Panduan Terperinci Bacaan Sholat Lengkap

Ilustrasi orang sedang berdoa Sebuah ikon yang menggambarkan siluet seseorang dalam posisi sujud, melambangkan sholat dan kekhusyuan. Ilustrasi orang sedang melakukan gerakan sholat

Sholat adalah tiang agama dan merupakan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Menjalankannya dengan benar, baik dari segi gerakan maupun bacaan, adalah kunci untuk meraih kekhusyuan dan kedekatan dengan Allah SWT. Memahami setiap lafaz yang diucapkan dalam sholat akan mengubah rutinitas ibadah menjadi sebuah dialog spiritual yang mendalam. Artikel ini akan menguraikan secara terperinci setiap bacaan sholat, mulai dari niat hingga salam, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin, serta terjemahan dan makna yang terkandung di dalamnya.

1. Niat Sholat: Gerbang Awal Ibadah

Niat adalah fondasi dari segala amal. Ia adalah ketetapan hati untuk melaksanakan suatu ibadah yang ditujukan semata-mata karena Allah. Meskipun niat utamanya berada di dalam hati, melafalkannya (talaffuzh) dapat membantu memantapkan konsentrasi. Niat sholat fardhu disesuaikan dengan waktu sholat yang akan dikerjakan.

Niat Sholat Subuh (2 Rakaat)

أُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْح رَكَعتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (مَأْمُوْماً/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى

Ushalli fardhash shubhi rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa'an (ma'muuman/imaaman) lillaahi ta'aalaa.

"Aku berniat sholat fardhu Subuh dua rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Dzuhur (4 Rakaat)

أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (مَأْمُوْماً/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى

Ushalli fardhadz dzuhri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an (ma'muuman/imaaman) lillaahi ta'aalaa.

"Aku berniat sholat fardhu Dzuhur empat rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Ashar (4 Rakaat)

أُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (مَأْمُوْماً/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى

Ushalli fardhal 'ashri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an (ma'muuman/imaaman) lillaahi ta'aalaa.

"Aku berniat sholat fardhu Ashar empat rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Maghrib (3 Rakaat)

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (مَأْمُوْماً/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى

Ushalli fardhal maghribi tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an (ma'muuman/imaaman) lillaahi ta'aalaa.

"Aku berniat sholat fardhu Maghrib tiga rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta'ala."

Niat Sholat Isya (4 Rakaat)

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاءِ أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (مَأْمُوْماً/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى

Ushalli fardhal 'isyaa'i arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an (ma'muuman/imaaman) lillaahi ta'aalaa.

"Aku berniat sholat fardhu Isya empat rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta'ala."

Kata (ma'muuman/imaaman) dipilih sesuai posisi kita dalam sholat berjamaah. Jika sholat sendiri, bagian ini tidak perlu diucapkan.

2. Takbiratul Ihram: Membuka Pintu Sholat

Setelah niat terpasang di hati, sholat dimulai dengan Takbiratul Ihram, yaitu mengucapkan "Allahu Akbar" sambil mengangkat kedua tangan. "Takbiratul Ihram" berarti takbir yang mengharamkan, maksudnya setelah ucapan ini, segala hal di luar sholat menjadi haram (dilarang) untuk dilakukan, seperti berbicara, makan, atau bergerak tanpa keperluan.

اللهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar.

"Allah Maha Besar."

Ucapan ini adalah pernyataan agung yang mengesampingkan segala kebesaran duniawi. Kita menegaskan bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Besar, dan kita hadir di hadapan-Nya dengan penuh kerendahan hati.

3. Doa Iftitah: Doa Pembuka yang Penuh Makna

Setelah Takbiratul Ihram dan bersedekap, disunnahkan membaca Doa Iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Membaca salah satunya sudah mencukupi. Memahami maknanya akan menambah kekhusyuan di awal sholat. Berikut adalah beberapa versi yang paling umum.

Doa Iftitah Versi Pertama (Paling Umum)

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.

Allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, wa subhanallahi bukrotaw wa'ashiila. Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathoros samawaati wal ardho haniifam muslimaw wama ana minal musyrikiin. Inna sholaati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimiin.

"Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang. Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk golongan orang-orang Muslim."

Doa ini merupakan sebuah deklarasi totalitas penghambaan. Kita memulai dengan pujian, lalu menegaskan tauhid dengan menghadapkan seluruh diri hanya kepada Sang Pencipta, dan diakhiri dengan ikrar bahwa seluruh aspek kehidupan kita—ibadah, hidup, dan mati—dipersembahkan hanya untuk Allah.

Doa Iftitah Versi Kedua (Ringkas)

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Subhanakallahumma wa bihamdika wa tabarokasmuka wa ta'ala jadduka wa laa ilaha ghoiruk.

"Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha Berkah nama-Mu, Maha Tinggi keagungan-Mu, dan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau."

Versi ini lebih singkat namun padat makna. Isinya adalah penyucian (tasbih), pujian (hamdalah), dan pengakuan atas keberkahan nama Allah, ketinggian keagungan-Nya, serta penegasan kalimat tauhid.

4. Membaca Surat Al-Fatihah: Rukun Qauli Sholat

Membaca Surat Al-Fatihah adalah rukun qauli (ucapan) dalam setiap rakaat sholat. Sholat tidak sah tanpanya. Al-Fatihah disebut juga sebagai Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an) karena merangkum seluruh isi pokok ajaran Al-Qur'an. Mari kita renungi ayat per ayat.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ (٧)

1. Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.
2. Al-hamdu lillaahi rabbil-'aalamiin.
3. Ar-rahmaanir-rahiim.
4. Maaliki yaumid-diin.
5. Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin.
6. Ihdinash-shiraathal-mustaqiim.
7. Shiraathal-ladziina an'amta 'alaihim ghairil-maghdhuubi 'alaihim wa ladh-dhaalliin.

1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
3. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
4. Pemilik hari pembalasan.
5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Setelah membaca Al-Fatihah, disunnahkan untuk mengucapkan "Aamiin" (آمِيْن), yang berarti "Kabulkanlah, ya Allah." Mengucapkannya dengan khusyu' adalah bentuk harapan tulus atas doa yang baru saja dipanjatkan dalam Al-Fatihah, terutama pada permohonan untuk ditunjuki jalan yang lurus.

5. Membaca Surat Pendek Al-Qur'an

Setelah Al-Fatihah pada rakaat pertama dan kedua sholat fardhu, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Umumnya, surat-surat pendek dari Juz 'Amma menjadi pilihan karena lebih mudah dihafal. Membaca surat ini menambah pahala dan kekhusyuan. Contohnya adalah Surat Al-Ikhlas.

Contoh: Surat Al-Ikhlas

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ (١) اَللّٰهُ الصَّمَدُ (٢) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ (٣) وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ (٤)

1. Qul huwallaahu ahad.
2. Allaahush-shamad.
3. Lam yalid wa lam yuulad.
4. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.

1. Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa."
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.

6. Bacaan Ruku': Tunduk dengan Pengagungan

Ruku' adalah gerakan membungkukkan badan dengan punggung lurus, sebagai simbol ketundukan dan pengagungan kepada Allah. Dalam posisi ini, kita memahasucikan Allah Yang Maha Agung. Bacaan sholat saat ruku' diulang sebanyak tiga kali.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaana rabbiyal 'adziimi wa bihamdih.

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya."

Setiap kali kita mengucapkan kalimat ini, kita meresapi keagungan Allah dan menafikan segala bentuk keagungan pada diri sendiri. Ini adalah momen untuk menyadari betapa kecilnya kita di hadapan Pencipta Yang Maha Agung.

7. Bacaan I'tidal: Bangkit dengan Pujian

I'tidal adalah gerakan bangkit dari ruku' dan berdiri tegak lurus. Gerakan ini diiringi dengan dua bacaan: satu saat bangkit, dan satu lagi saat sudah berdiri tegak. Ini adalah respons hamba atas panggilan Allah.

Bacaan saat Bangkit dari Ruku'

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Sami'allaahu liman hamidah.

"Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."

Bacaan saat Berdiri Tegak (I'tidal)

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Rabbanaa lakal hamdu mil'us samaawaati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du.

"Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu."

Dialog ini sangat indah. Saat kita bangkit sambil berkata "Allah Maha Mendengar pujian," kita langsung menyambutnya dengan pujian yang melimpah, "Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji," yang memenuhi seluruh jagat raya. Ini adalah pengakuan bahwa pujian kita, meskipun kecil, didengar oleh Allah dan kita membalasnya dengan pujian yang tak terhingga.

8. Bacaan Sujud: Puncak Kerendahan Hamba

Sujud adalah posisi di mana dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki menempel di lantai. Ini adalah posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya, sebuah simbol kepasrahan dan kerendahan diri yang paling puncak. Dalam keheningan sujud, kita memahasucikan Allah Yang Maha Tinggi. Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Subhaana rabbiyal a'laa wa bihamdih.

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya."

Saat dahi, bagian tubuh yang paling mulia, menyentuh tanah yang paling rendah, kita mengagungkan Allah sebagai Dzat Yang Maha Tinggi. Inilah paradoks terindah dalam ibadah: semakin kita merendah di hadapan-Nya, semakin tinggi derajat kita di sisi-Nya.

9. Duduk di Antara Dua Sujud: Permohonan Komprehensif

Gerakan duduk di antara dua sujud adalah jeda singkat yang diisi dengan doa yang luar biasa lengkap. Doa ini mencakup permohonan ampunan, kasih sayang, perbaikan, peninggian derajat, rezeki, petunjuk, kesehatan, dan maaf. Ini adalah doa sapu jagat untuk kebaikan dunia dan akhirat.

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ

Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii.

"Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."

Mari kita bedah makna mendalam dari setiap permohonan ini:

10. Bacaan Tasyahud (Tahiyat): Salam Penghormatan

Tasyahud atau Tahiyat dibaca saat duduk setelah rakaat kedua (Tasyahud Awal) dan sebelum salam di rakaat terakhir (Tasyahud Akhir). Bacaan ini berisi kalimat-kalimat penghormatan, syahadat, dan shalawat.

Bacaan Tasyahud Awal

Tasyahud awal dibaca hingga bagian syahadat dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allahumma sholli 'ala sayyidinaa muhammad.

"Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad."

Bacaan Tasyahud Akhir

Tasyahud akhir adalah bacaan tasyahud awal yang dilanjutkan dengan shalawat Ibrahimiyah, yang juga mencakup pujian kepada Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.

... وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

...Wa 'ala aali sayyidinaa muhammad. Kamaa shollaita 'ala sayyidinaa ibroohim wa 'ala aali sayyidinaa ibroohim. Wa baarik 'ala sayyidinaa muhammad wa 'ala aali sayyidinaa muhammad. Kamaa baarokta 'ala sayyidinaa ibroohim wa 'ala aali sayyidinaa ibroohim. Fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.

"...dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Bacaan ini merupakan puncak dari pujian dan doa, menghubungkan kita dengan dua nabi agung, Muhammad SAW dan Ibrahim AS, sebagai teladan utama dalam ketauhidan dan kepasrahan.

11. Doa Sebelum Salam: Memohon Perlindungan Akhir

Sebelum mengakhiri sholat dengan salam, disunnahkan untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara besar yang sangat ditakuti. Ini adalah permohonan terakhir sebelum keluar dari "mi'raj" seorang mukmin.

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Allahumma inni a'udzubika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qobbr, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Doa ini menunjukkan betapa pentingnya memohon perlindungan dari ujian terbesar yang akan dihadapi manusia, baik di alam barzakh, di dunia, maupun di akhir zaman.

12. Salam: Penutup Sholat dengan Kedamaian

Sholat diakhiri dengan mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Salam adalah doa, menyebarkan keselamatan dan rahmat kepada para malaikat dan sesama Muslim yang berada di sekitar kita.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Assalaamu 'alaikum wa rahmatullah.

"Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu."

Dengan mengucapkan salam, kita secara resmi keluar dari keadaan sholat, membawa kedamaian dan rahmat yang kita peroleh di dalamnya untuk disebarkan ke lingkungan sekitar. Ini adalah penutup yang sempurna, mengubah ibadah vertikal (kepada Allah) menjadi dampak horizontal (kepada sesama makhluk).

Memahami setiap bacaan sholat adalah sebuah perjalanan untuk meningkatkan kualitas ibadah. Ketika lisan mengucapkan, hati turut meresapi, dan pikiran memahami, maka sholat tidak lagi menjadi sekadar kewajiban yang ditunaikan, melainkan sebuah kebutuhan ruhani, dialog yang intim, dan sumber ketenangan yang tak ternilai. Semoga panduan ini membantu kita semua untuk mencapai sholat yang lebih khusyu' dan bermakna.

🏠 Kembali ke Homepage