Panduan Lengkap Bacaan Solat Witir: Qunut, Surah, dan Tata Cara Sempurna

Ilustrasi seorang Muslim sedang melaksanakan solat

Kekhusyukan dalam Solat Witir

Solat Witir adalah ibadah sunnah yang sangat ditekankan (Sunnah Muakkadah) dalam Islam. Ia memiliki posisi istimewa, sering disebut sebagai penutup dari rangkaian solat malam (Qiyamul Lail). Artikel ini akan membahas secara mendalam segala aspek terkait bacaan dan tata cara Solat Witir, mulai dari ketentuan raka’at, surah yang disunnahkan, hingga pembahasan tuntas mengenai Du’a Qunut Witir dan zikir penutup setelah salam.

Mengetahui bacaan yang tepat, baik bacaan wajib di dalam solat maupun du’a khusus setelahnya, adalah kunci untuk meraih kesempurnaan dan pahala maksimal dari ibadah Witir. Pemahaman ini sangat penting, terutama bagi mereka yang rutin melaksanakan solat malam, baik di bulan Ramadan (sebagai penutup Tarawih) maupun di malam-malam biasa.

Hukum dan Waktu Pelaksanaan Solat Witir

Secara bahasa, ‘witir’ berarti ganjil. Oleh karena itu, solat ini harus dilaksanakan dalam jumlah raka’at yang ganjil. Para ulama sepakat mengenai keutamaan Witir, meskipun terdapat sedikit perbedaan pandangan hukum di antara mazhab:

Waktu Pelaksanaan yang Disunnahkan

Waktu pelaksanaan Solat Witir dimulai setelah Solat Isya dan berakhir sebelum masuknya waktu Solat Subuh. Batasan waktu ini didasarkan pada sabda Rasulullah ﷺ:

“Sesungguhnya Allah telah memberikan kalian sebuah solat yang lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu Solat Witir. Waktunya adalah antara Solat Isya’ hingga terbit fajar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Para ulama menyarankan agar umat Islam menjadikannya solat penutup malamnya. Jika seseorang yakin akan terbangun di akhir malam (sepertiga malam terakhir), maka lebih utama menunda Witir. Namun, jika khawatir tidak bangun, maka lebih baik melaksanakan Witir setelah Solat Isya dan Solat Sunnah lainnya.

Jumlah Raka’at Witir: Fleksibilitas dan Kesempurnaan

Solat Witir dapat dilaksanakan dengan minimal satu raka’at, dan maksimal sebelas raka’at. Cara yang paling umum dan disunnahkan adalah tiga raka’at. Berikut adalah beberapa metode pelaksanaannya, yang semuanya sahih berdasarkan sunnah:

1. Metode Tiga Raka’at (Paling Umum)

Terdapat dua cara dalam melaksanakan tiga raka’at:

2. Metode Lima, Tujuh, dan Sembilan Raka’at

Bagi mereka yang ingin memperpanjang Qiyamul Lail, Witir bisa dilaksanakan 5, 7, atau 9 raka’at secara bersambung (tanpa Tasyahud kecuali pada raka’at terakhir). Ini memberikan kekhusyukan yang lebih mendalam dalam bacaan.

Bacaan Surah yang Disunnahkan dalam Solat Witir Tiga Raka’at

Meskipun sah membaca surah apa pun setelah Al-Fatihah, Rasulullah ﷺ secara konsisten membaca tiga surah tertentu dalam Solat Witir tiga raka’at, menjadikannya sunnah yang sangat dianjurkan (Sunnah Haiah).

Raka’at Pertama: Surah Al-A’la (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى)

Pada raka’at pertama, setelah membaca Surah Al-Fatihah, disunnahkan membaca Surah Al-A’la. Surah ini memuji kebesaran Allah dan mengingatkan tentang penciptaan serta akhirat.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ
وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ
وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَىٰ
فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَىٰ
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَىٰ
إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَىٰ
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَىٰ
فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَىٰ
سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَىٰ
وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى
الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَىٰ
ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
إِنَّ هَٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ ... (Transliterasi Surah Al-A’la) ...

Raka’at Kedua: Surah Al-Kafirun (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ)

Pada raka’at kedua, setelah Al-Fatihah, dibaca Surah Al-Kafirun. Surah ini menekankan pada penegasan tauhid dan pemurnian akidah, serta pembedaan jelas antara ibadah seorang Muslim dengan ibadah kaum musyrikin.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Qul yaa ayyuhal kaafiruun. Laa a'budu maa ta'buduun...

Raka’at Ketiga: Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas (Al-Mu’awwidzatain)

Pada raka’at terakhir (raka’at ganjil penutup), disunnahkan menggabungkan Surah Al-Ikhlas dengan dua surah pelindung (Mu’awwidzatain), yaitu Al-Falaq dan An-Nas. Ini adalah sunnah yang sangat kuat, sering dipraktikkan oleh Nabi ﷺ.

Bacaan Surah Al-Ikhlas

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
اللَّهُ الصَّمَدُ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ Qul huwallahu ahad. Allahush shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakun lahu kufuwan ahad.

Bacaan Surah Al-Falaq

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ Qul a’uudzu birabbil falaq. Min syarri maa khalaq...

Bacaan Surah An-Nas

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
مَلِكِ النَّاسِ
إِلَٰهِ النَّاسِ
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ Qul a’uudzu birabbin naas. Malikin naas. Ilaahin naas...

Penggabungan ketiga surah ini pada raka’at terakhir Witir bertujuan untuk menutup ibadah malam dengan permohonan perlindungan total kepada Allah SWT dari segala keburukan dan godaan.

Inti Bacaan Witir: Du’a Qunut Witir

Salah satu bacaan paling khas dan penting dalam Solat Witir adalah Du’a Qunut. Qunut Witir disunnahkan dalam mazhab Syafi’i dan Maliki (khususnya pada separuh akhir Ramadan), namun disunnahkan sepanjang tahun dalam mazhab Hanbali, dan dianjurkan pada semua raka’at ganjil menurut sebagian ulama.

Waktu Pelaksanaan Qunut

Du’a Qunut Witir dilaksanakan pada raka’at terakhir, setelah bangun dari ruku’ (i’tidal). Terdapat beberapa riwayat mengenai kapan Qunut ini dilaksanakan. Dalam konteks Witir, mayoritas ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa Qunut dilakukan setelah ruku’ pada raka’at terakhir, seperti Qunut Subuh, namun hanya dilakukan pada separuh terakhir bulan Ramadan.

Lafadz Du’a Qunut Witir (Versi Standar Hasan bin Ali)

Lafadz Qunut Witir yang paling masyhur dan disunnahkan adalah yang diajarkan Rasulullah ﷺ kepada cucunya, Hasan bin Ali r.a. Du'a ini mencakup permohonan hidayah, kesehatan, keberkahan, perlindungan, dan pengakuan akan kebesaran Allah.

Ilustrasi tangan menengadah memohon doa

Du'a Qunut yang Penuh Makna

Teks Arab Qunut Witir

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ.
Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafait, wa tawallanii fiiman tawallait, wa baariklii fiimaa a'thait, wa qinii syarra maa qadhait. Fa innaka taqdhi wa laa yuqdhaa 'alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, wa laa ya'izzu man 'aadait. Tabaarakta Rabbanaa wa ta'aalait.
Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah kesehatan kepadaku seperti orang-orang yang Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama orang-orang yang Engkau pimpin. Berilah berkah padaku atas segala pemberian-Mu. Lindungilah aku dari kejahatan yang telah Engkau tentukan. Sesungguhnya Engkau-lah yang menentukan, dan tidak ada yang dapat menentukan (atas)-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau cintai, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau.

Penambahan dan Modifikasi Du’a Qunut

Beberapa ulama dan imam di Indonesia, khususnya saat Solat Witir berjamaah di Ramadan, sering menambahkan beberapa du’a lain setelah Qunut standar untuk melengkapi permohonan. Penambahan ini bersifat sunnah (mustahabb) dan tidak mengurangi keabsahan Qunut utama.

Tambahan Permohonan Ampunan dan Rahmat

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِي عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ
Allaahumma innaa nasta’iinuka wa nastaghfiruka wa nu’minu bika wa natawakkalu ‘alaika wa nutsnii ‘alaikal khair kullahu, nasykuruka wa laa nakfuruka wa nakhla’u wa natruku may yafjuruk.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan-Mu, memohon ampunan-Mu, beriman kepada-Mu, bertawakal kepada-Mu, memuji-Mu dengan semua kebaikan, bersyukur kepada-Mu, tidak mengingkari-Mu, dan kami melepaskan diri serta meninggalkan orang yang mendurhakai-Mu.

Tambahan Doa Penutup (Du’a untuk Imam)

Jika solat dilakukan secara berjamaah, imam disunnahkan mengubah du’a dari bentuk tunggal menjadi bentuk jamak. Misalnya, dari (اهْدِنِي - berilah aku petunjuk) menjadi (اهْدِنَا - berilah kami petunjuk).

اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ
Allaahumma iyyaka na’budu wa laka nushallii wa nasjudu wa ilaika nas’aa wa nahfiduu narjuu rahmataka wa nakhsyaa ‘adzaabakal jidd, inna ‘adzaabakal jidda bil kuffari mulhaq.
Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami mengerjakan solat dan bersujud, dan hanya kepada-Mu kami berusaha dan bersegera. Kami mengharapkan rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu. Sesungguhnya siksa-Mu yang keras akan ditimpakan kepada orang-orang kafir.

Hukum dan Waktu Qunut Witir Menurut Mazhab Syafi’i (Kontekstual di Indonesia)

Dalam Mazhab Syafi’i, Qunut Witir memiliki ketentuan waktu yang spesifik, yang berbeda dengan Qunut Subuh. Perbedaan ini sering menjadi fokus kajian fiqh bagi umat Islam di Nusantara:

  1. Qunut Witir di Bulan Ramadan: Qunut Witir disunnahkan hanya pada separuh akhir bulan Ramadan (mulai malam ke-16 hingga malam terakhir). Alasannya adalah untuk membedakannya dengan Qunut Subuh yang disunnahkan sepanjang tahun, dan untuk memberi penekanan khusus pada sepuluh hari terakhir Ramadan.
  2. Qunut Witir di Luar Ramadan: Tidak disunnahkan menurut Mazhab Syafi’i. Jika dilakukan, solat tetap sah, namun Qunut dianggap sebagai tambahan yang tidak disunnahkan.

Namun, perlu dicatat bahwa Mazhab Hanbali menyunnahkan Qunut Witir sepanjang tahun. Oleh karena itu, jika seorang Muslim melaksanakan Qunut Witir di luar Ramadan, ia dapat merujuk pada pandangan ini, yang memberikan keluasan dalam beribadah, meskipun di Indonesia mayoritas mengikuti pendapat Syafi’i terkait batasan waktu Ramadan.

Kesempurnaan du’a ini terletak pada kerendahan hati saat memohon petunjuk (hidayah) dan keridaan (tawalli), serta pengakuan bahwa tidak ada kekuasaan di atas kekuasaan Allah (فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ).

Analisis Mendalam Lafadz Du’a Qunut (Penggalan Pertama)

Penggalan 1: Permohonan Hidayah dan Kesehatan

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ،
Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafait, wa tawallanii fiiman tawallait,
Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang Engkau beri petunjuk, berilah kesehatan kepadaku seperti orang-orang yang Engkau beri kesehatan, pimpinlah aku bersama orang-orang yang Engkau pimpin,

Penggalan ini menunjukkan bahwa kita tidak memohon hidayah atau kesehatan secara mandiri, melainkan meminta untuk dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang telah menerima karunia tersebut. Ini adalah adab dalam berdo’a, mengakui bahwa karunia tersebut murni berasal dari kehendak Allah.

Analisis Mendalam Lafadz Du’a Qunut (Penggalan Kedua)

Penggalan 2: Berkah dan Perlindungan

وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ،
wa baariklii fiimaa a'thait, wa qinii syarra maa qadhait.
Berilah berkah padaku atas segala pemberian-Mu, lindungilah aku dari kejahatan yang telah Engkau tentukan.

Bagian ini sangat penting karena memohon berkah (penambahan kebaikan) pada segala yang telah diberikan, dan meminta perlindungan dari takdir yang buruk (syarri maa qadhait). Ini adalah pengakuan atas takdir (Qada’ dan Qadar) dan memohon agar takdir buruk tersebut tidak menimpa diri kita, sebuah sunnah Nabi ﷺ.

Analisis Mendalam Lafadz Du’a Qunut (Penggalan Penutup)

Penggalan 3: Pengakuan Ketuhanan dan Kemuliaan

فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ.
Fa innaka taqdhi wa laa yuqdhaa 'alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, wa laa ya'izzu man 'aadait. Tabaarakta Rabbanaa wa ta'aalait.
Sesungguhnya Engkau-lah yang menentukan, dan tidak ada yang dapat menentukan (atas)-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau cintai, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau.

Penutup du’a ini adalah pujian dan pengakuan tauhid murni. Frasa “لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ” (tidak akan hina orang yang Engkau cintai) memberikan kepastian dan harapan bagi orang yang berdoa, bahwa kemuliaan sejati datang dari perwalian (kecintaan) Allah semata.

Tata Cara Mengangkat Tangan Saat Qunut

Saat Du’a Qunut, disunnahkan mengangkat kedua telapak tangan setinggi dada, dengan telapak tangan menghadap ke atas, sebagai tanda kerendahan dan permohonan. Tangan diangkat setelah takbir (takbir i’tidal) dan sebelum membaca Qunut. Disunnahkan pula bagi makmum untuk mengamini du’a imam (mengucapkan *Aamiin*) setelah setiap kalimat du’a yang diucapkan imam.

Jika seseorang solat Witir sendirian, ia membaca seluruh du’a tersebut dalam bentuk tunggal dan tidak perlu mengamini.

Rukun dan Tata Cara Solat Witir 3 Raka’at dengan Dua Salam

Untuk memastikan semua bacaan dilakukan pada tempatnya, berikut adalah rincian tata cara 3 raka’at dengan pemisahan 2 raka’at pertama (Solat Syafa') dan 1 raka’at penutup (Solat Witir), yang disunnahkan untuk dilakukan terpisah.

Fase I: Dua Raka’at Pertama (Syafa')

  1. Niat: Niat Solat Sunnah Raka’atain Qabliyyat Witir (Dua raka’at sebelum Witir) atau Niat Solat Syafa'.
  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat tangan dan mengucapkan "Allahu Akbar".
  3. Raka’at 1: Membaca Al-Fatihah, dilanjutkan Surah Al-A’la.
  4. Raka’at 2: Membaca Al-Fatihah, dilanjutkan Surah Al-Kafirun.
  5. Tasyahud Akhir dan Salam: Menutup dengan salam (kanan dan kiri).

Fase II: Satu Raka’at Penutup (Witir)

  1. Niat: Niat Solat Sunnah Raka’atan Witir (Satu raka’at Witir).
  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat tangan dan mengucapkan "Allahu Akbar".
  3. Raka’at 1 (Tunggal): Membaca Al-Fatihah, dilanjutkan Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
  4. Ruku’ dan I’tidal: Setelah I’tidal (berdiri tegak setelah ruku’):
  5. Sujud, Duduk di antara Dua Sujud, Sujud Kedua.
  6. Tasyahud Akhir: Membaca tasyahud akhir secara lengkap.
  7. Salam: Menutup dengan salam (kanan dan kiri).

Detail Bacaan Wajib dalam Ruku’ dan Sujud

Kesempurnaan Witir juga terletak pada kualitas bacaan dalam gerakan solat. Jangan abaikan bacaan tasbih wajib ini:

Tasbih Ruku’

Minimal satu kali, disunnahkan tiga kali atau lebih:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ
Subhaana Rabbiyal ‘Azhiimi wa bihamdih.
Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung, dan dengan memuji-Nya.

Doa I’tidal (Berdiri Setelah Ruku’)

Setelah mengucapkan *Sami’allaahu liman hamidah* (bagi imam/munfarid):

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbanaa lakal hamdu mil’as samaawati wa mil’al ardhi wa mil’a maa syi’ta min syai’in ba’du.
Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu.

Tasbih Sujud

Minimal satu kali, disunnahkan tiga kali atau lebih:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana Rabbiyal A’laa wa bihamdih.
Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi, dan dengan memuji-Nya.

Doa Duduk di Antara Dua Sujud

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي
Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa ‘aafinii.
Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, dan berilah aku kesehatan.

Zikir dan Bacaan Setelah Solat Witir

Setelah menunaikan salam penutup dari Solat Witir, terdapat zikir dan du’a khusus yang sangat ditekankan, menunjukkan penutupan ibadah malam secara sempurna.

1. Tasbih Khusus Setelah Witir

Setelah salam, disunnahkan membaca tasbih berikut sebanyak tiga kali. Ini adalah sunnah yang dikuatkan oleh banyak hadis, seringkali dilakukan dengan suara sedikit dikeraskan pada kali ketiga.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhaanal Malikil Qudduus.
Maha Suci Raja Yang Maha Suci.

Pada bacaan yang ketiga, disunnahkan untuk menarik suara lebih panjang (mad) dan meninggikannya. Dalam riwayat hadis, setelah tasbih ini, Rasulullah ﷺ juga menambahkan:

رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Rabbil malaa’ikati war-ruuh.
Tuhan (Pemelihara) para Malaikat dan Ruh (Jibril).

2. Du’a dan Istighfar Setelah Tasbih

Setelah tasbih khusus tersebut, seorang Muslim dianjurkan untuk melanjutkan dengan istighfar (permohonan ampun) dan du’a, karena setiap ibadah tidak luput dari kekurangan.

Istighfar Pilihan

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullahal ‘Azhiimalladzii laa ilaaha illaa Huwal Hayyul Qayyuumu wa atuubu ilaih.
Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertobat kepada-Nya.

Du’a Penutup Witir

Salah satu du’a penutup yang masyhur adalah permohonan keridaan dan perlindungan dari siksa-Nya:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Allaahumma innii a’uudzu bi ridhaaka min sakhathika, wa bi mu’aafaatika min ‘uquubatika, wa a’uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa’an ‘alaika, anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika.
Ya Allah, aku berlindung dengan keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu. Aku berlindung dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (siksa)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.

Penguatan Dasar Hukum Bacaan Witir dalam Hadits

Setiap bacaan dalam Solat Witir memiliki sandaran kuat dalam hadis. Memahami hadis ini memperkuat keyakinan kita bahwa kita mengikuti sunnah Nabi ﷺ secara detail.

Hadis Mengenai Surah Sunnah (Raka’at 1, 2, 3)

Aisyah r.a. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan Solat Witir dengan tiga raka’at. Beliau membaca pada raka’at pertama: سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (Al-A’la), pada raka’at kedua: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (Al-Kafirun), dan pada raka’at ketiga: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (Al-Ikhlas) dan المعوذتين (Al-Mu’awwidzatain).” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i).

Penekanan pada surah-surah ini adalah untuk memadukan tauhid (Al-Ikhlas), penegasan akidah (Al-Kafirun), dan pengagungan Allah (Al-A’la), menutupnya dengan permohonan perlindungan (Al-Mu’awwidzatain).

Hadis Mengenai Du’a Qunut

Dari Hasan bin Ali r.a., ia berkata: "Rasulullah ﷺ mengajariku beberapa kalimat untuk diucapkan dalam Qunut Witir, yaitu: اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ..." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

Ini adalah dasar hukum primer untuk Du’a Qunut Witir, menegaskan bahwa du’a ini diajarkan langsung oleh Nabi ﷺ sebagai bagian dari Witir.

Hadis Mengenai Tasbih Setelah Salam

Dari Ubay bin Ka’ab r.a., ia berkata: “Apabila Rasulullah ﷺ mengucapkan salam dalam Witir, beliau membaca: سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ tiga kali, dan mengeraskan suaranya pada kali yang ketiga.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).

Penambahan kalimat “رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ” juga disebutkan dalam riwayat lain, yang menegaskan kesempurnaan zikir penutup ini. Zikir ini berfungsi sebagai transisi dari ibadah solat menuju keadaan zikir bebas sebelum tidur.

Panduan Khusus Qunut Witir Berjamaah (Imam dan Makmum)

Ketika Solat Witir dilakukan secara berjamaah, terutama di bulan Ramadan, peran imam dan makmum dalam melaksanakan Qunut menjadi sangat spesifik. Kesalahan dalam mengikuti du’a dapat mengurangi kekhusyukan dan kesempurnaan ibadah.

Tugas Imam dalam Qunut Berjamaah

Imam bertanggung jawab memimpin du’a. Ada dua poin penting bagi imam:

  1. Perubahan Kata Ganti: Imam harus mengubah semua kata ganti tunggal (Aku/ني) menjadi jamak (Kami/نا).
  2. Contoh Perubahan:
  3. Intonasi: Imam membaca du’a Qunut dengan suara nyaring (jahr) sehingga makmum dapat mendengarkan dan mengamini setiap permintaannya.

Teks Qunut Witir untuk Imam (Jamak)

اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ.
Allahummahdinaa fiiman hadaiit, wa 'aafiinaa fiiman 'aafait, wa tawallanaa fiiman tawallait, wa baarik lanaa fiimaa a'thait, wa qinaa syarra maa qadhait...

Tugas Makmum dalam Qunut Berjamaah

Makmum memiliki dua opsi selama imam membaca Qunut:

  1. Mengamini (Aamiin): Mengucapkan *Aamiin* setelah setiap kalimat permohonan yang diucapkan imam. Ini adalah yang paling disunnahkan.
  2. Mengikuti Du’a: Jika makmum tidak hafal lafadz Qunut, ia cukup mengamini du’a imam. Jika hafal, ia juga boleh membaca du’a tersebut secara perlahan (sirr) bersama imam, sambil tetap mengamini bagian yang dibaca imam.

Saat imam mencapai bagian pujian (تسبيح/ta'alait), makmum tidak perlu mengamini, melainkan ikut memuji (misalnya mengucapkan *Subhaanaka* atau *Maha Suci Engkau*).

Keutamaan dan Anjuran Solat Witir

Rasulullah ﷺ sangat menekankan Solat Witir hingga dalam beberapa riwayat, beliau bersabda bahwa Witir adalah hak bagi setiap Muslim. Anjuran ini menunjukkan betapa besar pahala yang terkandung di dalamnya, terutama karena Witir adalah penutup ibadah malam.

Witir Sebagai Penutup Solat Malam

Salah satu keutamaan utama Witir adalah fungsinya sebagai penutup. Nabi ﷺ bersabda:

“Jadikanlah akhir solat kalian di malam hari adalah Witir.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ini berarti, setelah Witir, seorang Muslim sebaiknya tidak melaksanakan solat sunnah lain hingga masuk waktu Subuh. Namun, jika setelah Witir ia ternyata terbangun dan ingin solat Tahajjud lagi, ia diperbolehkan solat tanpa perlu mengulangi Witir. Solat Witir yang pertama sudah sah sebagai penutup malamnya.

Kesempurnaan Witir

Para ulama sepakat bahwa Witir yang paling sempurna adalah tiga raka’at dengan dua salam, memisahkan Syafa’ (dua raka’at) dan Witir (satu raka’at). Namun, Witir lima, tujuh, sembilan, dan sebelas raka’at yang dilakukan dengan satu salam (kecuali tasyahud akhir) juga memiliki keutamaan tersendiri, karena mencerminkan konsistensi dalam Qiyamul Lail.

Apapun jumlah raka’at yang dipilih, konsistensi dalam menjaga kualitas bacaan (Surah Al-A’la, Al-Kafirun, Al-Ikhlas, dan Qunut) adalah kunci utama. Bacaan yang dibawakan dengan pemahaman, kekhusyukan, dan tartil (membaca secara perlahan dan benar) akan meningkatkan nilai ibadah Witir di sisi Allah SWT.

Setiap muslim dianjurkan untuk menjadikan Solat Witir sebagai rutinitas yang tidak ditinggalkan, sebagai wujud syukur atas kesempatan hidup hingga malam hari, dan sebagai permohonan ampunan serta petunjuk sebelum menutup hari dengan tidur. Pemandu bacaan ini diharapkan dapat membantu kaum muslimin melaksanakan ibadah Witir dengan tata cara dan bacaan yang paling sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad ﷺ.

***

***

Pengulangan dan Pendalaman Du’a Qunut Witir

Mengingat betapa sentralnya Du’a Qunut dalam Solat Witir, kami akan mengulang dan mendalami kembali setiap komponen du’a ini, memastikan pembaca dapat menghafal dan memahaminya secara menyeluruh, baik secara lafadz maupun makna. Pengulangan ini juga bertujuan untuk memperkuat hafalan bagi mereka yang baru mempelajari Qunut.

Pentingnya Lafadz "Allahummahdinii"

Pembukaan du’a Qunut, اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ (Allahummahdinii fiiman hadaiit), adalah intisari dari setiap permohonan. Kita meminta hidayah yang berkelanjutan, bukan sekadar hidayah sementara, melainkan hidayah yang mengantar kita menuju jalan orang-orang yang telah diridhai-Nya.

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ
Allahummahdinii fiiman hadaiit.
Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang Engkau beri petunjuk.

Makna mendalam: Pengakuan bahwa hidayah adalah pemberian eksklusif dari Allah, dan kita memohon agar dimasukkan ke dalam kelompok yang terpilih tersebut.

Pentingnya Lafadz "Wa 'Aafinii"

Lafadz kesehatan atau keselamatan: وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ (Wa 'aafinii fiiman 'aafait). Kesehatan (Al-'aafiyah) di sini tidak hanya merujuk pada kesehatan fisik, tetapi juga keselamatan dari fitnah dunia, fitnah kubur, dan fitnah akhirat. Ini adalah permintaan komprehensif.

وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ
Wa 'aafinii fiiman 'aafait.
Berilah kesehatan kepadaku seperti orang-orang yang Engkau beri kesehatan.

Makna mendalam: Permintaan akan keselamatan menyeluruh di dunia dan akhirat, termasuk penjagaan dari penyakit hati dan ruhani.

Pentingnya Lafadz "Wa Tawallanii"

Permintaan akan perwalian atau kepemimpinan ilahi: وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ (Wa tawallanii fiiman tawallait). Ini berarti memohon agar Allah menjadi pelindung, penolong, dan pembimbing kita, melepaskan diri dari perlindungan selain Dia.

وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ
Wa tawallanii fiiman tawallait.
Pimpinlah aku bersama orang-orang yang Engkau pimpin.

Makna mendalam: Permohonan untuk mendapatkan penjagaan dan petunjuk langsung dari Allah, menjauhkan diri dari kesalahan dan kesesatan.

Pentingnya Lafadz "Wa Baariklii"

Permintaan akan berkah: وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ (Wa baariklii fiimaa a'thait). Berkah adalah kebaikan yang bertambah dan menetap. Kita tidak hanya meminta banyak harta atau umur, tetapi meminta agar apa pun yang telah diberikan Allah (sedikit atau banyak) memiliki manfaat yang langgeng.

وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ
Wa baariklii fiimaa a'thait.
Berilah berkah padaku atas segala pemberian-Mu.

Makna mendalam: Fokus pada kualitas hidup, bukan hanya kuantitas. Memohon agar waktu, rezeki, dan amal memiliki nilai yang tinggi di sisi-Nya.

Pentingnya Lafadz "Wa Qinii Syarra Maa Qadhait"

Perlindungan dari takdir buruk: وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ (Wa qinii syarra maa qadhait). Ini adalah salah satu bukti sahnya memohon perubahan atau perlindungan dari takdir yang buruk. Dalam Islam, du’a dapat mengubah atau meringankan takdir yang telah ditetapkan.

وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ
Wa qinii syarra maa qadhait.
Lindungilah aku dari kejahatan yang telah Engkau tentukan.

Makna mendalam: Pengakuan penuh atas takdir Allah, namun sekaligus memohon perlindungan dari keburukan takdir tersebut.

Pentingnya Lafadz Penutup Pengakuan Tauhid

Bagian penutup: فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ. Ini adalah pengakuan mutlak bahwa Allah adalah Penguasa tunggal yang keputusannya tidak dapat dibatalkan atau ditentang oleh siapapun. Pengakuan ini memperkuat keimanan sebelum mengakhiri du’a.

فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ.
Fa innaka taqdhi wa laa yuqdhaa 'alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, wa laa ya'izzu man 'aadait. Tabaarakta Rabbanaa wa ta'aalait.
Sesungguhnya Engkau-lah yang menentukan, dan tidak ada yang dapat menentukan (atas)-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau cintai, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau.

Makna mendalam: Penegasan bahwa segala kemuliaan dan kehinaan berada di tangan Allah. Tidak ada satupun musuh yang mampu mengalahkan hamba yang dicintai-Nya.

Kajian Fiqh Lebih Lanjut: Witir Ganjil Lebih dari Tiga Raka’at

Selain tiga raka’at, Solat Witir juga sering dilakukan lima, tujuh, atau sembilan raka’at secara berturut-turut. Metode ini dikenal sebagai *al-Wasl* (menyambung). Penting untuk mengetahui bagaimana bacaan Qunut dan Surah tetap diterapkan pada metode yang lebih panjang ini.

Witir Lima dan Tujuh Raka’at (Satu Kali Salam)

Dalam Witir lima atau tujuh raka’at, semua raka’at dilakukan tanpa Tasyahud Awal. Tasyahud hanya dilakukan pada raka’at terakhir (kelima atau ketujuh) sebelum salam. Tata cara ini diambil dari praktik Nabi ﷺ, yang menunjukkan bahwa niat solat Witir adalah satu kesatuan, bukan Solat Sunnah yang terpisah-pisah.

Penerapan Bacaan Surah:

Penerapan Qunut: Du’a Qunut tetap hanya dibaca pada raka’at terakhir (kelima atau ketujuh) setelah i’tidal. Meskipun jumlah raka’atnya banyak, Qunut tetap berfungsi sebagai penutup permohonan solat malam.

Witir Sembilan Raka’at

Witir sembilan raka’at memiliki kekhususan: dilakukan secara bersambung, tetapi disunnahkan Tasyahud Awal pada raka’at kedelapan. Setelah tasyahud kedelapan, makmum atau munfarid berdiri tanpa salam, melanjutkan ke raka’at kesembilan, kemudian Tasyahud Akhir, dan salam. Bacaan Surah dan Qunut tetap pada posisi yang sama, yakni Qunut pada raka’at kesembilan setelah i’tidal.

Kesimpulannya, dalam setiap format Solat Witir, bacaan-bacaan khusus yang disunnahkan (Al-A’la, Al-Kafirun, Al-Ikhlas/Mu’awwidzatain) selalu ditempatkan pada tiga raka’at terakhir sebelum penutupan, dan Du’a Qunut selalu menjadi bacaan klimaks sebelum salam penutup Witir.

🏠 Kembali ke Homepage