Memahami Bacaan Sujud Latin dan Kedalaman Maknanya
Sujud adalah salah satu rukun shalat yang paling fundamental. Ia bukan sekadar gerakan menundukkan kepala hingga menyentuh lantai, melainkan sebuah pernyataan totalitas penghambaan, kepasrahan, dan pengakuan atas keagungan Allah SWT. Dalam posisi ini, seorang hamba berada pada titik terdekat dengan Tuhannya. Momen yang sangat intim ini diisi dengan zikir dan doa, yang intinya adalah menyucikan dan mengagungkan Sang Pencipta. Memahami bacaan sujud latin beserta artinya akan membawa kita pada kekhusyukan yang lebih mendalam, mengubah gerakan rutin menjadi sebuah dialog spiritual yang penuh makna.
Bagi banyak muslim di Indonesia, transliterasi Latin menjadi jembatan penting untuk melafalkan bacaan Arab dengan benar, terutama bagi mereka yang belum lancar membaca tulisan Arab. Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai bacaan sujud, mulai dari yang paling umum hingga variasi lainnya yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin yang cermat, dan terjemahan bahasa Indonesia, serta penelusuran makna yang terkandung di dalamnya.
Bacaan Sujud Paling Umum dan Maknanya
Bacaan yang paling sering kita dengar dan amalkan saat sujud dalam shalat fardhu maupun sunnah adalah sebagai berikut. Bacaan ini diajarkan dalam banyak hadis shahih dan menjadi pilihan utama mayoritas umat Islam di seluruh dunia.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal a’laa wa bihamdih.
"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi, dan dengan memuji-Nya."
Bacaan ini biasanya diulang sebanyak tiga kali. Namun, mengulanginya lebih dari itu, seperti lima, tujuh, atau dalam jumlah ganjil lainnya, juga diperbolehkan, terutama dalam shalat sunnah. Mari kita bedah makna dari setiap kata dalam kalimat zikir yang agung ini:
- Subhaana (سُبْحَانَ): Kata ini berasal dari akar kata "sabaha" yang berarti menjauh. Dalam konteks zikir, "Subhanallah" atau "Subhaana Robbi" berarti "Aku menyucikan Allah". Penyucian ini bermakna menjauhkan Allah dari segala sifat kekurangan, kelemahan, cacat, atau keserupaan dengan makhluk-Nya. Ketika kita mengucapkan "Subhaana", kita sedang menegaskan bahwa Allah sempurna, bebas dari segala hal yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Ini adalah bentuk pengakuan paling murni akan transendensi Tuhan.
- Robbiya (رَبِّيَ): Berarti "Tuhanku". Penggunaan kata "Robbi" (Tuhan) yang disandingkan dengan "ya" (kepemilikan untuk 'aku') menunjukkan hubungan personal yang sangat dekat. Kita tidak hanya mengatakan "Tuhan Yang Maha Tinggi", tetapi "Tuhanku Yang Maha Tinggi". Ini adalah pengakuan bahwa Allah adalah Sang Pencipta, Pemelihara, Pengatur, dan Pemberi rezeki secara spesifik untuk diri kita. Ada unsur cinta, ketergantungan, dan kepasrahan total dalam kata ini.
- Al-A'laa (الْأَعْلَى): Artinya "Yang Maha Tinggi". Ketinggian Allah di sini mencakup segala aspek. Tinggi Dzat-Nya di atas 'Arsy, tinggi dalam sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan tinggi dalam kekuasaan-Nya yang mutlak atas segala sesuatu. Dengan mengucapkan "Al-A'laa" saat dahi kita berada di titik terendah menyentuh bumi, kita menciptakan sebuah kontras yang luar biasa. Kita merendahkan diri serendah-rendahnya untuk mengakui ketinggian Tuhan yang setinggi-tingginya. Inilah puncak dari kerendahan hati (tawadhu').
- Wa Bihamdih (وَبِحَمْدِهِ): Frasa ini berarti "dan dengan memuji-Nya". Kata "wa" adalah kata sambung "dan". "Bi" berarti "dengan". "Hamdih" berasal dari kata "hamd" yang berarti pujian. Pujian (hamd) berbeda dari sekadar ucapan terima kasih (syukr). Hamd adalah pujian yang didasari oleh cinta dan pengagungan atas kesempurnaan sifat yang dipuji, terlepas dari apakah kita menerima nikmat dari-Nya atau tidak. Kita memuji Allah karena Dia memang layak dipuji, karena keindahan, keagungan, dan kesempurnaan-Nya. Jadi, frasa ini melengkapi penyucian (tasbih) dengan pujian (tahmid). Kita menyucikan-Nya dari segala kekurangan, sekaligus memuji-Nya atas segala kesempurnaan.
Dengan demikian, satu kalimat zikir ini mengandung empat pilar pengagungan: penyucian, pengakuan personal ketuhanan, pengakuan ketinggian mutlak, dan pujian yang tulus. Mengucapkannya dengan penuh kesadaran akan mengubah sujud kita dari sekadar ritual fisik menjadi pengalaman spiritual yang mendalam.
Variasi Bacaan Sujud Sesuai Sunnah Nabi
Selain bacaan di atas, Rasulullah SAW juga tercatat membaca beberapa variasi zikir dan doa lain saat sujud, terutama dalam shalat malam (tahajjud). Mengenal dan sesekali mengamalkan variasi ini dapat memperkaya pengalaman spiritual kita dalam shalat dan menghidupkan sunnah Nabi.
1. Bacaan Sujud Tanpa "Wa Bihamdih"
Terdapat riwayat yang menyebutkan bacaan sujud tanpa tambahan "wa bihamdih". Keduanya sama-sama shahih dan boleh diamalkan.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Subhaana robbiyal a’laa.
"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi."
Bacaan ini lebih singkat namun tetap mengandung esensi utama dari tasbih dalam sujud, yaitu menyucikan Allah Yang Maha Tinggi. Ini adalah pilihan yang valid dan diamalkan oleh sebagian ulama berdasarkan dalil yang ada.
2. Bacaan Sujud yang Menggabungkan Tasbih dan Qudus
Bacaan ini sering dibaca oleh Rasulullah SAW dalam rukuk dan sujudnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA.
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ
Subbuuhun qudduusun robbul malaa-ikati war ruuh.
"Maha Suci, Maha Qudus, Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."
Makna bacaan ini sangat dalam:
- Subbuuhun (سُبُّوْحٌ): Sama seperti "Subhaan", ini adalah bentuk superlatif yang berarti "Yang Maha Suci", yang suci dari segala aib dan kekurangan.
- Qudduusun (قُدُّوْسٌ): Berarti "Maha Suci" atau "Maha Murni". Kata ini menekankan kesucian dari perspektif kebaikan dan keberkahan. Jika "Subbuuhun" menafikan segala hal negatif, "Qudduusun" menetapkan segala hal positif dan kemurnian yang sempurna bagi Allah.
- Robbul Malaa-ikati war Ruuh (رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ): "Tuhan para malaikat dan Ruh". Penyebutan malaikat, makhluk yang diciptakan dari cahaya dan senantiasa taat, menunjukkan bahwa bahkan makhluk suci ini pun memiliki Tuhan yang mereka sembah, yaitu Allah. "Ar-Ruuh" secara spesifik diartikan oleh mayoritas ulama sebagai Malaikat Jibril, yang merupakan pemimpin para malaikat. Penyebutan Jibril secara khusus setelah penyebutan malaikat secara umum adalah untuk menunjukkan kemuliaan dan kedudukannya yang istimewa. Dengan membaca ini, kita mengakui bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang sama yang disembah oleh makhluk-makhluk langit yang paling mulia.
3. Bacaan Sujud yang Berisi Doa dan Pujian
Ini adalah bacaan lain yang juga diriwayatkan dari Aisyah RA, bahwa Nabi SAW sering membacanya dalam rukuk dan sujudnya sebagai bentuk pengamalan perintah Al-Qur'an (Surat An-Nashr).
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Subhaanakallahumma robbanaa wa bihamdika, allahummaghfir lii.
"Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah aku."
Doa ini memiliki struktur yang indah:
- Pembukaan dengan Pujian: Dimulai dengan "Subhaanakallahumma robbanaa wa bihamdika", sebuah kalimat pujian dan penyucian yang paripurna kepada Allah. Ini adalah adab dalam berdoa, yaitu memulai dengan memuji Dzat yang kita minta.
- Permohonan Ampunan: Diakhiri dengan "Allahummaghfir lii", sebuah permohonan ampunan yang sangat personal dan mendasar. Dalam posisi terdekat dengan Allah, permohonan pertama yang diajarkan Nabi adalah ampunan (maghfirah). Ini menunjukkan betapa pentingnya istighfar dan pengakuan atas dosa-dosa kita di hadapan-Nya.
Membaca doa ini dalam sujud adalah cara yang sangat efektif untuk menggabungkan zikir pengagungan dengan doa permohonan ampunan, menjadikan sujud sebagai momen pembersihan diri.
4. Bacaan Sujud yang Panjang (Biasa Dibaca Saat Shalat Malam)
Rasulullah SAW terkadang memanjangkan sujudnya dalam shalat malam dengan membaca doa-doa yang lebih komprehensif. Salah satunya adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu, wa laka aslamtu, sajada wajhii lilladzii kholaqohuu wa showwarohuu, wa syaqqo sam’ahuu wa bashorohuu, tabaarokallaahu ahsanul khooliqiin.
"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku bersujud, hanya kepada-Mu aku beriman, dan hanya kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya, membentuknya, serta membuka pendengaran dan penglihatannya. Maha Berkah Allah, sebaik-baik pencipta."
Doa ini adalah sebuah ikrar atau deklarasi keimanan yang total:
- Pengakuan Eksklusivitas Ibadah: "Laka sajadtu" (hanya kepada-Mu aku bersujud), "bika aamantu" (hanya kepada-Mu aku beriman), "laka aslamtu" (hanya kepada-Mu aku berserah diri). Penggunaan "laka" dan "bika" di awal kalimat menunjukkan pengkhususan (ikhtishas), artinya semua tindakan ini—sujud, iman, dan kepasrahan—hanya ditujukan untuk Allah semata, bukan untuk yang lain.
- Pengakuan Penciptaan: "Sajada wajhii lilladzii kholaqohuu..." (Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya...). Ini adalah pengakuan bahwa wajah, organ paling mulia yang mewakili identitas kita, kita letakkan di tanah untuk bersujud kepada Dzat yang telah menciptakannya dengan sempurna. Pengakuan ini meluas pada penciptaan pendengaran dan penglihatan, dua indera utama manusia dalam menerima informasi dan pengetahuan.
- Pujian Penutup: Diakhiri dengan "Tabaarokallaahu ahsanul khooliqiin" (Maha Berkah Allah, sebaik-baik pencipta). Ini adalah pujian pamungkas yang mengakui bahwa Allah adalah kreator terhebat, tidak ada yang bisa menandingi ciptaan-Nya.
Memperbanyak Doa Pribadi Saat Sujud
Salah satu keistimewaan sujud adalah ia merupakan waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Setelah membaca salah satu dari bacaan sujud di atas, kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa, memohon apa pun hajat kita, baik urusan dunia maupun akhirat. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW:
"Keadaan terdekat seorang hamba dari Tuhannya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah doa (di dalamnya)." (HR. Muslim)
Doa yang dipanjatkan bisa dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia (jika shalat sendirian dan benar-benar tidak mampu berbahasa Arab, menurut sebagian pendapat ulama). Yang terpenting adalah doa itu keluar dari hati yang tulus dan penuh harap. Kita bisa memohon ampunan, kesehatan, rezeki, jodoh, ilmu yang bermanfaat, kebahagiaan keluarga, dan keselamatan di akhirat.
Sujud adalah momen di mana tirai antara hamba dan Tuhannya menjadi sangat tipis. Manfaatkanlah kesempatan emas ini untuk mencurahkan segala isi hati, keluh kesah, dan harapan kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.
Makna Filosofis dan Spiritualitas Sujud
Sujud lebih dari sekadar gerakan fisik dan untaian kata. Ia adalah sebuah filsafat hidup yang terangkum dalam satu gerakan. Berikut adalah beberapa dimensi spiritual dari sujud:
1. Puncak Ketundukan dan Kepasrahan (Al-Khudu' wal Istislam)
Meletakkan dahi, bagian tubuh yang paling mulia dan menjadi simbol kehormatan, ke tempat yang paling rendah (tanah/lantai) adalah bentuk penyerahan diri yang paling puncak. Ini adalah deklarasi tanpa kata bahwa "Aku hanyalah hamba, dan Engkau adalah Tuhan. Aku tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas pertolongan-Mu." Ego, kesombongan, dan keangkuhan luruh seketika saat dahi menyentuh bumi.
2. Pengakuan atas Asal dan Tujuan
Sujud mengingatkan kita pada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari tanah. Dengan kembali menempelkan wajah ke tanah, kita diingatkan akan kefanaan diri. Kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Kesadaran ini menumbuhkan kerendahan hati dan menjauhkan kita dari sifat sombong.
3. Terapi Psikologis dan Ketenangan Jiwa
Secara psikologis, posisi sujud memberikan efek menenangkan. Aliran darah yang lebih banyak ke otak dapat membantu mengurangi ketegangan dan stres. Perasaan pasrah total kepada kekuatan Yang Maha Besar memberikan kelegaan jiwa yang luar biasa. Masalah sebesar apa pun akan terasa kecil ketika kita bersujud di hadapan Penguasa alam semesta.
4. Penggugur Dosa
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda bahwa ketika seorang hamba berdiri untuk shalat, semua dosanya diletakkan di atas kepala dan pundaknya. Setiap kali ia rukuk atau sujud, dosa-dosa itu berguguran darinya. Bayangkan, setiap sujud adalah momen pembersihan, di mana beban dosa kita diringankan oleh Allah Yang Maha Pengampun.
Adab dan Tata Cara Sujud yang Sempurna
Untuk mencapai kesempurnaan sujud, baik secara lahiriah maupun batiniah, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan:
- Tujuh Anggota Sujud: Pastikan tujuh anggota tubuh menyentuh tempat sujud, yaitu: dahi (termasuk hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung jari kedua kaki.
- Posisi Tangan: Letakkan telapak tangan sejajar dengan bahu atau telinga, dengan jari-jari rapat dan menghadap kiblat.
- Merenggangkan Lengan: Bagi laki-laki, disunnahkan untuk merenggangkan lengan dari lambung (tidak menempel di ketiak), seolah-olah anak kambing bisa lewat di bawahnya. Bagi perempuan, dianjurkan untuk merapatkan lengannya ke tubuh.
- Menghadap Kiblat: Ujung jari kaki ditekuk sehingga menghadap ke arah kiblat.
- Thuma'ninah: Sujud harus dilakukan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa (thuma'ninah). Berhentilah sejenak dalam posisi sujud yang sempurna sebelum membaca zikir. Thuma'ninah adalah rukun shalat, tanpanya shalat menjadi tidak sah.
- Menghadirkan Hati: Inilah yang terpenting. Saat fisik bersujud, hadirkan pula hati. Rasakan keagungan Allah, rasakan kerendahan diri, dan hayati setiap kata dari bacaan sujud yang dilafalkan.
Kesimpulan
Mempelajari bacaan sujud latin adalah langkah awal yang sangat baik untuk memperbaiki kualitas shalat kita. Namun, perjalanan tidak berhenti di situ. Langkah selanjutnya adalah memahami makna di balik setiap lafal, merenungkannya, dan berusaha menghadirkan makna tersebut dalam setiap sujud kita. Sujud adalah jantungnya shalat, sebuah oase spiritual di mana kita bisa melepaskan semua beban dunia dan terhubung secara langsung dengan Sumber segala kekuatan dan kedamaian.
Dengan memadukan gerakan yang benar, bacaan yang fasih, dan hati yang khusyuk, setiap sujud akan menjadi mi'raj kecil bagi seorang mukmin, sebuah perjalanan naik menghadap Tuhannya, meskipun jasadnya sedang berada di titik terendah. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk dapat melaksanakan sujud dengan sebaik-baiknya dan merasakan manisnya kedekatan dengan-Nya.