Shalat adalah tiang agama, sebuah dialog suci antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya sarat akan makna, membentang dari takbiratul ihram hingga salam penutup. Di antara momen-momen krusial tersebut, terdapat satu waktu yang sangat istimewa, sebuah jeda singkat yang penuh berkah sebelum kita mengakhiri shalat. Waktu itu adalah setelah membaca tasyahud akhir dan shalawat Ibrahimiyah, tepat sebelum mengucapkan salam. Inilah "golden time" di mana pintu langit terbuka lebar dan doa seorang hamba memiliki potensi besar untuk diijabah.
Rasulullah Muhammad ﷺ, sebagai teladan terbaik bagi umat manusia, tidak pernah melewatkan kesempatan emas ini. Beliau mengajarkan kepada umatnya sebuah doa perlindungan yang komprehensif, sebuah perisai spiritual yang mencakup perlindungan dari ancaman-ancaman terbesar yang dapat menimpa seorang mukmin di dunia, di alam kubur, hingga di akhirat kelak. Membaca doa sebelum salam tahiyat akhir bukan sekadar amalan sunnah, melainkan sebuah deklarasi kelemahan diri di hadapan kekuatan Allah, sebuah pengakuan bahwa hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan dari segala fitnah dan azab yang mengerikan.
Doa Perlindungan Utama dari Empat Perkara
Doa yang paling masyhur dan paling sering diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk dibaca sebelum salam adalah doa yang memohon perlindungan dari empat perkara besar. Doa ini diriwayatkan dalam banyak hadits shahih, salah satunya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai dari tasyahud akhir, maka hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara: (dengan mengucapkan) Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal." (HR. Muslim)
Doa ini adalah sebuah benteng yang kita bangun dalam setiap shalat. Mari kita resapi setiap kalimatnya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allahumma inni a'udzu bika min 'adzabi jahannam, wa min 'adzabil qobri, wa min fitnatil mahya wal mamat, wa min syarri fitnatil masihid dajjal.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
Keempat permohonan perlindungan ini bukanlah permintaan yang sembarangan. Masing-masing mewakili sebuah dimensi ujian dan ancaman yang sangat fundamental bagi keimanan seorang muslim. Mari kita selami makna mendalam di balik setiap permohonan ini.
1. Perlindungan dari Siksa Neraka Jahannam (عَذَابِ جَهَنَّمَ)
Permohonan pertama adalah memohon perlindungan dari siksa neraka Jahannam. Ini ditempatkan di urutan pertama karena merupakan puncak dari segala kesengsaraan dan azab yang abadi. Neraka bukanlah sebuah konsep abstrak atau metafora, melainkan sebuah kenyataan hakiki yang digambarkan dengan sangat jelas dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (QS. Al-Furqan: 66).
Meminta perlindungan dari neraka adalah wujud dari rasa takut (khauf) kita kepada Allah, sebuah pengakuan atas keadilan-Nya yang mutlak. Rasa takut ini bukanlah rasa takut yang melumpuhkan, melainkan rasa takut yang mendorong kita untuk semakin taat, menjauhi larangan-Nya, dan bersemangat dalam menjalankan perintah-Nya. Ketika kita mengucapkan "Allahumma inni a'udzu bika min 'adzabi jahannam," kita sedang mengakui:
- Kelemahan Diri: Kita sadar bahwa amal ibadah kita, seberapa pun banyaknya, mungkin tidak akan pernah cukup untuk membeli surga atau menyelamatkan kita dari neraka tanpa rahmat dan ampunan Allah. Kita adalah makhluk yang penuh dosa dan kelalaian.
- Kengerian Siksa Neraka: Al-Qur'an menggambarkan siksa neraka dengan detail yang membuat bulu kuduk merinding. Bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Minumannya adalah air mendidih yang menghancurkan isi perut (hamim) dan nanah (ghassaq). Makanannya adalah pohon Zaqqum yang buahnya seperti kepala setan. Pakaiannya terbuat dari api. Setiap kali kulit mereka hangus, Allah menggantinya dengan kulit yang baru agar mereka merasakan azab secara terus-menerus. Membayangkan ini semua membuat seorang mukmin gemetar dan tulus memohon perlindungan.
- Tujuan Hidup: Permohonan ini mengingatkan kita akan tujuan akhir kehidupan, yaitu meraih ridha Allah dan selamat dari murka-Nya. Ini meluruskan kembali orientasi hidup kita yang sering kali tersesat oleh gemerlap duniawi. Kita diingatkan bahwa kenikmatan dunia hanyalah sementara, sedangkan balasan di akhirat adalah abadi.
Dengan memohon perlindungan dari neraka di setiap shalat, kita secara konsisten menanamkan kesadaran akhirat dalam jiwa kita. Ini menjadi rem yang kuat untuk menahan kita dari perbuatan maksiat dan menjadi pendorong semangat untuk terus beramal shalih.
2. Perlindungan dari Siksa Kubur (عَذَابِ الْقَبْرِ)
Permohonan kedua adalah perlindungan dari siksa kubur. Alam kubur, atau yang dikenal sebagai Alam Barzakh, adalah fase pertama dari kehidupan akhirat. Ia adalah gerbang yang harus dilalui setiap jiwa setelah kematian. Kehidupan di alam kubur bisa menjadi taman di antara taman-taman surga (raudhah min riyadhil jannah) atau jurang di antara jurang-jurang neraka (hufrah min hufarin naar). Ini adalah keyakinan yang fundamental dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Nabi Muhammad ﷺ seringkali mengingatkan para sahabatnya tentang dahsyatnya alam kubur. 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu ‘anhu, jika berdiri di dekat sebuah kuburan, akan menangis hingga janggutnya basah. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab bahwa beliau mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya kubur adalah persinggahan pertama dari persinggahan-persinggahan akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka setelahnya akan lebih mudah. Namun, jika ia tidak selamat darinya, maka setelahnya akan lebih berat."
Memohon perlindungan dari siksa kubur mencakup beberapa aspek penting:
- Fitnah Kubur: Ujian pertama di alam kubur adalah pertanyaan dari dua malaikat, Munkar dan Nakir. Mereka akan mendudukkan si mayit dan bertanya: "Siapa Rabb-mu? Apa agamamu? Siapa nabimu?" Bagi seorang mukmin yang istiqamah, Allah akan memberikan keteguhan untuk menjawab dengan lancar. Namun bagi orang kafir dan munafik, mereka akan tergagap kebingungan. Kegagalan menjawab pertanyaan ini adalah awal dari azab yang pedih.
- Himpitan Kubur: Diriwayatkan bahwa kubur akan menghimpit penghuninya. Bagi orang mukmin, himpitan itu laksana pelukan seorang ibu yang penuh kasih. Namun bagi pendosa, himpitan itu akan meremukkan tulang-belulang mereka.
- Azab yang Nyata: Siksa kubur adalah azab yang bersifat fisik dan spiritual. Para penghuninya akan diperlihatkan tempat duduk mereka di neraka setiap pagi dan petang, menambah penderitaan dan penyesalan mereka hingga hari kiamat tiba.
Ketika kita memohon, "wa min 'adzabil qobri," kita sedang memohon kepada Allah agar menjadikan kubur kita sebagai tempat peristirahatan yang nyaman, agar kita diberi keteguhan lisan saat ditanya oleh malaikat, dan agar kita dilindungi dari segala kengerian yang ada di dalamnya. Ini adalah permohonan untuk transisi yang damai dari dunia menuju akhirat.
3. Perlindungan dari Fitnah Kehidupan dan Kematian (فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ)
Permohonan ketiga ini bersifat sangat luas dan mencakup seluruh rentang eksistensi kita di dunia hingga detik-detik terakhir kehidupan. "Fitnah" secara bahasa berarti ujian, cobaan, atau godaan yang dapat menggoyahkan keimanan. Permohonan ini terbagi menjadi dua bagian:
A. Fitnah Kehidupan (Fitnatul Mahya)
Ini adalah segala bentuk ujian dan godaan yang kita hadapi selama kita masih bernapas di muka bumi. Fitnah kehidupan datang dalam berbagai bentuk, dan tidak ada seorang pun yang luput darinya. Memohon perlindungan dari fitnah ini berarti kita meminta kekuatan kepada Allah untuk menghadapi:
- Fitnah Syahwat (Godaan Keinginan): Ini adalah godaan yang berkaitan dengan hawa nafsu, seperti fitnah harta, tahta, dan wanita (atau lawan jenis). Harta bisa membuat seseorang menjadi kikir, sombong, dan lalai dari Allah. Tahta bisa menjerumuskan ke dalam kezaliman dan kesewenang-wenangan. Godaan syahwat bisa membawa kepada perbuatan zina dan segala bentuk kemaksiatan yang merusak. Kita memohon agar Allah menjaga pandangan, pendengaran, lisan, dan kemaluan kita dari hal-hal yang haram.
- Fitnah Syubhat (Godaan Keraguan): Ini adalah ujian yang menyerang akal dan keyakinan. Berupa pemikiran-pemikiran sesat, ideologi yang menyimpang, keraguan terhadap ajaran Islam, atau bisikan-bisikan yang membuat kita ragu akan keberadaan Allah, kebenaran Al-Qur'an, dan kenabian Muhammad ﷺ. Di zaman modern, fitnah syubhat menyebar dengan sangat cepat melalui berbagai media. Kita memohon agar Allah meneguhkan hati kita di atas kebenaran dan melindungi akal kita dari kesesatan.
- Fitnah Musibah: Ujian berupa kesusahan, seperti kemiskinan, penyakit, kehilangan orang yang dicintai, atau bencana alam. Fitnah ini menguji kesabaran dan keikhlasan kita. Tanpa pertolongan Allah, seseorang bisa jatuh ke dalam keputusasaan, keluh kesah, bahkan menyalahkan takdir. Kita memohon agar Allah memberikan kita kesabaran yang indah (shabran jamilan) saat ditimpa musibah.
- Fitnah Kesenangan: Ujian berupa kenikmatan, seperti kekayaan, kesehatan yang prima, dan kesuksesan. Seringkali fitnah ini lebih berbahaya karena bisa membuat seseorang lupa diri, sombong, dan lalai untuk bersyukur. Kita memohon agar Allah menjadikan kita hamba yang pandai bersyukur (syakur) atas segala nikmat-Nya.
B. Fitnah Kematian (Fitnatul Mamat)
Ini adalah ujian yang terjadi pada saat-saat paling kritis dalam hidup seorang manusia, yaitu ketika ruh akan dicabut dari jasad (sakaratul maut). Di momen yang sangat lemah dan rentan ini, setan akan datang dengan upaya terakhirnya untuk menyesatkan manusia. Fitnah kematian mencakup:
- Godaan Setan di Akhir Hayat: Diriwayatkan bahwa setan akan datang menjelma sebagai orang-orang terdekat (seperti ayah atau ibu) yang telah meninggal, lalu mengajak orang yang sedang sakaratul maut untuk keluar dari Islam dan mengikuti agama lain. Ini adalah ujian keimanan yang paling puncak.
- Kesulitan Mengucapkan Kalimat Tauhid: Ujian berat saat sakaratul maut adalah mampukah lisan ini mengucapkan "Laa ilaaha illallah". Kalimat yang ringan diucapkan saat sehat, bisa menjadi sangat berat di akhir hayat jika selama hidupnya ia jauh dari Allah. Kita memohon agar Allah meringankan lisan kita untuk mengucapkannya sebagai kalimat terakhir.
- Su'ul Khatimah (Akhir yang Buruk): Ini adalah ketakutan terbesar setiap mukmin. Seseorang yang sepanjang hidupnya terlihat baik, bisa saja tergelincir pada akhir hayatnya dan meninggal dalam keadaan maksiat atau kufur. Na'udzubillah. Kita memohon kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah, dalam keadaan beriman dan diridhai-Nya.
Maka, permohonan perlindungan dari fitnah kehidupan dan kematian adalah permintaan agar Allah senantiasa membimbing kita di setiap langkah, menjaga hati kita dari penyimpangan, dan mengakhiri hidup kita dengan sebaik-baik penutup.
4. Perlindungan dari Kejahatan Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal (شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ)
Permohonan terakhir ini adalah perlindungan dari fitnah terbesar yang akan pernah terjadi di muka bumi sejak diciptakannya Nabi Adam hingga hari kiamat. Rasulullah ﷺ sangat menekankan bahaya Dajjal, sampai-sampai tidak ada seorang nabi pun kecuali telah memperingatkan umatnya tentang fitnah Dajjal. Mengapa fitnahnya begitu dahsyat?
Dajjal akan muncul di akhir zaman dengan kemampuan luar biasa yang diizinkan Allah sebagai ujian bagi keimanan manusia. Di antara fitnah-fitnahnya adalah:
- Mengaku sebagai Tuhan: Puncak kesesatannya adalah ketika ia mengaku sebagai Rabb semesta alam. Ia akan menunjukkan "bukti-bukti" untuk mendukung pengakuannya.
- Mengendalikan Alam (dengan Izin Allah): Ia mampu memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan bumi untuk menumbuhkan tanaman. Ia bisa mengeluarkan "harta karun" dari dalam bumi. Ini akan membuat orang-orang yang imannya lemah terperdaya dan mengikutinya.
- Membawa "Surga" dan "Neraka": Nabi ﷺ menjelaskan bahwa Dajjal akan membawa sesuatu yang tampak seperti surga dan neraka. Namun, hakikatnya terbalik. "Surganya" adalah neraka Allah, dan "nerakanya" adalah surga Allah. Seorang mukmin sejati akan memilih untuk masuk ke dalam "neraka" Dajjal untuk mendapatkan surga yang hakiki.
- Kecepatan Gerakannya: Ia akan berkeliling dunia dengan kecepatan super, seperti awan yang ditiup angin, sehingga fitnahnya menyebar ke seluruh penjuru bumi dalam waktu singkat.
Fitnah Dajjal begitu besar karena ia datang pada saat dunia dipenuhi kebodohan tentang agama, dan ia menawarkan solusi instan bagi masalah duniawi (kelaparan, kekeringan). Hanya orang-orang yang memiliki ilmu agama yang kokoh dan iman yang kuat yang akan mampu mengenalinya dan menolak ajakannya. Ciri fisiknya pun telah dijelaskan oleh Nabi ﷺ, seperti matanya buta sebelah dan di antara kedua matanya tertulis huruf ك ف ر (Kafir) yang bisa dibaca oleh setiap mukmin, baik yang bisa membaca aksara maupun tidak.
Dimasukkannya permohonan perlindungan dari Dajjal dalam doa harian di setiap shalat menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini. Meskipun kita mungkin tidak hidup di zaman kemunculannya, doa ini berfungsi sebagai pengingat konstan akan pentingnya memperkuat iman dan aqidah. Doa ini juga menjadi warisan berharga bagi generasi setelah kita yang mungkin akan menghadapi fitnah tersebut secara langsung. Ini adalah wujud kepedulian kita sebagai umat Muhammad ﷺ terhadap keselamatan generasi masa depan.
Doa-Doa Lain yang Dianjurkan Sebelum Salam
Selain doa perlindungan dari empat perkara di atas, terdapat riwayat lain yang menyebutkan doa-doa yang juga dibaca oleh Nabi ﷺ atau diajarkan kepada para sahabatnya untuk dibaca sebelum salam. Ini menunjukkan bahwa waktu tersebut memang waktu yang sangat mustajab untuk berdoa.
1. Doa Memohon Ampunan dan Rahmat
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia menggambarkan shalat Nabi ﷺ, dan di antara yang beliau baca sebelum salam adalah:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Allahummaghfirli ma qoddamtu wa ma akhkhortu, wa ma asrortu wa ma a'lantu, wa ma asroftu, wa ma anta a'lamu bihi minni. Antal muqoddimu wa antal muakhkhiru, laa ilaaha illa anta.
"Ya Allah, ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan dosa-dosa yang aku berlebih-lebihan padanya, serta dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Maha Mengakhirkan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau." (HR. Muslim)
Doa ini adalah pengakuan total atas segala dosa dan kesalahan, baik yang disadari maupun tidak, yang lalu maupun yang akan datang. Ini adalah bentuk kepasrahan dan permohonan ampunan yang menyeluruh.
2. Doa Agar Ditolong dalam Beribadah
Nabi ﷺ pernah berwasiat kepada Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, "Wahai Mu'adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Aku wasiatkan kepadamu, janganlah engkau tinggalkan di akhir setiap shalat untuk mengucapkan:"
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma a'inni 'ala dzikrika, wa syukrika, wa husni 'ibadatik.
"Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadahku kepada-Mu." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i, shahih)
Doa singkat namun padat ini adalah permohonan agar Allah memberikan taufik kepada kita untuk bisa melakukan tiga pilar ibadah yang utama: dzikir (mengingat Allah), syukur (mensyukuri nikmat-Nya), dan ihsan (melakukan ibadah dengan cara terbaik).
3. Doa yang Diajarkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu pernah meminta kepada Rasulullah ﷺ untuk diajarkan sebuah doa yang bisa ia baca dalam shalatnya. Maka Rasulullah ﷺ mengajarkan:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allahumma inni zholamtu nafsi zhulman katsiro, wa la yaghfirudz dzunuba illa anta, faghfirli maghfirotan min 'indika, warhamni, innaka antal ghofurur rohim.
"Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku sendiri, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka berilah ampunan untukku dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seorang Abu Bakar, manusia terbaik setelah para nabi, diajarkan untuk mengakui telah banyak menzalimi diri sendiri, apalagi kita yang bergelimang dosa. Doa ini mengajarkan kerendahan hati yang luar biasa di hadapan Allah.
Hikmah dan Kesimpulan
Membiasakan diri membaca doa-doa ini sebelum salam dalam shalat bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna. Ada hikmah besar di baliknya. Waktu setelah tasyahud akhir adalah momen di mana kita telah memuji Allah (at-tahiyyat), bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ dan Nabi Ibrahim 'alaihissalam, yang merupakan amalan-amalan agung pembuka pintu doa. Maka, berdoa pada saat itu menjadi sangat strategis dan mustajab.
Dengan merutinkan doa ini, kita secara tidak sadar sedang membangun benteng aqidah yang kokoh dalam diri. Setiap hari, lima kali sehari, kita diingatkan tentang realitas neraka, siksa kubur, berbagai fitnah dunia, dan ancaman Dajjal. Ini membuat kita lebih waspada, lebih mawas diri, dan lebih termotivasi untuk senantiasa berada di jalan yang lurus.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk menghafalkan doa-doa ini, terutama doa perlindungan dari empat perkara. Resapilah maknanya, dan ucapkanlah dengan penuh keyakinan dan kekhusyuan di akhir setiap shalat kita. Semoga Allah Ta'ala senantiasa melindungi kita semua dari segala keburukan di dunia dan di akhirat, dan mengumpulkan kita semua di dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan. Aamiin.