Panduan Lengkap Doa Puasa Dzulhijjah, Niat, dan Keutamaannya

Memahami makna dan tata cara ibadah puasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah untuk meraih ampunan dan pahala berlipat ganda.

Bulan Dzulhijjah adalah salah satu dari empat bulan haram (bulan yang dimuliakan) dalam kalender Islam, di samping Dzulqa’dah, Muharram, dan Rajab. Keistimewaan bulan ini terletak pada sepuluh hari pertamanya, yang disebut sebagai hari-hari terbaik sepanjang tahun untuk beramal saleh. Allah SWT bahkan bersumpah demi hari-hari tersebut dalam Al-Qur'an, menandakan betapa agung dan mulianya waktu ini. Salah satu amalan utama yang sangat dianjurkan adalah berpuasa, khususnya pada tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah. Puncaknya adalah Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 dan Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif mengenai doa puasa Dzulhijjah, niat yang benar, serta fadhilah atau keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Memahami niat dan doa dalam setiap ibadah adalah pondasi utama agar amalan kita diterima di sisi Allah SWT. Niat membedakan antara kebiasaan dan ibadah, sementara doa adalah inti dari penghambaan, wujud permohonan dan pengakuan atas kelemahan diri di hadapan Sang Pencipta. Oleh karena itu, meluangkan waktu untuk mempelajari lafadz niat yang benar dan doa-doa yang menyertainya adalah langkah awal yang sangat penting bagi siapa pun yang ingin menghidupkan hari-hari mulia di awal Dzulhijjah dengan ibadah puasa.

Keagungan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Sebelum kita menyelami lebih dalam tentang doa puasa Dzulhijjah, penting untuk memahami mengapa periode ini begitu istimewa. Banyak dalil dari Al-Qur'an dan Hadits yang menegaskan keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Fajr ayat 1-2:

"Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh."

Para ahli tafsir, seperti Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa "malam yang sepuluh" yang dimaksud dalam ayat ini adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Sumpah Allah ini menunjukkan betapa besar dan agungnya kedudukan waktu tersebut. Di waktu inilah terkumpul ibadah-ibadah besar yang tidak ada pada waktu lain, seperti shalat, puasa, sedekah, dan puncak dari ibadah haji yaitu wukuf di Arafah.

Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas RA:

"Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari pertama Dzulhijjah)." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?" Beliau menjawab, "Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatu pun darinya."

Hadits ini menjadi landasan utama betapa setiap amal kebaikan yang dilakukan pada periode ini memiliki nilai yang luar biasa. Pahala dilipatgandakan, dan pintu ampunan dibuka selebar-lebarnya. Oleh karena itu, kaum muslimin dianjurkan untuk memperbanyak dzikir, takbir, tahmid, tahlil, membaca Al-Qur'an, bersedekah, dan tentu saja, berpuasa.

Memahami Jenis-Jenis Puasa Sunnah di Awal Dzulhijjah

Puasa yang dianjurkan pada awal Dzulhijjah dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yang masing-masing memiliki niat dan keutamaannya sendiri:

  1. Puasa Dzulhijjah (Tanggal 1-7): Ini adalah puasa sunnah umum yang dilakukan pada tujuh hari pertama bulan Dzulhijjah. Melaksanakannya termasuk dalam kategori "amal saleh" yang sangat dicintai Allah pada hari-hari tersebut.
  2. Puasa Tarwiyah (Tanggal 8): Puasa ini memiliki nama khusus, yaitu "Tarwiyah", yang secara harfiah berarti "merenung" atau "mengambil bekal air". Dinamakan demikian karena pada hari ini, para jamaah haji mulai bersiap-siap dan mengambil bekal air untuk perjalanan menuju Arafah.
  3. Puasa Arafah (Tanggal 9): Ini adalah puasa sunnah yang paling utama di antara ketiganya dan sangat ditekankan (sunnah mu'akkadah) bagi orang-orang yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Puasa ini bertepatan dengan waktu para jamaah haji sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah, yang merupakan rukun puncak dari ibadah haji.

Bagi yang mampu, sangat dianjurkan untuk berpuasa selama sembilan hari berturut-turut dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah. Namun, jika tidak mampu, maka jangan sampai melewatkan Puasa Arafah karena keutamaannya yang sangat besar.

Niat dan Doa Puasa Dzulhijjah: Panduan Lengkap

Niat adalah rukun puasa yang harus ada. Letaknya di dalam hati, namun melafadzkannya (talaffuzh) dianjurkan oleh sebagian ulama untuk membantu memantapkan hati. Waktu terbaik untuk berniat puasa sunnah adalah pada malam hari sebelum fajar. Namun, terdapat kelonggaran untuk puasa sunnah, yaitu niat boleh dilakukan pada siang hari selama seseorang belum makan, minum, atau melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar.

1. Niat Puasa Dzulhijjah (Tanggal 1 sampai 7)

Bagi Anda yang ingin melaksanakan puasa dari tanggal 1 hingga 7 Dzulhijjah, berikut adalah lafadz niat yang bisa diucapkan pada malam harinya:

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma syahri dzil hijjati sunnatan lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta'ala."

Anda bisa menggunakan niat ini setiap malam selama tujuh hari pertama. Jika ingin lebih spesifik, bisa juga dengan niat puasa sunnah esok hari secara umum.

2. Niat Puasa Tarwiyah (Tanggal 8 Dzulhijjah)

Pada malam tanggal 8 Dzulhijjah, niat yang dilafadzkan dikhususkan untuk Puasa Tarwiyah. Ini menunjukkan kesadaran kita akan keistimewaan hari tersebut.

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta'ala."

3. Niat Puasa Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah)

Ini adalah niat untuk puasa yang paling agung di bulan Dzulhijjah bagi yang tidak berhaji. Niat ini diucapkan pada malam tanggal 9 Dzulhijjah.

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta'ala."

Penting untuk diingat, esensi niat adalah kehendak di dalam hati untuk berpuasa karena Allah. Lafadz di atas adalah sarana untuk membantu menguatkan niat tersebut. Jika seseorang sudah bertekad di dalam hatinya pada malam hari untuk berpuasa esok hari karena Allah, maka niatnya sudah sah.

Doa Berbuka Puasa: Waktu Mustajab untuk Berdoa

Waktu berbuka adalah salah satu momen paling membahagiakan bagi orang yang berpuasa dan juga merupakan salah satu waktu di mana doa tidak akan tertolak. Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi." (HR. Tirmidzi). Oleh karena itu, manfaatkanlah momen ini untuk memanjatkan doa puasa Dzulhijjah terbaik Anda, baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Berikut adalah doa-doa berbuka puasa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:

Doa Berbuka Puasa Versi Pertama (Umum)

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Latin: Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa'ala rizqika afthartu. Birahmatika yaa arhamar roohimin.

Artinya: "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih."

Doa Berbuka Puasa Versi Kedua (Shahih)

Doa ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dinilai hasan oleh Al-Albani. Doa ini diucapkan setelah selesai berbuka (setelah meneguk air atau memakan kurma).

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Latin: Dzahabazh zhoma'u wabtallatil 'uruqu, wa tsabatal ajru in syaa Allah.

Artinya: "Telah hilang dahaga, telah basah kerongkongan, dan semoga pahala ditetapkan, insya Allah."

Kedua doa ini baik untuk diamalkan. Anda bisa membaca salah satunya atau menggabungkannya. Yang terpenting adalah menghayati maknanya, yaitu rasa syukur kepada Allah atas nikmat berbuka setelah seharian menahan diri dari hawa nafsu.

Keutamaan Luar Biasa di Balik Puasa Tarwiyah dan Arafah

Keutamaan Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

Meskipun hadits spesifik mengenai keutamaan Puasa Tarwiyah seringkali diperdebatkan tingkat kesahihannya oleh para ulama hadits, puasa ini tetap masuk dalam cakupan umum keutamaan beramal di sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Sebagian ulama menyebutkan riwayat bahwa puasa pada hari Tarwiyah dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Terlepas dari perdebatan tersebut, melaksanakannya adalah wujud ketaatan dan upaya untuk meraih sebanyak mungkin pahala di hari-hari yang mulia. Puasa ini juga menjadi semacam "pemanasan" spiritual sebelum menyambut hari Arafah yang agung.

Keutamaan Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)

Keutamaan puasa Arafah sangatlah jelas dan didukung oleh hadits yang shahih. Ini adalah kesempatan emas yang datang hanya sekali dalam setahun. Dari Abu Qatadah Al-Anshari RA, Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari Arafah, maka beliau menjawab:

"Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah, dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim)

Subhanallah, sebuah ganjaran yang luar biasa. "Menghapus dosa" di sini, menurut penjelasan para ulama, adalah untuk dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar memerlukan taubat nasuha yang tulus. Meskipun demikian, ini adalah ampunan besar-besaran dari Allah SWT. Bayangkan, dengan berpuasa satu hari, kita mendapatkan jaminan ampunan untuk dosa-dosa kecil selama dua tahun penuh. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang tiada tara kepada hamba-Nya.

Puasa ini juga merupakan bentuk solidaritas spiritual kita kepada para jamaah haji yang sedang berada di puncak ibadah mereka, wukuf di Arafah. Saat mereka berdoa dengan khusyuk di tanah suci, kita yang berada di tanah air turut berpartisipasi dalam keberkahan hari itu dengan berpuasa dan memperbanyak doa.

Amalan Pendukung untuk Menyempurnakan Ibadah Puasa

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Hakikat puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan yang sia-sia dan dilarang, sambil memaksimalkan ibadah-ibadah lainnya. Untuk menyempurnakan ibadah puasa kita di awal Dzulhijjah, berikut beberapa amalan yang sangat dianjurkan:

1. Memperbanyak Dzikir: Takbir, Tahmid, Tahlil, dan Tasbih

Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah waktu untuk membasahi lisan dengan dzikir. Dianjurkan untuk memperbanyak ucapan:

Dzikir ini bisa diucapkan kapan saja dan di mana saja: di rumah, di perjalanan, di pasar, atau di tempat kerja. Khususnya pada hari Arafah, doa terbaik adalah sebagaimana sabda Nabi SAW: "Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik apa yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (La ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadir)."

2. Membaca dan Mentadabburi Al-Qur'an

Menyisihkan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an adalah amalan yang sangat mulia. Bacalah firman-firman-Nya, dan jika memungkinkan, usahakan untuk memahami serta merenungkan maknanya (tadabbur). Al-Qur'an adalah petunjuk hidup dan sumber ketenangan jiwa.

3. Menjaga Lisan dan Perbuatan

Hakikat puasa adalah melatih pengendalian diri. Saat berpuasa, kita tidak hanya menahan perut dari makanan, tetapi juga menahan lisan dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), berkata dusta, dan perkataan sia-sia. Kita juga menahan anggota tubuh dari perbuatan maksiat. Inilah yang akan mengangkat kualitas puasa kita dari sekadar rutinitas menjadi ibadah yang bernilai tinggi.

4. Memperbanyak Sedekah

Bersedekah di hari-hari yang mulia ini akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Berikanlah sebagian dari rezeki yang Allah titipkan kepada mereka yang membutuhkan. Sedekah tidak harus selalu berupa harta yang banyak; senyuman yang tulus, bantuan tenaga, atau menyingkirkan duri dari jalan pun bisa bernilai sedekah.

5. Bertaubat dan Beristighfar

Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah momen emas untuk kembali kepada Allah. Merenungi dosa-dosa yang telah lalu, menyesalinya dengan tulus, bertekad untuk tidak mengulanginya, dan memperbanyak istighfar (memohon ampunan). Allah Maha Pengampun dan menyukai hamba-Nya yang bertaubat.

Panduan Praktis dan Tanya Jawab Seputar Puasa Dzulhijjah

Bagaimana Jika Lupa Membaca Niat di Malam Hari?

Untuk puasa sunnah, termasuk puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah, para ulama memberikan kelonggaran. Jika Anda lupa berniat di malam hari, Anda masih bisa berniat di pagi harinya (sebelum waktu Dzuhur) dengan syarat Anda belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar (seperti makan dan minum).

Bolehkah Menggabungkan Niat Puasa Dzulhijjah dengan Puasa Qadha (Ganti) Ramadhan?

Ini adalah masalah khilafiyah (terdapat perbedaan pendapat) di kalangan ulama.

Untuk keluar dari perbedaan pendapat, yang terbaik adalah mendahulukan membayar utang puasa Ramadhan terlebih dahulu jika waktunya masih lapang. Namun, jika waktu sempit dan khawatir kehilangan momen Dzulhijjah, bisa mengikuti pendapat yang memperbolehkan dengan niat utama membayar qadha.

Siapa Saja yang Tidak Dianjurkan Berpuasa Arafah?

Puasa Arafah sangat dianjurkan bagi seluruh kaum muslimin, kecuali bagi para jamaah haji yang sedang melaksanakan wukuf di Arafah. Bagi mereka, tidak berpuasa lebih utama agar memiliki kekuatan fisik untuk fokus beribadah, berdoa, dan berdzikir di Padang Arafah. Ini sesuai dengan contoh dari Rasulullah SAW yang tidak berpuasa saat beliau wukuf di Arafah.

Bagaimana Jika Ada Udzur (Halangan) Seperti Haid?

Wanita yang sedang haid atau nifas tidak diperbolehkan berpuasa. Namun, ia tidak perlu berkecil hati. Pintu amal saleh lainnya masih terbuka sangat lebar. Ia tetap bisa meraih keutamaan sepuluh hari Dzulhijjah dengan memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur'an (tanpa menyentuh mushaf menurut sebagian pendapat), bersedekah, berdoa, dan melakukan kebaikan lainnya. Niat yang tulus untuk berpuasa jika tidak ada halangan pun, insya Allah, akan dicatat sebagai pahala.

🏠 Kembali ke Homepage