Membaca dan menghafal Al-Quran adalah salah satu ibadah yang paling mulia dalam Islam. Bagi banyak umat Muslim, memulai perjalanan ini seringkali diawali dengan surat-surat pendek yang terdapat dalam Juz 30 atau yang lebih dikenal sebagai Juz 'Amma. Surat-surat ini tidak hanya singkat dan mudah dihafal, tetapi juga sarat dengan makna dan pelajaran mendalam yang menjadi pondasi akidah dan akhlak seorang Muslim. Keutamaan lainnya adalah surat-surat ini menjadi bacaan wajib dalam shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Dengan menguasai berbagai surat pendek, bacaan shalat kita menjadi lebih bervariasi dan khusyuk.
Artikel ini menyajikan kumpulan bacaan surat-surat pendek pilihan yang sering dibaca dalam kehidupan sehari-hari. Setiap surat akan disajikan secara lengkap, mulai dari tulisan Arab aslinya, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan bagi yang belum lancar membaca tulisan Arab, hingga terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk memahami maknanya. Lebih dari itu, akan dibahas pula kandungan pokok serta keutamaan dari setiap surat, agar kita tidak hanya hafal di lisan, tetapi juga meresap di hati dan tercermin dalam perbuatan. Semoga panduan ini menjadi jembatan bagi kita untuk lebih dekat dengan Al-Quran, kalam Allah yang menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia.
1. Surat Al-Fatihah (Pembukaan)
Surat Al-Fatihah adalah surat pertama dalam Al-Quran yang terdiri dari 7 ayat. Surat ini tergolong Makkiyah dan merupakan satu-satunya surat yang wajib dibaca di setiap rakaat shalat. Ia disebut juga "Ummul Kitab" (Induk Kitab) karena mencakup seluruh inti ajaran Al-Quran.
Bacaan Surat Al-Fatihah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i).
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,"
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
ar-raḥmānir-raḥīm(i).
"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,"
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
māliki yaumid-dīn(i).
"Pemilik hari pembalasan."
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn(u).
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm(a).
"Tunjukilah kami jalan yang lurus,"
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
ṣirāṭal-lażīna an‘amta ‘alaihim, gairil-magḍūbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn(a).
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah memiliki kedudukan yang sangat agung. Kandungannya merangkum tiga pilar utama ajaran Islam: tauhid (keimanan kepada Allah Yang Maha Esa), risalah (keimanan kepada para nabi dan kitab suci), dan akhirat (keimanan kepada hari pembalasan). Ayat pertama hingga keempat menegaskan sifat-sifat keagungan Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, Maha Pengasih, dan Raja di Hari Kiamat. Ayat kelima adalah ikrar puncak seorang hamba, bahwa segala bentuk ibadah dan permohonan pertolongan hanya ditujukan kepada Allah semata. Ini adalah inti dari tauhid uluhiyah dan rububiyah. Ayat keenam dan ketujuh adalah doa terpenting yang dipanjatkan manusia, yaitu permohonan untuk senantiasa dibimbing di jalan yang lurus, jalan para nabi dan orang-orang saleh, serta dijauhkan dari jalan kesesatan. Karena perannya yang sentral, surat ini disebut sebagai "As-Sab'ul Matsani" atau tujuh ayat yang diulang-ulang. Membacanya dalam shalat adalah sebuah dialog langsung antara hamba dengan Tuhannya.
2. Surat An-Nas (Manusia)
Surat An-Nas adalah surat ke-114 atau surat penutup dalam Al-Quran. Terdiri dari 6 ayat dan tergolong surat Makkiyah. Bersama Surat Al-Falaq, surat ini disebut "Al-Mu'awwidzatain", yaitu dua surat permohonan perlindungan.
Bacaan Surat An-Nas
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ
qul a‘ūżu birabbin-nās(i).
"Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,"
مَلِكِ النَّاسِۙ
malikin-nās(i).
"Raja manusia,"
اِلٰهِ النَّاسِۙ
ilāhin-nās(i).
"sembahan manusia,"
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ
min syarril-waswāsil-khannās(i).
"dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,"
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ
allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās(i).
"yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,"
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
minal-jinnati wan-nās(i).
"dari (golongan) jin dan manusia.”"
Kandungan dan Keutamaan Surat An-Nas
Surat An-Nas adalah doa perlindungan yang sangat kuat terhadap musuh terbesar manusia yang tidak terlihat, yaitu setan. Surat ini mengajarkan kita untuk memohon perlindungan kepada Allah dengan menyebut tiga sifat-Nya yang agung: Rabb (Tuhan yang memelihara), Malik (Raja yang berkuasa mutlak), dan Ilah (Sembahan yang hakiki). Dengan mengakui ketiga sifat ini, seorang hamba menempatkan dirinya dalam naungan kekuasaan Allah yang sempurna. Fokus perlindungannya adalah dari "syarril-waswasil-khannas", yaitu kejahatan bisikan setan yang datang dan pergi. Setan bekerja dengan cara membisikkan keraguan, was-was, dan keinginan buruk ke dalam hati manusia. Bisikan ini bisa berasal dari golongan jin maupun manusia yang berperilaku seperti setan. Rasulullah SAW mencontohkan untuk membaca surat ini bersama Al-Falaq dan Al-Ikhlas setiap pagi dan petang, serta sebelum tidur, sebagai benteng diri dari segala macam keburukan.
3. Surat Al-Falaq (Waktu Subuh)
Surat Al-Falaq adalah surat ke-113 dalam Al-Quran. Terdiri dari 5 ayat dan tergolong surat Makkiyah. Surat ini merupakan pasangan dari Surat An-Nas dalam memohon perlindungan kepada Allah (Al-Mu'awwidzatain).
Bacaan Surat Al-Falaq
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ
qul a‘ūżu birabbil-falaq(i).
"Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),"
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ
min syarri mā khalaq(a).
"dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,"
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ
wa min syarri gāsiqin iżā waqab(a).
"dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,"
وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ
wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad(i).
"dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),"
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad(a).
"dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”"
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-Falaq
Surat Al-Falaq mengajarkan kita untuk memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai kejahatan yang datang dari luar diri kita. Permohonan ini ditujukan kepada "Rabbil Falaq", Tuhan yang menguasai fajar. Ini adalah simbol bahwa Allah berkuasa menyingkap kegelapan dan mendatangkan cahaya, baik secara harfiah maupun kiasan. Kejahatan yang disebutkan secara spesifik adalah: pertama, kejahatan seluruh makhluk ciptaan-Nya secara umum. Kedua, kejahatan malam hari, karena pada saat gelap, banyak keburukan dan bahaya yang muncul. Ketiga, kejahatan sihir, yang merupakan perbuatan tercela yang bisa membahayakan orang lain dengan bantuan setan. Keempat, kejahatan orang yang hasad atau dengki. Sifat dengki adalah penyakit hati yang berbahaya, karena orang yang dengki tidak suka melihat orang lain mendapat nikmat dan bahkan bisa berupaya untuk menghilangkan nikmat tersebut. Dengan membaca surat ini, seorang Muslim menyerahkan perlindungan dirinya dari segala marabahaya eksternal kepada Allah SWT, Zat yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
4. Surat Al-Ikhlas (Kemurnian)
Surat Al-Ikhlas adalah surat ke-112 dalam Al-Quran. Terdiri dari 4 ayat dan tergolong surat Makkiyah. Surat ini menegaskan kemurnian tauhid dan keesaan Allah SWT. Keutamaannya sangat besar, bahkan disebut setara dengan sepertiga Al-Quran.
Bacaan Surat Al-Ikhlas
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
qul huwallāhu aḥad(un).
"Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa."
اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ
allāhuṣ-ṣamad(u).
"Allah tempat meminta segala sesuatu."
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ
lam yalid wa lam yūlad.
"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan."
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
wa lam yakul lahū kufuwan aḥad(un).
"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”"
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-Ikhlas
Surat Al-Ikhlas adalah deklarasi paling murni tentang konsep ketuhanan dalam Islam. Setiap ayatnya menolak segala bentuk syirik atau penyekutuan terhadap Allah. Ayat pertama, "Qul huwallahu ahad," menegaskan bahwa Allah itu Esa, tunggal, tidak ada duanya. Ayat kedua, "Allahus-shamad," menjelaskan bahwa Allah adalah tempat bergantung segala makhluk, Dia tidak membutuhkan siapa pun, sementara semua makhluk membutuhkan-Nya. Ayat ketiga, "Lam yalid wa lam yulad," menolak secara tegas konsep bahwa Tuhan memiliki anak atau dilahirkan, yang merupakan sanggahan terhadap keyakinan beberapa agama lain. Ayat keempat, "Wa lam yakun lahu kufuwan ahad," menyempurnakan konsep tauhid dengan menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang sebanding, setara, atau serupa dengan Allah, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Karena kandungan tauhidnya yang begitu padat dan fundamental, Rasulullah SAW menyatakan bahwa membaca surat ini sebanding dengan membaca sepertiga Al-Quran. Surat ini menjadi pondasi akidah setiap Muslim.
5. Surat Al-Kafirun (Orang-orang Kafir)
Surat Al-Kafirun adalah surat ke-109 dalam Al-Quran. Terdiri dari 6 ayat dan tergolong surat Makkiyah. Surat ini berisi penegasan tentang batas toleransi dalam beragama, yaitu tidak mencampuradukkan akidah dan ibadah.
Bacaan Surat Al-Kafirun
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ
qul yā ayyuhal-kāfirūn(a).
"Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!"
لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ
lā a‘budu mā ta‘budūn(a).
"aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,"
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ
wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud(u).
"dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,"
وَلَآ اَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ
wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum.
"dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,"
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ
wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud(u).
"dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah."
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
lakum dīnukum wa liya dīn(i).
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”"
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-Kafirun
Surat Al-Kafirun turun sebagai jawaban atas ajakan kompromi dari kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka mengusulkan agar Nabi menyembah tuhan mereka selama setahun, dan mereka akan menyembah Tuhan Nabi selama setahun. Surat ini dengan tegas menolak segala bentuk sinkretisme atau pencampuran akidah. Pernyataan "aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah" diulang dalam berbagai bentuk untuk memberikan penekanan yang sangat kuat. Ini menunjukkan bahwa tidak ada kompromi dalam urusan penyembahan. Ayat terakhir, "Lakum diinukum waliya diin," menjadi prinsip dasar toleransi beragama dalam Islam. Islam menghormati keyakinan orang lain dan tidak memaksa mereka untuk masuk Islam, namun pada saat yang sama, Islam juga menuntut umatnya untuk menjaga kemurnian akidahnya tanpa mencampurkannya dengan keyakinan lain. Surat ini juga disebut sebagai surat yang membebaskan diri dari kemusyrikan. Membacanya sebelum tidur dianggap sebagai salah satu amalan yang dapat menjaga seseorang dari syirik.
6. Surat Al-Kautsar (Nikmat yang Banyak)
Surat Al-Kautsar adalah surat ke-108 dalam Al-Quran. Terdiri dari 3 ayat, ini adalah surat terpendek dalam Al-Quran. Tergolong surat Makkiyah, surat ini berisi kabar gembira dan perintah untuk bersyukur.
Bacaan Surat Al-Kautsar
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ
innā a‘ṭainākal-kauṡar(a).
"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak."
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
faṣalli lirabbika wanḥar.
"Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
inna syāni’aka huwal-abtar(u).
"Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-Kautsar
Surat ini turun untuk menghibur Nabi Muhammad SAW ketika beliau diejek oleh kaum kafir sebagai "abtar" (orang yang terputus keturunannya) karena putra-putra beliau meninggal dunia. Allah SWT menjawab ejekan tersebut dengan menegaskan bahwa Dia telah memberikan "Al-Kautsar", yang dapat diartikan sebagai nikmat yang sangat banyak, termasuk telaga Al-Kautsar di surga, keturunan yang banyak melalui putrinya Fatimah, dan kemuliaan risalah. Sebagai bentuk syukur atas nikmat yang melimpah ini, Allah memerintahkan dua ibadah agung: shalat dan kurban. Shalat adalah ibadah badan yang paling utama, sementara kurban adalah ibadah harta yang menunjukkan ketaatan dan kepedulian sosial. Ayat terakhir membalikkan ejekan kaum kafir, dengan menyatakan bahwa merekalah yang sebenarnya "abtar", yaitu terputus dari segala kebaikan, rahmat Allah, dan sebutan baik di dunia dan akhirat. Surat ini mengajarkan kita untuk selalu optimis, bersyukur atas nikmat Allah, dan tidak terpengaruh oleh cemoohan orang lain, karena kemuliaan sejati datang dari Allah, bukan dari penilaian manusia.
7. Surat Al-'Asr (Masa)
Surat Al-'Asr adalah surat ke-103 dalam Al-Quran. Terdiri dari 3 ayat dan tergolong surat Makkiyah. Meskipun sangat singkat, Imam Syafi'i menyatakan bahwa jika manusia merenungkan surat ini saja, maka cukuplah ia sebagai petunjuk.
Bacaan Surat Al-'Asr
وَالْعَصْرِۙ
wal-‘aṣr(i).
"Demi masa,"
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
innal-insāna lafī khusr(in).
"sungguh, manusia berada dalam kerugian,"
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
illal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr(i).
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-'Asr
Surat Al-'Asr adalah rangkuman formula kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Allah bersumpah dengan "masa" atau "waktu", menunjukkan betapa berharganya waktu dalam kehidupan manusia. Waktu yang terus berjalan adalah modal utama manusia. Kemudian Allah menyatakan sebuah hakikat universal: bahwa pada dasarnya semua manusia berada dalam kerugian. Kerugian ini disebabkan karena waktu yang diberikan terus berkurang, sementara pertanggungjawaban di akhirat semakin dekat. Namun, Allah memberikan pengecualian, yaitu empat golongan orang yang tidak akan merugi. Empat pilar keselamatan ini adalah: (1) Beriman, yaitu memiliki keyakinan yang benar dan kokoh kepada Allah dan rukun iman lainnya. Ini adalah pondasi. (2) Beramal saleh, yaitu mengaplikasikan iman dalam bentuk perbuatan baik yang sesuai syariat. Ini adalah bangunan di atas pondasi. (3) Saling menasihati dalam kebenaran (Tawaashau bil-haq), yaitu aktif dalam dakwah, amar ma'ruf nahi munkar, dan menyebarkan ilmu yang benar. Ini adalah dimensi sosial dari iman. (4) Saling menasihati dalam kesabaran (Tawaashau bish-shabr), yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi takdir Allah. Ini adalah kekuatan mental dan spiritual dalam mengarungi kehidupan. Keempat pilar ini harus ada secara bersamaan untuk mencapai keselamatan sejati.
8. Surat Al-Ma'un (Bantuan)
Surat Al-Ma'un adalah surat ke-107 dalam Al-Quran. Terdiri dari 7 ayat dan tergolong surat Makkiyah. Surat ini memberikan kritik tajam terhadap orang-orang yang ibadahnya hanya formalitas tanpa diiringi kepekaan sosial.
Bacaan Surat Al-Ma'un
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ
a ra'aital-lażī yukażżibu bid-dīn(i).
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?"
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ
fa żālikal-lażī yadu‘‘ul-yatīm(a).
"Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,"
وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ
wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa‘āmil-miskīn(i).
"dan tidak mendorong memberi makan orang miskin."
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ
fa wailul lil-muṣallīn(a).
"Maka celakalah orang yang salat,"
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ
allażīna hum ‘an ṣalātihim sāhūn(a).
"(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,"
الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ
allażīna hum yurā'ūn(a).
"yang berbuat ria,"
وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ
wa yamna‘ūnal-mā‘ūn(a).
"dan enggan (memberikan) bantuan."
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-Ma'un
Surat Al-Ma'un menghubungkan secara langsung antara keimanan yang benar dan perilaku sosial. Allah memulai surat ini dengan pertanyaan retoris, "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?" Jawabannya mengejutkan. Pendusta agama bukanlah sekadar orang yang tidak percaya Tuhan, melainkan mereka yang memiliki dua ciri utama: menghardik anak yatim (tidak peduli pada kaum lemah) dan tidak mau mendorong pemberian makan kepada orang miskin (tidak memiliki empati sosial). Ini menunjukkan bahwa bukti keimanan sejati adalah kepedulian. Kemudian, surat ini mengancam dengan kecelakaan bagi orang-orang yang shalat. Ini terdengar paradoks, namun dijelaskan pada ayat-ayat berikutnya. Mereka yang celaka adalah orang yang shalatnya lalai (menunda-nunda, tidak khusyuk, tidak memahami maknanya), riya (melakukan ibadah untuk pamer kepada manusia, bukan karena Allah), dan enggan memberikan "al-ma'un" (bantuan kecil dan barang-barang sepele yang berguna bagi orang lain). Surat ini adalah pengingat keras bahwa ibadah ritual (seperti shalat) tidak akan bernilai di sisi Allah jika tidak melahirkan akhlak mulia dan kepedulian sosial yang tulus.
9. Surat Al-Quraisy (Suku Quraisy)
Surat Al-Quraisy adalah surat ke-106 dalam Al-Quran. Terdiri dari 4 ayat dan tergolong surat Makkiyah. Surat ini mengingatkan suku Quraisy akan nikmat besar yang Allah berikan kepada mereka.
Bacaan Surat Al-Quraisy
لِاِيْلٰفِ قُرَيْشٍۙ
li'īlāfi quraisy(in).
"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,"
اٖلٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاۤءِ وَالصَّيْفِۚ
īlāfihim riḥlatasy-syitā'i waṣ-ṣaīf(i).
"(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas."
فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ
falya‘budū rabba hāżal-bait(i).
"Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah),"
الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ
allażī aṭ‘amahum min jū‘iw wa āmanahum min khaụf(in).
"yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan."
Kandungan dan Keutamaan Surat Al-Quraisy
Surat ini memiliki kaitan erat dengan surat sebelumnya, Al-Fil. Setelah Allah melindungi Ka'bah dari serangan tentara gajah (peristiwa dalam Surat Al-Fil), reputasi dan kehormatan suku Quraisy sebagai penjaga Ka'bah meningkat pesat. Hal ini memberikan mereka dua nikmat yang sangat besar. Pertama, kemudahan dalam "rihlah" atau perjalanan dagang mereka ke Syam (utara) pada musim panas dan ke Yaman (selatan) pada musim dingin. Karena status mereka, perjalanan mereka aman dan tidak diganggu. Nikmat ini menjamin kemakmuran ekonomi mereka ("memberi makanan untuk menghilangkan lapar"). Kedua, nikmat keamanan di negeri mereka sendiri, Mekkah ("mengamankan mereka dari rasa ketakutan"), karena tidak ada yang berani menyerang kota suci tersebut. Allah mengingatkan suku Quraisy bahwa dua nikmat fundamental ini—kemakmuran dan keamanan—seharusnya mendorong mereka untuk menyembah satu-satunya Zat yang memberikannya, yaitu "Tuhan pemilik Ka'bah". Surat ini mengajarkan bahwa nikmat duniawi, terutama stabilitas ekonomi dan keamanan, harusnya menjadi sarana untuk meningkatkan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan justru melalaikan-Nya.