Kehilangan seseorang yang kita cintai, baik karena perpisahan, kesalahpahaman, atau jarak, adalah salah satu ujian terberat dalam hidup. Hati terasa hampa, pikiran dipenuhi kenangan, dan harapan untuk kembali bersama seringkali menjadi satu-satunya pelita dalam kegelapan. Dalam kondisi seperti ini, banyak dari kita mencari kekuatan di luar batas kemampuan manusiawi. Kita menengadahkan tangan, berbisik dalam keheningan, memanjatkan doa agar seseorang kembali kepada kita. Doa menjadi jembatan antara kerapuhan kita sebagai manusia dan Kekuatan Tak Terbatas Sang Pencipta.
Artikel ini bukanlah sekadar kumpulan bacaan doa, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang utuh. Kita akan menyelami makna di balik permohonan, mempersiapkan hati untuk menjadi wadah yang layak bagi doa, memahami amalan-amalan pendukung yang menguatkan permohonan kita, dan yang terpenting, belajar tentang seni ikhlas dan tawakal. Sebab, doa yang sejati bukanlah tentang memaksa kehendak kita, melainkan tentang menyelaraskan keinginan kita dengan kehendak-Nya yang Maha Baik.
Bab 1: Fondasi Doa - Memahami Akar Masalah dan Introspeksi Diri
Sebelum kita terburu-buru mengangkat tangan dan memohon, ada langkah fundamental yang sering terlewatkan: introspeksi atau muhasabah diri. Mengapa hubungan ini berakhir? Apa peran kita dalam perpisahan tersebut? Allah SWT adalah Dzat yang Maha Adil. Doa agar seseorang kembali kepada kita akan lebih bermakna dan berpotensi diijabah jika diiringi dengan kesadaran dan usaha perbaikan diri.
Langkah-Langkah Muhasabah Diri:
- Kejujuran Brutal pada Diri Sendiri: Duduklah dalam keheningan. Jauhkan ego dan pembenaran diri. Tanyakan pada hati nurani: "Apa kesalahanku?". Mungkin kita terlalu egois, kurang berkomunikasi, tidak bisa mengelola emosi, atau memiliki kekurangan lain yang tanpa sadar menyakiti hatinya. Akui itu semua.
- Melihat dari Perspektifnya: Cobalah untuk sejenak melepaskan perasaan kita dan menempatkan diri di posisinya. Apa yang mungkin ia rasakan? Mengapa ia mengambil keputusan untuk pergi? Memahami sudut pandangnya akan membuka mata kita terhadap area yang perlu diperbaiki.
- Mencatat dan Merenung: Ambil secarik kertas dan tuliskan semua potensi kesalahan dan kekurangan diri yang menjadi pemicu perpisahan. Jangan hakimi diri sendiri, tetapi lihatlah catatan itu sebagai peta jalan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ini adalah bentuk ikhtiar (usaha) pertama yang sangat penting.
Proses ini mungkin menyakitkan, tetapi sangat diperlukan. Dengan memahami akar masalah, doa kita tidak lagi hanya berbunyi, "Ya Allah, kembalikan dia," tetapi berubah menjadi, "Ya Allah, ampuni kesalahanku, bimbing aku untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan jika itu yang terbaik menurut-Mu, pertautkanlah kembali hati kami dalam ridha-Mu." Doa yang didasari oleh kesadaran dan niat perbaikan diri memiliki bobot yang jauh lebih berat di sisi-Nya.
Bab 2: Adab dan Persiapan Batin Sebelum Berdoa
Doa adalah dialog suci antara hamba dengan Tuhannya. Agar dialog ini berlangsung khusyuk dan penuh makna, diperlukan persiapan lahir dan batin. Menganggap doa sebagai ritual magis yang bisa langsung mengabulkan keinginan adalah sebuah kekeliruan. Sebaliknya, anggaplah doa sebagai momen untuk membersihkan diri, mendekatkan jiwa kepada Sang Pencipta, dan menyerahkan segala kegelisahan.
Kunci Utama Persiapan Berdoa:
- Niat yang Lurus (Ikhlas): Tanyakan pada diri sendiri, mengapa Anda menginginkannya kembali? Apakah karena cinta yang tulus, ingin membangun keluarga yang sakinah? Ataukah karena ego yang terluka, rasa tidak mau kalah, atau sekadar ketergantungan emosional? Luruskan niat semata-mata karena Allah. Niatkan bahwa jika ia kembali, hubungan itu akan menjadi jalan untuk sama-sama lebih taat kepada-Nya.
- Bersuci (Thaharah): Kebersihan fisik adalah cerminan dari kesiapan batin. Sebelum berdoa, ambillah wudhu dengan sempurna. Wudhu tidak hanya membersihkan anggota tubuh, tetapi juga dipercaya menggugurkan dosa-dosa kecil dan memberikan ketenangan jiwa.
- Memilih Waktu Mustajab: Meskipun berdoa bisa dilakukan kapan saja, ada waktu-waktu tertentu di mana pintu langit dikatakan terbuka lebih lebar. Waktu-waktu ini termasuk:
- Sepertiga Malam Terakhir: Waktu tahajud adalah saat paling hening dan paling dekat antara hamba dengan Rabb-nya.
- Di Antara Adzan dan Iqamah: Waktu singkat yang penuh berkah.
- Saat Sujud dalam Shalat: Posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya.
- Setelah Shalat Fardhu: Waktu yang tepat untuk memanjatkan hajat pribadi.
- Hari Jumat: Terutama pada waktu setelah Ashar hingga menjelang Maghrib.
- Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan: Ini adalah adab fisik yang menunjukkan kerendahan hati dan kepasrahan kita sebagai hamba di hadapan Sang Khalik.
- Memulai dengan Pujian dan Shalawat: Jangan langsung meminta. Mulailah doa dengan memuji keagungan Allah (misalnya dengan Asmaul Husna) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah "pembuka pintu" doa yang diajarkan oleh Rasulullah.
Dengan melakukan persiapan ini, kita menempatkan diri dalam kondisi spiritual terbaik. Hati menjadi lebih lembut, pikiran lebih fokus, dan jiwa lebih siap untuk menerima apa pun ketetapan-Nya. Persiapan ini mengubah doa dari sekadar permintaan menjadi sebuah ibadah yang mendalam.
Bab 3: Kumpulan Doa Agar Seseorang Kembali Kepada Kita
Setelah hati siap dan adab terpenuhi, inilah saatnya kita memanjatkan permohonan. Berikut adalah beberapa doa yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadits, serta doa yang bisa diucapkan dengan bahasa hati kita sendiri, yang insya Allah bisa menjadi wasilah (perantara) untuk meluluhkan hati dan menyatukan kembali dua insan.
1. Doa Peluluh Hati dan Pengikat Kasih Sayang (Surat Ali 'Imran Ayat 31)
Doa ini pada dasarnya adalah pernyataan cinta kita kepada Allah, yang mana buah dari cinta tersebut adalah kasih sayang-Nya kepada kita dan kasih sayang di antara makhluk-Nya. Ini adalah cara memohon cinta melalui jalur yang paling utama: mencintai Sang Pemilik Cinta.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Qul in kuntum tuhibbuunallaaha fattabi'uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum, wallaahu ghafuurur rahiim.
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Cara Mengamalkan: Bacalah ayat ini berulang kali, terutama setelah shalat fardhu. Resapi maknanya. Niatkan bahwa dengan mengikuti ajaran Rasulullah dan mencintai Allah, Anda memohon agar Allah menumbuhkan kembali rasa cinta di hati orang yang Anda maksudkan, sebagai buah dari cinta-Nya kepada Anda.
2. Doa Nabi Yusuf untuk Daya Tarik dan Disayangi
Doa ini terkenal memiliki kekuatan untuk memancarkan aura positif dan membuat seseorang disukai. Ini bukan tentang sihir, melainkan memohon kepada Allah agar wajah dan pribadi kita diberikan cahaya (nur) yang membuat orang lain merasa simpati dan sayang.
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
Idz qaala yuusufu li abiihi yaa abati inni ra aitu ahada 'asyara kaukabanw wasy syamsa wal qamara ra aituhum lii saajidin.
Artinya: "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, 'Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku'."
Cara Mengamalkan: Setelah berwudhu, bacalah ayat ini (Surat Yusuf Ayat 4) sebanyak 3 atau 7 kali, lalu usapkan ke wajah Anda. Lakukan dengan keyakinan penuh bahwa hanya Allah yang mampu memberikan pesona dan membuka hati manusia.
3. Wirid Asmaul Husna: Ya Wadud dan Ya Rahman Ya Rahim
Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang paling indah, dan berdoa dengan menyebut nama-nama ini sangat dianjurkan. Untuk urusan hati dan kasih sayang, dua nama ini memiliki kekuatan yang luar biasa.
- Ya Wadud (يا ودود): Artinya "Yang Maha Mencintai" atau "Yang Maha Mengasihi". Dzikir ini memanggil sifat cinta Allah. Dengan terus-menerus menyebut "Ya Wadud", kita seolah-olah mengetuk pintu Arsy dengan frekuensi cinta, memohon agar percikan cinta-Nya diturunkan ke dalam hati orang yang kita tuju. Amalkan dzikir ini sebanyak-banyaknya, misalnya 100 kali setiap selesai shalat.
- Ya Rahman, Ya Rahim (يا رحمن يا رحيم): Artinya "Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang". Dua nama ini membuka setiap surat dalam Al-Qur'an (kecuali At-Taubah), menunjukkan betapa luasnya kasih sayang Allah. Dengan berdzikir menyebut dua nama ini, kita memohon agar hati kita dan hatinya diselimuti oleh rahmat dan kasih sayang Allah, sehingga kekerasan hati melunak dan pintu maaf terbuka.
4. Doa dengan Bahasa Hati yang Paling Tulus
Terkadang, doa yang paling mustajab adalah doa yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, diucapkan dengan bahasa kita sendiri, dengan penuh kerendahan dan air mata. Allah Maha Mengerti setiap bahasa, bahkan bisikan hati yang tak terucap. Setelah selesai shalat atau di keheningan malam, bicaralah kepada Allah seolah-olah Anda sedang curhat kepada Sahabat yang Paling Memahami.
Contoh untaian doa pribadi:
"Ya Allah, Engkau Yang Maha Membolak-balikkan hati. Hati ini terasa sakit dan rindu akan hamba-Mu (sebutkan namanya). Engkau tahu betapa aku mencintainya karena-Mu. Jika kebersamaan kami membawa kebaikan bagi dunia dan akhirat kami, maka lembutkanlah hatinya, ya Allah. Tuntunlah ia untuk kembali kepadaku. Hilangkanlah segala penghalang, kesalahpahaman, dan amarah di antara kami. Satukanlah kami kembali dalam ikatan yang Engkau ridhai. Namun, jika perpisahan ini adalah yang terbaik bagi kami berdua, maka berikanlah aku kekuatan, kesabaran, dan keikhlasan untuk menerima ketetapan-Mu. Gantilah kesedihan ini dengan sesuatu yang lebih baik di sisi-Mu. Aku serahkan segalanya pada-Mu, ya Rabb..."
Bab 4: Ikhtiar dan Amalan Pendukung Doa
Langit tidak akan menurunkan emas begitu saja. Doa harus diiringi dengan ikhtiar (usaha). Dalam konteks ini, ikhtiar terbagi menjadi dua: ikhtiar spiritual (amalan) dan ikhtiar duniawi (perbuatan nyata). Keduanya harus berjalan beriringan untuk menyempurnakan usaha kita dalam menjemput takdir baik.
A. Ikhtiar Spiritual (Amalan Ibadah)
Amalan-amalan ini berfungsi sebagai "booster" atau penguat bagi doa-doa yang kita panjatkan. Ini adalah cara kita menunjukkan kesungguhan kepada Allah.
1. Menjaga Shalat Fardhu di Awal Waktu
Ini adalah pondasi dari segalanya. Bagaimana kita bisa berharap permintaan khusus kita dikabulkan jika panggilan wajib dari-Nya saja kita abaikan atau tunda-tunda? Shalat di awal waktu menunjukkan prioritas kita. Ketika kita memprioritaskan Allah, Allah akan memprioritaskan hajat kita.
2. Melaksanakan Shalat Sunnah Hajat
Seperti namanya, Shalat Hajat adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang memiliki keinginan atau kebutuhan khusus. Lakukan shalat ini minimal dua rakaat, idealnya di sepertiga malam terakhir. Setelah salam, panjatkan puji-pujian kepada Allah, bershalawat, lalu sampaikan hajat Anda secara spesifik mengenai keinginan agar orang tersebut kembali.
3. Mendawamkan Shalat Tahajud
Shalat Tahajud adalah senjata orang beriman. Di saat kebanyakan orang terlelap, Anda bangun untuk berduaan dengan Sang Pencipta. Suasana hening, hati yang lebih khusyuk, dan janji Allah untuk mengabulkan doa di waktu ini menjadikannya amalan yang sangat ampuh. Manfaatkan momen setelah tahajud untuk memanjatkan doa agar seseorang kembali kepada kita dengan berlinang air mata.
4. Bersedekah dengan Niat Hajat Terkabul
Sedekah memiliki kekuatan luar biasa untuk menolak bala dan membuka pintu rezeki. Rezeki tidak melulu soal uang, tetapi juga jodoh, ketenangan hati, dan kembalinya seseorang. Ketika bersedekah, niatkan dalam hati, "Ya Allah, dengan wasilah sedekah ini, aku memohon agar Engkau melembutkan hati (sebutkan nama) dan mengembalikannya kepadaku."
5. Membaca Al-Qur'an, Terutama Surat-surat Pilihan
Al-Qur'an adalah penyembuh (syifa). Membacanya akan menenangkan hati yang gundah. Beberapa surat dipercaya memiliki fadhilah khusus untuk urusan kasih sayang, seperti Surat Ar-Rahman (mengajarkan tentang nikmat kasih sayang Allah), Surat Yasin (dianggap sebagai jantung Al-Qur'an), dan Surat Al-Waqi'ah. Namun, membaca surat apa pun dengan niat mendekatkan diri kepada Allah sudah merupakan amalan yang agung.
B. Ikhtiar Duniawi (Perbuatan Nyata)
Setelah menyerahkan urusan langit, kita juga harus mengerjakan urusan di bumi. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak berusaha mengubahnya sendiri.
1. Perbaikan Diri Total (Upgrade Diri)
Kembali ke Bab 1. Setelah mengidentifikasi kekurangan, inilah saatnya untuk memperbaikinya. Jika Anda dulu pemarah, belajarlah mengelola emosi. Jika kurang perhatian, belajarlah menjadi pendengar yang lebih baik. Fokuslah untuk menjadi versi terbaik dari diri Anda, bukan untuknya, tetapi untuk diri sendiri dan untuk Allah. Perubahan positif ini akan memancarkan aura yang berbeda, yang mungkin saja bisa menariknya kembali secara alami.
2. Menjaga Silaturahmi yang Sehat
Jika situasinya memungkinkan dan tidak melanggar prinsip, jangan memutuskan tali silaturahmi sepenuhnya. Anda bisa sesekali mengirim pesan menanyakan kabar (tanpa memaksa atau mengungkit masa lalu), atau mengucapkan selamat di hari-hari spesialnya. Tunjukkan bahwa Anda masih peduli sebagai seorang teman. Hindari sikap mengemis cinta atau menerornya, karena itu justru akan membuatnya semakin menjauh. Jaga martabat Anda.
3. Meminta Maaf dengan Tulus
Jika perpisahan itu jelas karena kesalahan Anda, menelan ego dan meminta maaf adalah langkah ksatria. Sampaikan permintaan maaf yang tulus tanpa embel-embel "tapi" dan tanpa mengharapkan ia harus langsung kembali saat itu juga. Cukup sampaikan bahwa Anda menyadari kesalahan dan menyesalinya. Ini akan membuka pintu komunikasi yang mungkin telah tertutup rapat.
Bab 5: Puncak Penyerahan Diri - Tawakal dan Seni Menerima Ketetapan
Inilah bab yang paling sulit, namun paling menentukan kedewasaan iman seseorang. Setelah semua doa dipanjatkan dan segala ikhtiar dikerjakan, ada satu langkah terakhir yang harus dilakukan: Tawakal. Tawakal berarti menyerahkan hasil akhirnya secara total kepada Allah SWT.
Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Tawakal adalah buah dari usaha maksimal. Kita telah melakukan bagian kita sebagai manusia; berdoa, memperbaiki diri, dan berusaha. Kini, biarkan Allah melakukan bagian-Nya sebagai Tuhan. Memahami konsep tawakal akan membebaskan kita dari kecemasan akan hasil.
Mengapa Tawakal Begitu Penting?
- Menjaga Kesehatan Mental: Terus-menerus cemas akan hasil akan menguras energi dan membuat kita stres. Dengan tawakal, hati menjadi lebih tenang karena kita yakin Allah akan memberikan yang terbaik, apa pun bentuknya.
- Membuktikan Keimanan: Tawakal adalah bukti bahwa kita benar-benar percaya pada kebijaksanaan Allah. Kita yakin bahwa pengetahuan-Nya meliputi masa depan, sementara pengetahuan kita sangat terbatas.
- Membuka Pintu Hikmah: Seringkali, apa yang kita inginkan bukanlah apa yang kita butuhkan. Allah lebih tahu apa yang terbaik. Mungkin saja, dengan tidak kembalinya orang tersebut, Allah sedang mempersiapkan kita untuk seseorang yang jauh lebih baik, atau melindungi kita dari sakit hati yang lebih parah di masa depan.
Ingatlah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 216:
"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Ayat ini adalah pengingat yang sangat kuat. Hati kita mungkin menjerit menginginkannya kembali, tetapi hanya Allah yang tahu akhir dari cerita ini. Jika pada akhirnya ia kembali, maka itu adalah karunia dan jawaban atas doa. Syukurilah. Namun, jika ia tidak kembali, percayalah bahwa itu juga merupakan karunia dalam bentuk yang lain. Allah sedang menyelamatkan Anda atau sedang mempersiapkan skenario yang lebih indah.
Kesimpulan: Perjalanan Doa adalah Tujuan Itu Sendiri
Perjalanan memanjatkan doa agar seseorang kembali kepada kita sesungguhnya adalah perjalanan untuk kembali kepada Allah. Prosesnya—mulai dari introspeksi, membersihkan niat, beribadah lebih giat, hingga belajar tawakal—adalah proses yang mendewasakan jiwa dan mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.
Hasil akhirnya, apakah ia kembali atau tidak, menjadi nomor dua. Yang terpenting adalah Anda telah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih dekat dengan Tuhan Anda. Hubungan Anda dengan Allah menjadi lebih erat, dan inilah kemenangan yang sejati. Sebab, ketika Anda telah mendapatkan cinta dari Sang Pemilik seluruh hati, maka kembalinya hati seorang makhluk hanyalah bonus kecil dari karunia-Nya yang tak terhingga.
Teruslah berdoa, teruslah berikhtiar, dan serahkan sisanya kepada sutradara terbaik kehidupan, Allah SWT. Apapun hasilnya, Anda tidak akan pernah kalah.