Ilustrasi Kitab Maulid Simtudduror Ilustrasi kitab Maulid Simtudduror yang terbuka dengan cahaya dan simbol nama Nabi Muhammad di tengahnya.

Menyelami Samudera Cinta Melalui Bacaan Simtudduror

Di tengah lautan khazanah sastra Islam, terdapat sebuah untaian mutiara yang cahayanya tak pernah padam. Untaian itu dikenal dengan nama Maulid Simtudduror, sebuah karya agung yang merangkai kisah kehidupan, kemuliaan, dan keagungan sosok paling mulia, Baginda Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar buku riwayat, bacaan Simtudduror adalah sebuah perjalanan spiritual yang mengajak setiap pembaca dan pendengarnya untuk menyelami samudera cinta kepada Sang Rasul. Keindahan bahasanya yang puitis, strukturnya yang sistematis, dan kedalaman maknanya menjadikan karya ini begitu istimewa dan dicintai oleh jutaan umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Maulid Simtudduror, yang secara harfiah berarti "Untaian Mutiara", memiliki nama lengkap ‘Iqd al-Jawahir fī Mawlid al-Nabiyy al-Azhar (Kalung Permata pada Kelahiran Nabi yang Bercahaya). Nama ini sendiri sudah menggambarkan betapa berharganya isi yang terkandung di dalamnya. Setiap bait, setiap kalimat, adalah sebutir permata yang disusun dengan cermat oleh pengarangnya, Al-Imam Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Beliau merangkainya bukan hanya dengan tinta, tetapi dengan getaran cinta dan kerinduan yang mendalam kepada sosok yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Ketika kita membuka lembarannya dan mulai melantunkan bacaan Simtudduror, kita tidak sedang membaca biografi biasa. Kita diajak untuk merasakan kembali momen-momen agung dalam sejarah kemanusiaan: penciptaan Nur Muhammad, kesucian nasab beliau, peristiwa-peristiwa menakjubkan menjelang kelahiran, hingga detik-detik saat alam semesta bersukacita menyambut kehadiran Sang Pembawa Cahaya. Setiap fasalnya membawa kita pada perenungan tentang sifat-sifat luhur beliau, baik fisik maupun akhlaknya, yang menjadi teladan sempurna bagi seluruh umat manusia.

Sejarah dan Latar Belakang Penyusunan

Untuk memahami kedalaman sebuah karya, kita perlu mengenal sosok di baliknya. Maulid Simtudduror digubah oleh seorang ulama besar, waliyullah, Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Beliau lahir di Qasam, Hadhramaut, Yaman, dan wafat di Seiwun. Kehidupan beliau diisi dengan ilmu, ibadah, dan dakwah. Beliau adalah seorang 'Arif Billah yang hatinya senantiasa terhubung dengan Allah dan Rasul-Nya.

Kisah penyusunan kitab ini sendiri penuh dengan nuansa spiritual. Dikisahkan bahwa Habib Ali Al-Habsyi mulai menggubah karya ini pada usia 68 tahun. Beliau mendiktekannya secara perlahan kepada para muridnya. Bait pertama dari bacaan Simtudduror dibacakan di kediaman beliau, dan kemudian dilanjutkan pembacaannya di rumah murid kesayangannya, Habib Umar bin Hamid As-Saggaf. Proses penyempurnaan karya ini menunjukkan betapa teliti dan khusyuknya Habib Ali dalam merangkai setiap kata. Beliau seakan-akan menuangkan seluruh curahan cintanya, menjadikannya sebuah mahakarya yang hidup dan berdenyut.

Habib Ali Al-Habsyi pernah berkata, "Maulid ini (Simtudduror) telah tersebar ke berbagai penjuru. Ini adalah takdir Allah, karena dalam penyusunannya, hatiku sepenuhnya tertuju kepada Allah." Pernyataan ini menegaskan bahwa kekuatan Simtudduror tidak hanya terletak pada keindahan sastranya, tetapi juga pada keikhlasan dan getaran spiritual yang menyertainya saat ditulis. Inilah yang membuat bacaan Simtudduror memiliki "ruh" yang mampu menyentuh hati siapa saja yang membacanya dengan penuh penghayatan.

Struktur dan Kandungan Bacaan Simtudduror

Simtudduror disusun secara sistematis, membawa pembaca dalam alur narasi yang kronologis dan mendalam. Setiap fasal memiliki fokusnya sendiri, namun saling terhubung membentuk sebuah kisah yang utuh tentang kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah urutan dan penjelasan singkat dari setiap bagiannya.

Pembukaan (Lafazh Shalawat)

Bacaan Simtudduror dibuka dengan untaian shalawat yang indah dan penuh harap. Ini adalah "pintu gerbang" untuk memasuki taman kemuliaan Rasulullah.

يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، أَشْرَفِ بَدْرٍ فِي الْكَوْنِ أَشْرَقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، أَكْرَمِ دَاعٍ يَدْعُوْ إِلَى الْحَقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، اَلْمُصْطَفَى الصَّادِقِ الْمُصَدَّقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، أَحْلَى الْوَرَى مَنْطِقًا وَأَصْدَقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، أَفْضَلِ مَنْ بِالتُّقَى تَحَقَّقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، مَنْ بِالسَّخَا وَالْوَفَا تَخَلَّقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، وَاجْمَعْ مِنَ الشَّمْلِ مَا تَفَرَّقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، وَاصْلِحْ وَسَهِّلْ مَا قَدْ تَعَوَّقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، وَافْتَحْ مِنَ الْخَيْرِ كُلَّ مُغْلَقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، وَآلِهِ وَمَنْ بِالنَّبِيِّ تَعَلَّقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، وَآلِهِ وَمَنْ لِلْحَبِيْبِ يَعْشَقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، وَمَنْ بِحَبْلِ النَّبِيِّ تَوَثَّقْ
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، يَا رَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, purnama termulia yang bersinar di alam semesta.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, penyeru termulia yang mengajak kepada kebenaran.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, yang terpilih, yang benar, dan yang dibenarkan.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, manusia termanis dan terjujur tutur katanya.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, insan terbaik yang berhias dengan takwa.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, yang berakhlak dengan kedermawanan dan kesetiaan.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, dan satukanlah kembali apa yang tercerai berai.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, dan perbaikilah serta mudahkanlah apa yang terhalang.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, dan bukalah segala pintu kebaikan yang terkunci.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, beserta keluarganya dan orang yang terikat dengan Nabi.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, beserta keluarganya dan orang yang merindukan Sang Kekasih.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, dan orang yang berpegang teguh pada tali Nabi.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, wahai Tuhanku limpahkanlah rahmat dan salam kepadanya.

Pembukaan ini berfungsi sebagai pengantar yang melembutkan hati. Dengan mengulang-ulang seruan "Yâ Rabbi shalli ‘alâ Muhammad", kita memohon kepada Allah agar melimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi, sekaligus memohon agar kebaikan-kebaikan yang disebutkan dalam setiap bait juga tercurah kepada kita. Ini adalah adab sebelum memulai sebuah pembacaan yang agung.

Fasal Pertama: Pujian kepada Allah dan Penciptaan Nur Muhammad

Fasal ini dimulai dengan pujian kepada Allah SWT, Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Kemudian, narasi beralih kepada awal dari segala ciptaan yang mulia, yaitu Nur Muhammad (Cahaya Muhammad). Konsep Nur Muhammad adalah sebuah pemahaman tasawuf yang mendalam, menjelaskan bahwa hakikat spiritual Nabi Muhammad telah ada sebelum penciptaan alam semesta.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْقَوِيِّ سُلْطَانُهُ ، اَلْوَاضِحِ بُرْهَانُهُ ، اَلْمَبْسُوْطِ فِي الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَإِحْسَانُهُ

Segala puji bagi Allah yang kuat kekuasaan-Nya, yang jelas bukti-bukti-Nya, yang terbentang di alam wujud kedermawanan dan kebaikan-Nya.

Penjelasan dalam fasal ini membawa kita pada perenungan tentang keagungan Allah dan bagaimana kemuliaan Nabi Muhammad SAW telah dirancang sejak azali. Diceritakan bagaimana cahaya ini berpindah dari satu generasi mulia ke generasi mulia berikutnya, melalui para nabi dan leluhur yang suci, hingga akhirnya sampai kepada Abdullah bin Abdul Muthalib. Ini menegaskan bahwa kehadiran Nabi Muhammad bukanlah suatu kebetulan, melainkan bagian dari rencana ilahi yang agung.

Fasal Kedua: Kesucian Nasab Nabi Muhammad SAW

Fasal kedua berfokus pada kemuliaan dan kesucian garis keturunan (nasab) Nabi Muhammad SAW. Habib Ali Al-Habsyi dengan indah melukiskan bagaimana Allah menjaga nasab ini dari segala noda dan syirik. Leluhur beliau, dari Adnan hingga Abdullah dan Aminah, adalah pribadi-pribadi terpilih.

وَلَمَّا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى إِبْرَازَ حَقِيْقَتِهِ الْمُحَمَّدِيَّةِ ، وَإِظْهَارَهُ جِسْمًا وَرُوْحًا بِصُوْرَتِهِ وَمَعْنَاهُ

Dan tatkala Allah Ta'ala menghendaki untuk menampakkan hakikat Muhammad, dan menzahirkannya dalam bentuk jasmani dan rohani, dengan rupa dan maknanya...

Fasal ini menekankan bahwa kemuliaan seseorang tidak hanya terletak pada pribadinya, tetapi juga pada asal-usulnya. Dengan menceritakan kesucian nasab Nabi, bacaan Simtudduror mengukuhkan posisi beliau sebagai manusia pilihan yang dipersiapkan secara sempurna untuk mengemban risalah agung. Ini juga mengajarkan kita pentingnya menjaga kehormatan dan garis keturunan.

Fasal Ketiga: Peristiwa Menakjubkan Menjelang Kelahiran (Irhashat)

Bagian ini menceritakan tanda-tanda kebesaran dan peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini dikenal sebagai irhashat, yaitu mukjizat kecil yang menjadi pertanda akan datangnya seorang nabi.

Dikisahkan bagaimana ibunda beliau, Sayyidah Aminah, tidak merasakan beban kehamilan seperti wanita pada umumnya. Ia justru merasakan ketenangan dan melihat cahaya dalam mimpinya. Alam semesta pun ikut bersiap menyambut. Langit dihiasi bintang-gemintang yang lebih terang, singgasana para raja berhala bergetar, dan api sesembahan kaum Majusi di Persia yang tak pernah padam selama seribu tahun tiba-tiba padam. Semua ini adalah "pengumuman" dari alam bahwa sosok yang akan mengubah sejarah dunia akan segera tiba. Fasal ini membangkitkan rasa takjub dan menguatkan iman akan kebesaran risalah yang akan diemban oleh Sang Nabi.

Fasal Keempat: Detik-Detik Kelahiran Sang Cahaya

Inilah puncak dari penantian. Fasal keempat mengisahkan dengan sangat puitis dan syahdu tentang detik-detik kelahiran Nabi Muhammad SAW. Habib Ali Al-Habsyi melukiskan suasana malam kelahiran yang penuh berkah, di mana para malaikat turun ke bumi dan alam semesta dipenuhi cahaya.

فَحِيْنَ قَرُبَ أَوَانُ وَضْعِ ذٰلِكَ الْحَمْلِ الْحَمِيْدِ ، وَانْفَلَقَ صُبْحُ سَعَادَتِهِ عَنْ عَمُوْدٍ مِنَ النُّوْرِ يَمْتَدُّ صُعُوْدًا

Maka ketika telah dekat waktu kelahiran kandungan yang terpuji itu, dan terbitlah fajar kebahagiaannya dari tiang cahaya yang menjulang ke atas...

Bagian ini menggambarkan momen ketika Sayyidah Aminah melahirkan Sang Nabi tanpa merasakan sakit. Bayi mulia itu lahir dalam keadaan sujud, bercelak, dan telah dikhitan. Sebuah cahaya terpancar darinya yang menerangi istana-istana di Syam. Ini adalah momen yang paling emosional dalam bacaan Simtudduror, di mana para hadirin biasanya akan berdiri (Mahallul Qiyam) sebagai bentuk penghormatan dan sukacita atas kelahiran Sang Kekasih.

Fasal Kelima: Masa Penyusuan dan Pertumbuhan Awal

Setelah menceritakan kelahiran, narasi berlanjut ke masa-masa awal kehidupan Nabi. Fasal ini mengisahkan tentang masa penyusuan beliau oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah dan kemudian oleh Halimah As-Sa'diyah. Kisah Halimah menjadi fokus utama, di mana diceritakan bagaimana kedatangan bayi Muhammad membawa keberkahan yang luar biasa bagi keluarga dan kabilahnya.

Tanah yang tadinya kering menjadi subur, hewan ternak yang kurus menjadi gemuk dan menghasilkan banyak susu. Keberkahan ini dirasakan oleh semua orang di sekitar beliau. Fasal ini juga menyinggung peristiwa pembelahan dada (Syaqqus Shadr) oleh malaikat, sebuah peristiwa spiritual yang membersihkan hati beliau dari segala noda dan mempersiapkannya untuk menerima wahyu di kemudian hari. Ini menunjukkan bahwa sejak kecil, beliau sudah berada dalam penjagaan dan pemeliharaan ilahi secara langsung.

Fasal Keenam: Sifat Fisik dan Akhlak Luhur Nabi (Syamail)

Fasal ini adalah deskripsi terperinci tentang kesempurnaan fisik dan akhlak Nabi Muhammad SAW. Habib Ali Al-Habsyi merangkai kata-kata yang begitu indah untuk melukiskan sosok beliau seolah-olah kita bisa melihatnya langsung.

Digambarkan postur tubuhnya yang ideal, wajahnya yang lebih terang dari rembulan, matanya yang indah, rambutnya yang ikal, dan senyumnya yang menawan. Setiap detail fisiknya menunjukkan keagungan. Namun, yang lebih ditekankan adalah kesempurnaan akhlaknya. Beliau adalah pribadi yang paling pemurah, paling jujur, paling penyabar, paling pemaaf, dan paling rendah hati. Beliau adalah Al-Qur'an yang berjalan. Membaca fasal ini akan menumbuhkan kerinduan yang mendalam dan memotivasi kita untuk meneladani akhlak mulia beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Fasal Ketujuh dan Kedelapan: Kenabian, Wahyu, Dakwah, dan Isra' Mi'raj

Setelah mencapai usia 40 tahun, beliau menerima wahyu pertama di Gua Hira. Fasal ini mengisahkan awal mula kenabian, perjuangan dakwah beliau di Mekah, kesabaran menghadapi cemoohan dan penolakan kaumnya, hingga peristiwa agung Isra' Mi'raj.

Isra' Mi'raj adalah perjalanan spiritual luar biasa di mana beliau diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke langit tertinggi (Sidratul Muntaha) untuk menerima perintah shalat lima waktu secara langsung dari Allah SWT. Peristiwa ini menunjukkan kedudukan beliau yang tiada tandingannya di sisi Allah. Fasal ini merangkum esensi dari perjuangan risalah beliau.

Fasal Penutup dan Doa

Bagian akhir dari bacaan Simtudduror berisi pujian-pujian, shalawat, dan doa yang komprehensif. Setelah menyelami kisah hidup beliau, kita diajak untuk memohon kepada Allah agar dilimpahi keberkahan, syafaat, dan kemampuan untuk mengikuti jejak langkah Sang Nabi.

وَمِنْ أَكْرَمِ أَخْلَاقِهِ ﷺ أَنَّهُ كَانَ شَدِيْدَ الْحَيَاءِ وَالتَّوَاضُعِ، يَخْصِفُ نَعْلَهُ، وَيَرْقَعُ ثَوْبَهُ، وَيَحْلُبُ شَاتَهُ، وَيَسِيْرُ فِي خِدْمَةِ أَهْلِهِ

Dan di antara akhlaknya yang paling mulia ﷺ adalah bahwasanya beliau sangat pemalu dan rendah hati, beliau menambal sandalnya sendiri, menjahit bajunya yang robek, memerah susu kambingnya, dan membantu pekerjaan keluarganya.

Doa penutup ini menjadi puncak dari seluruh rangkaian pembacaan, di mana setiap individu menumpahkan harapan dan permohonannya kepada Allah melalui wasilah (perantara) kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah momen kontemplasi dan penyerahan diri setelah hati dipenuhi dengan cahaya sirah nabawiyah.

Mahallul Qiyam: Puncak Ekspresi Cinta dan Penghormatan

Salah satu momen paling ikonik dalam majelis pembacaan maulid, termasuk Simtudduror, adalah Mahallul Qiyam, yang berarti "saatnya berdiri". Momen ini biasanya dilakukan saat narasi mencapai detik-detik kelahiran Nabi Muhammad SAW. Para hadirin akan serentak berdiri sambil melantunkan shalawat "Yâ Nabî salâm ‘alaika, Yâ Rasûl salâm ‘alaika..."

Berdiri pada saat ini bukanlah sekadar tradisi, melainkan sebuah ekspresi penghormatan, kegembiraan, dan cinta yang mendalam. Para ulama menjelaskan bahwa ini adalah cara kita menyambut kehadiran ruhaniyah Rasulullah SAW dalam majelis tersebut. Sebagaimana seseorang akan berdiri untuk menyambut tamu agung yang datang, begitu pula umat Islam berdiri untuk menyambut "kehadiran" sosok yang paling mereka cintai dan muliakan. Ini adalah adab, sebuah manifestasi cinta dalam bentuk tindakan fisik. Getaran spiritual pada saat Mahallul Qiyam seringkali sangat kuat, di mana banyak hati merasakan keharuan dan kerinduan yang luar biasa.

Keutamaan dan Manfaat Membaca Simtudduror

Membaca dan menghayati Simtudduror membawa banyak sekali fadhilah (keutamaan) dan manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Manfaat ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga berpengaruh pada karakter dan kehidupan sosial.

1. Meningkatkan Mahabbah (Cinta) kepada Rasulullah SAW

Pepatah mengatakan, "tak kenal maka tak sayang". Dengan membaca Simtudduror, kita diajak untuk mengenal Rasulullah SAW secara lebih intim. Kita mengenal nasabnya yang suci, perjuangannya yang gigih, akhlaknya yang sempurna, dan kasih sayangnya yang tak terbatas kepada umatnya. Pengenalan yang mendalam inilah yang akan menumbuhkan benih-benih cinta di dalam hati, dan menyiraminya hingga tumbuh subur dan berakar kuat.

2. Menjadi Sarana Meraih Syafaat

Setiap bait dalam Simtudduror dipenuhi dengan shalawat dan pujian kepada Nabi. Bershalawat adalah perintah Allah dan merupakan salah satu amalan yang paling dicintai-Nya. Dengan memperbanyak shalawat melalui majelis Simtudduror, kita berharap kelak akan mendapatkan syafaat (pertolongan) dari beliau di hari kiamat, saat tiada pertolongan lain yang bisa diandalkan.

3. Meneladani Akhlak Mulia (Uswatun Hasanah)

Simtudduror adalah katalog akhlak mulia. Di dalamnya kita belajar tentang kesabaran, kedermawanan, kejujuran, kerendahan hati, dan sifat-sifat luhur lainnya yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. Majelis ini menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa berusaha meneladani akhlak beliau dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, maupun alam sekitar.

4. Mendatangkan Keberkahan dalam Hidup

Majelis di mana nama Allah dan Rasul-Nya disebut adalah majelis yang diberkahi. Para malaikat rahmat akan turun menaungi majelis tersebut, ketenangan (sakinah) akan turun ke dalam hati para hadirin, dan rahmat Allah akan tercurah. Keberkahan ini akan dirasakan tidak hanya saat majelis berlangsung, tetapi juga akan terbawa ke dalam rumah, keluarga, dan pekerjaan para pesertanya.

5. Mempererat Ukhuwah Islamiyah

Pembacaan Simtudduror seringkali dilakukan secara berjamaah. Ini menjadi sarana untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan mempererat tali persaudaraan sesama Muslim. Duduk bersama dalam lingkaran cinta kepada Rasulullah akan menghilangkan sekat-sekat perbedaan dan menguatkan ikatan ukhuwah Islamiyah.

Penutup: Untaian Mutiara yang Tak Lekang oleh Waktu

Maulid Simtudduror lebih dari sekadar rangkaian kata. Ia adalah detak jantung kerinduan, getaran cinta yang abadi, dan sebuah jembatan yang menghubungkan hati umat dengan Nabinya. Setiap kali bacaan Simtudduror dilantunkan, di majelis besar maupun di sudut rumah yang sunyi, ia seakan menghidupkan kembali semangat dan cahaya kenabian di tengah-tengah kita.

Karya agung Habib Ali Al-Habsyi ini adalah warisan tak ternilai yang akan terus bersinar, menjadi untaian mutiara yang menghiasi kalung keimanan setiap Muslim. Dengan membacanya, merenungkannya, dan mengamalkan pelajaran di dalamnya, kita sedang menapaki jalan untuk menjadi umat yang pantas mendapatkan cinta dan syafaat dari Baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua digolongkan sebagai para pencinta sejati beliau, yang kelak akan dikumpulkan bersamanya di surga. Amin ya Rabbal 'Alamin.

🏠 Kembali ke Homepage