Bacaan Doa dan Dzikir Lengkap Setelah Sholat Tahajud

الله Ilustrasi Suasana Malam yang Tenang untuk Beribadah Sebuah gambar siluet pemandangan malam dengan bulan sabit, bintang-bintang, dan pepohonan, melambangkan ketenangan waktu sepertiga malam untuk sholat tahajud.
Suasana hening di sepertiga malam adalah waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sholat Tahajud adalah ibadah sunnah muakkadah yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Dilaksanakan di keheningan sepertiga malam terakhir, sholat ini menjadi momen intim antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Saat dunia terlelap, seorang mukmin bangun untuk bermunajat, mengadukan segala keluh kesah, memohon ampunan, dan mengungkapkan rasa syukur. Momen setelah salam sholat Tahajud tidak kalah berharganya. Inilah waktu emas, di mana pintu-pintu langit terbuka lebar dan doa-doa diijabah. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk tidak terburu-buru beranjak, melainkan melanjutkan dengan rangkaian dzikir dan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan komprehensif mengenai bacaan-bacaan mulia yang dapat diamalkan setelah menyelesaikan sholat Tahajud. Mulai dari istighfar sebagai pembuka, rangkaian dzikir tasbih, tahmid, dan takbir, hingga doa ma'tsur (doa yang berasal dari Nabi) yang sangat indah dan sarat makna, serta anjuran untuk memanjatkan doa-doa pribadi sesuai hajat masing-masing. Memahami dan mengamalkan bacaan ini akan menyempurnakan ibadah malam kita, menjadikannya lebih berkualitas dan penuh kekhusyukan.


Keutamaan Waktu Mustajab di Sepertiga Malam Terakhir

Sebelum menyelami bacaan-bacaan spesifik, penting bagi kita untuk meresapi kembali betapa agungnya waktu setelah sholat Tahajud. Waktu ini bukan sembarang waktu. Ia adalah puncak malam yang diberkahi, di mana Allah SWT memberikan perhatian khusus kepada hamba-hamba-Nya yang terjaga. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

"Rabb kita Tabaaraka wa Ta'aala turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: 'Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.'" (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits ini adalah kabar gembira yang luar biasa. Allah SWT sendiri yang "turun" ke langit dunia, menawarkan ampunan, pengabulan doa, dan pemberian nikmat. Ini adalah undangan langsung dari Sang Pencipta. Betapa ruginya jika kita melewatkan kesempatan emas ini dengan langsung tidur atau menyibukkan diri dengan hal lain setelah salam. Keheningan malam, jauh dari hiruk pikuk dan riya' (pamer), menjadikan ibadah dan doa kita lebih tulus dan fokus. Hati menjadi lebih lembut, lebih mudah untuk menangis karena dosa, dan lebih khusyuk dalam memohon. Inilah panggung spiritual terbaik untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT.


Langkah Pertama: Membasahi Lisan dengan Istighfar

Amalan pertama dan utama yang dianjurkan setelah salam dari sholat apapun, termasuk Tahajud, adalah beristighfar. Mengapa memohon ampunan menjadi pembuka? Karena sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan, bahkan dalam ibadah sekalipun. Pikiran yang melayang saat sholat, bacaan yang kurang fasih, atau kekhusyukan yang tidak sempurna adalah beberapa contoh kekurangan kita. Dengan beristighfar, kita mengakui kelemahan diri di hadapan keagungan Allah dan memohon agar ibadah kita yang penuh cacat ini tetap diterima di sisi-Nya.

Bacaan istighfar yang paling umum dibaca sebanyak tiga kali adalah:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullahal 'adziim, alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih.

"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya."

Mari kita renungkan makna yang terkandung di dalamnya. Kita tidak hanya meminta ampun kepada "Allah", tetapi kepada "Allah Al-'Azhim", Allah Yang Maha Agung, untuk menyadarkan betapa kecilnya kita dan betapa besarnya dosa kita. Kemudian kita mengikrarkan tauhid dengan "alladzii laa ilaaha illaa huwa", menegaskan bahwa tidak ada tempat memohon ampunan selain kepada-Nya. Puncaknya adalah penyebutan dua Asmaul Husna: "Al-Hayyu" (Yang Maha Hidup) dan "Al-Qayyum" (Yang Maha Berdiri Sendiri). Al-Hayyu berarti Allah hidup kekal abadi, tidak seperti kita yang fana. Al-Qayyum berarti Allah mengurus seluruh makhluk-Nya tanpa butuh bantuan siapapun, sementara kita selalu bergantung pada-Nya. Pengakuan ini melahirkan ketundukan total, dan diakhiri dengan komitmen "wa atuubu ilaih" (dan aku bertaubat kepada-Nya), sebuah janji untuk kembali ke jalan-Nya dan berusaha tidak mengulangi kesalahan.


Rangkaian Dzikir Agung: Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Setelah memohon ampunan, kita melanjutkan dengan dzikir-dzikir yang telah menjadi wirid rutin setelah sholat fardhu. Namun, melakukannya setelah sholat Tahajud memberikan nuansa yang berbeda. Di kesunyian malam, setiap lafaz dzikir terasa lebih meresap ke dalam jiwa. Rangkaian ini umumnya dibaca masing-masing sebanyak 33 kali.

1. Tasbih (سُبْحَانَ الله): Mensucikan Allah

Membaca Subhanallah sebanyak 33 kali.

"Maha Suci Allah."

Tasbih adalah kalimat penyucian. Dengan mengucapkannya, kita mendeklarasikan bahwa Allah Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, sifat buruk, dan dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Di tengah malam yang gelap, saat kita merenungkan ciptaan-Nya yang luar biasa—dari galaksi yang tak terhitung jumlahnya hingga sel terkecil dalam tubuh kita—lisan kita secara refleks akan berucap "Subhanallah". Ini adalah pengakuan atas kesempurnaan mutlak Allah dalam segala hal. Kita mensucikan-Nya dari anggapan bahwa Dia lelah, tidur, atau lalai, karena Dia adalah Al-Hayyu Al-Qayyum.

2. Tahmid (اَلْحَمْدُ لِلهِ): Memuji Allah

Membaca Alhamdulillah sebanyak 33 kali.

"Segala puji bagi Allah."

Tahmid adalah kalimat pujian dan syukur. Setelah mensucikan Allah, kita memuji-Nya atas segala kesempurnaan dan nikmat-Nya. Renungkanlah nikmat terbesar yang baru saja kita terima: nikmat dibangunkan untuk Tahajud. Tidak semua orang mendapatkan hidayah dan kekuatan ini. Ucapkan Alhamdulillah untuk nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, nikmat bernapas, dan nikmat memiliki kesempatan untuk bertaubat. Di sepertiga malam, rasa syukur ini menjadi lebih dalam. Kita bersyukur bukan hanya atas apa yang kita miliki, tetapi juga atas kesulitan yang kita hadapi, karena kita yakin di baliknya ada hikmah dan kebaikan dari Allah, Sang Pengatur Terbaik.

3. Takbir (اَللهُ أَكْبَرُ): Mengagungkan Allah

Membaca Allahu Akbar sebanyak 33 kali.

"Allah Maha Besar."

Takbir adalah kalimat pengagungan. Setelah mensucikan dan memuji-Nya, kita menegaskan kebesaran-Nya di atas segala-galanya. Saat kita mengucapkan "Allahu Akbar", kita sedang menyatakan bahwa Allah lebih besar dari masalah kita, lebih besar dari ketakutan kita, lebih besar dari ambisi duniawi kita, dan lebih besar dari apapun yang kita anggap besar di dunia ini. Di keheningan malam, saat kita merasa kecil dan tak berdaya, kalimat ini memberikan kekuatan yang luar biasa. Ia mengingatkan kita bahwa kita memiliki sandaran Yang Maha Besar, yang tidak akan pernah mengecewakan kita.

Penyempurna Dzikir

Setelah membaca ketiganya sebanyak 33 kali (total 99), dianjurkan untuk menyempurnakannya menjadi 100 dengan membaca kalimat tauhid berikut ini satu kali:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir.

"Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Ini adalah puncak dari rangkaian dzikir. Ia merangkum seluruh esensi akidah: penegasan keesaan Allah (tauhid), pengakuan atas kekuasaan-Nya yang absolut (lahul mulk), pujian yang hanya layak bagi-Nya (walahul hamd), dan keyakinan akan kuasa-Nya atas kehidupan, kematian, dan segala hal (wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir). Mengucapkannya dengan penuh penghayatan akan menghapus dosa-dosa, sebagaimana disebutkan dalam hadits, meskipun dosa itu sebanyak buih di lautan.


Doa Utama dan Paling Lengkap Setelah Sholat Tahajud

Inilah inti dari amalan setelah sholat Tahajud, sebuah doa yang sangat komprehensif dan indah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu, yang menceritakan bahwa doa ini adalah doa yang dibaca oleh Rasulullah SAW ketika beliau bangun untuk sholat Tahajud. Doa ini mengandung pengakuan, pujian, penyerahan diri, dan permohonan ampunan yang sangat mendalam.

Berikut adalah bacaan doa tersebut, dipaparkan per bagian beserta penjelasan maknanya agar kita dapat meresapinya dengan lebih baik.

Bagian 1: Pujian Tertinggi kepada Allah

اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ

Allahumma lakal hamdu anta qayyimus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, wa lakal hamdu anta nuurus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, wa lakal hamdu anta malikus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, wa lakal hamdu antal haqqu.

"Ya Allah, bagi-Mu segala puji, Engkaulah penegak langit dan bumi serta segala isinya. Bagi-Mu segala puji, Engkaulah cahaya langit dan bumi serta segala isinya. Bagi-Mu segala puji, Engkaulah raja langit dan bumi serta segala isinya. Bagi-Mu segala puji, Engkaulah Al-Haqq (Kebenaran). "

Doa ini dimulai dengan empat pujian agung. Pertama, kita mengakui Allah sebagai "Qayyim", bukan hanya Pencipta, tetapi Penegak, Pemelihara, dan Pengatur. Semua benda langit beredar di orbitnya, siang dan malam berganti, hujan turun, dan rezeki terbagi, semua atas pengaturan-Nya. Kedua, kita mengakui-Nya sebagai "An-Nur", Cahaya. Allah adalah sumber cahaya hakiki yang menerangi alam semesta dan, yang lebih penting, sumber cahaya petunjuk (hidayah) yang menerangi hati manusia dari kegelapan kekufuran dan kebodohan. Ketiga, kita mengakui-Nya sebagai "Malik", Raja Absolut yang kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu, tanpa ada yang bisa menandingi-Nya. Keempat, kita mengakui-Nya sebagai "Al-Haqq", Kebenaran Mutlak. Zat-Nya adalah benar, firman-Nya benar, dan segala yang datang dari-Nya adalah kebenaran.

Bagian 2: Penegasan Rukun Iman

وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ

Wa wa'dukal haqqu, wa liqaa'uka haqqun, wa qauluka haqqun, wal jannatu haqqun, wan naaru haqqun, wan nabiyyuuna haqqun, wa muhammadun shallallaahu 'alaihi wa sallama haqqun, was saa'atu haqqun.

"Janji-Mu adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, firman-Mu adalah benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi itu benar, Muhammad SAW itu benar, dan hari kiamat itu benar."

Bagian ini adalah penguatan kembali pilar-pilar keimanan kita. Di saat iman seringkali goyah oleh godaan dunia, kita menegaskan kembali di hadapan Allah keyakinan kita yang seyakin-yakinnya. Kita percaya pada janji-Nya (pahala dan siksa), pada kepastian pertemuan dengan-Nya kelak, pada kebenaran firman-Nya (Al-Qur'an), pada eksistensi surga dan neraka, pada kebenaran risalah semua para nabi, pada kenabian penutup Nabi Muhammad SAW, dan pada keniscayaan datangnya Hari Kiamat. Mengucapkan ini di keheningan malam seolah-olah kita sedang memperbarui syahadat dan bai'at kita kepada Allah SWT.

Bagian 3: Ikrar Penyerahan Diri Total

اَللّٰهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ

Allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa 'alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khaashamtu, wa ilaika haakamtu.

"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku kembali, dengan (kekuatan)-Mu aku berdebat, dan hanya kepada-Mu aku berhukum."

Ini adalah inti dari penghambaan. Setelah memuji dan berikrar, kini kita menyatakan penyerahan diri secara total. "Laka aslamtu": Islamku, kepasrahanku, hanya untuk-Mu. "Bika aamantu": Imanku berpondasi pada-Mu. "'Alaika tawakkaltu": Segala urusanku, aku sandarkan hanya pada-Mu. "Ilaika anabtu": Saat aku berdosa, hanya kepada-Mu aku kembali bertaubat. "Bika khaashamtu": Saat aku harus membela kebenaran dan melawan kebatilan, aku melakukannya dengan pertolongan dan kekuatan dari-Mu. "Ilaika haakamtu": Saat terjadi perselisihan, hanya hukum-Mu yang aku jadikan sebagai hakim tertinggi. Enam pilar penyerahan diri ini mencakup seluruh aspek kehidupan seorang muslim, baik internal maupun eksternal.

Bagian 4: Permohonan Ampunan yang Menyeluruh

فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ

Faghfirlii maa qaddamtu, wa maa akhkhartu, wa maa asrartu, wa maa a'lantu, antal muqaddimu wa antal mu'akhkhiru, laa ilaaha illaa anta.

"Maka ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang aku rahasiakan dan yang aku tampakkan. Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Engkaulah Yang Maha Mengakhirkan. Tiada Tuhan selain Engkau."

Setelah pengakuan dan penyerahan diri, kita sampai pada permohonan puncak: ampunan. Permohonan ini sangat komprehensif. Kita memohon ampunan untuk dosa "maa qaddamtu" (yang telah lalu) dan "maa akhkhartu" (yang mungkin akan datang, sebagai bentuk permohonan penjagaan). Kita memohon ampunan untuk dosa "maa asrartu" (yang tersembunyi di dalam hati, seperti riya', hasad, atau su'udzon) dan "maa a'lantu" (yang tampak oleh orang lain). Kemudian kita tutup dengan pengakuan akan Qadar Allah, bahwa Dia-lah "Al-Muqaddim" (Yang Mendahulukan siapa yang Dia kehendaki dalam kebaikan) dan "Al-Mu'akhkhir" (Yang Mengakhirkan siapa yang Dia kehendaki). Ini adalah puncak kepasrahan, diakhiri dengan penegasan kembali kalimat tauhid "Laa ilaaha illaa anta".

Beberapa riwayat menambahkan kalimat penutup:

وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

"Dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah."

Ini adalah kalimat pamungkas yang menunjukkan pengakuan total atas kelemahan diri dan kebergantungan mutlak kepada kekuatan Allah SWT.


Doa-Doa Tambahan dan Curahan Hati Pribadi

Setelah membaca dzikir dan doa ma'tsur di atas, momen emas ini belum berakhir. Justru, inilah saatnya bagi kita untuk membuka hati seluas-luasnya, mencurahkan segala isi hati kita kepada Allah SWT dalam bahasa yang paling kita mengerti. Allah Maha Mengetahui segala bahasa dan segala isi hati, bahkan yang belum terucap. Gunakan waktu ini untuk berdoa secara spesifik.

1. Sayyidul Istighfar (Raja Permohonan Ampun)

Sangat baik untuk menyertakan Sayyidul Istighfar dalam rangkaian doa kita, karena keutamaannya yang luar biasa. Rasulullah SAW bersabda bahwa barangsiapa membacanya di siang hari dengan yakin lalu meninggal, maka ia termasuk ahli surga, dan barangsiapa membacanya di malam hari dengan yakin lalu meninggal, maka ia termasuk ahli surga.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa ana 'abduka, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu'u laka bini'matika 'alayya, wa abuu'u bidzanbii faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.

"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu dan ikrar-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu atasku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau."

2. Memohon Kebaikan Dunia dan Akhirat (Doa Sapu Jagat)

Jangan lupakan doa yang paling sering dibaca oleh Nabi ini, karena ia mencakup semua kebaikan.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban-naar.

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka."

3. Doa Spesifik Sesuai Kebutuhan Anda

Inilah bagian yang paling personal. Bicaralah pada Allah. Mengadulah pada-Nya.


Penutup: Menjaga Api Semangat Ibadah Malam

Mendirikan sholat Tahajud dan menyempurnakannya dengan dzikir serta doa yang khusyuk adalah sebuah perjalanan spiritual yang luar biasa. Ia adalah madrasah malam yang mendidik jiwa untuk menjadi lebih sabar, lebih syukur, lebih tawadhu', dan lebih dekat dengan Sang Khalik. Bacaan-bacaan yang telah diuraikan bukanlah sekadar untaian kata, melainkan jembatan komunikasi yang menghubungkan hati seorang hamba dengan Arsy-Nya Allah SWT.

Kunci utama untuk merasakan manisnya ibadah malam adalah konsistensi atau istiqomah. Lebih baik mengerjakan dua rakaat Tahajud secara rutin setiap malam daripada sebelas rakaat tetapi hanya sesekali. Mulailah dari yang sedikit namun berkelanjutan. Jadikan momen setelah Tahajud sebagai waktu curhat eksklusif Anda dengan Allah. Percayalah, tidak ada keluh kesah yang tidak didengar-Nya, dan tidak ada permohonan tulus yang akan disia-siakan-Nya. Semoga Allah SWT memberikan kita semua kekuatan dan keistiqomahan untuk menghidupkan malam-malam kita dengan ibadah terbaik kepada-Nya.

🏠 Kembali ke Homepage