harapan baik (raja') kepada Allah.
- Pengingat akan Akhirat: Surat Al Waqiah adalah pengingat yang sangat kuat tentang kepastian Hari Kiamat. Deskripsi terperinci tentang surga dan neraka dapat melembutkan hati yang keras, meningkatkan rasa takut (khauf) kepada siksa Allah, dan memperbesar harapan (raja') akan rahmat-Nya. Ini membantu meluruskan kembali orientasi hidup dari duniawi menjadi ukhrawi.
- Memperkuat Iman dan Tauhid: Ayat-ayat yang berbicara tentang kekuasaan Allah dalam penciptaan (air mani, tanaman, air, api) adalah bukti nyata yang tak terbantahkan akan keesaan dan kebesaran-Nya. Merenungkan ayat-ayat ini akan memperkokoh pilar-pilar tauhid dalam hati seorang mukmin.
- Sumber Ketenangan Jiwa: Di tengah ketidakpastian hidup dan kekhawatiran akan masa depan, membaca Al Waqiah dan doanya memberikan ketenangan. Hati menjadi tenteram karena menyadari bahwa urusan rezeki berada sepenuhnya dalam genggaman Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pemurah.
- Membuka Pintu Rezeki yang Tak Terduga: Keyakinan penuh kepada Allah sebagai Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) yang ditanamkan melalui surat ini akan mendorong seseorang untuk terus berusaha sambil bertawakal. Kombinasi ikhtiar dan tawakal inilah yang seringkali menjadi kunci terbukanya pintu-pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Tadabbur Mendalam: Menyelami Samudra Makna Surat Al Waqiah
Untuk memaksimalkan manfaat dari amalan ini, penting bagi kita untuk tidak hanya membaca lafadznya, tetapi juga mencoba memahami dan merenungkan (tadabbur) isi kandungannya. Surat ini secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa bagian tematik yang saling berkaitan.
Bagian Pertama: Kepastian Kiamat dan Tiga Golongan Manusia (Ayat 1-56)
Surat ini dibuka dengan penegasan yang dahsyat tentang datangnya Hari Kiamat: "Apabila terjadi hari kiamat, tidak ada seorangpun yang dapat mendustakan kejadiannya." (QS. Al-Waqiah: 1-2). Kemudian, Allah menjelaskan bahwa pada hari itu, manusia akan terbagi menjadi tiga golongan utama:
- As-Sabiqun (Orang-orang yang terdahulu beriman): Mereka adalah golongan terdepan, para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih pilihan. Balasan untuk mereka adalah kenikmatan surga tertinggi, digambarkan dengan sangat detail: dipan bertahtakan emas dan permata, dilayani oleh anak-anak muda yang kekal, disuguhi minuman yang tidak memabukkan, buah-buahan, daging burung, serta bidadari-bidadari yang suci.
- Ashabul Yamin (Golongan Kanan): Mereka adalah kaum mukminin secara umum yang menerima catatan amal mereka dengan tangan kanan. Kenikmatan surga untuk mereka juga luar biasa: berada di antara pohon bidara yang tak berduri, pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang tercurah, dan buah-buahan yang melimpah.
- Ashabul Syimal (Golongan Kiri): Mereka adalah orang-orang kafir dan pendosa yang menerima catatan amal dengan tangan kiri. Azab bagi mereka digambarkan dengan sangat mengerikan: berada dalam siksaan angin yang amat panas dan air yang mendidih, serta naungan dari asap yang hitam pekat, yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Makanan mereka adalah dari pohon zaqqum yang pahit dan minuman mereka adalah air mendidih.
Merenungkan bagian ini akan membuat kita bertanya pada diri sendiri: "Di golongan manakah aku ingin berada?" Ini menjadi motivasi terkuat untuk terus memperbaiki diri, meningkatkan amal ibadah, dan menjauhi segala larangan Allah.
Bagian Kedua: Bukti Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 57-74)
Setelah menggambarkan akhirat, Allah SWT mengajak manusia untuk menggunakan akal dan logikanya dengan memaparkan bukti-bukti kekuasaan-Nya yang ada di sekitar kita. Ini adalah argumen rasional untuk menguatkan iman.
- Penciptaan Manusia: "Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?" (QS. Al-Waqiah: 58-59). Ayat ini menantang manusia untuk merenungkan asal-usulnya yang hina dari setetes air mani, yang kemudian dibentuk menjadi makhluk sempurna oleh Allah.
- Proses Pertanian: "Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?" (QS. Al-Waqiah: 63-64). Ayat ini mengingatkan bahwa petani hanya bisa menanam, namun yang menumbuhkan, memberi unsur hara, menurunkan hujan, dan menyinari dengan matahari adalah mutlak kekuasaan Allah. Dialah sumber rezeki yang hakiki.
- Air yang Diminum: "Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya?" (QS. Al-Waqiah: 68-69). Air adalah sumber kehidupan, dan Allah menegaskan bahwa Dialah yang mengaturnya.
- Api yang Dinyalakan: "Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?" (QS. Al-Waqiah: 71-72). Bahkan api, sebuah elemen dasar, berasal dari proses yang diciptakan oleh Allah.
Rangkaian pertanyaan retoris ini bertujuan untuk menyadarkan manusia bahwa segala aspek kehidupannya, termasuk sumber rezekinya, bergantung sepenuhnya pada Allah SWT. Kesadaran inilah yang menjadi fondasi utama saat kita memanjatkan doa memohon rezeki setelah membaca surat ini.
Bagian Ketiga: Kedudukan Al-Quran dan Realitas Kematian (Ayat 75-96)
Pada bagian akhir, Allah bersumpah dengan posisi bintang-bintang untuk menegaskan kemuliaan dan kesucian Al-Quran. "Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan." (QS. Al-Waqiah: 77-79). Ini mengingatkan kita akan adab dalam berinteraksi dengan Al-Quran, baik secara fisik (bersuci) maupun batin (hati yang bersih).
Surat ini ditutup dengan gambaran sakaratul maut, sebuah realitas yang pasti akan dihadapi setiap jiwa. Ketika nyawa sampai di kerongkongan, tidak ada seorang pun yang mampu menolong selain Allah. Di saat itulah, manusia akan kembali terbagi menjadi tiga golongan yang sama seperti di awal surat, menegaskan konsistensi pesan ilahi. Penutup ini adalah klimaks yang menggetarkan, membawa kita kembali pada kesadaran akan akhir perjalanan hidup dan pentingnya mempersiapkan bekal.
Waktu dan Adab Mengamalkan Doa
Untuk meraih keberkahan maksimal, amalan membaca Surat Al Waqiah dan doanya sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan adab-adab berikut:
- Niat yang Ikhlas: Lakukan amalan ini semata-mata karena Allah, untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan mengharap ridha-Nya, bukan hanya karena tujuan duniawi.
- Dalam Keadaan Suci: Berwudhulah sebelum membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan terhadap kalamullah.
- Pilih Waktu Mustajab: Waktu yang dianjurkan antara lain setelah shalat Maghrib atau Isya, atau di sepertiga malam terakhir saat Allah turun ke langit dunia. Namun, membacanya kapan pun tetap baik.
- Baca dengan Tartil: Bacalah ayat-ayat Al-Quran dengan perlahan, jelas, dan sesuai kaidah tajwid. Jangan terburu-buru.
- Penuh Penghayatan: Usahakan untuk memahami arti dari ayat yang dibaca dan doa yang dipanjatkan. Hadirkan hati dan pikiran sepenuhnya.
- Istiqamah: Kunci dari sebuah amalan adalah konsistensi. Melakukannya setiap hari, meskipun hanya sekali, lebih baik daripada melakukannya banyak tapi hanya sesekali.
Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa Surat Al Waqiah dan doanya adalah wasilah atau sarana. Hakikat terkabulnya doa dan datangnya rezeki tetaplah mutlak kehendak Allah SWT. Tugas kita sebagai hamba adalah berikhtiar (berusaha) secara lahiriah dengan bekerja dan berusaha, serta berikhtiar secara batiniah dengan berdoa dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan menggabungkan kedua ikhtiar ini, insya Allah pintu-pintu kebaikan, keberkahan, dan rezeki yang lapang akan dibukakan oleh-Nya. Semoga kita semua termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa istiqamah dalam beribadah dan selalu berada dalam naungan rahmat-Nya.