Bacaan Tahiyat Akhir Latin dan Artinya

Tahiyat akhir, atau yang juga dikenal sebagai Tasyahud akhir, merupakan salah satu rukun sholat yang paling penting. Ia adalah momen puncak dialog seorang hamba dengan Sang Pencipta, di mana pujian, kesaksian iman, dan doa-doa terbaik dipanjatkan sebelum mengakhiri sholat dengan salam. Memahami setiap kata dalam bacaan ini bukan hanya akan menyempurnakan sholat, tetapi juga akan membawa kita pada kekhusyukan yang lebih mendalam.

Ilustrasi posisi duduk Tasyahud Akhir Sebuah siluet sederhana yang menggambarkan seseorang dalam posisi duduk tawarruk untuk Tasyahud Akhir.

Ilustrasi posisi duduk Tasyahud Akhir dalam sholat.

Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan tahiyat akhir, mulai dari lafadz Arab, tulisan latin untuk mempermudah pelafalan, terjemahan bahasa Indonesia, hingga penjelasan makna yang terkandung dalam setiap kalimatnya. Dengan memahaminya, semoga sholat kita menjadi lebih bermakna dan diterima di sisi Allah SWT.

Bacaan Lengkap Tahiyat Akhir

Berikut adalah bacaan tahiyat akhir yang umum digunakan, terutama oleh penganut mazhab Syafi'i di Indonesia. Bacaan ini mencakup pujian kepada Allah, salam kepada Nabi, salam kepada hamba-hamba yang shalih, dua kalimat syahadat, dan shalawat kepada Nabi Muhammad serta Nabi Ibrahim.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.

Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad, wa ‘alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa ibraahiim, wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Wa baarik ‘alaa sayyidinaa muhammad, wa ‘alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa ibraahiim, wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.

"Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada junjungan kami Nabi Ibrahim, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Membedah Makna Setiap Kalimat dalam Tahiyat Akhir

Untuk mencapai kekhusyukan, penting bagi kita untuk merenungkan makna dari setiap kalimat yang kita ucapkan. Tahiyat akhir bukanlah sekadar hafalan, melainkan sebuah dialog agung yang sarat dengan makna.

1. Pujian dan Pengagungan kepada Allah

Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah.
"Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah."

Bagian pertama ini adalah sebuah deklarasi pengagungan yang total kepada Allah SWT. Mari kita bedah kata per katanya:

  • Attahiyyaat: Kata ini berasal dari kata 'tahiyyah' yang berarti salam, penghormatan, atau pengagungan. Dalam bentuk jamak, 'attahiyyaat' mencakup segala bentuk penghormatan, pujian, dan sanjungan, baik yang diucapkan oleh manusia, malaikat, maupun seluruh makhluk. Ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang berhak atas segala bentuk penghormatan tertinggi.
  • Al-Mubaarakaat: Berarti segala keberkahan. Keberkahan (barakah) adalah kebaikan yang terus-menerus, melimpah, dan bertambah. Dengan kalimat ini, kita mengakui bahwa sumber dari segala keberkahan di alam semesta, baik yang kita sadari maupun tidak, berasal dari Allah semata.
  • As-Shalawaat: Merujuk pada doa dan rahmat. Secara khusus dalam konteks sholat, ini adalah pengakuan bahwa semua doa dan ibadah kita pada hakikatnya kita persembahkan hanya untuk Allah. Ini juga bisa diartikan sebagai segala rahmat yang turun adalah bersumber dari-Nya.
  • At-Thayyibaat: Bermakna segala kebaikan. Ini mencakup perkataan yang baik, perbuatan yang baik, dan sifat-sifat yang baik. Kita menyatakan bahwa semua kebaikan yang ada, baik pada diri kita maupun pada ciptaan lainnya, adalah milik Allah dan dipersembahkan kembali kepada-Nya.
  • Lillaah: "Milik Allah" atau "untuk Allah". Kata penutup ini menegaskan bahwa keempat unsur sebelumnya (kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan) mutlak hanya milik Allah. Ini membersihkan hati kita dari niat untuk memuji diri sendiri atau makhluk lain, dan memfokuskan semua pengagungan hanya kepada Sang Pencipta.

Kalimat pembuka ini, menurut riwayat, adalah bagian dari dialog agung saat peristiwa Isra' Mi'raj. Ini adalah ucapan salam penghormatan dari Nabi Muhammad SAW kepada Allah SWT di Sidratul Muntaha.

2. Salam kepada Sang Nabi

Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
"Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan berkah-Nya."

Setelah memuji Allah, fokus beralih kepada salam untuk Rasulullah SAW. Ini adalah jawaban Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam dialog di Sidratul Muntaha. Ada beberapa poin penting di sini:

  • Assalaamu ‘alaika: "Keselamatan atasmu". Kata ganti yang digunakan adalah 'ka' (engkau, laki-laki tunggal), yang merupakan sapaan langsung. Meskipun Nabi Muhammad SAW telah wafat, kita tetap menyapanya secara langsung dalam sholat. Ini menunjukkan hubungan spiritual yang abadi antara umat dengan Nabinya. Kita seolah-olah sedang menghadap langsung dan menyampaikan salam hormat kepadanya.
  • Ayyuhan Nabiyyu: "Wahai Nabi". Panggilan ini penuh dengan penghormatan dan pengakuan atas status kenabian beliau.
  • Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh: "Dan rahmat serta berkah-Nya". Kita tidak hanya mendoakan keselamatan, tetapi juga memohonkan rahmat (kasih sayang) dan keberkahan (kebaikan yang melimpah) dari Allah untuk beliau. Ini adalah bentuk cinta dan terima kasih kita kepada Nabi yang telah membawa kita dari kegelapan menuju cahaya iman.

3. Salam untuk Diri Sendiri dan Seluruh Hamba Shalih

Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin.
"Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih."

Ini adalah bagian yang menunjukkan keindahan ajaran Islam. Setelah Allah dan Rasul-Nya, doa keselamatan diperluas untuk mencakup diri kita dan seluruh umat. Ini merupakan ucapan para malaikat yang menyaksikan dialog agung tersebut.

  • Assalaamu ‘alainaa: "Keselamatan atas kami". 'Kami' di sini mencakup orang yang sedang sholat itu sendiri dan bisa juga diartikan mencakup para jamaah lain jika sholat berjamaah, serta para malaikat yang hadir. Ini adalah doa untuk diri sendiri.
  • Wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin: "Dan atas hamba-hamba Allah yang shalih". Ini adalah doa universal yang luar biasa. Saat mengucapkan ini, kita mendoakan setiap hamba Allah yang shalih, baik dari kalangan manusia maupun jin, yang masih hidup maupun yang telah tiada, di mana pun mereka berada di langit dan di bumi. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa doa ini akan sampai kepada setiap hamba yang shalih. Ini menumbuhkan rasa persaudaraan (ukhuwah) yang melintasi ruang dan waktu.

4. Ikrar Kesaksian Iman (Syahadat)

Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Setelah memuji dan mendoakan, kita sampai pada inti dari keimanan, yaitu syahadatain. Mengucapkan syahadat di akhir sholat adalah penegasan kembali komitmen tauhid kita.

  • Asyhadu an laa ilaaha illallaah: "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah". 'Asyhadu' berarti aku bersaksi dengan keyakinan penuh, seolah-olah melihat dengan mata kepala sendiri. Ini bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi kesaksian dari lubuk hati yang paling dalam. Kalimat ini menafikan segala bentuk sesembahan selain Allah (laa ilaaha) dan kemudian menetapkan bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah (illallaah). Ini adalah fondasi dari seluruh akidah Islam.
  • Wa asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah: "Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Kesaksian ini adalah pelengkap yang tak terpisahkan dari kesaksian pertama. Mengimani Allah tidak akan sempurna tanpa mengimani rasul yang diutus-Nya untuk membawa risalah. Ini adalah pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penyambung lidah antara Allah dan manusia, pembawa Al-Qur'an, dan suri tauladan terbaik yang harus diikuti jalan hidupnya.

Dengan mengulang syahadat di setiap sholat, kita memperbarui iman kita, membersihkannya dari segala bentuk syirik, dan meneguhkan kembali identitas kita sebagai seorang Muslim.

5. Shalawat Ibrahimiyah: Doa Agung untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim

Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad... innaka hamiidum majiid.

Bagian ini disebut sebagai Shalawat Ibrahimiyah, dan merupakan bentuk shalawat yang paling utama. Setelah para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang cara terbaik bershalawat, beliau mengajarkan doa ini.

  • Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad, wa ‘alaa aali sayyidinaa muhammad: "Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad". 'Shalli' berarti limpahan rahmat, pujian di hadapan para malaikat, dan sanjungan. Kita memohon kepada Allah untuk senantiasa memuliakan Nabi Muhammad SAW. 'Aali Muhammad' bisa berarti keluarga dekat beliau, atau dalam makna yang lebih luas, mencakup seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
  • Kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa ibraahiim, wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiim: "Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim". Mengapa disandingkan dengan Nabi Ibrahim AS? Karena Nabi Ibrahim adalah bapak para nabi (Abul Anbiya) dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Dari keturunannyalah lahir banyak nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW. Dengan memohon shalawat untuk Nabi Muhammad seperti shalawat untuk Nabi Ibrahim, kita memohonkan kemuliaan yang tertinggi dan teragung.
  • Wa baarik ‘alaa sayyidinaa muhammad...: "Dan limpahkanlah berkah...". Setelah memohon rahmat ('shalli'), kita memohon berkah ('baarik'). Berkah adalah kebaikan ilahi yang langgeng dan terus bertambah. Kita memohon agar ajaran, keluarga, dan umat Nabi Muhammad SAW senantiasa diliputi keberkahan yang tak terputus.
  • Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid: "Di seluruh alam, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia". Kalimat penutup ini adalah pengakuan atas sifat-sifat Allah. Hamiid berarti Maha Terpuji, yang segala perbuatan-Nya selalu patut dipuji. Majiid berarti Maha Mulia, yang memiliki keagungan dan kemuliaan yang sempurna. Ini adalah penutup yang sempurna untuk sebuah doa agung, mengembalikan segala pujian dan kemuliaan kepada sumbernya, yaitu Allah SWT.

Doa Perlindungan Sebelum Salam

Setelah menyelesaikan bacaan Shalawat Ibrahimiyah dan sebelum mengucap salam, sangat dianjurkan untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara besar. Doa ini diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW dan memiliki keutamaan yang sangat besar.

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qabri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Mari kita renungkan empat permohonan perlindungan ini:

  1. Perlindungan dari Siksa Neraka Jahannam: Ini adalah permohonan utama, memohon keselamatan dari hukuman akhir yang paling mengerikan. Ini mencerminkan kesadaran seorang hamba akan dosa-dosanya dan harapan besar akan ampunan Allah.
  2. Perlindungan dari Siksa Kubur: Alam kubur adalah fase pertama kehidupan akhirat. Memohon perlindungan dari siksanya menunjukkan keimanan kita pada kehidupan setelah mati dan persiapan untuk menghadapinya.
  3. Perlindungan dari Fitnah Kehidupan dan Kematian: 'Fitnah' berarti ujian atau cobaan. Fitnah kehidupan mencakup segala ujian yang dapat menggoyahkan iman, seperti godaan harta, tahta, syahwat, dan syubhat (kerancuan pemikiran). Fitnah kematian adalah ujian berat saat sakaratul maut, di mana setan datang untuk menggoda manusia di saat-saat terakhirnya agar mati dalam keadaan su'ul khatimah (akhir yang buruk).
  4. Perlindungan dari Kejahatan Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal: Rasulullah SAW menyebut fitnah Dajjal sebagai fitnah terbesar sejak penciptaan Nabi Adam hingga hari kiamat. Memohon perlindungan darinya adalah sebuah keharusan, menunjukkan keseriusan kita dalam menjaga iman dari ujian paling dahsyat di akhir zaman.

Posisi Duduk Tawarruk saat Tahiyat Akhir

Selain bacaan, posisi duduk saat tahiyat akhir juga merupakan bagian dari sunnah yang perlu diperhatikan. Posisi ini disebut duduk Tawarruk. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:

  • Duduk dengan posisi pantat kiri menempel langsung ke lantai.
  • Kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, sehingga telapak kaki kiri berada di bawah betis kanan.
  • Kaki kanan ditegakkan, dengan jari-jari kaki kanan menekan ke lantai dan menghadap ke arah kiblat.
  • Kedua telapak tangan diletakkan di atas paha, dekat dengan lutut. Jari-jari tangan sedikit direnggangkan.
  • Saat mengucapkan syahadat ("Asyhadu an laa ilaaha illallaah"), jari telunjuk tangan kanan diangkat sebagai isyarat tauhid.

Posisi duduk tawarruk ini berbeda dengan duduk Iftirasy (menduduki telapak kaki kiri) yang dilakukan saat tahiyat awal atau saat duduk di antara dua sujud. Hikmah di balik perbedaan ini adalah sebagai penanda bahwa ini adalah duduk terakhir dalam sholat sebelum salam.

🏠 Kembali ke Homepage