Memahami Bacaan Izhar: Jelas dan Terang

Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid adalah sebuah keutamaan. Salah satu hukum dasar yang paling sering ditemui adalah Izhar. Mari kita selami lebih dalam pengertian, jenis, dan contoh-contoh bacaan Izhar agar tilawah kita semakin sempurna.

Ilustrasi Hukum Izhar Halqi نْ ــًــٍــٌ ء ه ع ح غ خ Ilustrasi hukum bacaan Izhar Halqi dengan huruf Nun Sukun di tengah dikelilingi oleh enam huruf Halqi: Hamzah, Ha, Ain, Ha, Ghain, dan Kha.

Apa Itu Izhar?

Secara bahasa (etimologi), Izhar (إِظْهَار) berarti 'jelas', 'terang', atau 'menampakkan'. Dalam konteks ilmu tajwid, Izhar adalah sebuah hukum bacaan di mana suatu huruf diucapkan dengan jelas dan terang dari makhraj-nya (tempat keluarnya huruf) tanpa disertai dengan dengungan (ghunnah) yang dipanjangkan. Bunyi huruf yang dikenai hukum Izhar harus dilafalkan secara tegas, tidak samar, dan tidak ditahan.

Prinsip dasar terjadinya Izhar adalah karena jauhnya jarak makhraj antara huruf yang menjadi sebab (seperti Nun Sukun atau Mim Sukun) dengan huruf Izhar yang mengikutinya. Jarak yang jauh ini membuat kedua bunyi huruf tidak mungkin untuk dileburkan (idgham) atau disamarkan (ikhfa), sehingga cara paling alami untuk mengucapkannya adalah dengan membacanya secara terpisah dan jelas.

Menguasai bacaan Izhar adalah langkah fundamental dalam tajwid. Kesalahan dalam melafalkannya, seperti menambah ghunnah atau membacanya samar, dapat mengubah ritme bacaan dan bahkan berpotensi mengubah makna, meskipun tidak secara langsung. Oleh karena itu, penting untuk mengenali huruf-hurufnya dan melatih pengucapannya dengan benar.

Jenis-jenis Hukum Bacaan Izhar

Dalam ilmu tajwid, hukum Izhar terbagi menjadi tiga jenis utama, yang dibedakan berdasarkan huruf yang menjadi penyebabnya. Ketiganya adalah:

  1. Izhar Halqi: Terjadi ketika Nun Sukun (نْ) atau Tanwin (ــًــٍــٌ) bertemu dengan salah satu dari enam huruf tenggorokan (huruf halqi).
  2. Izhar Syafawi: Terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah kecuali Mim (م) dan Ba (ب).
  3. Izhar Mutlaq (atau Izhar Wajib): Merupakan kasus khusus di mana Nun Sukun (نْ) bertemu dengan huruf Ya (ي) atau Wawu (و) dalam satu kata.

Setiap jenis memiliki aturan dan contohnya masing-masing. Pembahasan berikut akan mengupas tuntas setiap jenis Izhar, dimulai dari yang paling umum, yaitu Izhar Halqi.


1. Izhar Halqi (إِظْهَار حَلْقِي)

Izhar Halqi adalah jenis Izhar yang paling sering dijumpai dalam Al-Qur'an. Disebut "Halqi" karena huruf-huruf penyebabnya keluar dari tenggorokan (Al-Halq). Hukum ini berlaku apabila ada Nun Sukun (نْ) atau Tanwin (fathatain ــً, kasratain ــٍ, dhammatain ــٌ) bertemu dengan salah satu dari enam huruf halqi.

Keenam huruf Izhar Halqi adalah:

ء هـ ع ح غ خ

Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi Nun Sukun atau Tanwin secara jelas dan tegas, tanpa ada dengungan (ghunnah) sama sekali, lalu langsung menyambung ke pengucapan huruf halqi yang mengikutinya. Bunyi 'N' pada Nun Sukun atau Tanwin harus terdengar murni.

Mari kita bahas satu per satu contoh untuk setiap hurufnya.

A. Bertemu dengan Huruf Hamzah (ء)

Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Hamzah, bunyi 'N' harus diucapkan dengan jelas sebelum melafalkan bunyi Hamzah yang tegas.

Contoh Nun Sukun (نْ) bertemu Hamzah (ء)

Contoh Tanwin (ــًــٍــٌ) bertemu Hamzah (ء)

B. Bertemu dengan Huruf Ha' (هـ)

Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Ha', bunyi 'N' diucapkan jelas sebelum masuk ke huruf Ha' yang diucapkan dari pangkal tenggorokan.

Contoh Nun Sukun (نْ) bertemu Ha' (هـ)

Contoh Tanwin (ــًــٍــٌ) bertemu Ha' (هـ)

C. Bertemu dengan Huruf 'Ain (ع)

Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf 'Ain, bunyi 'N' harus diucapkan dengan jelas sebelum melafalkan huruf 'Ain dari tengah tenggorokan.

Contoh Nun Sukun (نْ) bertemu 'Ain (ع)

Contoh Tanwin (ــًــٍــٌ) bertemu 'Ain (ع)

D. Bertemu dengan Huruf Ha (ح)

Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Ha (berbeda dengan Ha' sebelumnya), bunyi 'N' diucapkan dengan jelas sebelum masuk ke huruf Ha yang juga berasal dari tengah tenggorokan.

Contoh Nun Sukun (نْ) bertemu Ha (ح)

Contoh Tanwin (ــًــٍــٌ) bertemu Ha (ح)

E. Bertemu dengan Huruf Ghain (غ)

Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Ghain, bunyi 'N' harus diucapkan dengan jelas sebelum melafalkan huruf Ghain yang berasal dari ujung tenggorokan.

Contoh Nun Sukun (نْ) bertemu Ghain (غ)

Contoh Tanwin (ــًــٍــٌ) bertemu Ghain (غ)

F. Bertemu dengan Huruf Kha' (خ)

Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Kha', bunyi 'N' diucapkan dengan jelas sebelum masuk ke huruf Kha' yang juga berasal dari ujung tenggorokan.

Contoh Nun Sukun (نْ) bertemu Kha' (خ)

Contoh Tanwin (ــًــٍــٌ) bertemu Kha' (خ)


2. Izhar Syafawi (إِظْهَار شَفَوِي)

Izhar Syafawi adalah hukum bacaan yang berkaitan dengan Mim Sukun (مْ). Dinamakan "Syafawi" karena huruf Mim keluar dari bibir (Asy-Syafatain). Hukum ini terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah, kecuali dua huruf: Mim (م) dan Ba (ب).

Jika Mim Sukun bertemu Mim (م), hukumnya menjadi Idgham Mimi (atau Idgham Mitslain). Jika Mim Sukun bertemu Ba (ب), hukumnya menjadi Ikhfa Syafawi.

Cara membaca Izhar Syafawi adalah dengan melafalkan bunyi Mim Sukun (مْ) secara jelas, dengan bibir tertutup rapat namun tidak ditahan berlebihan, kemudian langsung mengucapkan huruf berikutnya. Perlu diperhatikan agar tidak ada dengungan (ghunnah) yang memanjang pada saat melafalkan Mim Sukun. Bunyi 'M' harus terdengar tegas dan singkat.

Huruf-huruf Izhar Syafawi ada 26, yaitu:

ء ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل ن هـ و ي

Berikut adalah beberapa contoh bacaan Izhar Syafawi dalam Al-Qur'an.

Contoh Mim Sukun (مْ) bertemu huruf-huruf Izhar Syafawi

Kunci dari Izhar Syafawi adalah menjaga agar bibir tidak tertahan terlalu lama saat mengucapkan Mim Sukun. Bunyinya harus jelas, singkat, lalu segera beralih ke huruf selanjutnya.


3. Izhar Mutlaq / Izhar Wajib (إِظْهَار مُطْلَق)

Izhar Mutlaq, yang juga sering disebut Izhar Wajib, adalah kasus yang sangat spesifik dan merupakan pengecualian dari hukum Idgham Bighunnah. Hukum ini terjadi apabila Nun Sukun (نْ) bertemu dengan huruf Ya (ي) atau Wawu (و) di dalam satu kata yang sama.

Secara standar, pertemuan Nun Sukun dengan Ya (ي) atau Wawu (و) seharusnya dibaca Idgham Bighunnah (melebur dengan dengung). Namun, jika pertemuan ini terjadi dalam satu kata, maka hukumnya berubah menjadi Izhar. Nun Sukun harus dibaca jelas dan tidak boleh dileburkan ke huruf Ya atau Wawu.

Alasan diwajibkannya Izhar dalam kasus ini adalah untuk menjaga keaslian makna dan struktur kata tersebut. Jika dibaca dengan idgham, kata tersebut akan terdengar aneh dan maknanya bisa berubah atau hilang. Contohnya, kata دُنْيَا jika di-idgham-kan akan terdengar seperti "duyya", yang menghilangkan makna aslinya.

Di dalam Al-Qur'an (berdasarkan riwayat Hafs an 'Asim), hanya ada empat kata yang memenuhi kaidah Izhar Mutlaq ini:

1. Kata دُنْيَا (Dunya)

Nun sukun bertemu Ya (ي) dalam satu kata. Bunyi 'n' harus dibaca jelas: Dun-ya.

2. Kata بُنْيَانٌ (Bunyanun)

Nun sukun bertemu Ya (ي) dalam satu kata. Bunyi 'n' harus dibaca jelas: Bun-yaanun.

3. Kata قِنْوَانٌ (Qinwanun)

Nun sukun bertemu Wawu (و) dalam satu kata. Bunyi 'n' harus dibaca jelas: Qin-waanun.

4. Kata صِنْوَانٌ (Sinwanun)

Nun sukun bertemu Wawu (و) dalam satu kata. Bunyi 'n' harus dibaca jelas: Sin-waanun.

Keempat kata ini harus dihafal dan diperhatikan dengan saksama saat membaca Al-Qur'an agar tidak keliru membacanya dengan hukum Idgham.

Kesalahan Umum dalam Melafalkan Izhar

Meskipun terlihat sederhana, terdapat beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan saat mempraktikkan hukum Izhar. Mengetahui kesalahan ini dapat membantu kita untuk menghindarinya.

  1. Memberi Ghunnah (Dengung) Sedikit. Ini adalah kesalahan paling umum, terutama pada Izhar Halqi. Pembaca terkadang masih menyisakan sedikit suara sengau atau dengung saat mengucapkan Nun Sukun atau Tanwin. Bacaan Izhar yang benar harus benar-benar bersih dari ghunnah. Bunyi 'N' harus murni dan jelas, seolah-olah mengucapkan huruf 'N' dalam bahasa Indonesia.
  2. Melakukan Saktah (Berhenti Sejenak). Kesalahan lainnya adalah berhenti sejenak tanpa bernapas (saktah) antara Nun Sukun/Tanwin dengan huruf Izhar. Misalnya, membaca مِنْهُمْ menjadi "min... hum". Bacaan yang benar adalah menyambung langsung dengan lancar, "minhum", di mana bunyi 'n' dan 'h' diucapkan secara berurutan tanpa jeda, namun tetap terpisah dan jelas.
  3. Memantulkan Huruf Nun Sukun (Qalqalah). Terkadang, karena ingin membaca dengan jelas, Nun Sukun malah dibaca memantul seperti huruf Qalqalah. Misalnya, أَنْعَمْتَ dibaca "an'amta" dengan getaran pada huruf 'n'. Seharusnya, makhraj Nun Sukun ditahan pada posisinya tanpa dipantulkan sebelum pindah ke makhraj huruf 'Ain.
  4. Mengucapkan Mim Sukun Terlalu Lama pada Izhar Syafawi. Pada Izhar Syafawi, bibir harus merapat sempurna untuk mengucapkan Mim Sukun (مْ), tetapi tidak boleh ditahan terlalu lama hingga menimbulkan dengungan. Bacaannya harus cepat dan jelas, misalnya pada لَكُمْ دِينُكُمْ, setelah 'kum' langsung pindah ke 'dii' tanpa menahan suara 'm' pada 'kum'.

Kesimpulan

Izhar, yang berarti 'jelas', adalah salah satu pilar utama dalam ilmu tajwid. Memahaminya secara komprehensif, mulai dari Izhar Halqi yang berkaitan dengan Nun Sukun/Tanwin dan enam huruf tenggorokan, Izhar Syafawi yang berlaku pada Mim Sukun, hingga Izhar Mutlaq sebagai kasus pengecualian yang wajib dibaca jelas, akan meningkatkan kualitas tilawah Al-Qur'an kita.

Kunci utama dari semua jenis Izhar adalah melafalkan huruf (Nun, Tanwin, atau Mim) dengan bunyi yang murni, tegas, dan terang, tanpa disertai dengungan (ghunnah) atau jeda yang tidak perlu. Dengan latihan yang tekun dan perhatian pada detail, kita dapat menyempurnakan bacaan kita, sehingga setiap huruf yang kita lafalkan sesuai dengan kaidah yang telah diajarkan, dan tilawah kita menjadi lebih indah dan bermakna.

🏠 Kembali ke Homepage