Panduan Lengkap Cara Pelihara Ayam Kampung untuk Pemula dan Usaha Skala Besar
Beternak ayam kampung telah menjadi pilihan usaha yang menjanjikan di Indonesia, baik untuk skala rumahan (hobi) maupun komersial. Daging dan telur ayam kampung dikenal memiliki kualitas rasa yang lebih unggul, serat yang lebih padat, dan dianggap lebih sehat dibandingkan ayam ras broiler. Namun, kesuksesan dalam memelihara jenis ayam ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang manajemen kandang, nutrisi, dan pencegahan penyakit.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek yang harus Anda ketahui, mulai dari persiapan awal, perawatan harian, hingga strategi panen yang efisien, memastikan Anda memiliki fondasi pengetahuan yang kokoh untuk menjalankan usaha ternak ayam kampung secara profesional dan berkelanjutan.
I. Fondasi Awal: Perencanaan Usaha dan Persiapan Kandang
Langkah pertama sebelum membeli bibit adalah memastikan perencanaan yang matang. Ayam kampung, meskipun dikenal tahan banting, tetap membutuhkan lingkungan yang terstruktur untuk mencapai potensi pertumbuhan maksimal. Kegagalan di tahap ini sering menjadi penyebab kerugian besar di kemudian hari.
1. Menentukan Sistem Pemeliharaan
Ayam kampung dapat dipelihara menggunakan beberapa metode, dan pemilihan metode sangat mempengaruhi desain kandang dan kebutuhan modal:
- Sistem Umbaran (Tradisional): Ayam dilepas bebas di area yang luas (kebun, pekarangan). Keuntungannya adalah biaya pakan yang rendah karena ayam mencari makan sendiri, namun kontrol kesehatan sulit dan pertumbuhan lambat. Sistem ini ideal untuk skala hobi.
- Sistem Semi-Intensif: Ayam tetap memiliki area umbaran (padang rumput/halaman berpagar) tetapi pada malam hari atau saat hujan dimasukkan ke dalam kandang tertutup. Sistem ini menggabungkan kualitas daging yang baik (dari umbaran) dengan kontrol kesehatan dan pemberian pakan tambahan yang lebih teratur.
- Sistem Intensif (Kandang Tertutup): Seluruh aktivitas ayam (makan, minum, tidur) dilakukan di dalam kandang, baik kandang lantai litter (sekam) atau kandang panggung. Sistem ini memaksimalkan jumlah populasi per lahan dan memudahkan pengawasan kesehatan, serta mempercepat target panen. Ini adalah sistem yang disarankan untuk tujuan komersial.
2. Syarat Mutlak Lokasi dan Desain Kandang
Kandang adalah jantung dari peternakan. Desain yang buruk akan menciptakan stres, kelembapan tinggi, dan menjadi sarang penyakit. Untuk mencapai efisiensi, kandang harus memenuhi syarat-syarat teknis berikut:
a. Aspek Lokasi
- Jauh dari Pemukiman: Untuk menghindari keluhan bau dan penyebaran penyakit dari dan ke ayam peliharaan warga lain. Jarak ideal adalah minimal 50-100 meter.
- Akses Transportasi: Lokasi harus mudah dijangkau kendaraan pengangkut pakan, obat-obatan, dan hasil panen.
- Ketersediaan Air Bersih: Kebutuhan air minum dan sanitasi harus terjamin.
- Sinar Matahari Pagi: Arah kandang sebaiknya membujur dari Timur ke Barat untuk memaksimalkan masuknya sinar matahari pagi (sebagai desinfektan alami) dan meminimalkan paparan sinar terik siang hari.
b. Jenis Kandang dan Ukuran Ideal
Untuk sistem semi-intensif dan intensif, kandang panggung adalah pilihan terbaik karena menjaga lantai tetap kering, sirkulasi udara lebih baik, dan mempermudah pembersihan kotoran. Kotoran yang jatuh di bawah dapat dipanen sebagai pupuk organik.
Rasio Kepadatan Kandang (Standar Intensif):
- Fase Starter (0-4 minggu): 20-25 ekor per meter persegi.
- Fase Grower (4-12 minggu): 8-10 ekor per meter persegi.
- Fase Finisher (di atas 12 minggu): 5-7 ekor per meter persegi.
Jika menggunakan kandang koloni/litter, pastikan ketinggian dinding kandang (kisi-kisi) minimal 2 meter agar ventilasi optimal. Gunakan bahan atap yang tidak menyerap panas berlebihan, seperti genteng atau asbes yang dicat putih. Hindari atap seng tanpa plafon yang dapat menyebabkan ayam kepanasan (heat stress).
3. Peralatan Wajib dalam Kandang
Peralatan harus disiapkan sebelum DOC (Day Old Chick) tiba:
- Tempat Pakan dan Minum: Harus disesuaikan ukurannya dengan usia ayam. Pada fase DOC, gunakan tempat pakan datar (nampan) dan tempat minum galon kecil. Seiring bertambah usia, ganti dengan tempat pakan gantung/palungan yang lebih besar.
- Brooder (Pemanas): Sangat krusial untuk DOC (0-14 hari). Pemanas bisa berupa lampu gas (brooder gas) atau lampu pijar (minimal 60 Watt per 100 ekor). Suhu di zona brooder harus dijaga antara 32°C hingga 35°C pada minggu pertama.
- Sekam/Litter: Jika menggunakan kandang lantai, sekam padi harus disiapkan dengan ketebalan minimal 5-10 cm. Sekam harus diganti atau dibalik secara berkala untuk mencegah kelembapan dan pertumbuhan bakteri.
- Termometer dan Higrometer: Untuk memantau suhu dan kelembapan di dalam kandang, terutama di area brooding.
II. Manajemen Bibit dan Fase Brooding (0–4 Minggu)
Fase brooding adalah penentu utama keberhasilan peternakan. Jika manajemen brooding gagal, angka kematian (mortalitas) akan tinggi dan sisa ayam yang bertahan akan memiliki pertumbuhan yang terhambat (stunting).
1. Pemilihan Sumber Bibit (DOC)
Untuk mendapatkan hasil panen yang seragam dan cepat, peternak komersial disarankan memilih DOC dari keturunan galur unggul (misalnya Ayam Kampung Unggul Balitbangtan/KUB atau ayam Joper/Jowo Super). Ciri-ciri DOC yang berkualitas adalah:
- Bobot minimal 35 gram per ekor.
- Aktif, lincah, dan tidak terlihat lemas.
- Pusar sudah kering dan tertutup sempurna.
- Bulu kering dan bersih, tidak ada cacat fisik.
2. Penerimaan DOC dan Persiapan Brooder
Tiga hari sebelum DOC datang, kandang harus dibersihkan total, didesinfeksi (misalnya menggunakan larutan formalin atau disinfektan komersial), dan dibiarkan kosong.
Area brooding harus disiapkan dengan sekat melingkar (dari kardus atau seng) dengan diameter yang cukup, menyediakan ruang minimal 50 cm persegi per ekor. Pemanas dinyalakan 2 jam sebelum DOC tiba untuk memanaskan lantai dan udara.
a. Manajemen Suhu di Brooding
Kunci keberhasilan brooding adalah menjaga suhu optimal. Perhatikan perilaku DOC sebagai indikator suhu:
| Usia Ayam |
Suhu Ideal (°C) |
Perilaku Ayam |
| Hari 1–7 |
33–35 |
Menyebar merata di bawah pemanas. |
| Hari 8–14 |
30–32 |
Mulai menjauh sedikit dari pusat panas. |
| Hari 15–21 |
28–30 |
Menyebar hampir di seluruh area, kecuali saat tidur. |
| Minggu ke-4 dan seterusnya |
Suhu ruangan |
Pemanas dapat mulai dimatikan secara bertahap. |
Catatan: Jika ayam berkumpul di tengah dan berdesakan, itu tanda kedinginan. Jika ayam menjauh dari pemanas dan megap-megap, itu tanda kepanasan.
3. Pemberian Pakan dan Air Minum Fase Starter
Pada hari pertama (H+1) kedatangan, berikan air gula atau vitamin elektrolit (anti-stres) selama 2-4 jam pertama. Ini membantu memulihkan energi setelah perjalanan jauh.
- Pakan Starter: Gunakan pakan pabrikan yang tinggi protein (minimal 21-23%). Pakan harus berbentuk crumble atau mash halus (seperti tepung) agar mudah dicerna DOC. Pakan diberikan secara ad libitum (selalu tersedia).
- Pemberian Air: Air minum harus selalu bersih dan segar. Pada 3 hari pertama, air minum bisa ditambahkan vitamin B kompleks dan anti-stres. Pada hari ke-4, berikan air biasa, kecuali saat jadwal vaksinasi atau pengobatan.
- Masa Kritis: Minggu pertama dan kedua adalah masa kritis. Pastikan sanitasi ketat dan pantau konsumsi pakan. Jika konsumsi pakan turun, segera cari penyebabnya (bisa jadi sakit, kepanasan, atau kedinginan).
III. Nutrisi dan Strategi Pemberian Pakan Efisien
Pakan menyumbang 60-70% dari total biaya operasional. Mengelola pakan secara efisien tanpa mengurangi kualitas nutrisi adalah kunci profitabilitas. Program pakan harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan.
1. Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Fase
Berbeda dengan ayam broiler yang hanya memiliki satu fase pertumbuhan cepat, ayam kampung (terutama yang dipelihara semi-intensif) memiliki siklus yang lebih panjang. Kebutuhan Protein Kasar (PK) harus disesuaikan:
| Fase Ayam |
Usia |
Protein Kasar (PK) Ideal |
Bentuk Pakan |
| Starter |
0 – 4 minggu |
21% – 23% |
Crumble/Mash Halus |
| Grower |
4 – 8 minggu |
18% – 20% |
Pellet Kecil/Mash |
| Finisher/Layer |
8 minggu – Panen |
16% – 18% |
Pellet/Mash/Campuran Alternatif |
2. Strategi Penggunaan Pakan Alternatif
Untuk menekan biaya pakan di fase Grower dan Finisher, peternak sering beralih ke pakan campuran (ransum) atau pakan fermentasi. Pakan alternatif ini harus tetap mengandung sumber protein, energi, vitamin, dan mineral yang seimbang.
a. Sumber Pakan Energi (Karbohidrat)
- Dedak Padi (Bekatul): Sumber karbohidrat yang paling umum dan murah. Jangan gunakan dedak yang terlalu banyak sekam.
- Jagung Giling: Sumber energi yang sangat baik dan mengandung pigmen warna kuning pada kulit (xanthophyll), membuat warna kulit ayam lebih menarik.
- Singkong/Gaplek Kering: Harus diolah (direbus atau difermentasi) untuk menghilangkan zat anti-nutrisi (sianida).
b. Sumber Pakan Protein
- Tepung Ikan: Sumber protein hewani terbaik, tetapi mahal. Harus disimpan dalam keadaan kering.
- Tepung Kedelai (SBM): Sumber protein nabati yang sangat baik.
- Azolla Microphylla: Tanaman air yang memiliki kadar protein tinggi (25-30%) dan mudah dibudidayakan. Dapat diberikan segar atau dikeringkan.
- Maggot (BSF - Black Soldier Fly): Budidaya maggot sangat populer karena proteinnya mencapai 40-55% dan biaya produksi rendah. Maggot dapat diberikan hidup-hidup atau dikeringkan.
c. Proses Fermentasi Pakan
Fermentasi menggunakan mikroorganisme (seperti EM4) untuk meningkatkan daya cerna pakan, menghilangkan bau, dan mengurangi kadar racun (anti-nutrisi). Pakan hasil fermentasi harus disimpan di tempat kedap udara selama minimal 7-14 hari sebelum diberikan kepada ayam.
3. Pola Pemberian Pakan Harian
Pada fase Grower dan Finisher, disarankan menerapkan pola pemberian pakan terbatas (restricted feeding) untuk mengontrol FCR (Feed Conversion Ratio) dan mencegah kegemukan yang tidak perlu, terutama jika ayam dilepas di area umbaran.
- Pemberian Pagi: Berikan 40% dari jatah harian. Ini memicu ayam untuk aktif mencari makanan alami di area umbaran.
- Pemberian Sore: Berikan 60% dari jatah harian, biasanya menjelang ayam masuk kandang. Pemberian sore lebih banyak karena ayam akan beristirahat dan memerlukan nutrisi untuk perbaikan jaringan selama malam hari.
IV. Kesehatan, Sanitasi, dan Program Vaksinasi Holistik
Penyakit adalah ancaman terbesar dalam peternakan ayam kampung. Karena ayam kampung sering dibiarkan berinteraksi dengan lingkungan luar (tanah, air hujan, burung liar), risiko infeksi silang lebih tinggi daripada ayam broiler kandang tertutup. Pencegahan adalah investasi, bukan biaya.
1. Protokol Sanitasi Kandang
Sanitasi yang ketat mencegah 80% penyakit umum. Lakukan langkah-langkah berikut secara rutin:
- Desinfeksi Terjadwal: Lakukan penyemprotan desinfektan di seluruh area kandang, termasuk di bawah kandang panggung, minimal 1-2 kali seminggu.
- Pembersihan Tempat Pakan/Minum: Cuci tempat minum setiap hari. Biofilm yang menumpuk di tempat minum adalah tempat berkembang biaknya bakteri E. coli.
- Pengelolaan Litter: Jika menggunakan sekam, pastikan sekam selalu kering. Lakukan pengadukan setiap 3 hari. Tambahkan kapur atau probiotik untuk mengurangi amonia. Amonia yang tinggi merusak saluran pernapasan ayam.
- Biosekuriti: Batasi akses orang luar ke area peternakan. Sediakan tempat pencelupan kaki (foot bath) berisi desinfektan di gerbang masuk kandang.
2. Program Vaksinasi Esensial
Vaksinasi bertujuan membangun kekebalan spesifik terhadap penyakit berbahaya. Dua penyakit utama yang harus diwaspadai adalah Newcastle Disease (ND/Tetelo) dan Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD).
Jadwal Vaksinasi Ayam Kampung (Contoh Program Intensif)
| Usia |
Jenis Vaksin |
Metode Aplikasi |
Tujuan Utama |
| Hari 4 |
ND (Strain B1) |
Tetes Mata/Hidung |
Pencegahan ND primer. |
| Hari 10-12 |
Gumboro (IBD) |
Air Minum |
Membangun kekebalan terhadap IBD. |
| Hari 18 |
ND (Strain Lasota) |
Air Minum |
Pengulangan ND untuk kekebalan lebih kuat. |
| Minggu ke-4 |
Cacar (Fowl Pox) |
Tusuk Sayap (Wing Web) |
Pencegahan cacar (terutama penting di daerah endemik). |
| Minggu ke-8 |
ND (Inaktif/Killed) |
Suntik (Intramuskular) |
Booster untuk kekebalan jangka panjang. |
Perhatian Vaksinasi: Pastikan air minum yang digunakan untuk vaksin air minum bebas klorin dan didinginkan. Berikan vaksin saat pagi hari, setelah ayam merasa haus (air minum ditarik 2 jam sebelumnya).
3. Penanganan Penyakit Umum
Meskipun sudah divaksinasi, stres lingkungan atau serangan bakteri bisa terjadi. Peternak harus mampu mengenali gejala dini:
- Koksidiosis (Coccidiosis): Disebabkan oleh protozoa. Gejala: kotoran berdarah, ayam lesu, dan anemia. Penanganan: Berikan obat koksidiostatik (misalnya Amprolium) melalui air minum. Jaga kelembapan litter serendah mungkin.
- Koriza (Snot/Pilek): Disebabkan oleh bakteri Haemophilus paragallinarum. Gejala: pembengkakan pada wajah, hidung berlendir, bau amis. Penanganan: Segera isolasi ayam sakit dan berikan antibiotik yang sesuai (misalnya Eritromisin atau Sulfonamida).
- Berak Putih (Pullorum): Biasanya menyerang DOC. Gejala: kotoran putih seperti pasta, menempel di kloaka. Penanganan: Sanitasi total dan penggunaan antibiotik spektrum luas yang direkomendasikan dokter hewan.
Penting: Penggunaan Antibiotik dan Herbal
Jika Anda beternak ayam kampung untuk pasar organik atau premium, hindari penggunaan antibiotik kimia sebagai pencegahan (hanya digunakan saat pengobatan). Gunakan suplemen herbal (probiotik alami, air kunyit, bawang putih, atau jahe) untuk meningkatkan daya tahan tubuh harian.
V. Manajemen Pemeliharaan Lanjutan dan Fase Akhir
Setelah melewati fase brooding dan grower, manajemen harian berfokus pada efisiensi pakan, menjaga bobot seragam, dan persiapan panen.
1. Pemeliharaan Fase Grower (4-8 Minggu)
Pada fase ini, ayam mulai menunjukkan pertumbuhan pesat dan organ pencernaan telah berkembang sempurna.
- Pengurangan Panas: Pemanas telah dihilangkan. Sirkulasi udara menjadi sangat penting untuk membuang kelembapan.
- Transisi Pakan: Pakan starter secara bertahap diganti dengan pakan grower (PK lebih rendah). Transisi dilakukan selama 3-5 hari untuk menghindari diare.
- Pemisahan: Jika populasi sangat padat, ini adalah waktu untuk memisahkan populasi ke kandang yang lebih besar untuk memenuhi rasio kepadatan yang lebih longgar (8-10 ekor/m²).
- Deworming (Obat Cacing): Pemberian obat cacing biasanya dimulai sekitar usia 6-8 minggu, terutama pada ayam yang sering diumbar. Cacingan dapat menghambat penyerapan nutrisi secara drastis.
2. Fase Finisher (8 Minggu – Panen)
Tujuan utama fase ini adalah mencapai bobot target dengan biaya pakan termurah.
- Penggunaan Pakan Alternatif Maksimal: Inilah saatnya untuk memaksimalkan penggunaan pakan hasil fermentasi, maggot, atau Azolla untuk mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan yang mahal.
- Kontrol Bobot: Timbang sampel ayam secara mingguan (sampling) untuk memantau apakah rata-rata bobot sudah sesuai dengan target pasar (misalnya, 1,2 kg untuk ayam potong).
- Penyesuaian Pencahayaan (Opsional): Jika tujuannya adalah produksi telur (ayam petelur), program pencahayaan (penambahan lampu pada malam hari) harus mulai diatur pada usia 14-16 minggu untuk merangsang produksi hormon reproduksi.
3. Strategi Panen Ayam Pedaging Kampung
Ayam kampung membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai bobot ideal dibandingkan broiler (sekitar 70-100 hari, tergantung galur).
- Penentuan Bobot Target: Tentukan bobot panen berdasarkan permintaan pasar. Misalnya, bobot 0,9 kg hingga 1,3 kg per ekor.
- Periode Puasa (Withdrawal Period): Hentikan pemberian antibiotik atau obat-obatan kimia setidaknya 5-7 hari sebelum panen. Ini adalah syarat penting untuk menghasilkan daging yang aman dikonsumsi (bebas residu obat).
- Metode Panen: Panen dilakukan pada malam hari karena ayam lebih tenang dan mudah ditangkap, meminimalkan stres dan luka yang bisa menurunkan kualitas karkas.
- Pencatatan: Catat jumlah yang dipanen, total bobot, dan harga jual. Data ini sangat penting untuk menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan) dan profitabilitas.
VI. Analisis Usaha, Pemasaran, dan Manajemen Risiko
Beternak ayam kampung adalah bisnis, dan memerlukan manajemen keuangan dan pemasaran yang baik untuk memastikan kelangsungan usaha.
1. Menghitung FCR (Feed Conversion Ratio)
FCR adalah rasio perbandingan antara jumlah pakan yang dihabiskan dengan penambahan bobot ayam. FCR yang baik menunjukkan efisiensi pakan. Semakin kecil angka FCR, semakin efisien peternakan Anda.
Rumus: FCR = Total Berat Pakan yang Dihabiskan / Total Penambahan Bobot Ayam (dari awal hingga panen).
Untuk ayam kampung (semi-intensif/intensif), FCR yang dianggap baik berada di kisaran 3.0 hingga 3.5. Artinya, dibutuhkan 3.0 hingga 3.5 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg daging ayam kampung.
2. Analisis Titik Impas (BEP)
Peternak harus mengetahui BEP (Break Even Point) baik dalam rupiah maupun dalam jumlah ekor. Ini membantu menentukan harga jual minimum agar tidak merugi.
Komponen Biaya Utama:
- Biaya Tetap (Fixed Cost): Biaya yang tidak berubah, seperti penyusutan kandang, gaji tetap pekerja, dan biaya listrik/air bulanan.
- Biaya Variabel (Variable Cost): Biaya yang tergantung pada jumlah populasi, yaitu DOC, Pakan, Obat-obatan/Vitamin, dan Biaya Panen.
Fokus utama harus pada menekan biaya variabel (terutama pakan) tanpa mengurangi kualitas pertumbuhan.
3. Strategi Pemasaran Ayam Kampung
Pasar ayam kampung berbeda dari broiler, umumnya menargetkan segmen premium atau kuliner khusus.
- Pasar Tradisional: Menjual hidup-hidup ke pasar atau pedagang perantara. Margin kecil, tetapi cepat cair.
- Restoran/Warung Khusus: Jual karkas (ayam yang sudah disembelih dan dibersihkan) langsung ke warung soto, ayam goreng, atau rumah makan Padang. Harga jual per kg lebih tinggi.
- Pemasaran Digital: Membangun merek ayam kampung sehat/organik dan menjual langsung ke konsumen akhir melalui media sosial atau platform e-commerce, dengan harga premium.
- Mitra Plasma: Menjalin kerja sama dengan perusahaan besar yang membutuhkan suplai rutin ayam kampung KUB.
4. Manajemen Risiko dan Antisipasi Kerugian
Risiko terbesar adalah kematian massal akibat wabah penyakit (misalnya ND). Cara memitigasinya:
- Pembagian Populasi: Jangan menempatkan semua populasi dalam satu kandang besar. Bagi menjadi beberapa blok (All-in, All-out per blok) untuk mencegah penyebaran wabah.
- Stok Obat Darurat: Selalu sediakan antibiotik, vitamin, dan anti-stres di kandang.
- Asuransi Ternak (Jika Tersedia): Pertimbangkan asuransi untuk skala usaha yang sangat besar.
- Kontrak Jual Beli: Jika memungkinkan, buat kontrak pembelian hasil panen di awal siklus untuk menjamin harga jual dan menghindari fluktuasi pasar.
VII. Khusus Ayam Kampung Petelur (Layer Management)
Jika tujuan Anda adalah memproduksi telur, manajemennya sedikit berbeda dari ayam pedaging.
1. Pemilihan Bibit Layer
Pilih galur ayam kampung yang dikenal memiliki produksi telur yang stabil dan tinggi, seperti ayam KUB betina atau hasil silangan khusus petelur. Ayam ini mulai bertelur di usia 5-6 bulan (20-24 minggu).
2. Manajemen Kandang Layer
Kandang baterai (individual cage) ideal untuk ayam kampung petelur karena memudahkan pengumpulan telur, mengurangi tingkat pecah, dan meminimalkan kanibalisme. Jika menggunakan kandang umbaran, sediakan kotak sarang (nest box) yang gelap dan nyaman (rasio 1 sarang untuk 4-5 ekor ayam).
3. Program Pakan Layer
Saat ayam mulai berproduksi, kebutuhan kalsium dan proteinnya sangat tinggi.
- Pakan Pre-Layer (18-20 minggu): Kandungan protein 16-17%, difokuskan untuk mempersiapkan organ reproduksi.
- Pakan Layer (20 minggu ke atas): Protein 17-18%. Sangat penting menambahkan sumber kalsium, seperti tepung tulang, tepung kerang, atau kulit telur yang digiling halus, untuk menghasilkan cangkang telur yang kuat.
4. Pencahayaan untuk Produksi Telur
Ayam membutuhkan minimal 14-16 jam pencahayaan per hari untuk merangsang produksi telur yang maksimal. Peternak sering menambahkan pencahayaan buatan (lampu) selama 3-4 jam pada malam hari atau subuh.
Siklus Produksi: Ayam kampung produktif menghasilkan telur hingga usia 2 tahun. Setelah itu, produksi akan menurun drastis, dan ayam dapat dijual sebagai ayam afkir (daging). Lakukan seleksi dan culling (penyingkiran) ayam yang sudah tidak produktif secara berkala.
VIII. Mengatasi Masalah Lingkungan dan Perilaku
Manajemen lingkungan yang buruk dapat menyebabkan masalah perilaku yang merugikan peternak.
1. Kanibalisme (Saling Patuk)
Kanibalisme sering terjadi karena stres, kekurangan nutrisi (terutama protein atau metionin), atau kepadatan kandang yang terlalu tinggi. Jika kanibalisme terjadi, segera lakukan:
- Debeaking (Pemotongan Paruh): Dilakukan pada DOC (usia 7-10 hari) atau saat dewasa, meskipun ini bisa menjadi prosedur yang membuat stres.
- Mengurangi Cahaya: Kurangi intensitas cahaya (gunakan lampu merah jika perlu) atau sediakan area yang lebih teduh.
- Meningkatkan Pakan Serat: Beri pakan tambahan yang mengandung serat tinggi (misalnya hijauan) untuk membuat ayam lebih sibuk dan tidak bosan.
2. Heat Stress (Stres Panas)
Suhu di atas 32°C dapat menyebabkan stres panas, ditandai dengan ayam megap-megap, sayap merentang, dan penurunan konsumsi pakan. Solusi:
- Pastikan ventilasi kandang sangat baik.
- Pasang kipas angin (blower) jika diperlukan.
- Berikan air minum yang dingin dan tambahkan elektrolit atau vitamin C untuk membantu ayam mengatasi suhu tinggi.
3. Pengelolaan Kotoran (Feses)
Kotoran yang menumpuk menghasilkan gas amonia yang berbahaya. Jika Anda menggunakan kandang panggung, pastikan kotoran di bawahnya rutin disiram dengan cairan mikroba (EM4) untuk mempercepat dekomposisi dan mengurangi bau. Kotoran ini kemudian dapat diolah menjadi pupuk kandang yang bernilai jual.
Penutup
Memelihara ayam kampung modern membutuhkan perpaduan antara prinsip tradisional (ketahanan genetik) dan manajemen intensif (kontrol sanitasi dan nutrisi). Dengan menerapkan program brooding yang ketat, merancang program pakan yang hemat biaya menggunakan bahan alternatif, dan menjaga jadwal vaksinasi yang disiplin, Anda tidak hanya dapat meminimalkan risiko kerugian tetapi juga membangun usaha ternak ayam kampung yang berkelanjutan dan sangat menguntungkan di tengah permintaan pasar yang terus meningkat terhadap produk hewani berkualitas tinggi dan alami.