Panduan Lengkap Bacaan Muroqi Jumat

Shalat Jumat merupakan ibadah agung yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Salah satu rukunnya yang paling utama adalah khutbah. Di banyak masjid di Nusantara, sebelum khatib naik ke mimbar untuk menyampaikan khutbahnya, ada seorang petugas yang disebut Muroqi atau Bilal yang berdiri untuk melantunkan serangkaian bacaan. Praktik ini dikenal dengan sebutan tarqiyyah, yang secara harfiah berarti "menaikan". Tujuannya adalah untuk mempersiapkan jamaah, mengingatkan mereka tentang adab mendengarkan khutbah, serta memanjatkan shalawat dan doa.

الله

Meskipun bacaan muroqi ini tidak termasuk dalam rukun khutbah, ia telah menjadi tradisi yang mengakar kuat dan memiliki landasan syar'i sebagai pengingat (tanbih) dan seruan kepada kebaikan. Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan menyeluruh setiap bagian dari bacaan muroqi, mulai dari teks Arab, transliterasi Latin, terjemahan, hingga penjelasan makna yang terkandung di dalamnya.

Tahap Pertama: Seruan Shalawat Sebelum Adzan

Sebelum adzan pertama berkumandang, Muroqi biasanya akan membacakan sebuah ayat Al-Qur'an yang memerintahkan orang-orang beriman untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah pembuka yang indah untuk memulai rangkaian ibadah Jumat.

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

Innallāha wa malā’ikatahū yuṣallūna ‘alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanū ṣallū ‘alaihi wa sallimū taslīmā.

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."

Penjelasan dan Makna

Ayat ini berasal dari Surat Al-Ahzab, ayat 56. Pemilihan ayat ini sangatlah tepat karena ia merupakan perintah langsung dari Allah SWT kepada kaum beriman. Makna "shalawat" dari Allah kepada Nabi adalah limpahan rahmat dan pujian. Shalawat dari para malaikat adalah permohonan ampun (istighfar). Sedangkan shalawat dari orang-orang beriman adalah doa dan permohonan agar Allah melimpahkan rahmat dan kemuliaan kepada Nabi Muhammad SAW.

Mengawali prosesi Jumat dengan ayat ini memiliki beberapa hikmah:

Setelah ayat ini dibacakan, Muroqi akan melanjutkan dengan lafal shalawat lainnya, kemudian muadzin mengumandangkan adzan pertama.

Tahap Kedua: Tarqiyyah Saat Khatib Naik Mimbar

Inilah inti dari peran Muroqi. Ketika khatib mulai menaiki tangga mimbar, Muroqi berdiri menghadap jamaah dan dengan suara yang jelas membacakan serangkaian pengumuman yang didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketenangan dan memastikan seluruh jamaah siap mendengarkan khutbah dengan saksama.

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ، وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِينَ رَحِمَكُمُ اللهُ. رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ، وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ، فَقَدْ لَغَوْتَ. أَنْصِتُوا وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا رَحِمَكُمُ اللهُ. أَنْصِتُوا وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.

Ma‘āsyiral muslimīn, wa zumratal mu’minīna raḥimakumullāh. Ruwiya ‘an abī hurairata raḍiyallāhu ‘anhu, annahū qāla, qāla rasūlullāhi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam: Iżā qulta liṣāḥibika yaumal-jumu‘ati anṣit, wal-imāmu yakhṭubu, faqad lagauta. Anṣitū wasma‘ū wa aṭī‘ū raḥimakumullāh. Anṣitū wasma‘ū wa aṭī‘ū la‘allakum turḥamūn.

"Wahai segenap kaum Muslimin, dan golongan kaum Mukminin, semoga Allah merahmati kalian. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila engkau berkata kepada temanmu pada hari Jumat, ‘Diamlah!’, padahal imam sedang berkhutbah, maka sungguh engkau telah berbuat sia-sia.’ Maka diam dan dengarkanlah serta taatilah, semoga Allah memberi rahmat kepada kalian. Diam dan dengarkanlah serta taatilah, semoga kalian dirahmati."

Analisis Mendalam Bacaan Tarqiyyah

Bacaan ini terdiri dari beberapa bagian penting yang masing-masing memiliki makna yang dalam.

1. Sapaan Pembuka: "Ma‘āsyiral muslimīn..."

Sapaan "Wahai segenap kaum Muslimin, dan golongan kaum Mukminin, semoga Allah merahmati kalian" adalah bentuk penghormatan dan doa. Ini menunjukkan bahwa Muroqi bukanlah seorang yang memerintah, melainkan seorang saudara yang mengingatkan dengan penuh kasih sayang. Doa "semoga Allah merahmati kalian" berfungsi untuk melunakkan hati jamaah agar lebih mudah menerima nasihat yang akan disampaikan.

2. Landasan Hadits: "Iżā qulta liṣāḥibika..."

Ini adalah bagian terpenting. Muroqi mengutip hadits yang sangat terkenal dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Hadits ini menjadi landasan utama kewajiban diam saat khutbah berlangsung.

Mari kita bedah hadits ini lebih dalam:

Mengapa bahkan mengingatkan orang lain untuk diam pun dilarang? Para ulama menjelaskan bahwa ketika khutbah dimulai, satu-satunya fokus jamaah adalah mendengarkan khatib. Perhatian tidak boleh terpecah sedikit pun. Mengucapkan kata "diam" akan mengganggu konsentrasi diri sendiri dan orang di sekitar. Kewajiban mengingatkan pada saat itu gugur demi menjaga kemaslahatan yang lebih besar, yaitu kesakralan khutbah.

3. Perintah Langsung: "Anṣitū wasma‘ū wa aṭī‘ū..."

Setelah menyampaikan landasan hadits, Muroqi memberikan perintah langsung dalam bentuk jamak: "Diam dan dengarkanlah serta taatilah." Ini adalah penegasan dari isi hadits sebelumnya. Tiga kata ini memiliki gradasi makna yang kuat:

Pengulangan kalimat ini sebanyak dua kali dengan penutup doa yang sedikit berbeda ("semoga Allah memberi rahmat" dan "semoga kalian dirahmati") berfungsi sebagai penekanan (ta'kid) akan pentingnya pesan tersebut.

Tahap Ketiga: Shalawat dan Doa Saat Khatib Memegang Tongkat

Setelah Muroqi selesai dengan bacaan tarqiyyah, khatib akan mengucapkan salam. Kemudian, Muroqi akan melanjutkan dengan bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan doa untuk para sahabat utama. Biasanya, ini dilakukan saat khatib memegang tongkat mimbar.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

اللَّهُمَّ قَوِّ الْإِسْلَامَ وَالْإِيمَانَ، مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى الْمُعَانِدِينَ، رَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ، وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِينَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

Allāhumma ṣalli ‘alā Muhammad. Allāhumma ṣalli ‘alā sayyidinā Muhammad. Allāhumma ṣalli ‘alā sayyidinā wa maulānā Muhammad.

Allāhumma ṣalli wa sallim wa bārik ‘alā sayyidinā Muḥammadin wa ‘alā āli sayyidinā Muḥammad.

Allāhumma qawwil-islāma wal-īmān, minal muslimīna wal muslimāt, wal mu’minīna wal mu’mināt, al-aḥyā’i minhum wal amwāt, wanṣurhum ‘alal mu‘ānidīn, rabbikhtim lanā minka bil-khair, wa yā khairan-nāṣirīn, biraḥmatika yā arḥamar-rāḥimīn.

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Muhammad. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam, dan keberkahan kepada junjungan kami Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Muhammad.

Ya Allah, perkuatlah Islam dan iman, dari kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup di antara mereka maupun yang telah wafat, dan tolonglah mereka atas orang-orang yang durhaka. Ya Tuhan kami, akhirilah hidup kami dari-Mu dengan kebaikan. Wahai sebaik-baik Penolong, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang."

Memahami Kandungan Doa

Rangkaian ini diawali dengan shalawat yang diulang-ulang dengan penambahan gelar kemuliaan "Sayyidina" (junjungan kami) dan "Maulana" (pemimpin kami). Ini adalah bentuk adab dan penghormatan tertinggi kepada Rasulullah SAW. Penggunaan gelar ini, menurut mayoritas ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah, adalah sesuatu yang dianjurkan sebagai wujud cinta dan pengagungan.

Setelah shalawat, Muroqi memanjatkan doa yang sangat komprehensif. Doa ini mencakup:

Setelah doa ini selesai, khatib memulai khutbah pertamanya.

Tahap Keempat: Bacaan Bilal di Antara Dua Khutbah

Setelah khatib menyelesaikan khutbah pertama dan duduk sejenak di antara dua khutbah, Muroqi atau Bilal kembali mengambil peran. Waktu jeda yang singkat ini diisi dengan lantunan shalawat dan doa. Ini didasarkan pada anjuran untuk memperbanyak doa pada waktu mustajab di hari Jumat, dan salah satu waktu yang diharapkan adalah saat imam duduk di antara dua khutbah.

Bacaan yang lazim dilantunkan bervariasi, namun salah satu yang paling populer adalah shalawat yang agung, sering disebut Shalawat Ibrahimiyah (seperti dalam bacaan tasyahud akhir shalat), atau shalawat lain yang sarat makna, diikuti dengan doa.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، سَادَاتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Allāhumma ṣalli wa sallim ‘alā sayyidinā Muḥammadin wa ‘alā āli sayyidinā Muḥammad.

Warḍallāhumma ‘anil-khulafā’ir rāsyidīn, sādātinā Abī Bakrin wa ‘Umara wa ‘Utsmāna wa ‘Alī, wa ‘an sā’iri aṣḥābi nabiyyika ajma‘īn, wa ‘anit-tābi‘īna wa tābi‘it tābi‘īna lahum bi’iḥsānin ilā yaumid-dīn.

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kami Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Muhammad.

Dan ridhailah, ya Allah, para Khalifah yang mendapat petunjuk, para pemimpin kami: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, serta seluruh sahabat Nabi-Mu semuanya, dan juga para tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari pembalasan."

Penghormatan kepada Generasi Terbaik Umat

Bacaan ini memiliki nilai historis dan teologis yang sangat penting dalam akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Mendoakan keridhaan Allah untuk para sahabat, khususnya Khulafaur Rasyidin, adalah bagian dari ajaran agama.

1. Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

Penyebutan keempat sahabat ini secara berurutan sesuai dengan urutan kekhalifahan mereka. Masing-masing memiliki jasa yang tak terhingga bagi Islam.

2. Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in

Doa ini kemudian diperluas untuk mencakup seluruh sahabat Nabi (generasi yang bertemu Nabi dan wafat dalam keadaan beriman), para tabi'in (generasi yang bertemu sahabat), dan tabi'ut tabi'in (generasi yang bertemu tabi'in). Ketiga generasi ini disebut oleh Rasulullah SAW sebagai generasi terbaik umat ini. Mendoakan mereka adalah bentuk pengakuan atas jasa-jasa mereka dalam menyampaikan dan menjaga kemurnian ajaran Islam hingga sampai kepada kita saat ini.

Kesimpulan: Hikmah dan Signifikansi Peran Muroqi

Praktik tarqiyyah yang dilakukan oleh seorang Muroqi atau Bilal dalam shalat Jumat, meskipun bukan bagian dari rukun yang wajib, memiliki hikmah dan signifikansi yang sangat besar. Ia bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan sebuah rangkaian terstruktur yang berfungsi untuk:

  1. Mengkondisikan Jamaah: Bacaan muroqi secara efektif mengubah suasana dari obrolan santai menjadi suasana ibadah yang khusyuk dan penuh perhatian.
  2. Menegakkan Adab Majelis Ilmu: Khutbah Jumat adalah sebuah majelis ilmu dan zikir. Muroqi bertugas mengingatkan adab terpenting dalam majelis ini, yaitu diam dan mendengarkan dengan saksama.
  3. Memuliakan Simbol-Simbol Agama: Dengan mengumandangkan shalawat untuk Nabi, doa untuk para sahabat, dan permohonan untuk kejayaan Islam, Muroqi membantu memupuk rasa cinta dan hormat jamaah kepada simbol-simbol utama agama mereka.
  4. Media Edukasi: Bagi jamaah awam, bacaan muroqi yang diulang setiap pekan menjadi media edukasi yang efektif untuk menghafal hadits tentang kewajiban diam, mengenal nama-nama Khulafaur Rasyidin, dan membiasakan lisan dengan doa-doa kebaikan untuk umat.

Dengan memahami setiap detail bacaan, mulai dari teks, terjemahan, hingga makna yang terkandung di dalamnya, kita dapat lebih menghargai peran muroqi dan menjadikan momen sebelum khutbah sebagai bagian integral dari kekhusyukan ibadah Jumat kita. Semoga kita semua senantiasa diberi taufik untuk dapat menjalankan ibadah Jumat dengan sebaik-baiknya dan meraih rahmat dari Allah SWT.

🏠 Kembali ke Homepage