Sholawat Badar: Gema Harapan dan Spirit Perjuangan
Sholawat Badar adalah salah satu qasidah atau syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang paling populer dan menggema di seluruh pelosok Nusantara. Lantunannya yang syahdu dan penuh semangat tidak hanya menjadi pengiring dalam berbagai majelis ilmu dan zikir, tetapi juga menjelma sebagai simbol spiritualitas, harapan, dan kekuatan bagi umat Islam di Indonesia. Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek yang terkandung dalam Sholawat Badar, mulai dari bacaan lengkap, terjemahan, makna mendalam di setiap baitnya, hingga sejarah penciptaannya yang sarat dengan nilai perjuangan.
Ilustrasi Kaligrafi Sholawat Badar
Teks Lengkap Bacaan Sholawat Badar: Arab, Latin, dan Terjemahannya
Untuk memudahkan pemahaman dan pelantunan, berikut disajikan teks Sholawat Badar secara lengkap dalam tiga format: tulisan Arab asli, transliterasi Latin untuk membantu pengucapan, dan terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk meresapi maknanya.
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
Sholâtullâh salâmullâh ‘alâ Thôhâ Rosûlillâh
Rahmat dan keselamatan Allah, semoga tetap tercurah atas Thaha (Nabi Muhammad) utusan Allah.
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
Sholâtullâh salâmullâh ‘alâ Yâsîn habîbillâh
Rahmat dan keselamatan Allah, semoga tetap tercurah atas Yasin (Nabi Muhammad) kekasih Allah.
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللهِ وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
Tawassalnâ bibismillâh wa bil Hâdî Rosûlillâh
Kami bertawassul dengan nama Allah, dan dengan petunjuk Rasulullah.
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدٍ لِلّهِ بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa kulli mujâhidi lillâh bi ahlil badri yâ Allâh
Dan dengan seluruh mujahid di jalan Allah, karena berkah ahli badar, ya Allah.
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلا ُمـَّة مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
Ilâhî sallimil ummah minal âfâti wan niqmah
Ya Allah, selamatkanlah umat dari bencana dan siksa.
وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa min hammin wa min ghummah bi ahlil badri yâ Allâh
Juga dari kesusahan dan malapetaka, karena berkah ahli badar, ya Allah.
اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَاصْرِفْ
Ilâhî najjinâ waksyif jamî’a adziyyatin washrif
Ya Allah, selamatkanlah kami, hilangkanlah semua yang menyakitkan, dan palingkanlah.
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Makâidal ‘idâ walthuf bi ahlil badri yâ Allâh
Tipu daya musuh, dan kasihanilah kami, karena berkah ahli badar, ya Allah.
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
Ilâhî naffisil kurabâ minal ‘âshîna wal ‘athbâ
Ya Allah, hilangkanlah kesusahan-kesusahan dari orang-orang yang berbuat maksiat dan mereka yang celaka.
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa kulli baliyyatin wa wabâ bi ahlil badri yâ Allâh
Dan dari setiap bencana dan wabah penyakit, karena berkah ahli badar, ya Allah.
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
Fakam min rohmatin washolat wa kam min dzillatin fasholat
Maka sudah banyak rahmat yang telah berhasil, dan sudah banyak kehinaan yang dihilangkan.
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلـَتْ بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa kam min ni’matin washolat bi ahlil badri yâ Allâh
Dan sudah banyak dari nikmat yang telah sampai, karena berkah ahli badar, ya Allah.
وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ ذَالْعُـمْرِ وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَالْفَـقْـرِ
Wa kam aghnaita dzal ‘umri wa kam awlaita dzal faqri
Sudah berapa kali Engkau memberi kekayaan kepada orang yang makmur, dan berapa kali Engkau memberi nikmat kepada orang yang fakir.
وَكَـمْ عَافَـيْتَ ذِى الْوِزْرِ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa kam ‘âfaita dzal wizri bi ahlil badri yâ Allâh
Dan berapa kali Engkau mengampuni orang yang berdosa, karena berkah ahli badar, ya Allah.
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ جَـمِيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
Laqod dlôqot ‘alâl qolbi jamî’ul ardli ma’ rohbi
Sungguh telah terasa sempit di hati, seluruh bumi yang luas ini.
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Fanji minal balâs sho’bi bi ahlil badri yâ Allâh
Maka selamatkanlah kami dari bencana yang berat, karena berkah ahli badar, ya Allah.
اَتَيْنَا طَـالِبِى الرِّفْـقِ وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
Atainâ thôlibîr rifqi wa jullil khoiri was sa’di
Kami datang memohon belas kasihan, dan memohon segenap kebaikan dan keberuntungan.
فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Fawassi’ minhatal aidî bi ahlil badri yâ Allâh
Maka luaskanlah pemberian-pemberian, karena berkah ahli badar, ya Allah.
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ بَـلِ اجْعَلْنَا عَلَى الطَّيْبـَةْ
Falâ tardud ma’al khoibah balij’alnâ ‘alâth thoibah
Maka janganlah Engkau tolak kami beserta kerugian, bahkan jadikanlah kami orang yang baik.
اَيـَا ذَاالْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Ayâ dzâl ‘izzi wal haibah bi ahlil badri yâ Allâh
Wahai Dzat yang memiliki kemuliaan dan keagungan, karena berkah ahli badar, ya Allah.
وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ بِـنَيْلِ جَـمِيْعِ حَاجَاتِى
Wa in tardud faman na’tî binaili jamî’i hâjâtî
Dan jika Engkau menolak, maka kepada siapakah kami akan datang untuk memperoleh semua hajat kami.
اَيـَا جَالِى الْمُـلِـمَّـاتِ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Ayâ jâlîl mulimmâti bi ahlil badri yâ Allâh
Wahai Dzat yang menghilangkan berbagai bencana, karena berkah ahli badar, ya Allah.
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِمْنَا بِـنَيْلِ مَـطَالِبٍ مِنَّا
Ilâhî-ghfir wa akrimnâ binaili mathôlibin minnâ
Ya Allah, ampunilah dan muliakanlah kami dengan tercapainya keinginan-keinginan kami.
وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa daf’i masâ-atin ‘annâ bi ahlil badri yâ Allâh
Dan menolak keburukan dari kami, karena berkah ahli badar, ya Allah.
اِلهِـى اَنْتَ ذُوْ لُطْـفٍ وَذُوْ فَضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
Ilâhî anta dzû luthfin wa dzû fadl-lin wa dzû ‘athfin
Ya Allah, Engkaulah yang memiliki belas kasihan, keutamaan, dan kasih sayang.
وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنْـفِىْ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa kam min kurbatin tanfî bi ahlil badri yâ Allâh
Dan sudah banyak kesusahan yang sirna, karena berkah ahli badar, ya Allah.
وَصَلِّ عَلَى النَّـبِىِّ الْبَـرِّ بِـلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرٍ
Wa sholli ‘alân-nabîl barri bilâ ‘addin wa lâ hashri
Dan limpahkanlah shalawat kepada Nabi yang baik, tanpa hitungan dan batasan.
وَالِ سَـادَةٍ غُــــرِّ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Wa âli sâdatin ghurri bi ahlil badri yâ Allâh
Juga kepada keluarga beliau, para pemimpin yang mulia, karena berkah ahli badar, ya Allah.
Sejarah dan Asal-Usul Sholawat Badar
Di balik popularitasnya, Sholawat Badar memiliki sejarah yang sangat mendalam dan relevan dengan kondisi sosial-politik di Indonesia. Sholawat ini diciptakan oleh seorang ulama kharismatik dari Nahdlatul Ulama (NU), yaitu KH. Ali Manshur, yang merupakan cucu dari pendiri Pondok Pesantren La-Raiba, Tambakberas, Jombang.
Kisah penciptaannya terjadi sekitar tahun 1960-an, sebuah periode yang penuh gejolak di Indonesia. Saat itu, pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang menguat dan seringkali menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam, khususnya para kiai dan santri. KH. Ali Manshur, yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi dan Rais Syuriyah PCNU Banyuwangi, merasakan betul kegelisahan ini. Beliau prihatin dengan situasi bangsanya dan terus-menerus memohon petunjuk kepada Allah SWT.
Dalam suasana batin yang penuh kekhawatiran tersebut, suatu malam beliau bermimpi didatangi oleh para habib berjubah putih dan hijau. Dalam mimpi yang lain, beliau bahkan bermimpi bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Peristiwa spiritual ini menginspirasi beliau untuk menulis sebuah syair yang dapat membangkitkan semangat umat Islam. Namun, prosesnya tidak langsung mudah. Beliau sempat merasa kesulitan untuk memulai syairnya.
Hingga pada suatu malam, setelah mengajar kitab Jam’ul Jawami’, KH. Ali Manshur tertidur dan dalam tidurnya beliau mendengar suara seperti lantunan syair yang sangat indah. Beliau seperti diajari sebuah syair yang dimulai dengan "Sholâtullâh Salâmullâh ‘alâ Thôhâ Rosûlillâh...". Setelah terbangun, syair itu masih terngiang jelas di benaknya. Beliau segera mengambil pena dan menuliskannya. Itulah awal mula lahirnya Sholawat Badar.
Nama "Badar" dipilih karena syair ini secara konsisten menyebut "Ahlul Badar", yaitu para sahabat Nabi yang ikut serta dalam Perang Badar. Perang Badar adalah pertempuran pertama dan paling menentukan dalam sejarah Islam, di mana 313 kaum muslimin berhasil mengalahkan lebih dari 1000 pasukan kafir Quraisy dengan pertolongan Allah. Dengan menyebut Ahlul Badar, sholawat ini bertujuan untuk membangkitkan spirit perjuangan, keberanian, dan keyakinan akan pertolongan Allah, sebagaimana yang dialami oleh para pejuang Badar.
Tafsir dan Makna Mendalam di Setiap Bait Sholawat Badar
Setiap bait dalam Sholawat Badar mengandung makna yang sangat kaya, memadukan pujian kepada Nabi, doa, dan permohonan (tawassul) melalui kemuliaan para pejuang Badar. Mari kita bedah makna yang terkandung di dalamnya.
Bait Pembuka: Pujian Agung kepada Sang Utusan
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
Dua bait pertama adalah inti dari sholawat itu sendiri, yaitu permohonan rahmat (sholât) dan keselamatan (salâm) dari Allah untuk Nabi Muhammad SAW. Penggunaan nama Thaha dan Yasin merupakan bentuk pemuliaan yang luar biasa. Keduanya adalah huruf-huruf muqatha'ah di awal surah Al-Qur'an (Surah Thaha dan Surah Yasin) yang oleh banyak ulama tafsir diartikan sebagai panggilan kehormatan kepada Nabi Muhammad. Menyebut beliau dengan "Rasulillah" (Utusan Allah) dan "Habibillah" (Kekasih Allah) menegaskan posisi agung beliau di sisi Allah SWT dan di hati umatnya. Bait ini menjadi fondasi bagi seluruh doa yang akan dipanjatkan selanjutnya.
Bait Tawassul: Sarana Mengetuk Pintu Langit
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللهِ وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدٍ لِلّهِ بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Di sinilah konsep tawassul (mengambil perantara) diperkenalkan. Doa dimulai dengan menyebut Asma Allah (Bismillah), yang merupakan adab utama dalam berdoa. Kemudian, dilanjutkan dengan bertawassul kepada "Al-Hadi Rasulillah" (Sang Pemberi Petunjuk, Utusan Allah), yaitu Nabi Muhammad SAW. Puncak dari tawassul dalam sholawat ini adalah dengan menyebut "Ahlil Badri ya Allah" (para pejuang Badar, ya Allah).
Mengapa Ahlul Badar? Karena mereka adalah generasi sahabat terbaik yang telah dijamin kemuliaannya oleh Allah dan Rasul-Nya. Keimanan, pengorbanan, dan keberanian mereka dalam Perang Badar menjadi bukti cinta mereka kepada Allah. Dengan menyebut mereka, para pembaca sholawat berharap agar doa mereka lebih mustajab karena "menumpang" pada kemuliaan orang-orang yang dicintai Allah. Ini adalah ekspresi kerendahan hati, mengakui bahwa diri penuh kekurangan, sehingga memohon melalui kemuliaan hamba-hamba Allah yang saleh.
Bait Permohonan Keselamatan dan Perlindungan
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلا ُمـَّة مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Setelah memuji dan bertawassul, doa-doa konkret mulai dipanjatkan. Permohonan pertama adalah keselamatan (sallimil ummah) bagi seluruh umat Islam. Keselamatan dari apa? Dari "al-âfât wan niqmah" (bencana dan siksa) serta "hammin wa ghummah" (kesusahan dan malapetaka). Doa ini sangat universal dan relevan di setiap zaman. Manusia selalu dihadapkan pada berbagai macam ujian, baik bencana alam, wabah penyakit, krisis ekonomi, maupun tekanan batin. Bait ini adalah permohonan agar Allah mengangkat semua kesulitan tersebut dari pundak umat Islam, sekali lagi dengan wasilah kemuliaan Ahlul Badar.
Bait Doa Tolak Bala dan Tipu Daya Musuh
اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَاصْرِفْ
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Bait ini melanjutkan tema perlindungan dengan lebih spesifik. Kata "najjinâ" (selamatkan kami), "waksyif" (hilangkanlah/singkapkanlah), dan "washrif" (palingkanlah) adalah tiga permohonan aktif untuk dijauhkan dari segala hal yang menyakitkan (adzıyyah). Secara khusus, doa ini memohon agar Allah memalingkan "makâidal ‘idâ" (tipu daya musuh). Ini sangat mencerminkan konteks lahirnya sholawat ini, di mana para ulama merasa ada ancaman ideologis yang membahayakan umat. Diakhiri dengan permohonan "walthuf" (kasihanilah/berlemah-lembutlah), menunjukkan kepasrahan total kepada kasih sayang Allah.
Bait Pengakuan Rahmat dan Nikmat Allah
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلـَتْ بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Bagian ini adalah bentuk pengakuan dan rasa syukur (tahadduts bin ni'mah). Kata "fakam min" yang berarti "betapa banyak" diulang-ulang untuk menegaskan bahwa pertolongan Allah yang datang melalui wasilah Ahlul Badar tidak terhitung jumlahnya. Betapa banyak rahmat yang telah tiba, betapa banyak kehinaan yang telah disingkirkan, dan betapa banyak nikmat yang telah sampai. Ini adalah cara untuk meyakinkan diri dan mengingatkan bahwa Allah tidak pernah berhenti memberikan pertolongan-Nya. Bait ini menumbuhkan optimisme dan keyakinan bahwa sebagaimana pertolongan telah datang di masa lalu, ia juga akan datang untuk masalah yang sedang dihadapi saat ini.
Bait Harapan di Tengah Kesempitan
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ جَـمِيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Ini adalah salah satu bait yang paling menyentuh secara emosional. Ungkapan "dlaqat 'alâl qolbi" (telah terasa sempit di hati) menggambarkan kondisi batin yang terhimpit, cemas, dan merasa seolah tidak ada jalan keluar, meskipun bumi ini terasa luas. Ini adalah gambaran keputusasaan yang manusiawi. Namun, keputusasaan itu tidak dibiarkan berlarut-larut. Ia langsung dijawab dengan sebuah harapan yang kuat: "fanji minal balâs sho'bi" (maka selamatkanlah dari bencana yang berat). Bait ini mengajarkan bahwa seberat apapun masalah yang dihadapi hingga dada terasa sesak, pintu pertolongan Allah selalu terbuka untuk diketuk.
Bait Puncak Kerendahan Hati dan Pengharapan
وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ بِـنَيْلِ جَـمِيْعِ حَاجَاتِى
اَيـَا جَالِى الْمُـلِـمَّـاتِ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Bait ini menunjukkan puncak kepasrahan dan pengakuan akan keesaan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung. Pertanyaan retoris "wa in tardud faman na'tî" (jika Engkau menolak, kepada siapa lagi kami akan datang?) adalah sebuah penegasan tauhid yang kuat. Tidak ada tempat lain untuk memohon, tidak ada pintu lain untuk diketuk. Semua harapan untuk tercapainya segala hajat (jamî'i hâjâtî) hanya disandarkan kepada-Nya. Panggilan "Ayâ jâlîl mulimmâti" (Wahai Dzat yang menghilangkan berbagai bencana) semakin memperkuat keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang mampu mengangkat segala kesulitan.
Bait Penutup: Permohonan Ampunan dan Shalawat Tak Terhingga
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِمْنَا بِـنَيْلِ مَـطَالِبٍ مِنَّا
...
وَصَلِّ عَلَى النَّـبِىِّ الْبَـرِّ بِـلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرٍ
وَالِ سَـادَةٍ غُــــرِّ بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Sholawat ini ditutup dengan doa-doa pamungkas: permohonan ampunan (ighfir), kemuliaan (akrimnâ), tercapainya segala keinginan, dan dihilangkannya keburukan. Puncaknya, syair ini kembali kepada esensinya, yaitu melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ungkapan "bilâ 'addin wa lâ hashrin" (tanpa hitungan dan tanpa batasan) menunjukkan keinginan untuk bershalawat sebanyak-banyaknya, sebagai wujud cinta yang tak terbatas. Doa juga dipanjatkan untuk keluarga Nabi (âli sâdatin ghurri), para pemimpin yang mulia. Dan sekali lagi, seluruh rangkaian doa ini ditutup dengan menyebut "bi ahlil badri yâ Allâh", mengikat awal, tengah, dan akhir sholawat dalam satu nafas spiritual yang sama.
Keutamaan dan Fadhilah Melantunkan Sholawat Badar
Sebagai sebuah doa dan pujian, Sholawat Badar diyakini memiliki banyak keutamaan (fadhilah) bagi siapa saja yang membacanya dengan ikhlas dan penuh keyakinan. Beberapa keutamaan yang diyakini oleh banyak ulama dan masyarakat antara lain:
- Sarana Mendapatkan Syafa'at Rasulullah SAW: Inti dari semua sholawat adalah memohonkan rahmat untuk Nabi, dan sebagai balasannya, Nabi akan memberikan syafa'at (pertolongan) kepada umatnya di hari kiamat.
- Untuk Menolak Bala dan Musibah: Sesuai dengan isi doanya, sholawat ini sering dibaca dalam majelis-majelis untuk memohon perlindungan dari segala macam bencana, wabah, dan kesulitan hidup.
- Mendapatkan Ketenangan Hati: Melantunkan sholawat, terutama dengan lirik yang penuh makna seperti Sholawat Badar, dapat memberikan efek menenangkan bagi jiwa yang sedang gundah dan gelisah.
- Memperlancar Rezeki dan Hajat: Dengan bertawassul kepada para kekasih Allah, diyakini bahwa doa dan hajat yang dipanjatkan akan lebih mudah terkabul atas izin Allah SWT.
- Membangkitkan Semangat Perjuangan: Mengingat sejarah dan spirit Ahlul Badar dapat menumbuhkan kembali semangat untuk berjuang di jalan Allah dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam menuntut ilmu, berdakwah, maupun menghadapi tantangan zaman.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Syair
Sholawat Badar bukanlah sekadar rangkaian kata-kata indah. Ia adalah sebuah monumen spiritual yang merekam kegelisahan seorang ulama, spirit perjuangan para pahlawan Islam, dan harapan tulus seorang hamba. Setiap baitnya adalah jalinan antara pujian, doa, sejarah, dan harapan. Dari bilik sederhana seorang kiai di Banyuwangi, gema Sholawat Badar kini telah melintasi batas-batas geografis dan waktu, terus dilantunkan oleh jutaan lisan sebagai penyejuk hati, penolak bala, dan penyambung cinta kepada Sang Kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabatnya yang mulia. Membaca, memahami, dan meresapi maknanya adalah cara kita untuk ikut serta dalam barisan spiritual para pecinta Rasulullah, memohon pertolongan Allah dengan wasilah kemuliaan hamba-hamba terbaik-Nya.