Panduan Bacaan Rawi Lengkap Peringatan Maulid Nabi

Ilustrasi kaligrafi dan kubah masjid Memuji Sang Nabi

Memahami Makna dan Keutamaan Pembacaan Rawi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Salah satu tradisi yang paling lekat dengan perayaan ini adalah pembacaan kitab Rawi. Istilah "Rawi" secara harfiah berarti "periwayat" atau "pencerita", namun dalam konteks Maulid, ia merujuk pada kitab-kitab yang berisi narasi puitis tentang sejarah kehidupan, silsilah, sifat-sifat luhur, dan mukjizat Baginda Rasulullah SAW. Membaca Rawi bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah bentuk ekspresi cinta, kerinduan, dan upaya meneladani akhlak mulia Sang Nabi.

Menghadirkan bacaan rawi lengkap dalam sebuah majelis adalah cara untuk menyuburkan kembali rasa mahabbah (cinta) kepada Rasulullah. Melalui lantunan syair yang indah, kita diajak untuk merenungkan kembali perjalanan hidup manusia paling agung, sejak dari dalam kandungan ibundanya, proses kelahirannya yang penuh berkah, hingga perjuangannya menyebarkan risalah Islam. Kandungan di dalamnya sarat akan pelajaran, hikmah, dan motivasi spiritual. Artikel ini akan mengulas beberapa kitab Rawi yang populer di Nusantara, menyajikan teks Arab beserta terjemahannya agar dapat dihayati lebih dalam oleh setiap Muslim yang merindukan Nabinya.

1. Kitab Rawi Al-Barzanji: Karya Agung Sayyid Ja'far Al-Barzanji

Kitab Maulid Al-Barzanji adalah salah satu kitab Rawi yang paling masyhur dan luas dibaca, terutama di Indonesia. Dikarang oleh seorang ulama besar dan ahli sastra, Sayyid Ja'far bin Hasan bin Abdul Karim Al-Barzanji, kitab ini memiliki dua bentuk: Natsar (prosa) dan Nadhom (puisi). Gaya bahasanya sangat indah, puitis, dan mampu membangkitkan getaran spiritual di hati para pembaca dan pendengarnya. Membaca Al-Barzanji adalah seperti menyelami samudra pujian yang tak bertepi untuk Sang Kekasih Allah.

Bagian Awal Al-Barzanji (Natsar)

Pembacaan biasanya dimulai dengan untaian pujian kepada Allah SWT dan pengantar yang menjelaskan tujuan penulisan kitab, yaitu untuk meraih keridhaan Allah dengan menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW.

أَبْتَدِئُ الْإِمْلَاءَ بِاسْمِ الذَّاتِ الْعَلِيَّةِ، مُسْتَدِرًّا فَيْضَ الْبَرَكَاتِ عَلَى مَا أَنَالَهُ وَأَوْلَاهُ. وَأُثَنِّي بِحَمْدٍ مَوَارِدُهُ سَائِغَةٌ هَنِيَّةٌ، مُمْتَطِيًا مِنَ الشُّكْرِ الْجَمِيْلِ مَطَايَاهُ. وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ بِالتَّقَدُّمِ وَالْأَوَّلِيَّةِ، الْمُنْتَقِلِ فِي الْغُرَرِ الْكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاهِ.

Aku memulai tulisan ini dengan nama Dzat Yang Maha Tinggi. Dengan memohon limpahan keberkahan atas apa yang telah Dia anugerahkan dan berikan. Dan aku memuji dengan pujian kedua yang sumbernya mudah ditelan lagi sedap. Dengan mengendarai rasa syukur yang indah sebagai kendaraannya. Dan aku panjatkan shalawat dan salam atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan dan keawalan. Yang berpindah-pindah pada dahi-dahi dan kening-kening yang mulia.

Kutipan di atas adalah paragraf pembuka yang menunjukkan ketinggian sastra penulisnya. Beliau tidak langsung masuk ke dalam cerita, melainkan membangun suasana khidmat dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi, sebagai adab dalam memulai segala sesuatu yang baik.

Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Bagian ini adalah inti dari banyak kitab Rawi, menceritakan detik-detik penuh berkah saat alam semesta menyambut kelahiran Sang Pembawa Rahmat.

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى مَشْهُوْرِ الْأَقْوَالِ الْمَرْضِيَّةِ، تُوُفِّيَ بِالْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ أَبُوْهُ عَبْدُ اللهِ. وَكَانَ قَدِ اجْتَازَ بِأَخْوَالِهِ بَنِي عَدِيٍّ مِنَ النَّجَّارِيَّةِ، وَمَكَثَ فِيْهِمْ شَهْرًا سَقِيْمًا يُعَانُوْنَ سُقْمَهُ وَشَكْوَاهُ. وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ تِسْعَةُ أَشْهُرٍ قَمَرِيَّةٍ، وَآنَ لِلزَّمَانِ أَنْ يَنْجَلِيَ عَنْهُ صَدَاهُ. حَضَرَ أُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِي نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيْرَةِ الْقُدْسِيَّةِ.

Dan ketika usia kandungannya genap dua bulan, menurut pendapat yang masyhur dan diridhai, wafatlah di Madinah Al-Munawwarah ayahandanya, Abdullah. Beliau sebelumnya singgah di kampung paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar, dan menetap di sana selama sebulan dalam keadaan sakit, mereka merawat sakit dan keluhannya. Dan ketika usia kandungannya genap sembilan bulan qamariyah, dan telah tiba saatnya bagi zaman untuk menampakkan cahayanya. Hadirlah di sisi ibundanya pada malam kelahirannya, Asiyah dan Maryam, bersama para wanita suci dari surga.

Mahallul Qiyam: Momen Berdiri Memuliakan Nabi

Inilah puncak dari pembacaan Rawi, di mana para jamaah berdiri sebagai simbol penghormatan dan penyambutan atas "kehadiran" ruhani Rasulullah SAW di tengah-tengah mereka. Lantunan shalawat menggema, menciptakan suasana yang sangat syahdu dan emosional. Bagian ini adalah ekspresi cinta yang paling mendalam.

يَا نَبِي سَلَامٌ عَلَيْكَ ، يَا رَسُوْل سَلَامٌ عَلَيْكَ
يَا حَبِيْب سَلَامٌ عَلَيْكَ ، صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْكَ
أَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا ، فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُ
مِثْلَ حُسْنِكَ مَا رَأَيْنَا ، قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُوْرِ
أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ ، أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ
أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالِي ، أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ

Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, Wahai Rasul, salam sejahtera untukmu.
Wahai Kekasih, salam sejahtera untukmu, Shalawat Allah tercurah untukmu.
Bulan purnama telah terbit menyinari kami, maka reduplah purnama-purnama lainnya.
Keindahan sepertimu belum pernah kami lihat, wahai wajah yang penuh kegembiraan.
Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan purnama, engkau adalah cahaya di atas cahaya.
Engkau adalah emas murni yang mahal, engkau adalah pelita hati.

2. Kitab Rawi Ad-Diba'i: Pujian Indah dari Imam Abdurrahman Ad-Diba'i

Kitab Maulid Ad-Diba'i, atau yang sering disebut "Diba'", juga merupakan salah satu bacaan rawi lengkap yang sangat populer. Dikarang oleh seorang ulama besar ahli hadits dari Yaman, Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar Ad-Diba'i Asy-Syaibani. Keistimewaan kitab ini terletak pada bahasanya yang ringkas, padat, namun penuh makna dan sangat menyentuh. Lirik-liriknya mudah dihafal dan sering dilantunkan dalam berbagai majelis shalawat.

Pembukaan Kitab Ad-Diba'i

Seperti halnya Al-Barzanji, Diba' juga dimulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi, menunjukkan adab yang tinggi dari sang pengarang.

يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، يَا رَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
يَا رَبِّ بَلِّغْهُ الْوَسِيْلَةْ ، يَا رَبِّ خُصَّهُ بِالْفَضِيْلَةْ
يَا رَبِّ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةْ ، يَا رَبِّ وَارْضَ عَنِ السُّلَالَةْ
يَا رَبِّ وَارْضَ عَنِ الْمَشَايِخْ ، يَا رَبِّ فَارْحَمْ وَالِدِيْنَا

Ya Rabbi, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad, Ya Rabbi, limpahkan shalawat dan salam kepadanya.
Ya Rabbi, sampaikanlah ia pada derajat wasilah, Ya Rabbi, khususkanlah ia dengan keutamaan.
Ya Rabbi, ridhailah para sahabat, Ya Rabbi, ridhailah para keturunannya.
Ya Rabbi, ridhailah para guru, Ya Rabbi, rahmatilah kedua orang tua kami.

Narasi Pilihan dari Ad-Diba'i

Salah satu bagian yang sering dikutip adalah narasi tentang keistimewaan nasab Nabi Muhammad SAW yang suci dan terjaga.

فَسُبْحَانَ مَنْ خَصَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَشْرَفِ الْمَنَاصِبِ وَالْمَرَاتِبِ. أَحْمَدُهُ عَلَى مَا مَنَّ بِهِ مِنْ مَوَاهِبِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى سَائِرِ الْأَعَاجِمِ وَالْأَعَارِبِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُولِي الْمَآثِرِ وَالْمَنَاقِبِ.

Maha Suci Dzat yang telah mengkhususkan beliau (SAW) dengan kedudukan dan martabat yang paling mulia. Aku memuji-Nya atas anugerah-anugerah yang telah Dia berikan. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, Tuhan seluruh timur dan barat. Dan aku bersaksi bahwa junjungan kita Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang diutus kepada seluruh bangsa non-Arab dan Arab. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepadanya, kepada keluarganya, dan para sahabatnya yang memiliki jejak langkah dan keutamaan yang luhur.

Mahallul Qiyam Versi Ad-Diba'i

Meskipun banyak majelis yang menggunakan shalawat "Yaa Nabi Salam 'Alaika" sebagai bacaan standar saat Mahallul Qiyam, Kitab Diba' sendiri memiliki teks khasnya untuk momen berdiri ini, yang dimulai dengan "Marhaban Ya Nurol 'Aini".

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدْ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
مَرْحَبًا يَا نُوْرَ الْعَيْنِ ، مَرْحَبًا جَدَّ الْحُسَيْنِ
يَا حَبِيْبِي يَا مُحَمَّدْ ، يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ
يَا مُؤَيَّدْ يَا مُمَجَّدْ ، يَا إِمَامَ الْقِبْلَتَيْنِ

Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Muhammad, semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepadanya.
Selamat datang wahai cahaya mataku, selamat datang wahai kakek dari Al-Husain.
Wahai kekasihku, wahai Muhammad, wahai mempelai dua dunia (timur dan barat).
Wahai yang dikuatkan, wahai yang diagungkan, wahai imam dua kiblat.

3. Kitab Rawi Simtudduror: Untaian Mutiara dari Habib Ali Al-Habsyi

Kitab Simtudduror, yang berarti "Untaian Mutiara", adalah karya monumental dari Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi. Kitab ini dikenal dengan gaya bahasanya yang sangat sastrawi, mendalam, dan penuh dengan untaian doa serta pujian yang menyentuh kalbu. Meskipun tergolong lebih modern dibandingkan Barzanji dan Diba', Simtudduror dengan cepat diterima dan dicintai oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Majelis-majelis yang membacanya sering disebut Majelis Simtudduror.

Muqaddimah yang Penuh Hikmah

Pembukaan Simtudduror sangat khas, dimulai dengan basmalah yang diikuti oleh serangkaian doa dan pujian yang menggambarkan keagungan Allah SWT dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. الْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَوِيِّ سُلْطَانُهُ، الْوَاضِحِ بُرْهَانُهُ، الْمَبْسُوْطِ فِي الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَإِحْسَانُهُ. تَعَالَى مَجْدُهُ وَعَظُمَ شَأْنُهُ، خَلَقَ الْخَلْقَ لِحِكْمَةٍ، وَطَوَى عَلَيْهَا عِلْمَهُ، وَبَسَطَ لَهُمْ مِنْ فَائِضِ الْمِنَّةِ مَا جَرَتْ بِهِ فِي أَقْدَارِهِ الْقِسْمَةُ.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang kekuasaan-Nya Maha Kuat, bukti-bukti-Nya Maha Jelas, kemurahan dan kebaikan-Nya terhampar di seluruh wujud. Maha Tinggi keagungan-Nya dan Maha Agung urusan-Nya. Dia menciptakan makhluk dengan suatu hikmah, dan Dia liputi hikmah itu dengan ilmu-Nya, dan Dia hamparkan bagi mereka dari limpahan anugerah-Nya apa yang telah berlaku dalam takdir-Nya sebagai suatu bagian.

Penggalan Kisah Cahaya Kenabian (Nur Muhammad)

Salah satu tema sentral dalam Simtudduror adalah perjalanan Nur Muhammad (Cahaya Kenabian) yang berpindah dari satu generasi mulia ke generasi mulia berikutnya, hingga akhirnya terwujud dalam jasad suci Nabi Muhammad SAW.

وَلَمَّا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى إِبْرَازَ حَقِيْقَتِهِ الْمُحَمَّدِيَّةِ، وَإِظْهَارَهُ جِسْمًا وَرُوْحًا بِصُوْرَتِهِ وَمَعْنَاهُ، نَقَلَهُ إِلَى مَقَرِّهِ مِنْ صَدَفَةِ آمِنَةَ الزُّهْرِيَّةِ، وَخَصَّهَا الْقَرِيْبُ الْمُجِيْبُ بِأَنْ تَكُوْنَ أُمًّا لِمُصْطَفَاهُ. وَنُوْدِيَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بِحَمْلِهَا لِأَنْوَارِهِ الذَّاتِيَّةِ.

Dan ketika Allah Ta'ala berkehendak untuk menampakkan hakikat Muhammad, dan menzahirkannya dalam bentuk jasad dan ruh dengan rupa dan maknanya, Dia memindahkannya ke tempatnya di dalam rahim Aminah Az-Zuhriyyah. Dan Dzat Yang Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan telah mengkhususkannya untuk menjadi ibu bagi hamba pilihan-Nya. Dan diserukanlah di langit dan di bumi (sebuah pengumuman) tentang kandungannya yang membawa cahaya-cahaya Dzat (kenabian).

Shalawat Khas Simtudduror

Selain bacaan Mahallul Qiyam yang umum, Simtudduror memiliki banyak sekali shalawat indah yang disisipkan di antara bab-babnya. Shalawat ini menjadi ciri khas yang membuatnya sangat dicintai.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ أَشْرَفَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيْمِ، عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ الرَّؤُوْفِ الرَّحِيْمِ.

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam, dengan shalawat dan salam yang paling mulia, kepada junjungan dan nabi kami, Muhammad, yang amat belas kasihan lagi penyayang.

4. Qasidah Burdah: Mahakarya Sastra Imam Al-Bushiri

Meskipun secara teknis bukan kitab Maulid yang secara kronologis menceritakan kelahiran Nabi, Qasidah Burdah karya Imam Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Sa'id Al-Bushiri seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari majelis-majelis Maulid dan cinta Rasul. Burdah adalah sebuah mahakarya sastra berisi 160 bait puisi yang seluruhnya didedikasikan untuk memuji Nabi Muhammad SAW, menceritakan mukjizatnya, Isra' Mi'raj, perjuangan jihadnya, dan bertawasul melaluinya. Banyak yang meyakini bahwa membaca Burdah memiliki khasiat penyembuhan dan keberkahan, sesuai dengan kisah sang pengarang yang sembuh dari sakit lumpuh setelah bermimpi didatangi Nabi dan diselimuti (diberi burdah/jubah) oleh beliau.

Fasal Pertama: Kerinduan dan Cinta yang Membara

Burdah dibuka dengan bait-bait yang sangat puitis, menggambarkan kegelisahan seorang pecinta yang merindukan kekasihnya, sebuah kiasan untuk kerinduan kepada Nabi dan Madinah.

أَمِنْ تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ بِذِي سَلَمِ ، مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِدَمِ
أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَاءِ كَاظِمَةٍ ، وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِي الظَّلْمَاءِ مِنْ إِضَمِ

Apakah karena teringat tetangga di Dzi Salam, engkau campurkan air mata yang mengalir dari kelopak mata dengan darah?
Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah, dan kilat menyambar dalam kegelapan dari gunung Idham?

Fasal Ketiga: Pujian Atas Pribadi Agung Nabi Muhammad SAW

Fasal ini berisi pujian yang luar biasa indah terhadap kesempurnaan fisik dan akhlak Rasulullah SAW, yang keindahannya melampaui segala ciptaan.

مُحَمَّدٌ بَشَرٌ لَا كَالْبَشَرِ ، بَلْ هُوَ كَالْيَاقُوْتِ بَيْنَ الْحَجَرِ
فَاقَ النَّبِيِّيْنَ فِي خَلْقٍ وَفِي خُلُقٍ ، وَلَمْ يُدَانُوْهُ فِي عِلْمٍ وَلَا كَرَمِ
وَكُلُّهُمْ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ مُلْتَمِسٌ ، غَرْفًا مِنَ الْبَحْرِ أَوْ رَشْفًا مِنَ الدِّيَمِ

Muhammad adalah seorang manusia, namun tidak seperti manusia biasa. Dia laksana permata yaqut di antara bebatuan.
Dia melampaui para nabi dalam penciptaan (fisik) dan akhlak. Dan mereka tidak dapat mendekatinya dalam hal ilmu maupun kedermawanan.
Dan mereka semua (para nabi) memohon dari Rasulullah, seciduk dari lautan (ilmunya) atau seteguk dari hujan (kemuliaannya).

Penutup yang Penuh Harap

Membaca berbagai macam bacaan rawi lengkap adalah sebuah perjalanan spiritual. Kita diajak untuk menapaki kembali jejak-jejak Sang Nabi, merasakan keharuman akhlaknya, dan menggetarkan hati dengan pujian-pujian terindah. Dari keindahan sastra Al-Barzanji, kepadatan makna Ad-Diba'i, kedalaman untaian mutiara Simtudduror, hingga gelora cinta dalam Qasidah Burdah, semuanya bermuara pada satu tujuan: mempertebal iman dan memperdalam cinta kita kepada Sayyidina Muhammad SAW. Semoga dengan seringnya kita melantunkan kisah dan pujian ini, kita akan dikumpulkan bersamanya di surga kelak. Amin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage