Surat Maryam adalah surat ke-19 dalam Al-Qur'an dan terdiri dari 98 ayat. Surat ini tergolong sebagai surat Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekkah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama surat ini diambil dari kisah Maryam, ibunda Nabi Isa AS, yang diceritakan secara rinci mulai dari ayat 16. Kisah ini merupakan salah satu narasi paling menyentuh dan penuh keajaiban dalam Al-Qur'an, menyoroti kesucian, ketabahan, dan kepasrahan seorang wanita pilihan Allah.
Tema utama dari Surat Maryam adalah manifestasi rahmat (kasih sayang) Allah SWT yang tak terbatas. Hal ini terlihat jelas dari ayat pembukanya yang diawali dengan penyebutan rahmat Allah kepada hamba-Nya, Nabi Zakariya AS. Kasih sayang ini kemudian terwujud dalam berbagai kisah para nabi yang diuraikan di dalamnya, seperti dikabulkannya doa Nabi Zakariya di usia senja untuk mendapatkan keturunan, kelahiran ajaib Nabi Isa tanpa seorang ayah, serta perlindungan Allah kepada Nabi Ibrahim dari kezaliman kaumnya. Surat ini dengan indah menegaskan konsep tauhid, kenabian, dan kepastian akan adanya hari kebangkitan dan pembalasan.
Surat Maryam menjadi pengingat abadi bahwa kekuasaan Allah melampaui segala hukum alam dan bahwa rahmat-Nya senantiasa menyertai hamba-hamba yang tulus berdoa dan berserah diri.
Keutamaan dan Kandungan Surat Maryam
Surat Maryam memiliki banyak keutamaan dan pelajaran berharga. Secara umum, surat ini sering dibaca oleh umat Islam untuk memohon rahmat dan pertolongan Allah, terutama bagi mereka yang mendambakan keturunan atau sedang menanti kelahiran. Kisah Nabi Zakariya dan Maryam memberikan harapan dan kekuatan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Kandungan utama surat ini meliputi:
- Kisah Nabi Zakariya dan Kelahiran Nabi Yahya: Menggambarkan kekuatan doa yang tulus dan mukjizat Allah dalam memberikan keturunan kepada pasangan yang sudah lanjut usia dan mandul.
- Kisah Maryam dan Kelahiran Nabi Isa: Menjadi inti dari surat ini, menceritakan kesalehan Maryam, kelahirannya yang ajaib, fitnah yang dihadapinya, dan pembelaan Allah melalui mukjizat Nabi Isa yang bisa berbicara saat masih bayi.
- Penegasan Status Nabi Isa: Surat ini dengan tegas menolak konsep trinitas dan menyatakan bahwa Nabi Isa adalah seorang hamba dan utusan Allah, bukan anak Tuhan.
- Kisah Nabi Ibrahim: Menyoroti keteguhan tauhid Nabi Ibrahim dalam menghadapi ayahnya dan kaumnya yang menyembah berhala.
- Penyebutan Nabi-Nabi Lain: Seperti Nabi Musa, Harun, Ismail, dan Idris, sebagai penegas kesinambungan risalah tauhid yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul.
- Peringatan tentang Hari Kiamat: Menggambarkan kondisi orang-orang beriman yang akan masuk surga dan keadaan orang-orang kafir yang akan menghadapi azab di neraka Jahannam, sekaligus membantah keraguan mereka tentang hari kebangkitan.
Bacaan Lengkap Surat Maryam (Ayat 1-98)
Berikut adalah bacaan lengkap Surat Maryam dalam tulisan Arab, Latin, beserta terjemahan bahasa Indonesia untuk setiap ayatnya.
كۤهٰيٰعۤصۤ ۚ
Kāf hā yā ‘ain ṣād.
Kāf Hā Yā ‘Ain Ṣād.
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهٗ زَكَرِيَّا ۖ
Żikru raḥmati rabbika ‘abdahū zakariyyā.
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,
اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا
Iż nādā rabbahū nidā'an khafiyyā.
yaitu ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا
Qāla rabbi innī wahanal-‘aẓmu minnī wasyta‘alar-ra'su syaibaw wa lam akum bidu‘ā'ika rabbi syaqiyyā.
Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.
وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ
Wa innī khiftul-mawāliya miw warā'ī wa kānatimra'atī ‘āqiran fa hab lī mil ladunka waliyyā.
Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang putra dari sisi-Mu,
يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
Yariṡunī wa yariṡu min āli ya‘qūba waj‘alhu rabbi raḍiyyā.
yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”
يٰزَكَرِيَّآ اِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلٰمِ ِۨاسْمُهٗ يَحْيٰىۙ لَمْ نَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا
Yā zakariyyā innā nubasysyiruka bigulāminismuhū yaḥyā, lam naj‘al lahū min qablu samiyyā.
(Allah berfirman), “Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.”
قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا وَّقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا
Qāla rabbi annā yakūnu lī gulāmuw wa kānatimra'atī ‘āqiraw wa qad balagtu minal-kibari ‘itiyyā.
Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku sendiri sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”
قَالَ كَذٰلِكَ ۗ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَّقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا
Qāla każālik, qāla rabbuka huwa ‘alayya hayyinuw wa qad khalaqtuka min qablu wa lam taku syai'ā.
(Allah) berfirman, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.”
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗقَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَيَالٍ سَوِيًّا
Qāla rabbij‘al lī āyah, qāla āyatuka allā tukalliman-nāsa ṡalāṡa layālin sawiyyā.
Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” (Allah) berfirman, “Tandamu ialah engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat.”
فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰىٓ اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا
Fa kharaja ‘alā qaumihī minal-miḥrābi fa auḥā ilaihim an sabbiḥū bukrataw wa ‘asyiyyā.
Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.
يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍ ۗوَاٰتَيْنٰهُ الْحُكْمَ صَبِيًّاۙ
Yā yaḥyā khużil-kitāba biquwwah, wa ātaināhul-ḥukma ṣabiyyā.
“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya selagi dia masih kanak-kanak,
وَّحَنَانًا مِّنْ لَّدُنَّا وَزَكٰوةً ۗوَكَانَ تَقِيًّا ۙ
Wa ḥanānam mil ladunnā wa zakāh, wa kāna taqiyyā.
dan (Kami anugerahi) rasa kasih sayang dari Kami dan kesucian (dari dosa). Dan dia adalah seorang yang bertakwa,
وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
Wa barram biwālidaihi wa lam yakun jabbāran ‘aṣiyyā.
dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukanlah seorang yang sombong lagi durhaka.
وَسَلٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوْتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ࣖ
Wa salāmun ‘alaihi yauma wulida wa yauma yamūtu wa yauma yub‘aṡu ḥayyā.
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadanya, pada hari kelahirannya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.
وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ مَرْيَمَۘ اِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ اَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا ۙ
Ważkur fil-kitābi maryam, iżintabażat min ahlihā makānan syarqiyyā.
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Kitab (Al-Qur'an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًاۙ فَاَرْسَلْنَآ اِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
Fattakhażat min dūnihim ḥijābā, fa arsalnā ilaihā rūḥanā fa tamaṡṡala lahā basyaran sawiyyā.
lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.
وَهُزِّيْٓ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ۙ
Wa huzzī ilaiki bijiż‘in-nakhlati tusāqiṭ ‘alaiki ruṭaban janiyyā.
Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
Qāla innī ‘abdullāh, ātāniyal-kitāba wa ja‘alanī nabiyyā.
Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
وَكَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍۗ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا ࣖ
Wa kam ahlaknā qablahum min qarn, hal tuḥissu minhum min aḥadin au tasma‘u lahum rikzá.
Dan berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka. Adakah engkau melihat seorang pun dari mereka atau engkau mendengar bisikan mereka?
Tafsir dan Penjelasan Mendalam Surat Maryam
Untuk memahami Surat Maryam secara lebih utuh, penting untuk merenungkan makna di balik kisah-kisah yang disampaikan. Setiap narasi mengandung pelajaran mendalam tentang keimanan, kesabaran, dan kekuasaan Allah.
Kisah Nabi Zakariya: Kekuatan Doa dan Harapan
Kisah ini membuka surat dengan nuansa harapan yang luar biasa. Nabi Zakariya, seorang hamba yang saleh, memanjatkan doa kepada Allah di usia yang sangat senja. Kondisinya tampak mustahil: fisiknya sudah lemah, rambutnya memutih, dan istrinya mandul. Namun, doanya bukan keluhan, melainkan sebuah pengakuan tulus akan kelemahannya di hadapan Allah yang Maha Kuasa. Ia berdoa dengan "suara yang lembut", menunjukkan adab, kerendahan hati, dan keyakinan penuh bahwa Allah mendengar bisikan hati sekalipun.
Doanya memiliki tujuan mulia: ia tidak hanya ingin seorang anak, tetapi seorang "wali" yang akan mewarisi kenabian dan melanjutkan dakwah kepada Bani Israil. Ini menunjukkan visinya yang jauh ke depan. Jawaban Allah datang dengan kabar gembira tentang kelahiran Yahya, sebuah nama yang belum pernah ada sebelumnya. Keajaiban ini mengajarkan kita bahwa batasan usia dan kondisi biologis tidak berlaku bagi kehendak Allah. Bagi hamba yang tulus, pintu rahmat Allah tidak pernah tertutup.
Kisah Maryam: Simbol Kesucian dan Ketabahan
Ini adalah jantung dari Surat Maryam. Kisah ini dimulai dengan pengasingan diri Maryam untuk beribadah, menunjukkan tingkat kesalehan dan dedikasinya. Kemudian datanglah Jibril dalam wujud manusia sempurna, sebuah ujian keimanan yang berat. Reaksi pertama Maryam adalah mencari perlindungan kepada Allah dari sosok asing tersebut, menunjukkan kesucian dan ketakwaannya yang luar biasa.
Ketika Jibril menyampaikan kabar tentang anugerah seorang anak laki-laki yang suci, Maryam mempertanyakannya dengan logika manusia, "Bagaimana mungkin aku punya anak, padahal tidak pernah ada laki-laki yang menyentuhku?" Jawaban Jibril adalah penegasan mutlak: "Hal itu mudah bagi-Ku." Ini adalah inti dari semua mukjizat: logika manusia tunduk pada kekuasaan ilahi.
Proses kehamilan dan persalinan Maryam digambarkan dengan sangat manusiawi. Ia merasakan sakit, kesendirian, dan keputusasaan hingga berharap ia mati sebelum itu terjadi. Namun, di puncak kesulitannya, pertolongan Allah datang. Suara dari bawahnya (Nabi Isa atau malaikat) menenangkannya, air sungai dialirkan, dan buah kurma disediakan. Ini adalah pelajaran bahwa di tengah ujian terberat sekalipun, rahmat Allah sangat dekat.
Puncak dari kisah ini adalah ketika Maryam membawa bayinya kepada kaumnya. Ia diperintahkan untuk "berpuasa bicara". Mukjizat pun terjadi ketika Nabi Isa, yang masih dalam buaian, berbicara untuk membela kehormatan ibunya. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai hamba Allah, seorang nabi, dan pembawa kitab. Ini bukan hanya pembelaan bagi Maryam, tetapi juga penegasan misi kenabian Isa sejak dini dan bantahan telak terhadap mereka yang akan mempertuhankannya di kemudian hari.
Kisah Nabi Ibrahim: Keteguhan Melawan Kemusyrikan
Surat ini juga mengangkat kisah Nabi Ibrahim AS sebagai contoh utama keteguhan dalam tauhid. Dialognya dengan sang ayah, Azar, menunjukkan adab dan kelembutan seorang anak yang mencoba menasihati orang tuanya. Meskipun ayahnya menolak dengan keras dan mengancam akan merajamnya, Nabi Ibrahim tetap mendoakan ampunan baginya. Sikap ini mengajarkan pentingnya dakwah dengan hikmah dan kasih sayang, bahkan kepada orang yang paling menentang.
Keputusan Nabi Ibrahim untuk menjauhkan diri dari kaumnya dan sesembahan mereka adalah bentuk hijrah fisik dan spiritual. Sebagai balasannya, Allah menganugerahinya keturunan yang saleh, yaitu Ishak dan Yakub, yang semuanya diangkat menjadi nabi. Ini menunjukkan bahwa siapa pun yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik.
Pelajaran dan Hikmah dari Surat Maryam
Surat Maryam bukan sekadar kumpulan cerita masa lalu, melainkan sumber inspirasi dan pedoman hidup yang tak lekang oleh waktu. Beberapa hikmah utama yang dapat dipetik antara lain:
- Rahmat Allah Meliputi Segalanya: Tema ini menjadi benang merah seluruh surat. Rahmat Allah termanifestasi dalam pengabulan doa, pertolongan di saat sulit, dan anugerah keturunan yang saleh.
- Kekuatan Doa yang Tulus: Doa Nabi Zakariya mengajarkan bahwa tidak ada kata terlambat atau mustahil. Kunci dari doa adalah ketulusan, kerendahan hati, dan keyakinan penuh kepada Allah.
- Keagungan Martabat Wanita: Dengan mengabadikan nama Maryam sebagai satu-satunya nama wanita dalam judul surat, Al-Qur'an mengangkat derajat wanita. Kisah Maryam menunjukkan bahwa seorang wanita bisa mencapai tingkat spiritualitas tertinggi melalui kesalehan dan ketakwaan.
- Pentingnya Tauhid: Kisah para nabi, terutama Nabi Ibrahim dan penegasan status Nabi Isa sebagai "hamba Allah", merupakan pilar utama dalam menegakkan ajaran tauhid dan menolak segala bentuk kemusyrikan.
- Kepastian Hari Kebangkitan: Surat ini ditutup dengan bantahan tegas terhadap mereka yang meragukan kehidupan setelah mati. Allah yang mampu menciptakan manusia dari ketiadaan, tentu lebih mudah untuk membangkitkannya kembali.
Kesimpulan
Bacaan Surat Maryam membawa kita menyelami lautan rahmat Allah SWT. Melalui kisah-kisah yang penuh dengan keajaiban dan hikmah, kita diajak untuk memperkuat keyakinan, meneladani kesabaran para nabi, dan tidak pernah berputus asa dari pertolongan Allah. Setiap ayatnya adalah penyejuk hati, sumber kekuatan bagi yang lemah, dan pemberi harapan bagi yang sedang diuji. Membaca, memahami, dan merenungkan maknanya akan menumbuhkan rasa cinta dan takwa kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.