Mengenal Surah Al-Mulk: Bacaan dan Keutamaannya

Ilustrasi geometris yang melambangkan kemuliaan dan keteraturan.

Surah Al-Mulk, yang berarti "Kerajaan", adalah surah ke-67 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 30 ayat dan tergolong sebagai surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ﷺ. Nama lain yang populer untuk surah ini adalah "Tabarak", yang diambil dari kata pertama ayatnya, bermakna "Maha Suci" atau "Maha Penuh Berkah".

Kandungan utama surah ini berpusat pada penegasan kekuasaan mutlak Allah SWT atas seluruh alam semesta. Surah Al-Mulk mengajak pembacanya untuk merenungkan kebesaran ciptaan-Nya, mulai dari langit yang berlapis-lapis tanpa cela, bumi yang terhampar untuk dijelajahi, hingga detail kehidupan seperti burung yang terbang dengan sayapnya. Melalui perenungan ini, seorang hamba diharapkan dapat memperkuat keimanannya, merasakan keagungan Sang Pencipta, dan menyadari tujuan hidupnya di dunia, yaitu sebagai ujian untuk menentukan siapa yang paling baik amalnya.

Bacaan Lengkap Surah Al-Mulk: Arab, Latin, dan Terjemahan

Berikut adalah bacaan lengkap Surah Al-Mulk ayat 1-30, disajikan dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, serta terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk memahami maknanya.

Ayat 1

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ

Tabārakal-lażī biyadihil-mulku wa huwa ‘alā kulli syai'in qadīr(un). "Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."
Ayat 2

ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Al-lażī khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā(n), wa huwal-‘azīzul-gafūr(u). "Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun."
Ayat 3

الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ

Al-lażī khalaqa sab‘a samāwātin ṭibāqā(n), mā tarā fī khalqir-raḥmāni min tafāwut(in), farji‘il-baṣara hal tarā min fuṭūr(in). "Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?"
Ayat 4

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ اِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَّهُوَ حَسِيْرٌ

Ṡummarji‘il-baṣara karrataini yanqalib ilaikal-baṣaru khāsi'aw wa huwa ḥasīr(un). "Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi dan sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan dalam keadaan letih."
Ayat 5

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ

Wa laqad zayyannas-samā'ad-dun-yā bimaṣābīḥa wa ja‘alnāhā rujūmal lisy-syayāṭīni wa a‘tadnā lahum ‘ażābas-sa‘īr(i). "Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala."
Ayat 6

وَلِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

Wa lil-lażīna kafarū birabbihim ‘ażābu jahannam(a), wa bi'sal-maṣīr(u). "Dan bagi orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya akan mendapat azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."
Ayat 7

اِذَآ اُلْقُوْا فِيْهَا سَمِعُوْا لَهَا شَهِيْقًا وَّهِيَ تَفُوْرُۙ

Iżā ulqū fīhā sami‘ū lahā syahīqaw wa hiya tafūr(u). "Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suaranya yang mengerikan saat ia (neraka) membara."
Ayat 8

تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ

Takādu tamayyazu minal-gaiẓ(i), kullamā ulqiya fīhā faujun sa'alahum khazanatuhā alam ya'tikum nażīr(un). "Hampir-hampir (neraka) itu meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka) itu bertanya kepada mereka, 'Apakah belum pernah ada seorang pemberi peringatan yang datang kepadamu?'"
Ayat 9

قَالُوْا بَلٰى قَدْ جَاۤءَنَا نَذِيْرٌ ەۙ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍۖ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ كَبِيْرٍ

Qālū balā qad jā'anā nażīr(un), fa każżabnā wa qulnā mā nazzalallāhu min syai'(in), in antum illā fī ḍalālin kabīr(in). "Mereka menjawab, 'Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakannya dan kami katakan, 'Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu sebenarnya dalam kesesatan yang besar.''"
Ayat 10

وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ اَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْٓ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ

Wa qālū lau kunnā nasma‘u au na‘qilu mā kunnā fī aṣḥābis-sa‘īr(i). "Dan mereka berkata, 'Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.'"
Ayat 11

فَاعْتَرَفُوْا بِذَنْۢبِهِمْۚ فَسُحْقًا لِّاَصْحٰبِ السَّعِيْرِ

Fa‘tarafū biżambihim, fa suḥqal li'aṣḥābis-sa‘īr(i). "Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi, jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu."
Ayat 12

اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ

Innal-lażīna yakhsyauna rabbahum bil-gaibi lahum magfiratuw wa ajrun kabīr(un). "Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar."
Ayat 13

وَاَسِرُّوْا قَوْلَكُمْ اَوِ اجْهَرُوْا بِهٖۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

Wa asirrū qaulakum awijharū bih(ī), innahū ‘alīmum biżātiṣ-ṣudūr(i). "Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati."
Ayat 14

اَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَۗ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ

Alā ya‘lamu man khalaq(a), wa huwal-laṭīful-khabīr(u). "Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui."
Ayat 15

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Huwal-lażī ja‘ala lakumul-arḍa żalūlan famsyū fī manākibihā wa kulū mir rizqih(ī), wa ilaihin-nusyūr(u). "Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
Ayat 16

ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُۙ

A'amintum man fis-samā'i ay yakhsifa bikumul-arḍa fa'iżā hiya tamūr(u). "Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?"
Ayat 17

اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًاۗ فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ

Am amintum man fis-samā'i ay yursila ‘alaikum ḥāṣibā(n), fa sata‘lamūna kaifa nażīr(i). "Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Nanti kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku."
Ayat 18

وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ

Wa laqad każżabal-lażīna min qablihim fakaifa kāna nakīr(i). "Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku!"
Ayat 19

اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ ۢبَصِيْرٌ

Awalam yarau ilaṭ-ṭairi fauqahum ṣāffātiw wa yaqbiḍn(a), mā yumsikuhunna illar-raḥmān(u), innahū bikulli syai'im baṣīr(un). "Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu."
Ayat 20

اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ هُوَ جُنْدٌ لَّكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِۗ اِنِ الْكٰفِرُوْنَ اِلَّا فِيْ غُرُوْرٍۚ

Amman hāżal-lażī huwa jundul lakum yanṣurukum min dūnir-raḥmān(i), inil-kāfirūna illā fī gurūr(in). "Atau siapakah yang akan menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu hanyalah dalam (keadaan) tertipu."
Ayat 21

اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ

Amman hāżal-lażī yarzuqukum in amsaka rizqah(ū), bal lajjū fī ‘utuwwiw wa nufūr(in). "Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran)."
Ayat 22

اَفَمَنْ يَّمْشِيْ مُكِبًّا عَلٰى وَجْهِهٖٓ اَهْدٰىٓ اَمَّنْ يَّمْشِيْ سَوِيًّا عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

Afamay yamsyī mukibban ‘alā wajhihī ahdā ammay yamsyī sawiyyan ‘alā ṣirāṭim mustaqīm(in). "Apakah orang yang berjalan dengan wajah tertelungkup lebih mendapat petunjuk, ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?"
Ayat 23

قُلْ هُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

Qul huwal-lażī ansya'akum wa ja‘ala lakumus-sam‘a wal-abṣāra wal-af'idah(ta), qalīlam mā tasykurūn(a). "Katakanlah, 'Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.'"
Ayat 24

قُلْ هُوَ الَّذِيْ ذَرَاَكُمْ فِى الْاَرْضِ وَاِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

Qul huwal-lażī żara'akum fil-arḍi wa ilaihi tuḥsyarūn(a). "Katakanlah, 'Dialah yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.'"
Ayat 25

وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Wa yaqūlūna matā hāżal-wa‘du in kuntum ṣādiqīn(a). "Dan mereka berkata, 'Kapankah (datangnya) ancaman itu jika kamu orang yang benar?'"
Ayat 26

قُلْ اِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللّٰهِۖ وَاِنَّمَآ اَنَا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

Qul innamal-‘ilmu ‘indallāh(i), wa innamā ana nażīrum mubīn(un). "Katakanlah, 'Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat) itu hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.'"
Ayat 27

فَلَمَّا رَاَوْهُ زُلْفَةً سِيْۤـَٔتْ وُجُوْهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقِيْلَ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تَدَّعُوْنَ

Falammā ra'auhu zulfatan sī'at wujūhul-lażīna kafarū wa qīla hāżal-lażī kuntum bihī tadda‘ūn(a). "Maka ketika mereka melihat azab (yang dijanjikan) itu sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), 'Inilah (azab) yang dahulunya kamu minta.'"
Ayat 28

قُلْ اَرَاَيْتُمْ اِنْ اَهْلَكَنِيَ اللّٰهُ وَمَنْ مَّعِيَ اَوْ رَحِمَنَاۙ فَمَنْ يُّجِيْرُ الْكٰفِرِيْنَ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ

Qul ara'aitum in ahlakaniyallāhu wa mam ma‘iya au raḥimanā, famay yujīrul-kāfirīna min ‘ażābin alīm(in). "Katakanlah (Muhammad), 'Tahukah kamu, jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku atau memberi rahmat kepada kami, lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?'"
Ayat 29

قُلْ هُوَ الرَّحْمٰنُ اٰمَنَّا بِهٖ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَاۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Qul huwar-raḥmānu āmannā bihī wa ‘alaihi tawakkalnā, fa sata‘lamūna man huwa fī ḍalālim mubīn(in). "Katakanlah, 'Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.'"
Ayat 30

قُلْ اَرَاَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَاۤؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍ

Qul ara'aitum in aṣbaḥa mā'ukum gauran famay ya'tīkum bimā'im ma‘īn(in). "Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapakah yang akan memberimu air yang mengalir?'"

Memahami Kandungan dan Pesan Mendalam Surah Al-Mulk

Surah Al-Mulk bukan sekadar rangkaian kata-kata indah, melainkan lautan makna yang mengajak manusia untuk merenung dan memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT. Setiap ayatnya mengandung pelajaran berharga yang relevan di setiap zaman. Mari kita selami beberapa tema utama yang terkandung di dalamnya.

1. Penegasan Kekuasaan Mutlak Allah (Ayat 1-5)

Surah ini dibuka dengan deklarasi keagungan Allah melalui frasa "Tabarakal-ladzi biyadihil-mulk," yang menegaskan bahwa seluruh kerajaan, kekuasaan, dan kendali atas alam semesta berada di tangan-Nya. Ayat ini secara langsung menolak segala bentuk penyekutuan terhadap Allah dan menetapkan pondasi tauhid yang kokoh.

Ayat kedua menjelaskan filosofi penciptaan, yaitu hidup dan mati sebagai sebuah ujian. Dunia ini adalah arena bagi manusia untuk membuktikan siapa yang memiliki "ahsan amala" atau amal terbaik. Fokusnya bukan pada kuantitas, melainkan kualitas amal yang didasari oleh keikhlasan dan kesesuaian dengan syariat. Di akhir ayat, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai "Al-Aziz" (Mahaperkasa) yang mampu memberikan balasan, sekaligus "Al-Ghafur" (Maha Pengampun) yang membuka pintu taubat bagi hamba-Nya.

Selanjutnya, Allah mengajak kita untuk mengamati ciptaan-Nya. Langit yang tujuh lapis diciptakan dengan sempurna, tanpa cacat sedikit pun. Manusia ditantang untuk mencari keretakan atau ketidakseimbangan, namun pandangan akan kembali dalam keadaan lelah dan takjub, mengakui kesempurnaan ciptaan-Nya. Ini adalah bukti nyata kebesaran-Nya yang dapat diamati oleh siapa saja yang mau menggunakan akal dan penglihatannya.

2. Ancaman bagi Para Pendusta dan Penyesalan Abadi (Ayat 6-11)

Setelah memaparkan bukti-bukti kebesaran-Nya, surah ini beralih kepada konsekuensi bagi mereka yang mengingkarinya. Ancaman neraka Jahannam digambarkan dengan sangat hidup: suaranya yang mengerikan dan gejolaknya yang seolah meledak karena amarah. Ini bukan sekadar hukuman, melainkan manifestasi dari murka Allah terhadap kekafiran.

Dialog antara penjaga neraka dan penghuninya menjadi momen penyesalan yang mendalam. Para penghuni neraka mengakui bahwa para pemberi peringatan (rasul) telah datang, namun mereka mendustakannya. Mereka menyesal karena tidak mau "mendengar" atau "menggunakan akal". Ini adalah pelajaran penting bahwa petunjuk Allah datang melalui wahyu yang perlu didengar dan akal yang perlu digunakan untuk berpikir. Penyesalan di akhirat tidak lagi berguna, dan pengakuan dosa mereka hanya mengukuhkan status mereka sebagai penghuni neraka.

3. Janji Kemuliaan bagi Orang yang Bertakwa (Ayat 12)

Sebagai kontras yang indah, ayat 12 menyajikan janji bagi mereka yang takut kepada Allah "bil-ghaib", yaitu takut kepada-Nya meskipun tidak dapat melihat-Nya. Inilah puncak keimanan, di mana seorang hamba beribadah dan menjauhi maksiat bukan karena dilihat manusia, tetapi karena keyakinan penuh akan pengawasan Allah yang tak pernah berhenti. Bagi mereka, Allah menjanjikan dua hal yang sangat didambakan: "maghfirah" (ampunan) yang menghapus dosa-dosa mereka, dan "ajrun kabir" (pahala yang besar) sebagai balasan atas ketakwaan mereka.

4. Pengetahuan Allah yang Meliputi Segalanya (Ayat 13-14)

Allah kembali menegaskan sifat kemahatahuan-Nya. Baik perkataan yang dirahasiakan dalam hati maupun yang diucapkan terang-terangan, semuanya diketahui oleh Allah. Ayat 14 memberikan argumentasi logis yang tak terbantahkan: "Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui?" Tentu saja, Sang Pencipta mengetahui setiap detail dari ciptaan-Nya. Dia adalah "Al-Lathif" (Mahahalus), yang pengetahuannya menembus hal-hal terkecil, dan "Al-Khabir" (Maha Mengetahui) segala perkara lahir dan batin.

5. Tanda-tanda Kekuasaan di Bumi dan di Langit (Ayat 15-22)

Surah ini kemudian mengajak kita untuk kembali melihat alam sekitar sebagai bukti kekuasaan Allah. Bumi diciptakan "dzalulan" (mudah untuk dijelajahi) agar manusia bisa mencari rezeki. Namun, kemudahan ini tidak boleh membuat manusia lalai, karena pada akhirnya semua akan kembali kepada-Nya. Ayat 16 dan 17 memberikan peringatan keras: jangan merasa terlalu aman di bumi, karena Allah berkuasa untuk menelannya atau mengirimkan badai dahsyat. Ini adalah pengingat bahwa manusia sangat rapuh di hadapan kekuatan alam yang berada dalam genggaman-Nya.

Pandangan kemudian diarahkan ke langit, kepada burung-burung yang terbang. Siapakah yang menahan mereka di udara selain Ar-Rahman? Ini adalah contoh sederhana namun mendalam tentang hukum alam yang Allah ciptakan dan kendalikan. Melalui serangkaian pertanyaan retoris, Allah menantang kaum kafir: Siapakah yang bisa menjadi tentara penolongmu? Siapa yang bisa memberimu rezeki jika Allah menahannya? Perbandingan antara orang yang berjalan lurus di jalan yang benar dengan orang yang berjalan tertelungkup menggambarkan perbedaan antara orang yang mendapat petunjuk dan yang tersesat.

6. Peringatan tentang Penciptaan dan Hari Kebangkitan (Ayat 23-30)

Di bagian akhir, surah ini mengingatkan manusia akan asal-usulnya. Allah-lah yang menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati. Ironisnya, nikmat-nikmat besar ini justru sedikit sekali disyukuri. Manusia diingatkan bahwa mereka disebarkan di muka bumi dan pasti akan dikumpulkan kembali pada hari kiamat.

Ketika orang kafir dengan angkuh bertanya kapan janji itu akan datang, jawabannya adalah ilmu tentangnya hanya milik Allah. Tugas seorang rasul hanyalah menyampaikan peringatan. Ayat penutup menjadi sebuah perenungan yang sangat kuat. Allah menantang seluruh umat manusia dengan pertanyaan sederhana namun fundamental: jika air, sumber utama kehidupan, surut ke dalam tanah, siapa yang mampu mendatangkannya kembali? Jawabannya jelas: tidak ada seorang pun selain Allah SWT. Ini adalah penegasan final akan kebergantungan total manusia kepada Sang Pencipta.

Keutamaan Membaca dan Mengamalkan Surah Al-Mulk

Membaca Surah Al-Mulk secara rutin memiliki banyak keutamaan yang dijelaskan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ. Keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk menjadikannya sebagai bagian dari amalan harian, terutama sebelum tidur.

Penyelamat dari Siksa Kubur

Keutamaan paling masyhur dari Surah Al-Mulk adalah perannya sebagai pelindung dari siksa kubur. Surah ini disebut juga sebagai "Al-Mani'ah" (Penghalang) dan "Al-Munjiyah" (Penyelamat). Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa surah ini akan membela pembacanya di alam kubur, menghalanginya dari azab. Ia akan menjadi teman dan pelindung di saat manusia sendirian di dalam kuburnya, berdebat atas nama sahabatnya hingga ia diselamatkan. Ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah yang menjadikan amalan membaca surah ini sebagai perisai di kehidupan pertama setelah kematian.

Pemberi Syafaat di Hari Kiamat

Selain menjadi penyelamat di alam kubur, Surah Al-Mulk juga akan menjadi pemberi syafaat (perantara) bagi pembacanya di Hari Kiamat. Sebuah hadis menyebutkan bahwa ada sebuah surah dalam Al-Qur'an yang terdiri dari tiga puluh ayat, ia akan terus memberikan syafaat bagi seseorang hingga ia diampuni. Surah yang dimaksud adalah Surah Al-Mulk. Syafaat ini adalah bentuk pertolongan agung di hari di mana tidak ada pertolongan kecuali dari Allah. Dengan izin-Nya, surah ini menjadi "pembela" yang memperjuangkan ampunan bagi orang yang senantiasa dekat dengannya di dunia.

Mengikuti Sunnah Nabi

Membaca Surah Al-Mulk sebelum tidur adalah salah satu sunnah atau kebiasaan yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Beliau tidak akan tidur sebelum membaca Surah As-Sajdah dan Surah Al-Mulk. Dengan mengamalkan kebiasaan ini, seorang muslim tidak hanya mendapatkan keutamaan dari surah itu sendiri, tetapi juga pahala karena telah menghidupkan dan mengikuti sunnah Nabi tercinta.

Surah Al-Mulk adalah sebuah surat yang agung, sebuah perjalanan tadabbur yang membawa kita dari pengakuan akan kekuasaan Allah, perenungan atas ciptaan-Nya, hingga kesadaran akan hari akhir. Membacanya bukan sekadar melafalkan ayat, tetapi menyerap maknanya, meresapi pesan-pesannya, dan membiarkannya membentuk cara pandang kita terhadap dunia dan akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa bersahabat dengan Surah Al-Mulk, sehingga ia menjadi cahaya dan penyelamat bagi kita di dunia dan di akhirat kelak.

🏠 Kembali ke Homepage