Doa untuk Orang Sakit: Kumpulan Lafaz Arab, Latin, dan Makna Mendalam

Ilustrasi tangan berdoa memohon kesembuhan Sebuah gambar SVG yang menampilkan dua tangan dalam posisi berdoa, dengan simbol daun yang tumbuh di atasnya sebagai lambang kesembuhan dan harapan. Doa adalah Penyembuh

Dalam perjalanan hidup, sakit adalah salah satu ujian yang tak terelakkan. Islam memandang sakit bukan semata-mata sebagai musibah, melainkan sebagai sebuah kesempatan untuk introspeksi, pengguguran dosa, dan peningkatan derajat di sisi Allah SWT. Ketika fisik melemah, ruhani seorang mukmin justru memiliki potensi untuk menguat, salah satunya melalui untaian doa yang tulus.

Doa adalah senjata orang beriman, jembatan komunikasi langsung antara hamba dengan Sang Pencipta, Allah SWT, yang memegang kendali atas segala sesuatu, termasuk kesembuhan. Rasulullah Muhammad ﷺ telah mengajarkan umatnya berbagai doa mustajab, baik untuk dibaca oleh orang yang sakit itu sendiri maupun oleh mereka yang menjenguknya. Artikel ini akan mengupas secara mendalam berbagai doa orang sakit bahasa Arab, lengkap dengan tulisan latin, terjemahan, serta penjelasan makna yang terkandung di dalamnya berdasarkan Al-Qur'an dan hadits shahih.

1. Doa Saat Pertama Kali Merasakan Sakit di Tubuh

Ketika rasa sakit mulai menjalar di salah satu bagian tubuh, seringkali reaksi pertama kita adalah panik atau mengeluh. Namun, Rasulullah ﷺ mengajarkan sebuah amalan sederhana yang penuh dengan ketauhidan dan kepasrahan. Amalan ini diajarkan kepada sahabat Utsman bin Abil 'Ash Ats-Tsaqafi yang mengeluhkan rasa sakit pada tubuhnya.

Langkah pertama adalah meletakkan tangan di bagian tubuh yang terasa sakit, kemudian membaca basmalah sebanyak tiga kali, diikuti dengan doa perlindungan sebanyak tujuh kali. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa segala sesuatu dimulai dengan nama Allah dan hanya kepada-Nya kita memohon perlindungan.

Lafaz Doa Meredakan Nyeri

بِسْمِ اللهِ (3x)

أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (7x)

Bismillah (3x)

A'uudzu billaahi wa qudrotihii min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7x)

"Dengan nama Allah (3x)"

"Aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya dari keburukan apa yang aku dapati dan yang aku khawatirkan (7x)"

Sumber Hadits dan Konteksnya

Doa ini bersumber dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Utsman bin Abil 'Ash Ats-Tsaqafi radhiyallahu 'anhu datang kepada Rasulullah ﷺ mengeluhkan rasa sakit yang ia derita sejak masuk Islam. Maka, Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:

"Letakkanlah tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkanlah 'Bismillah' tiga kali, dan ucapkanlah tujuh kali: 'A'uudzu billaahi wa qudrotihii min syarri maa ajidu wa uhaadzir'."

Utsman pun melakukannya, dan atas izin Allah, rasa sakitnya hilang. Hadits ini menunjukkan betapa praktis dan mendalamnya ajaran Islam dalam menghadapi cobaan sehari-hari seperti rasa sakit.

Makna Mendalam di Balik Setiap Kata

Dengan mengamalkan doa ini, seorang hamba tidak hanya melakukan terapi fisik dengan meletakkan tangan, tetapi juga terapi spiritual yang menguatkan hati dan menyandarkan segala urusan kepada Sang Maha Penyembuh.

2. Doa Saat Menjenguk Orang Sakit

Menjenguk orang sakit adalah salah satu hak muslim atas muslim lainnya dan merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Kunjungan tersebut bukan sekadar basa-basi, melainkan membawa harapan, semangat, dan yang terpenting, doa. Rasulullah ﷺ memberikan contoh teladan dengan mendoakan kesembuhan bagi sahabat-sahabatnya yang sakit. Ada beberapa doa yang beliau ajarkan, masing-masing dengan keutamaan dan makna yang luar biasa.

Doa Pertama: Memberi Harapan dan Mengingatkan Pengguguran Dosa

Doa ini sangat indah karena mengandung dua aspek: penghiburan dan kabar gembira. Dengan mengatakan "tidak apa-apa", kita menenangkan hati si sakit. Dengan mengatakan "semoga menjadi pembersih", kita mengingatkannya pada hikmah agung di balik ujian sakit.

Lafaz Doa Penghibur

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللهُ

Laa ba'sa, thohuurun in syaa' Allaah

"Tidak mengapa, semoga (sakitmu ini) menjadi pembersih (dosa), insya Allah."

Sumber Hadits dan Makna

Doa ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi ﷺ ketika menjenguk orang sakit, beliau mengucapkan doa tersebut. Ini adalah sunnah yang penuh kasih sayang.

Doa Kedua: Permohonan Spesifik untuk Kesembuhan

Selain doa penghiburan di atas, ada doa lain yang lebih spesifik memohon kesembuhan. Doa ini memiliki keutamaan yang luar biasa jika dibaca sebanyak tujuh kali di sisi orang yang sakit, selama ajalnya belum tiba.

Lafaz Doa Memohon Kesembuhan (7x)

أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

As'alullaahal 'azhiim, robbal 'arsyil 'azhiim, an yasyfiyaka. (7x)

"Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan 'Arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu. (7x)"

Keutamaan dan Tafsir Mendalam

Doa ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang ajalnya, lalu ia mengucapkan di sisinya sebanyak tujuh kali (doa di atas), maka Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut."

Keagungan doa ini terletak pada penyebutan sifat-sifat Allah yang Maha Agung dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas.

3. Doa Ruqyah Jibril kepada Nabi Muhammad ﷺ

Ruqyah adalah metode penyembuhan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an atau doa-doa yang ma'tsur (bersumber dari Nabi ﷺ). Salah satu doa ruqyah paling agung adalah doa yang dibacakan oleh Malaikat Jibril 'alaihissalam kepada Nabi Muhammad ﷺ ketika beliau sedang sakit. Ini menunjukkan betapa doa adalah obat bahkan untuk manusia terbaik sekalipun.

Lafaz Doa Ruqyah dari Malaikat Jibril

بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ

Bismillaahi arqiika, min kulli syai'in yu'dziika, min syarri kulli nafsin au 'ainin haasidin, Allaahu yasyfiika, bismillaahi arqiika.

"Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu."

Kisah di Balik Doa

Hadits yang menjadi dasar doa ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu. Ia menceritakan bahwa Jibril 'alaihissalam datang kepada Nabi ﷺ dan bertanya, "Wahai Muhammad, apakah engkau sakit?" Beliau menjawab, "Ya." Maka Jibril pun membacakan doa di atas. Ini adalah bentuk perhatian dan kasih sayang Allah kepada Nabi-Nya melalui perantara malaikat-Nya yang paling mulia.

Analisis Komponen Doa

4. Doa Kesabaran Agung Nabi Ayyub 'Alaihissalam

Kisah Nabi Ayyub 'alaihissalam adalah teladan tertinggi dalam kesabaran menghadapi penyakit. Beliau diuji dengan penyakit kronis selama bertahun-tahun, kehilangan harta, dan anak-anaknya. Namun, lisannya tidak pernah berhenti berdzikir dan hatinya tidak pernah goyah dalam keyakinan. Ketika beliau akhirnya berdoa, doanya menjadi salah satu doa terindah yang diabadikan dalam Al-Qur'an karena adabnya yang luar biasa tinggi kepada Allah SWT.

Doa Nabi Ayyub tidak bersifat menuntut atau mengeluh. Beliau hanya memaparkan keadaannya yang lemah dan memuji Allah dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang, menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada-Nya.

Lafaz Doa Nabi Ayyub dalam Al-Qur'an

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

...annii massaniyadh-dhurru wa anta arhamur-roohimiin.

"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya': 83)

Pelajaran Adab dalam Berdoa

Ayat ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya seorang hamba berkomunikasi dengan Rabb-nya, terutama saat berada di titik terendah dalam hidup.

  1. Mengakui Kelemahan Diri: Nabi Ayyub memulai dengan "sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit" (annii massaniyadh-dhurru). Beliau hanya menyampaikan fakta keadaannya. Tidak ada keluhan berlebihan, tidak ada protes, tidak ada pertanyaan "mengapa aku?". Ini adalah puncak kepasrahan, mengakui posisi diri sebagai hamba yang lemah di hadapan Sang Khaliq.
  2. Memuji Allah dengan Sifat-Nya: Setelah menyatakan kondisinya, beliau tidak langsung meminta, "Ya Allah, sembuhkanlah aku." Sebaliknya, beliau memuji Allah dengan kalimat, "dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang" (wa anta arhamur-roohimiin). Ini adalah adab yang sangat tinggi. Seolah-olah beliau berkata, "Aku serahkan urusanku kepada-Mu, karena aku tahu Engkau Maha Penyayang, dan Engkau lebih tahu apa yang terbaik untukku."
  3. Permohonan Tersirat: Meskipun tidak ada kata perintah atau permintaan eksplisit, pujian "Engkau adalah Yang Maha Penyayang" sudah mengandung permohonan yang paling dalam. Dengan memuji sifat kasih sayang Allah, kita sedang mengetuk pintu rahmat-Nya, memohon agar Dia mencurahkan kasih sayang-Nya dalam bentuk kesembuhan. Para ulama menyebut ini sebagai "berdoa dengan pujian", yang seringkali lebih mustajab daripada permintaan langsung.

Kisah ini mengajarkan bahwa inti dari doa saat sakit bukanlah menuntut kesembuhan, melainkan memperbarui hubungan, menunjukkan kerendahan diri, dan memupuk keyakinan pada rahmat Allah yang tak terbatas. Dan Allah pun menjawab doa agung ini, sebagaimana dilanjutkan dalam ayat berikutnya, "Maka Kami kabulkan (doanya), lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami." (QS. Al-Anbiya': 84).

5. Doa-Doa Lainnya dari Al-Qur'an dan Sunnah

Selain doa-doa utama di atas, terdapat banyak ayat Al-Qur'an dan doa dari hadits lain yang bisa menjadi wasilah (perantara) untuk memohon kesembuhan. Mengamalkannya akan menambah ketenangan hati dan memperkuat ikhtiar spiritual kita.

Pernyataan Tauhid Nabi Ibrahim 'Alaihissalam

Dalam rangkaian doanya, Nabi Ibrahim 'alaihissalam mengucapkan sebuah kalimat yang merupakan pilar tauhid dalam hal kesembuhan. Ini bukan doa dalam bentuk permintaan, melainkan sebuah pernyataan iman yang kokoh.

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

Wa idzaa maridhtu fahuwa yasyfiin.

"Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkanku." (QS. Asy-Syu'ara: 80)

Merenungkan dan mengucapkan ayat ini dapat menguatkan hati. Ia mengingatkan kita bahwa dokter, obat, dan terapi hanyalah sebab. Penyebab dari segala sebab, Sang Penyembuh sejati (Asy-Syafi), hanyalah Allah SWT. Keyakinan ini akan membebaskan kita dari ketergantungan kepada makhluk dan menyandarkan harapan hanya kepada Al-Khaliq.

Surat Al-Fatihah: Sang Pembuka dan Penyembuh

Surat Al-Fatihah, yang kita baca minimal 17 kali dalam shalat fardhu, memiliki nama lain yaitu Asy-Syifa (Penyembuh) dan Ar-Ruqyah. Keampuhannya sebagai media penyembuhan telah terbukti sejak zaman sahabat.

Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari, sekelompok sahabat dalam perjalanan singgah di sebuah perkampungan. Kepala suku kampung itu tersengat kalajengking. Penduduk setempat bertanya apakah ada di antara para sahabat yang bisa mengobati. Salah seorang sahabat kemudian maju dan membacakan Surat Al-Fatihah, dan dengan izin Allah, kepala suku itu sembuh seketika.

Membaca Al-Fatihah dengan penuh penghayatan, lalu meniupkannya ke telapak tangan dan mengusapkannya ke bagian yang sakit adalah salah satu bentuk ruqyah mandiri yang sangat dianjurkan. Setiap ayatnya mengandung kekuatan: dari pujian kepada Allah, pengakuan kekuasaan-Nya, permohonan pertolongan, hingga permintaan petunjuk ke jalan yang lurus, yang mencakup jalan menuju kesehatan.

Ayat Kursi: Perlindungan Tertinggi

Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255) adalah ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an. Kandungannya menjelaskan tentang keesaan dan kekuasaan Allah yang mutlak. Membacanya dapat memberikan ketenangan jiwa dan menjadi benteng perlindungan dari segala macam keburukan, termasuk penyakit yang disebabkan oleh gangguan makhluk halus (jin dan setan).

Membaca Ayat Kursi di pagi dan petang, sebelum tidur, dan saat merasa takut atau cemas, akan menghadirkan penjagaan dari Allah. Bagi orang yang sakit, ayat ini bisa menjadi sumber kekuatan mental dan spiritual yang luar biasa.

Al-Mu'awwidzatain: Dua Surat Perlindungan

Dua surat terakhir dalam Al-Qur'an, yaitu Surat Al-Falaq dan An-Nas, secara kolektif disebut Al-Mu'awwidzatain (dua surat peminta perlindungan). Keduanya adalah doa perlindungan yang sangat komprehensif.

Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan bahwa apabila Rasulullah ﷺ sakit, beliau membaca untuk dirinya sendiri Al-Mu'awwidzatain lalu meniupkannya. Dan ketika sakitnya semakin parah, Aisyah yang membacakannya untuk beliau, lalu mengusapkan tangan beliau ke tubuhnya dengan harapan mendapatkan keberkahannya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Membaca kedua surat ini secara rutin, terutama saat sakit, adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk membentengi diri dari berbagai sumber penyakit, baik fisik maupun non-fisik.

Kesimpulan: Harmoni Antara Doa dan Ikhtiar

Sakit adalah momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah. Doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan yang termaktub dalam Al-Qur'an bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah manifestasi dari keimanan, kepasrahan, dan harapan seorang hamba kepada Rabb-nya. Setiap lafaznya mengandung makna tauhid yang dalam, mengajarkan kita untuk selalu bergantung hanya kepada Allah, Sang Maha Penyembuh.

Penting untuk diingat, Islam adalah agama yang seimbang. Kekuatan doa harus diiringi dengan ikhtiar maksimal secara medis. Berobat ke dokter, mengonsumsi obat, dan menjaga pola hidup sehat adalah bagian dari perintah agama untuk menjaga amanah tubuh. Doa melengkapi ikhtiar, dan ikhtiar adalah wujud nyata dari doa. Keduanya berjalan beriringan, menuju satu tujuan: mengharap ridha dan kesembuhan dari Allah SWT. Semoga Allah senantiasa mengangkat penyakit dari saudara-saudari kita yang sedang sakit dan menjadikan sakit mereka sebagai penggugur dosa dan peninggi derajat. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage