Doa Duduk di Antara Dua Sujud

Ilustrasi posisi duduk di antara dua sujud dalam sholat. Garis sederhana yang menggambarkan seseorang dalam posisi duduk iftirasy, menunduk dengan khusyuk.
Posisi duduk di antara dua sujud, sebuah momen penuh kekhusyukan dan permohonan.

Pendahuluan: Momen Hening Penuh Makna

Sholat adalah tiang agama, sebuah perjalanan spiritual harian yang menghubungkan seorang hamba dengan Sang Pencipta. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya bukanlah sekadar ritual kosong, melainkan rangkaian simbol dan permohonan yang sarat akan makna. Di antara gerakan-gerakan tersebut, terdapat satu jeda singkat yang seringkali terlewatkan kekhusyukannya, yaitu duduk di antara dua sujud atau disebut juga jilsah baina as-sajdatain.

Posisi ini adalah transisi antara dua puncak ketundukan, yaitu sujud. Setelah meletakkan bagian tubuh tertinggi kita, dahi, ke tempat terendah sebagai wujud penghambaan total, kita bangkit sejenak untuk duduk. Momen ini bukanlah sekadar istirahat, melainkan kesempatan emas yang diberikan Allah SWT untuk memanjatkan salah satu doa paling komprehensif dalam sholat. Doa duduk di antara dua sujud adalah sebuah rangkuman dari segala kebutuhan esensial manusia, baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ia adalah intisari permohonan seorang hamba yang lemah kepada Tuhannya Yang Maha Kaya dan Maha Kuasa.

Memahami setiap kata dalam doa ini akan mengubah cara kita melaksanakannya. Dari sekadar rutinitas lisan, ia akan beralih menjadi dialog batin yang mendalam, sebuah curahan hati yang tulus. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap aspek dari doa agung ini, mulai dari bacaannya, terjemahannya, hingga penelusuran makna mendalam di balik setiap permohonan yang kita panjatkan.

Bacaan Doa Duduk di Antara Dua Sujud

Terdapat beberapa riwayat mengenai bacaan doa ini, namun yang paling masyhur dan umum diamalkan di Indonesia, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Abu Dawud, adalah sebagai berikut:

رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَاعْفُ عَنِّي

Rabbighfirlii, Warhamnii, Wajburnii, Warfa'nii, Warzuqnii, Wahdinii, Wa'aafinii, Wa'fu 'annii.

"Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."

Setiap kalimat dalam doa ini adalah sebuah lautan makna. Delapan permohonan agung yang mencakup seluruh spektrum kebutuhan seorang hamba. Mari kita selami satu per satu kedalaman makna dari setiap permohonan ini.

Mengurai Makna Mendalam Setiap Permohonan

1. Rabbighfirlii (رَبِّ اغْفِرْ لِي) - Ya Tuhanku, Ampunilah Aku

Permohonan pertama dan utama adalah ampunan (maghfirah). Mengapa kita memulainya dengan ini? Karena pengakuan pertama seorang hamba adalah bahwa dirinya tidak luput dari dosa dan kesalahan. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Setiap hari, baik disadari maupun tidak, kita mungkin melakukan kekeliruan, baik dalam hubungannya dengan Allah (haqqullah) maupun dengan sesama manusia (haqqul adami).

Kata "Rabb" (Tuhan) yang kita serukan bukan sekadar panggilan, melainkan sebuah pengakuan atas sifat Rububiyah Allah. Dia adalah Yang Menciptakan, Memelihara, Mengatur, dan Memberi rezeki. Dengan memanggil "Rabb", kita sedang mengakui bahwa Dialah satu-satunya yang berhak mengatur dan memperbaiki urusan kita, termasuk urusan dosa-dosa kita.

Kata "Ighfir" berasal dari akar kata ghafara (غَفَرَ) yang secara harfiah berarti menutupi. Saat kita meminta maghfirah, kita memohon kepada Allah untuk menutupi dosa-dosa kita, menyembunyikannya dari pandangan makhluk lain di dunia, dan yang terpenting, menghapuskan catatan dan konsekuensi buruknya di akhirat. Ini adalah permohonan agar aib kita tidak terbuka dan agar kita diselamatkan dari azab yang diakibatkannya. Memulai dengan istighfar membersihkan wadah hati kita, menyiapkannya untuk menerima rahmat, petunjuk, dan karunia lain yang akan kita minta selanjutnya.

2. Warhamnii (وَارْحَمْنِي) - Dan Rahmatilah Aku

Setelah memohon ampunan, kita memohon rahmat (rahmah). Ampunan adalah tentang menghapus yang negatif (dosa), sedangkan rahmat adalah tentang memohon yang positif (kasih sayang dan kebaikan). Tanpa rahmat Allah, kita tidak akan pernah bisa masuk surga, bahkan dengan amal sebanyak apapun. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, seseorang masuk surga bukan semata-mata karena amalnya, tetapi karena rahmat Allah.

Rahmat Allah memiliki dua dimensi utama yang terkandung dalam nama-Nya, Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Rahmat Ar-Rahman bersifat umum, mencakup seluruh makhluk di alam semesta, baik yang beriman maupun yang kafir. Udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, kesehatan yang kita nikmati adalah bentuk rahmat Ar-Rahman. Namun, rahmat Ar-Rahim bersifat khusus, dianugerahkan hanya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di akhirat kelak, yaitu surga. Saat kita memohon "Warhamnii", kita memohon kedua jenis rahmat ini: kebaikan, kemudahan, dan kasih sayang-Nya di dunia, serta ampunan dan surga-Nya di akhirat.

3. Wajburnii (وَاجْبُرْنِي) - Dan Cukupkanlah/Perbaikilah Aku

Ini adalah salah satu permohonan yang paling menyentuh dan mendalam. Kata "Wajburnii" berasal dari akar kata jabr (جَبَرَ), yang memiliki arti memperbaiki sesuatu yang rusak, menambal yang kurang, menghibur yang berduka, dan memaksa yang lemah menjadi kuat. Nama Allah, Al-Jabbar, sering disalahartikan sebagai Yang Maha Memaksa, padahal makna utamanya adalah Yang Maha Memperbaiki keadaan hamba-Nya.

Permohonan ini mencakup segala aspek "kerusakan" atau "kekurangan" dalam hidup kita:

  • Perbaikan Spiritual: Memohon agar Allah memperbaiki iman kita yang terkadang goyah, menambal kekurangan dalam ibadah kita, dan mengobati penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong.
  • Perbaikan Emosional: Memohon agar Allah menghibur hati yang sedang sedih, menenangkan jiwa yang gelisah, dan menyembuhkan luka batin akibat kekecewaan atau kehilangan.
  • Perbaikan Fisik: Memohon kesembuhan dari penyakit dan kekuatan untuk tubuh yang lemah.
  • Perbaikan Finansial: Memohon agar Allah mencukupkan kekurangan materi, melunasi hutang, dan memperbaiki kondisi ekonomi yang sulit.
  • Perbaikan Sosial: Memohon agar Allah memperbaiki hubungan yang retak dengan keluarga, teman, atau masyarakat.

Dengan mengucapkan "Wajburnii", kita menyerahkan segala retak dan patah dalam hidup kita ke tangan Sang Ahli Perbaikan Yang Agung.

4. Warfa'nii (وَارْفَعْنِي) - Dan Angkatlah Derajatku

Manusia secara fitrah ingin dihargai dan memiliki kedudukan yang mulia. Islam mengarahkan keinginan ini ke jalan yang benar. Permohonan "Warfa'nii" adalah permintaan untuk diangkat derajatnya, bukan untuk kesombongan, melainkan untuk kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia demi kebaikan.

"…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…" (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ketinggian derajat yang kita minta mencakup:

  • Derajat Keimanan dan Ketaqwaan: Memohon agar Allah meningkatkan level iman kita, dari sekadar Islam menjadi Iman, lalu Ihsan.
  • Derajat Ilmu dan Pengetahuan: Memohon agar diberi ilmu yang bermanfaat yang membuat kita lebih dekat dengan-Nya dan lebih berguna bagi sesama.
  • Derajat di Mata Manusia: Memohon agar dihormati dan dihargai bukan karena harta atau jabatan, melainkan karena akhlak mulia dan kontribusi positif.
  • Derajat di Akhirat: Ini adalah puncak permohonan, yaitu memohon kedudukan yang tinggi di surga, dekat dengan para nabi, syuhada, dan orang-orang saleh.

5. Warzuqnii (وَارْزُقْنِي) - Dan Berilah Aku Rezeki

Rezeki (rizq) seringkali disempitkan maknanya hanya pada materi seperti uang dan harta. Padahal, konsep rezeki dalam Islam sangatlah luas. Permohonan "Warzuqnii" adalah permintaan akan segala bentuk kebaikan yang menopang kehidupan dunia dan akhirat.

Allah adalah Ar-Razzaq, Sang Maha Pemberi Rezeki. Rezeki yang kita minta meliputi:

  • Rezeki Jasmani: Makanan yang halal dan baik, pakaian yang menutup aurat, tempat tinggal yang layak, dan kesehatan.
  • Rezeki Rohani: Iman yang kokoh, ketenangan jiwa (sakinah), rasa syukur, kesabaran, dan kesempatan untuk beribadah dengan khusyuk.
  • Rezeki Akal: Ilmu yang bermanfaat, hikmah dalam mengambil keputusan, dan pemahaman yang benar terhadap agama.
  • Rezeki Sosial: Pasangan yang saleh/salehah, anak-anak yang berbakti, teman-teman yang baik, dan lingkungan yang mendukung ketaatan.

Meminta rezeki dalam sholat adalah pengingat bahwa segala sumber kebaikan hanyalah dari Allah, dan kita sepenuhnya bergantung pada-Nya.

6. Wahdinii (وَاهْدِنِي) - Dan Berilah Aku Petunjuk

Petunjuk (hidayah) adalah karunia terbesar yang bisa diterima oleh seorang manusia. Tanpa hidayah, akal sepintar apapun bisa tersesat, dan harta sebanyak apapun tidak akan membawa kebahagiaan sejati. Kita meminta hidayah setiap saat, bahkan di setiap rakaat sholat saat membaca Al-Fatihah (Ihdinash Shirathal Mustaqim).

Permohonan "Wahdinii" di sini adalah penegasan kembali akan kebutuhan mutlak kita terhadap bimbingan Allah dalam setiap detik kehidupan. Hidayah yang kita minta ada beberapa tingkatan:

  • Hidayah menuju Islam: Bagi yang belum memeluknya.
  • Hidayah berupa ilmu dan pemahaman: Mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
  • Hidayah berupa taufik: Kekuatan dan kemauan untuk mengamalkan kebenaran yang sudah diketahui. Ini adalah hidayah yang paling krusial.
  • Hidayah untuk tetap istiqamah: Keteguhan untuk berada di jalan yang lurus hingga akhir hayat.

Hati manusia mudah berbolak-balik. Oleh karena itu, permohonan ini sangat penting untuk diresapi, agar Allah senantiasa membimbing langkah, lisan, dan hati kita.

7. Wa'aafinii (وَعَافِنِي) - Dan Sehatkanlah/Selamatkanlah Aku

Kata "'aafiyah" yang kita minta dalam permohonan ini memiliki makna yang sangat luas, jauh melampaui sekadar "sehat". 'Afiyah berarti keselamatan dan kesejahteraan yang paripurna. Ia mencakup perlindungan dari segala hal yang buruk, baik di dunia maupun di akhirat.

Saat kita memohon "Wa'aafinii", kita meminta:

  • Kesehatan Fisik: Diselamatkan dari penyakit, wabah, dan segala macam gangguan kesehatan.
  • Kesehatan Mental dan Spiritual: Diselamatkan dari penyakit hati (syirik, kufur, nifak, hasad), stres, depresi, dan kegelisahan.
  • Keselamatan Agama: Diselamatkan dari fitnah, syubhat (kerancuan pemikiran), dan godaan yang dapat merusak iman dan akidah.
  • Keselamatan Dunia: Diselamatkan dari bencana alam, kecelakaan, kezaliman orang lain, dan segala marabahaya.
  • Keselamatan di Akhirat: Diselamatkan dari siksa kubur, kengerian hari kiamat, dan azab api neraka.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa setelah keyakinan (iman), tidak ada karunia yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain 'afiyah.

8. Wa'fu 'annii (وَاعْفُ عَنِّي) - Dan Maafkanlah Aku

Doa ini dimulai dengan permohonan ampunan (maghfirah) dan ditutup dengan permohonan maaf ('afwun). Apa bedanya? Para ulama menjelaskan bahwa 'afwun memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada maghfirah.

Maghfirah, seperti dijelaskan sebelumnya, berasal dari kata ghafara (menutupi). Dosa itu ditutupi oleh Allah sehingga konsekuensinya dihilangkan, namun catatannya mungkin masih ada. Sedangkan 'Afwun berasal dari akar kata yang berarti menghapus, membasmi hingga ke akarnya. Saat Allah memberikan 'afwun-Nya, Dia menghapus dosa tersebut dari catatan amal seolah-olah dosa itu tidak pernah terjadi. Tidak ada lagi jejak, tidak ada lagi pengingat.

Ini adalah puncak harapan seorang pendosa: bukan hanya diampuni, tetapi dimaafkan sepenuhnya. Seperti dalam doa malam Lailatul Qadar yang diajarkan Nabi: "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni" (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai pemaafan, maka maafkanlah aku). Menutup rangkaian permohonan dengan "Wa'fu 'annii" adalah sebuah pengakuan total akan kelemahan diri dan harapan tertinggi pada kemurahan Allah Yang Maha Pemaaf.

Hikmah di Balik Posisi dan Doa

Duduk di antara dua sujud adalah sebuah jeda reflektif. Setelah bersujud, sebuah posisi di mana seorang hamba berada pada titik terdekat dengan Tuhannya, ia bangkit untuk sejenak merenung dan memohon. Postur duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan) sendiri mengajarkan keseimbangan dan ketenangan (tuma'ninah).

Pentingnya tuma'ninah dalam gerakan ini sangat ditekankan. Tanpa ketenangan, doa ini hanya akan menjadi rentetan kata tanpa ruh. Dengan berhenti sejenak, menenangkan seluruh anggota badan, dan memfokuskan hati, setiap kata dari doa ini akan mengalir dari lubuk jiwa, bukan sekadar dari lisan.

Doa ini adalah sebuah paket lengkap. Bayangkan, hanya dalam beberapa detik, kita telah meminta delapan hal paling fundamental yang dibutuhkan manusia untuk meraih kebahagiaan hakiki (sa'adah) di dunia dan akhirat. Dimulai dari pembersihan diri (ampunan dan maaf), dilanjutkan dengan permohonan kasih sayang (rahmat), perbaikan (jabr), peningkatan kualitas diri (derajat), pemenuhan kebutuhan hidup (rezeki), bimbingan (hidayah), hingga proteksi total ('afiyah). Tidak ada satu pun aspek kehidupan yang terlewatkan.

Kesimpulan: Permata di dalam Sholat

Doa duduk di antara dua sujud adalah permata tersembunyi di dalam sholat. Ia adalah bukti betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, yang memberikan kesempatan untuk memohon segala kebaikan dalam sebuah doa yang singkat namun padat makna.

Marilah kita berusaha untuk tidak lagi terburu-buru saat bangkit dari sujud. Mari kita ambil jeda itu, tenangkan diri, dan resapi setiap kata yang kita ucapkan. Jadikan momen duduk di antara dua sujud sebagai sesi dialog intim dengan Allah, di mana kita mengakui segala kekurangan kita dan menadahkan tangan harapan kita kepada-Nya. Dengan memahami dan menghayati doa ini, sholat kita insya Allah akan menjadi lebih berkualitas, lebih khusyuk, dan lebih berdampak pada kehidupan kita sehari-hari.

🏠 Kembali ke Homepage