Pengantar Ilmu Tajwid
Secara bahasa, Tajwid ( تَجْوِيْد ) berarti melakukan sesuatu dengan indah atau memperindah. Dalam konteks ilmu Al-Qur'an, tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara mengucapkan huruf-huruf Al-Qur'an dengan benar sesuai dengan makhraj (tempat keluar huruf) dan sifat-sifatnya, serta hukum-hukum bacaan yang berlaku ketika huruf-huruf tersebut bertemu.
Tujuan utama mempelajari tajwid adalah untuk menjaga lisan dari kesalahan (lahn) saat membaca Kalamullah. Kesalahan ini terbagi dua: lahn jali (kesalahan yang jelas dan mengubah makna) dan lahn khafi (kesalahan tersembunyi yang mengurangi kesempurnaan bacaan). Dengan menerapkan tajwid, seorang pembaca Al-Qur'an berusaha untuk meneladani bacaan Rasulullah ﷺ yang diterimanya langsung dari Malaikat Jibril.
Hukum mempelajari teori ilmu tajwid adalah fardhu kifayah, artinya jika sebagian kaum muslimin telah mempelajarinya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, hukum mengamalkan atau mempraktikkan tajwid saat membaca Al-Qur'an adalah fardhu 'ain, yaitu wajib bagi setiap muslim yang membaca Al-Qur'an. Ini didasarkan pada firman Allah dalam Surah Al-Muzzammil ayat 4: ...وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا yang artinya, "...dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil (perlahan-lahan dan benar)."
Hukum Nun Sukun (نْ) dan Tanwin (ــًــٍــٌ)
Ini adalah salah satu bab terpenting dalam ilmu tajwid. Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari 28 huruf hijaiyah, akan timbul empat hukum bacaan yang berbeda. Tanwin pada dasarnya adalah Nun Sukun yang dilafalkan namun tidak ditulis.
1. Izhar Halqi (إظهار حلقي) - Jelas di Tenggorokan
Izhar berarti jelas atau terang. Halqi berarti tenggorokan. Izhar Halqi adalah melafalkan Nun Sukun atau Tanwin dengan jelas tanpa dengung (ghunnah) ketika bertemu dengan salah satu dari enam huruf tenggorokan.
Huruf-huruf Izhar Halqi adalah: ء (Hamzah), ه (Ha), ع ('Ain), ح (Ha), غ (Ghain), خ (Kha).
Contoh Izhar Halqi:
- Bertemu Hamzah (ء): مَنْ آمَنَ , كُلٌّ آمَنَ
- Bertemu Ha (ه): مِنْهُمْ , جُرُفٍ هَارٍ
- Bertemu 'Ain (ع): أَنْعَمْتَ , سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
- Bertemu Ha (ح): وَانْحَرْ , عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
- Bertemu Ghain (غ): فَسَيُنْغِضُوْنَ , قَوْلًا غَيْرَ
- Bertemu Kha (خ): وَالْمُنْخَنِقَةُ , لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi 'n' pada Nun Sukun atau Tanwin secara sempurna dan langsung beralih ke pelafalan huruf Izhar setelahnya tanpa ada jeda atau suara sengau.
2. Idgham (إدغام) - Meleburkan
Idgham secara bahasa berarti memasukkan atau meleburkan. Dalam tajwid, idgham berarti meleburkan bunyi Nun Sukun atau Tanwin ke dalam huruf berikutnya, sehingga kedua huruf tersebut diucapkan seolah-olah menjadi satu huruf yang bertasydid.
Huruf-huruf Idgham terkumpul dalam kata يَرْمَلُوْنَ (Yarmalun), yang terdiri dari: ي (Ya), ر (Ra), م (Mim), ل (Lam), و (Waw), ن (Nun). Idgham terbagi menjadi dua jenis:
a. Idgham Bighunnah (إدغام بغنة) - Melebur dengan Dengung
Terjadi ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari empat huruf: ي (Ya), ن (Nun), م (Mim), و (Waw), yang terkumpul dalam kata يَنْمُوْ (Yanmu). Cara membacanya adalah dengan meleburkan bunyi 'n' ke huruf setelahnya sambil menahannya dengan dengungan (ghunnah) sepanjang dua harakat.
Contoh Idgham Bighunnah:
- Bertemu Ya (ي): مَنْ يَقُوْلُ , وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ
- Bertemu Nun (ن): مِنْ نِعْمَةٍ , يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ
- Bertemu Mim (م): مِنْ مَالٍ , مَثَلًا مَا
- Bertemu Waw (و): مِنْ وَلِيٍّ , غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ
Pengecualian: Jika Nun Sukun bertemu dengan huruf Idgham Bighunnah dalam satu kata, maka tidak dibaca idgham, melainkan dibaca jelas (Izhar). Ini disebut Izhar Mutlaq. Hal ini terjadi pada empat kata dalam Al-Qur'an: الدُّنْيَا, صِنْوَانٌ, قِنْوَانٌ, dan بُنْيَانٌ.
b. Idgham Bilaghunnah (إدغام بلا غنة) - Melebur Tanpa Dengung
Terjadi ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan dua huruf: ل (Lam) dan ر (Ra). Cara membacanya adalah dengan meleburkan bunyi 'n' secara sempurna ke dalam huruf Lam atau Ra tanpa disertai dengungan.
Contoh Idgham Bilaghunnah:
- Bertemu Lam (ل): مِنْ لَدُنْهُ , هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ
- Bertemu Ra (ر): مِنْ رَبِّهِمْ , غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
3. Iqlab (إقلاب) - Mengubah
Iqlab berarti mengubah atau menukar. Hukum ini terjadi ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf saja, yaitu ب (Ba). Cara membacanya adalah dengan mengubah bunyi Nun Sukun atau Tanwin menjadi bunyi Mim (م) yang samar, disertai dengan dengungan (ghunnah) selama dua harakat. Saat melafalkannya, kedua bibir merapat dengan ringan, tidak ditekan kuat.
Contoh Iqlab:
- مِنْ بَعْدِ (dibaca: mim-ba'di)
- سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ (dibaca: samii'um-bashiir)
- لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (dibaca: lanasfa'am-binnaashiyah)
4. Ikhfa' Haqiqi (إخفاء حقيقي) - Menyamarkan
Ikhfa' berarti menyamarkan atau menyembunyikan. Hukum ini berlaku ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari 15 huruf hijaiyah yang tersisa, yaitu:
ت (Ta), ث (Tsa), ج (Jim), د (Dal), ذ (Dzal), ز (Zay), س (Sin), ش (Syin), ص (Shad), ض (Dhad), ط (Tha), ظ (Zha), ف (Fa), ق (Qaf), ك (Kaf)
Cara membacanya adalah dengan menyamarkan bunyi Nun Sukun atau Tanwin, yaitu antara Izhar (jelas) dan Idgham (lebur), sambil disertai dengungan (ghunnah) selama dua harakat. Posisi lidah sudah bersiap untuk mengucapkan huruf Ikhfa' yang akan datang, sehingga bunyi dengungan yang dihasilkan akan sedikit berbeda tergantung pada huruf setelahnya.
Contoh Ikhfa' Haqiqi:
- Bertemu Ta (ت): كُنْتُمْ , جَنَّاتٍ تَجْرِيْ
- Bertemu Tsa (ث): مَنْثُوْرًا , مَاءً ثَجَّاجًا
- Bertemu Jim (ج): أَنْجَيْنَاكُمْ , خَلْقٍ جَدِيْدٍ
- Bertemu Dal (د): مِنْ دُوْنِ , قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ
- Bertemu Dzal (ذ): لِيُنْذِرَ , ظِلًّا ذِيْ
- Bertemu Zay (ز): أُنْزِلَ , نَفْسًا زَكِيَّةً
- Bertemu Sin (س): الْإِنْسَانُ , رَجُلًا سَلَمًا
- Bertemu Syin (ش): مِنْ شَرِّ , جُبَارٍ شَدِيْدٍ
- Bertemu Shad (ص): يَنْصُرْكُمْ , رِيْحًا صَرْصَرًا
- Bertemu Dhad (ض): مَنْضُوْدٍ , قَوْمًا ضَالِّيْنَ
- Bertemu Tha (ط): يَنْطِقُوْنَ , صَعِيْدًا طَيِّبًا
- Bertemu Zha (ظ): يَنْظُرُوْنَ , ظِلًّا ظَلِيْلًا
- Bertemu Fa (ف): فَانْفَلَقَ , خَالِدًا فِيْهَا
- Bertemu Qaf (ق): مِنْ قَبْلُ , سَلَامٌ قَوْلًا
- Bertemu Kaf (ك): مُنْكَرًا , كِتَابٌ كَرِيْمٌ
Hukum Mim Sukun (مْ)
Setelah memahami Nun Sukun, hukum Mim Sukun relatif lebih sederhana karena hanya memiliki tiga hukum bacaan.
1. Ikhfa' Syafawi (إخفاء شفوي) - Menyamarkan di Bibir
Syafawi berarti bibir. Hukum ini terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan satu huruf, yaitu ب (Ba). Cara membacanya adalah dengan menyamarkan bunyi Mim Sukun disertai dengungan (ghunnah) selama dua harakat, dengan posisi bibir yang merapat ringan.
Contoh Ikhfa' Syafawi:
- تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ
- وَهُمْ بَارِزُوْنَ
- يَعْتَصِمْ بِاللهِ
2. Idgham Mithlain (إدغام مثلين) - Melebur yang Serupa
Disebut juga Idgham Mimi atau Mutamatsilain. Mithlain berarti dua yang serupa. Hukum ini terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan huruf م (Mim) yang berharakat. Cara membacanya adalah dengan meleburkan Mim pertama ke Mim kedua menjadi satu lafal Mim yang bertasydid, disertai dengungan (ghunnah) selama dua harakat.
Contoh Idgham Mithlain:
- لَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ
- وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
- فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ
3. Izhar Syafawi (إظهار شفوي) - Jelas di Bibir
Hukum ini berlaku ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain م (Mim) dan ب (Ba). Cara membacanya adalah melafalkan bunyi Mim Sukun dengan jelas dan sempurna tanpa dengung. Perlu perhatian khusus saat bertemu huruf و (Waw) dan ف (Fa) agar tidak terbaca samar karena makhrajnya berdekatan.
Contoh Izhar Syafawi:
- Bertemu Ta (ت): أَمْتَرْتُمْ
- Bertemu Waw (و): عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ
- Bertemu Fa (ف): هُمْ فِيْهَا
- Bertemu Qaf (ق): ذَرْنِيْ وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيْدًا
Hukum Mad (مد) - Bacaan Panjang
Mad secara bahasa berarti memanjangkan. Dalam ilmu tajwid, Mad adalah memanjangkan suara pada salah satu dari tiga huruf mad: ا (Alif), و (Waw), ي (Ya) ketika syarat-syaratnya terpenuhi.
Hukum Mad secara garis besar terbagi menjadi dua: Mad Asli (Thabi'i) dan Mad Far'i (Cabang).
1. Mad Asli / Mad Thabi'i (مد أصلي / طبيعي)
Ini adalah mad dasar yang menjadi pokok bagi mad lainnya. Panjangnya adalah dua harakat. Mad Thabi'i terjadi apabila:
- Huruf berharakat fathah bertemu dengan Alif (ـَ ا).
- Huruf berharakat kasrah bertemu dengan Ya Sukun (ـِ يْ).
- Huruf berharakat dhammah bertemu dengan Waw Sukun (ـُ وْ).
Contoh Mad Thabi'i:
- قَالَ (fathah bertemu alif)
- قِيْلَ (kasrah bertemu ya sukun)
- يَقُوْلُ (dhammah bertemu waw sukun)
2. Mad Far'i (مد فرعي)
Ini adalah mad cabang yang terjadi karena ada sebab tertentu, yaitu bertemu dengan Hamzah (ء) atau Sukun (ْ).
A. Mad yang Disebabkan oleh Hamzah
- Mad Wajib Muttasil: Terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah dalam satu kata. Wajib dibaca panjang 4 atau 5 harakat.
Contoh: جَاءَ, السَّمَاءِ, سُوْءَ
- Mad Jaiz Munfasil: Terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah di lain kata (huruf mad di akhir kata pertama, hamzah di awal kata kedua). Boleh dibaca panjang 2, 4, atau 5 harakat.
Contoh: يَا أَيُّهَا, بِمَا أُنْزِلَ, قُوْا أَنْفُسَكُمْ
- Mad Silah Thawilah: Terjadi pada kata ganti (ـه / ـهِ) yang diapit oleh huruf berharakat, dan setelahnya bertemu dengan hamzah di lain kata. Dibaca panjang seperti Mad Jaiz Munfasil (2, 4, atau 5 harakat).
Contoh: عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
- Mad Badal: Terjadi ketika hamzah mendahului huruf mad. Dinamakan badal (pengganti) karena asalnya adalah dua hamzah yang bertemu, lalu hamzah kedua diganti menjadi huruf mad. Dibaca panjang 2 harakat.
Contoh: آمَنُوْا (asalnya أَأْمَنُوْا), إِيْمَانًا (asalnya إِئْمَانًا)
B. Mad yang Disebabkan oleh Sukun
- Mad 'Aridh Lissukun: Terjadi ketika huruf mad bertemu dengan huruf yang disukunkan karena waqaf (berhenti). Boleh dibaca panjang 2, 4, atau 6 harakat.
Contoh: الرَّحِيْمِ (ketika berhenti pada mim), نَسْتَعِيْنُ (ketika berhenti pada nun)
- Mad Lin/Layyin: Terjadi ketika huruf Waw Sukun (وْ) atau Ya Sukun (يْ) didahului oleh huruf berharakat fathah, dan bertemu dengan huruf yang disukunkan karena waqaf. Dibaca panjang 2, 4, atau 6 harakat.
Contoh: خَوْفٌ (ketika berhenti pada fa), الْبَيْتِ (ketika berhenti pada ta)
- Mad Lazim: Terjadi ketika huruf mad bertemu dengan huruf yang bertanda sukun asli (bukan karena waqaf). Wajib dibaca paling panjang, yaitu 6 harakat. Mad Lazim terbagi lagi menjadi:
- Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal: Terjadi dalam satu kata, di mana setelah huruf mad terdapat huruf bertasydid (tasydid adalah gabungan dari sukun dan harakat).
Contoh: وَلَا الضَّالِّيْنَ, الْحَاقَّةُ
- Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf: Terjadi dalam satu kata, di mana setelah huruf mad terdapat huruf sukun asli (bukan tasydid). Hanya ada di dua tempat dalam Al-Qur'an.
Contoh: آلْآنَ (Surah Yunus: 51 & 91)
- Mad Lazim Harfi Mutsaqqal: Terjadi pada huruf-huruf pembuka surah (fawatihussuwar) yang jika dieja terdiri dari 3 huruf, di mana huruf tengahnya adalah huruf mad dan huruf ketiganya di-idgham-kan (dilebur) ke huruf berikutnya.
Contoh: الٓمّٓ (dieja: Alif Lāām Mīīm. Huruf Mim pada akhir ejaan 'Lam' bertemu dengan Mim pada awal ejaan 'Mim').
- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf: Terjadi pada huruf-huruf pembuka surah yang jika dieja terdiri dari 3 huruf, huruf tengahnya mad, dan huruf ketiganya sukun asli tanpa di-idgham-kan.
Contoh: قٓ (dieja: Qāāf), صٓ (dieja: Shāād), نٓ (dieja: Nūūn)
- Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal: Terjadi dalam satu kata, di mana setelah huruf mad terdapat huruf bertasydid (tasydid adalah gabungan dari sukun dan harakat).
Hukum Bacaan Lainnya
Qalqalah (قلقلة) - Pantulan Suara
Qalqalah adalah memantulkan suara pada huruf-huruf sukun tertentu. Huruf Qalqalah ada lima, terkumpul dalam kalimat قُطْبُ جَدٍّ, yaitu: ق (Qaf), ط (Tha), ب (Ba), ج (Jim), د (Dal).
- Qalqalah Sughra (Kecil): Terjadi jika salah satu huruf Qalqalah berada di tengah kata atau di akhir kata tetapi bacaan tidak berhenti (washal). Pantulannya lebih ringan.
Contoh: يَقْطَعُوْنَ, يَجْعَلُوْنَ, يُبْدِئُ
- Qalqalah Kubra (Besar): Terjadi jika salah satu huruf Qalqalah berada di akhir kata dan bacaan berhenti (waqaf) padanya. Pantulannya lebih kuat dan jelas.
Contoh: مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (berhenti pada 'qalaq'), مَسَدٍ (berhenti pada 'masad')
- Qalqalah Akbar (Paling Besar): Terjadi jika berhenti pada huruf Qalqalah yang bertasydid. Pantulannya paling kuat.
Contoh: وَتَبَّ (berhenti pada 'watabb'), بِالْحَقِّ (berhenti pada 'bil-haqq')
Tafkhim (تفخيم) dan Tarqiq (ترقيق) - Tebal dan Tipis
Hukum ini secara khusus sering dibahas pada huruf Lam (ل) dan Ra (ر).
Hukum Lam (ل)
Hukum ini hanya berlaku pada Lafzhul Jalalah (lafaz الله)).
- Tafkhim (Tebal): Dibaca tebal (seperti 'lo') jika lafaz الله didahului oleh huruf berharakat fathah atau dhammah.
Contoh: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, نَصْرُ اللهِ
- Tarqiq (Tipis): Dibaca tipis (seperti 'la') jika lafaz الله didahului oleh huruf berharakat kasrah.
Contoh: بِسْمِ اللهِ, لِلهِ
Hukum Ra (ر)
Huruf Ra memiliki kondisi yang lebih kompleks.
- Dibaca Tafkhim (Tebal):
- Jika Ra berharakat fathah atau dhammah: رَبُّنَا, رُزِقْنَا
- Jika Ra sukun didahului fathah atau dhammah: مَرْيَمَ, الْقُرْآنُ
- Jika Ra sukun didahului kasrah tidak asli (kasrah pada hamzah washal): ارْجِعِيْ
- Jika Ra sukun didahului kasrah asli, namun setelahnya ada huruf isti'la (huruf tebal: خ ص ض غ ط ق ظ) dalam satu kata: مِرْصَادًا, قِرْطَاسٍ
- Dibaca Tarqiq (Tipis):
- Jika Ra berharakat kasrah: رِجَالٌ, كَرِيْمٌ
- Jika Ra sukun didahului kasrah asli dan setelahnya bukan huruf isti'la: فِرْعَوْنَ, شِرْعَةً
- Jika Ra sukun karena waqaf dan didahului Ya sukun: خَيْرٌ, قَدِيْرٌ
Hukum Alif Lam (ال)
Alif Lam Ta'rif (ال) yang berada di awal kata benda memiliki dua cara baca.
- Alif Lam Qamariyyah (Bulan): Dibaca jelas (Izhar). Terjadi jika Alif Lam bertemu 14 huruf yang terkumpul dalam kalimat إِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهُ.
Contoh: الْقَمَرُ, الْكِتَابُ, الْجَنَّةُ
- Alif Lam Syamsiyyah (Matahari): Dibaca lebur (Idgham). Lam tidak dibaca, dan huruf setelahnya dibaca dengan tasydid. Terjadi jika Alif Lam bertemu 14 huruf sisa.
Contoh: الشَّمْسُ, الرَّحْمَنُ, الدِّيْنِ
Penutup: Pentingnya Talaqqi
Membaca dan memahami teori ilmu tajwid dari artikel atau buku adalah langkah awal yang sangat baik. Namun, untuk benar-benar menguasai pelafalan yang benar, tidak ada yang dapat menggantikan metode Talaqqi, yaitu belajar langsung dengan seorang guru yang kompeten. Guru akan mendengarkan bacaan kita, mengoreksi kesalahan secara langsung, dan memberikan contoh pelafalan yang tepat untuk setiap huruf dan hukum bacaan.
Ilmu tajwid adalah sebuah perjalanan. Semakin dalam kita mempelajarinya, semakin kita menyadari keagungan dan kesempurnaan Al-Qur'an. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kemudahan dan keistiqamahan dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid, sehingga bacaan Al-Qur'an kita menjadi lebih baik, lebih indah, dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.