Doa untuk Orang Sakit: Kumpulan Lafaz Arab, Latin, dan Makna Mendalam
Dalam perjalanan hidup, sakit adalah salah satu ujian yang tak terelakkan. Islam memandang sakit bukan semata-mata sebagai musibah, melainkan sebagai sebuah kesempatan untuk introspeksi, pengguguran dosa, dan peningkatan derajat di sisi Allah SWT. Ketika fisik melemah, ruhani seorang mukmin justru memiliki potensi untuk menguat, salah satunya melalui untaian doa yang tulus.
Doa adalah senjata orang beriman, jembatan komunikasi langsung antara hamba dengan Sang Pencipta, Allah SWT, yang memegang kendali atas segala sesuatu, termasuk kesembuhan. Rasulullah Muhammad ﷺ telah mengajarkan umatnya berbagai doa mustajab, baik untuk dibaca oleh orang yang sakit itu sendiri maupun oleh mereka yang menjenguknya. Artikel ini akan mengupas secara mendalam berbagai doa orang sakit bahasa Arab, lengkap dengan tulisan latin, terjemahan, serta penjelasan makna yang terkandung di dalamnya berdasarkan Al-Qur'an dan hadits shahih.
1. Doa Saat Pertama Kali Merasakan Sakit di Tubuh
Ketika rasa sakit mulai menjalar di salah satu bagian tubuh, seringkali reaksi pertama kita adalah panik atau mengeluh. Namun, Rasulullah ﷺ mengajarkan sebuah amalan sederhana yang penuh dengan ketauhidan dan kepasrahan. Amalan ini diajarkan kepada sahabat Utsman bin Abil 'Ash Ats-Tsaqafi yang mengeluhkan rasa sakit pada tubuhnya.
Langkah pertama adalah meletakkan tangan di bagian tubuh yang terasa sakit, kemudian membaca basmalah sebanyak tiga kali, diikuti dengan doa perlindungan sebanyak tujuh kali. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa segala sesuatu dimulai dengan nama Allah dan hanya kepada-Nya kita memohon perlindungan.
Lafaz Doa Meredakan Nyeri
بِسْمِ اللهِ (3x)
أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (7x)
Bismillah (3x)
A'uudzu billaahi wa qudrotihii min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7x)
"Dengan nama Allah (3x)"
"Aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya dari keburukan apa yang aku dapati dan yang aku khawatirkan (7x)"
Sumber Hadits dan Konteksnya
Doa ini bersumber dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Utsman bin Abil 'Ash Ats-Tsaqafi radhiyallahu 'anhu datang kepada Rasulullah ﷺ mengeluhkan rasa sakit yang ia derita sejak masuk Islam. Maka, Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:
"Letakkanlah tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkanlah 'Bismillah' tiga kali, dan ucapkanlah tujuh kali: 'A'uudzu billaahi wa qudrotihii min syarri maa ajidu wa uhaadzir'."
Utsman pun melakukannya, dan atas izin Allah, rasa sakitnya hilang. Hadits ini menunjukkan betapa praktis dan mendalamnya ajaran Islam dalam menghadapi cobaan sehari-hari seperti rasa sakit.
Makna Mendalam di Balik Setiap Kata
- بِسْمِ اللهِ (Bismillah): Mengucapkan "Dengan nama Allah" sebanyak tiga kali adalah penegasan bahwa kita memulai ikhtiar penyembuhan ini dengan memohon pertolongan dan keberkahan dari Allah. Ini adalah pengakuan bahwa kekuatan sejati bukan berasal dari diri kita, obat, atau terapis, melainkan dari Allah semata.
- أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ (A'uudzu billaahi wa qudrotihii): Frasa "Aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya" mengandung dua pilar utama. Pertama, kita berlindung kepada Dzat Allah (billah). Kedua, kita secara spesifik berlindung kepada salah satu sifat-Nya yang paling relevan, yaitu Kuasa-Nya (wa qudratihi). Ini adalah pengakuan bahwa hanya kekuasaan Allah yang mutlak dan mampu mengangkat segala keburukan, termasuk penyakit.
- مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (min syarri maa ajidu wa uhaadzir): Bagian ini sangat komprehensif. "Dari keburukan apa yang aku dapati (ajidu)" merujuk pada rasa sakit yang sedang dirasakan saat ini. Sedangkan "dan yang aku khawatirkan (uhaadzir)" mencakup segala kemungkinan buruk di masa depan, seperti penyakit yang bertambah parah, komplikasi, atau ketakutan akan penyakit yang lebih serius. Doa ini tidak hanya untuk meredakan nyeri fisik, tetapi juga untuk menenangkan kecemasan dan ketakutan dalam jiwa.
Dengan mengamalkan doa ini, seorang hamba tidak hanya melakukan terapi fisik dengan meletakkan tangan, tetapi juga terapi spiritual yang menguatkan hati dan menyandarkan segala urusan kepada Sang Maha Penyembuh.
2. Doa Saat Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit adalah salah satu hak muslim atas muslim lainnya dan merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Kunjungan tersebut bukan sekadar basa-basi, melainkan membawa harapan, semangat, dan yang terpenting, doa. Rasulullah ﷺ memberikan contoh teladan dengan mendoakan kesembuhan bagi sahabat-sahabatnya yang sakit. Ada beberapa doa yang beliau ajarkan, masing-masing dengan keutamaan dan makna yang luar biasa.
Doa Pertama: Memberi Harapan dan Mengingatkan Pengguguran Dosa
Doa ini sangat indah karena mengandung dua aspek: penghiburan dan kabar gembira. Dengan mengatakan "tidak apa-apa", kita menenangkan hati si sakit. Dengan mengatakan "semoga menjadi pembersih", kita mengingatkannya pada hikmah agung di balik ujian sakit.
Lafaz Doa Penghibur
لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللهُ
Laa ba'sa, thohuurun in syaa' Allaah
"Tidak mengapa, semoga (sakitmu ini) menjadi pembersih (dosa), insya Allah."
Sumber Hadits dan Makna
Doa ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi ﷺ ketika menjenguk orang sakit, beliau mengucapkan doa tersebut. Ini adalah sunnah yang penuh kasih sayang.
- لَا بَأْسَ (Laa ba'sa): Artinya "tidak mengapa" atau "tidak masalah". Kalimat ini memiliki efek psikologis yang kuat. Ia meredakan kekhawatiran dan ketakutan si sakit, seolah-olah mengatakan, "Jangan khawatir, ini akan baik-baik saja." Ini adalah bentuk empati dan dukungan moral yang sangat dibutuhkan.
- طَهُورٌ (Thohuurun): Kata ini adalah inti dari doa ini, yang berarti "pembersih" atau "penyuci". Ini merujuk pada hadits lain di mana Rasulullah ﷺ bersabda bahwa tidaklah seorang muslim ditimpa suatu penyakit atau keletihan, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan itu, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini mengubah perspektif sakit dari sekadar penderitaan menjadi proses pemurnian spiritual.
- إِنْ شَاءَ اللهُ (In syaa' Allaah): "Jika Allah menghendaki". Kalimat ini adalah penutup yang sempurna, menunjukkan adab seorang hamba. Meskipun kita berharap sakit ini menjadi pembersih dosa, kita tetap menyerahkan kepastiannya kepada kehendak Allah. Ini mengajarkan kerendahan hati dan kepasrahan total.
Doa Kedua: Permohonan Spesifik untuk Kesembuhan
Selain doa penghiburan di atas, ada doa lain yang lebih spesifik memohon kesembuhan. Doa ini memiliki keutamaan yang luar biasa jika dibaca sebanyak tujuh kali di sisi orang yang sakit, selama ajalnya belum tiba.
Lafaz Doa Memohon Kesembuhan (7x)
أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
As'alullaahal 'azhiim, robbal 'arsyil 'azhiim, an yasyfiyaka. (7x)
"Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan 'Arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu. (7x)"
Keutamaan dan Tafsir Mendalam
Doa ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang ajalnya, lalu ia mengucapkan di sisinya sebanyak tujuh kali (doa di atas), maka Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut."
Keagungan doa ini terletak pada penyebutan sifat-sifat Allah yang Maha Agung dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas.
- أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيمَ (As'alullaahal 'azhiim): Kita memulai dengan memohon kepada Allah dengan menyebut nama-Nya "Al-'Azhim" (Yang Maha Agung). Ini adalah bentuk tawasul (menjadikan perantara) dengan nama dan sifat Allah yang mulia. Dengan mengakui keagungan-Nya, kita menyadari betapa kecilnya penyakit ini di hadapan kekuasaan-Nya.
- رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (Robbal 'arsyil 'azhiim): Kita melanjutkan dengan menyebut Allah sebagai "Tuhan 'Arsy yang agung". 'Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar dan megah, singgasana yang melambangkan ketinggian, kebesaran, dan kekuasaan mutlak Allah atas seluruh alam semesta. Jika Allah adalah Tuhan dari 'Arsy yang begitu agung, maka menyembuhkan penyakit, sekecil apapun itu, adalah perkara yang sangat mudah bagi-Nya. Ini menguatkan keyakinan dan harapan kita.
- أَنْ يَشْفِيَكَ (An yasyfiyaka): Ini adalah permohonan inti yang sangat jelas dan langsung: "agar Dia menyembuhkanmu". Kata syifaa' (kesembuhan) di sini bersifat umum, mencakup kesembuhan fisik, mental, dan spiritual.
- Dibaca Tujuh Kali: Pengulangan sebanyak tujuh kali memiliki rahasia tersendiri. Dalam banyak nash, angka tujuh memiliki keistimewaan. Pengulangan ini menunjukkan kesungguhan, ketulusan, dan kegigihan dalam berdoa, yang merupakan salah satu adab agar doa lebih mudah diijabah.
3. Doa Ruqyah Jibril kepada Nabi Muhammad ﷺ
Ruqyah adalah metode penyembuhan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an atau doa-doa yang ma'tsur (bersumber dari Nabi ﷺ). Salah satu doa ruqyah paling agung adalah doa yang dibacakan oleh Malaikat Jibril 'alaihissalam kepada Nabi Muhammad ﷺ ketika beliau sedang sakit. Ini menunjukkan betapa doa adalah obat bahkan untuk manusia terbaik sekalipun.
Lafaz Doa Ruqyah dari Malaikat Jibril
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ
Bismillaahi arqiika, min kulli syai'in yu'dziika, min syarri kulli nafsin au 'ainin haasidin, Allaahu yasyfiika, bismillaahi arqiika.
"Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu."
Kisah di Balik Doa
Hadits yang menjadi dasar doa ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu. Ia menceritakan bahwa Jibril 'alaihissalam datang kepada Nabi ﷺ dan bertanya, "Wahai Muhammad, apakah engkau sakit?" Beliau menjawab, "Ya." Maka Jibril pun membacakan doa di atas. Ini adalah bentuk perhatian dan kasih sayang Allah kepada Nabi-Nya melalui perantara malaikat-Nya yang paling mulia.
Analisis Komponen Doa
- بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ (Bismillaahi arqiika): "Dengan nama Allah aku meruqyahmu". Doa ini diawali dan diakhiri dengan kalimat ini, sebagai penegasan bahwa proses ruqyah ini murni karena dan untuk Allah. Kekuatan penyembuhan bukan berasal dari si peruqyah, melainkan dari nama Allah yang diberkahi.
- مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ (Min kulli syai'in yu'dziika): "Dari segala sesuatu yang menyakitimu". Ini adalah permintaan perlindungan yang sangat luas. Mencakup penyakit medis yang terlihat, gangguan jin, sihir, hingga kesedihan dan kegelisahan jiwa. Apapun yang menyebabkan mudarat dan rasa sakit, kita memohon perlindungan darinya.
- مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ (Min syarri kulli nafsin au 'ainin haasid): "Dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki". Bagian ini lebih spesifik, menunjuk pada sumber penyakit non-medis yang diakui dalam Islam. "Kejahatan setiap jiwa" bisa merujuk pada sihir atau niat buruk orang lain. "Mata yang dengki" atau yang dikenal dengan penyakit 'ain adalah pengaruh buruk yang timbul dari pandangan kagum atau iri seseorang, yang dapat menyebabkan sakit atau musibah dengan izin Allah. Doa ini adalah benteng perlindungan yang kuat dari hal-hal tersebut.
- اللهُ يَشْفِيكَ (Allaahu yasyfiika): "Semoga Allah menyembuhkanmu". Di tengah-tengah doa, diselipkan kalimat tauhid yang paling penting. Kalimat ini menegaskan bahwa penyembuh hakiki (Asy-Syafi) hanyalah Allah. Jibril, meskipun malaikat mulia, hanya perantara yang berdoa. Nabi ﷺ, meskipun kekasih Allah, tetap disembuhkan oleh Allah. Ini adalah pelajaran akidah yang fundamental.
4. Doa Kesabaran Agung Nabi Ayyub 'Alaihissalam
Kisah Nabi Ayyub 'alaihissalam adalah teladan tertinggi dalam kesabaran menghadapi penyakit. Beliau diuji dengan penyakit kronis selama bertahun-tahun, kehilangan harta, dan anak-anaknya. Namun, lisannya tidak pernah berhenti berdzikir dan hatinya tidak pernah goyah dalam keyakinan. Ketika beliau akhirnya berdoa, doanya menjadi salah satu doa terindah yang diabadikan dalam Al-Qur'an karena adabnya yang luar biasa tinggi kepada Allah SWT.
Doa Nabi Ayyub tidak bersifat menuntut atau mengeluh. Beliau hanya memaparkan keadaannya yang lemah dan memuji Allah dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang, menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada-Nya.
Lafaz Doa Nabi Ayyub dalam Al-Qur'an
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
...annii massaniyadh-dhurru wa anta arhamur-roohimiin.
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya': 83)
Pelajaran Adab dalam Berdoa
Ayat ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya seorang hamba berkomunikasi dengan Rabb-nya, terutama saat berada di titik terendah dalam hidup.
- Mengakui Kelemahan Diri: Nabi Ayyub memulai dengan "sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit" (annii massaniyadh-dhurru). Beliau hanya menyampaikan fakta keadaannya. Tidak ada keluhan berlebihan, tidak ada protes, tidak ada pertanyaan "mengapa aku?". Ini adalah puncak kepasrahan, mengakui posisi diri sebagai hamba yang lemah di hadapan Sang Khaliq.
- Memuji Allah dengan Sifat-Nya: Setelah menyatakan kondisinya, beliau tidak langsung meminta, "Ya Allah, sembuhkanlah aku." Sebaliknya, beliau memuji Allah dengan kalimat, "dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang" (wa anta arhamur-roohimiin). Ini adalah adab yang sangat tinggi. Seolah-olah beliau berkata, "Aku serahkan urusanku kepada-Mu, karena aku tahu Engkau Maha Penyayang, dan Engkau lebih tahu apa yang terbaik untukku."
- Permohonan Tersirat: Meskipun tidak ada kata perintah atau permintaan eksplisit, pujian "Engkau adalah Yang Maha Penyayang" sudah mengandung permohonan yang paling dalam. Dengan memuji sifat kasih sayang Allah, kita sedang mengetuk pintu rahmat-Nya, memohon agar Dia mencurahkan kasih sayang-Nya dalam bentuk kesembuhan. Para ulama menyebut ini sebagai "berdoa dengan pujian", yang seringkali lebih mustajab daripada permintaan langsung.
Kisah ini mengajarkan bahwa inti dari doa saat sakit bukanlah menuntut kesembuhan, melainkan memperbarui hubungan, menunjukkan kerendahan diri, dan memupuk keyakinan pada rahmat Allah yang tak terbatas. Dan Allah pun menjawab doa agung ini, sebagaimana dilanjutkan dalam ayat berikutnya, "Maka Kami kabulkan (doanya), lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami." (QS. Al-Anbiya': 84).
5. Doa-Doa Lainnya dari Al-Qur'an dan Sunnah
Selain doa-doa utama di atas, terdapat banyak ayat Al-Qur'an dan doa dari hadits lain yang bisa menjadi wasilah (perantara) untuk memohon kesembuhan. Mengamalkannya akan menambah ketenangan hati dan memperkuat ikhtiar spiritual kita.
Pernyataan Tauhid Nabi Ibrahim 'Alaihissalam
Dalam rangkaian doanya, Nabi Ibrahim 'alaihissalam mengucapkan sebuah kalimat yang merupakan pilar tauhid dalam hal kesembuhan. Ini bukan doa dalam bentuk permintaan, melainkan sebuah pernyataan iman yang kokoh.
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Wa idzaa maridhtu fahuwa yasyfiin.
"Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkanku." (QS. Asy-Syu'ara: 80)
Merenungkan dan mengucapkan ayat ini dapat menguatkan hati. Ia mengingatkan kita bahwa dokter, obat, dan terapi hanyalah sebab. Penyebab dari segala sebab, Sang Penyembuh sejati (Asy-Syafi), hanyalah Allah SWT. Keyakinan ini akan membebaskan kita dari ketergantungan kepada makhluk dan menyandarkan harapan hanya kepada Al-Khaliq.
Surat Al-Fatihah: Sang Pembuka dan Penyembuh
Surat Al-Fatihah, yang kita baca minimal 17 kali dalam shalat fardhu, memiliki nama lain yaitu Asy-Syifa (Penyembuh) dan Ar-Ruqyah. Keampuhannya sebagai media penyembuhan telah terbukti sejak zaman sahabat.
Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari, sekelompok sahabat dalam perjalanan singgah di sebuah perkampungan. Kepala suku kampung itu tersengat kalajengking. Penduduk setempat bertanya apakah ada di antara para sahabat yang bisa mengobati. Salah seorang sahabat kemudian maju dan membacakan Surat Al-Fatihah, dan dengan izin Allah, kepala suku itu sembuh seketika.
Membaca Al-Fatihah dengan penuh penghayatan, lalu meniupkannya ke telapak tangan dan mengusapkannya ke bagian yang sakit adalah salah satu bentuk ruqyah mandiri yang sangat dianjurkan. Setiap ayatnya mengandung kekuatan: dari pujian kepada Allah, pengakuan kekuasaan-Nya, permohonan pertolongan, hingga permintaan petunjuk ke jalan yang lurus, yang mencakup jalan menuju kesehatan.
Ayat Kursi: Perlindungan Tertinggi
Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255) adalah ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an. Kandungannya menjelaskan tentang keesaan dan kekuasaan Allah yang mutlak. Membacanya dapat memberikan ketenangan jiwa dan menjadi benteng perlindungan dari segala macam keburukan, termasuk penyakit yang disebabkan oleh gangguan makhluk halus (jin dan setan).
Membaca Ayat Kursi di pagi dan petang, sebelum tidur, dan saat merasa takut atau cemas, akan menghadirkan penjagaan dari Allah. Bagi orang yang sakit, ayat ini bisa menjadi sumber kekuatan mental dan spiritual yang luar biasa.
Al-Mu'awwidzatain: Dua Surat Perlindungan
Dua surat terakhir dalam Al-Qur'an, yaitu Surat Al-Falaq dan An-Nas, secara kolektif disebut Al-Mu'awwidzatain (dua surat peminta perlindungan). Keduanya adalah doa perlindungan yang sangat komprehensif.
Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan bahwa apabila Rasulullah ﷺ sakit, beliau membaca untuk dirinya sendiri Al-Mu'awwidzatain lalu meniupkannya. Dan ketika sakitnya semakin parah, Aisyah yang membacakannya untuk beliau, lalu mengusapkan tangan beliau ke tubuhnya dengan harapan mendapatkan keberkahannya. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Surat Al-Falaq: Meminta perlindungan dari kejahatan makhluk secara umum, kejahatan malam yang gelap, kejahatan sihir, dan kejahatan orang yang dengki.
- Surat An-Nas: Meminta perlindungan secara spesifik kepada Allah sebagai Tuhan, Raja, dan Sembahan manusia dari kejahatan bisikan setan yang tersembunyi, baik dari kalangan jin maupun manusia.
Membaca kedua surat ini secara rutin, terutama saat sakit, adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk membentengi diri dari berbagai sumber penyakit, baik fisik maupun non-fisik.
Kesimpulan: Harmoni Antara Doa dan Ikhtiar
Sakit adalah momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah. Doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan yang termaktub dalam Al-Qur'an bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah manifestasi dari keimanan, kepasrahan, dan harapan seorang hamba kepada Rabb-nya. Setiap lafaznya mengandung makna tauhid yang dalam, mengajarkan kita untuk selalu bergantung hanya kepada Allah, Sang Maha Penyembuh.
Penting untuk diingat, Islam adalah agama yang seimbang. Kekuatan doa harus diiringi dengan ikhtiar maksimal secara medis. Berobat ke dokter, mengonsumsi obat, dan menjaga pola hidup sehat adalah bagian dari perintah agama untuk menjaga amanah tubuh. Doa melengkapi ikhtiar, dan ikhtiar adalah wujud nyata dari doa. Keduanya berjalan beriringan, menuju satu tujuan: mengharap ridha dan kesembuhan dari Allah SWT. Semoga Allah senantiasa mengangkat penyakit dari saudara-saudari kita yang sedang sakit dan menjadikan sakit mereka sebagai penggugur dosa dan peninggi derajat. Aamiin.