Bacaan Lengkap Juz Amma

Juz Amma, atau Juz ke-30 dalam Al-Quran, merupakan bagian yang paling sering didengar dan dihafal oleh umat Islam di seluruh dunia. Bagian ini dimulai dari Surah An-Naba' (surah ke-78) dan diakhiri dengan Surah An-Nas (surah ke-114). Keistimewaan Juz Amma terletak pada surah-surahnya yang relatif pendek, dengan bahasa yang indah dan penuh makna, sehingga lebih mudah untuk dihafal, terutama bagi anak-anak dan para pemula. Kandungan utamanya berfokus pada pilar-pilar akidah, seperti keesaan Allah (Tauhid), kenabian, hari kiamat, surga, dan neraka. Membaca, memahami, dan merenungkan ayat-ayat dalam Juz Amma adalah langkah awal yang fundamental untuk menyelami lautan ilmu Al-Quran dan memperkuat keimanan seorang Muslim. Artikel ini menyajikan bacaan lengkap surah-surah dalam Juz Amma, beserta transliterasi Latin dan terjemahannya, untuk memfasilitasi proses belajar dan menghafal.

78. Surah An-Naba' (Berita Besar) - 40 Ayat

Pokok Kandungan Surah An-Naba':

Surah An-Naba' adalah surah Makkiyah yang membuka Juz Amma dengan pertanyaan retoris yang kuat tentang "Berita Besar" (Hari Kiamat) yang diperselisihkan oleh kaum kafir. Surah ini secara tegas menegaskan kepastian datangnya Hari Kebangkitan. Allah SWT menyajikan bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta sebagai argumen tak terbantahkan. Bukti-bukti tersebut antara lain penciptaan bumi sebagai hamparan, gunung sebagai pasak, manusia berpasang-pasangan, tidur untuk istirahat, serta silih bergantinya malam dan siang. Semua ini menunjukkan bahwa Tuhan yang mampu menciptakan alam semesta yang begitu kompleks, tentu lebih mudah bagi-Nya untuk membangkitkan manusia kembali. Surah ini kemudian menggambarkan peristiwa dahsyat di Hari Kiamat, seperti tiupan sangkakala, hancurnya gunung, dan dibukanya pintu-pintu langit. Diakhiri dengan gambaran kontras antara balasan bagi orang-orang yang durhaka di neraka Jahannam dan ganjaran kenikmatan abadi bagi orang-orang bertakwa di surga. Pesan utamanya adalah untuk menyadarkan manusia akan kepastian hari perhitungan dan mendorong mereka untuk mempersiapkan diri dengan iman dan amal saleh.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmanirrahim Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

عَمَّ يَتَسَاۤءَلُوْنَۚ

‘amma yatasā'alūn Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?

عَنِ النَّبَاِ الْعَظِيْمِۙ

‘anin-naba'il-‘aẓīm Tentang berita yang besar (hari kebangkitan),

الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَۗ

allażī hum fīhi mukhtalifūn yang dalam hal itu mereka berselisih.

كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَۙ

kallā saya‘lamūn Sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui,

ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ

ṡumma kallā saya‘lamūn kemudian sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui.

اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًاۙ

alam naj‘alil-arḍa mihādā Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan,

وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًاۙ

wal-jibāla autādā dan gunung-gunung sebagai pasak?

وَّخَلَقْنٰكُمْ اَزْوَاجًاۙ

wa khalaqnākum azwājā Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan,

وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًاۙ

wa ja‘alnā naumakum subātā dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat,

وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًاۙ

wa ja‘alnal-laila libāsā dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian,

وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًاۙ

wa ja‘alnan-nahāra ma‘āsyā dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan,

وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًاۙ

wa banainā fauqakum sab‘an syidādā dan Kami membangun di atasmu tujuh (langit) yang kokoh,

وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًاۙ

wa ja‘alnā sirājaw wahhājā dan Kami menjadikan pelita yang amat terang (matahari),

وَّاَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرٰتِ مَاۤءً ثَجَّاجًاۙ

wa anzalnā minal-mu‘ṣirāti mā'an ṡajjājā dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,

لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًاۙ

linukhrija bihī ḥabbaw wa nabātā supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman,

وَّجَنّٰتٍ اَلْفَافًاۗ

wa jannātin alfāfā dan kebun-kebun yang lebat.

اِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيْقَاتًاۙ

inna yaumal-faṣli kāna mīqātā Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan,

يَّوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ فَتَأْتُوْنَ اَفْوَاجًاۙ

yauma yunfakhu fiṣ-ṣūri fa ta'tūna afwājā yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,

وَّفُتِحَتِ السَّمَاۤءُ فَكَانَتْ اَبْوَابًاۙ

wa futiḥatis-samā'u fa kānat abwābā dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,

وَّسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًاۗ

wa suyyiratil-jibālu fa kānat sarābā dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.

اِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًاۙ

inna jahannama kānat mirṣādā Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai,

لِّلطَّاغِيْنَ مَاٰبًاۙ

liṭ-ṭāgīna ma'ābā lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,

لّٰبِثِيْنَ فِيْهَآ اَحْقَابًاۚ

lābiṡīna fīhā aḥqābā mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,

لَا يَذُوْقُوْنَ فِيْهَا بَرْدًا وَّلَا شَرَابًاۙ

lā yażūqūna fīhā bardaw wa lā syarābā mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,

اِلَّا حَمِيْمًا وَّغَسَّاقًاۙ

illā ḥamīmaw wa gassāqā selain air yang mendidih dan nanah,

جَزَاۤءً وِّفَاقًاۗ

jazā'aw wifāqā sebagai pembalasan yang setimpal.

اِنَّهُمْ كَانُوْا لَا يَرْجُوْنَ حِسَابًاۙ

innahum kānū lā yarjūna ḥisābā Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab,

وَّكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا كِذَّابًاۗ

wa każżabū bi'āyātinā kiżżābā dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya.

وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ كِتٰبًاۙ

wa kulla syai'in aḥṣaināhu kitābā Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab.

فَذُوْقُوْا فَلَنْ نَّزِيْدَكُمْ اِلَّا عَذَابًا ࣖ

fa żūqū fa lan nazīdakum illā ‘ażābā Karena itu rasakanlah! Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab.

اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًاۙ

inna lil-muttaqīna mafāzā Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,

حَدَاۤئِقَ وَاَعْنَابًاۙ

ḥadā'iqa wa a‘nābā (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,

وَّكَوَاعِبَ اَتْرَابًاۙ

wa kawā‘iba atrābā dan gadis-gadis remaja yang sebaya,

وَّكَأْسًا دِهَاقًاۗ

wa ka'san dihāqā dan piala-piala yang penuh (berisi minuman).

لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا كِذَّابًاۚ

lā yasma‘ūna fīhā lagwaw wa lā kiżżābā Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta.

جَزَاۤءً مِّنْ رَّبِّكَ عَطَاۤءً حِسَابًاۙ

jazā'am mir rabbika ‘aṭā'an ḥisābā Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak,

رَّبِّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الرَّحْمٰنِ لَا يَمْلِكُوْنَ مِنْهُ خِطَابًاۙ

rabbis-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumar-raḥmāni lā yamlikūna minhu khiṭābā Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.

يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ صَفًّاۙ لَّا يَتَكَلَّمُوْنَ اِلَّا مَنْ اَذِنَ لَهُ الرَّحْمٰنُ وَقَالَ صَوَابًا

yauma yaqūmur-rūḥu wal-malā'ikatu ṣaffal lā yatakallamūna illā man ażina lahur-raḥmānu wa qāla ṣawābā Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.

ذٰلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّۚ فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ مَاٰبًا

żālikal-yaumul-ḥaqq, fa man syā'attakhaża ilā rabbihī ma'ābā Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.

اِنَّآ اَنْذَرْنٰكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا ەۙ يَّوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُوْلُ الْكَافِرُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرٰبًا ࣖ

innā anżarnākum ‘ażāban qarībay yauma yanẓurul-mar'u mā qaddamat yadāhu wa yaqūlul-kāfiru yā laitanī kuntu turābā Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".

79. Surah An-Nazi'at (Malaikat yang Mencabut) - 46 Ayat

Pokok Kandungan Surah An-Nazi'at:

Surah An-Nazi'at, sebuah surah Makkiyah, dimulai dengan sumpah Allah atas nama para malaikat yang bertugas mencabut nyawa. Ada malaikat yang mencabut nyawa dengan keras (bagi orang kafir) dan ada yang mencabutnya dengan lembut (bagi orang beriman). Sumpah ini berfungsi untuk menekankan kepastian terjadinya Hari Kiamat, yang digambarkan dengan guncangan dahsyat pertama dan diikuti guncangan kedua. Surah ini melukiskan ketakutan manusia pada hari itu, di mana hati mereka berdebar kencang dan pandangan mereka tertunduk. Sebagai perumpamaan bagi kaum musyrikin Mekah yang sombong dan menolak kebenaran, Allah menceritakan kisah Nabi Musa AS dan Firaun. Firaun, dengan segala kekuasaan dan kesombongannya, menolak dakwah Musa, mengaku sebagai tuhan, dan akhirnya dibinasakan oleh Allah sebagai pelajaran bagi generasi sesudahnya. Kisah ini menjadi peringatan bahwa kesombongan akan membawa kepada kehancuran. Surah ini kemudian kembali menegaskan kehebatan ciptaan Allah—langit yang ditinggikan, malam yang gelap, siang yang terang, serta bumi yang dihamparkan dengan segala isinya—sebagai bukti bahwa membangkitkan manusia kembali adalah perkara yang mudah bagi-Nya. Surah ini ditutup dengan penegasan bahwa tugas Nabi Muhammad SAW hanyalah sebagai pemberi peringatan, dan waktu pasti kiamat hanya Allah yang tahu. Bagi mereka yang takut kepada Tuhannya, hari itu akan terasa sangat singkat, seolah-olah mereka hanya tinggal di dunia sesaat saja.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmanirrahim Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

وَالنّٰزِعٰتِ غَرْقًاۙ

wan-nāzi‘āti garqā Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,

وَّالنّٰشِطٰتِ نَشْطًاۙ

wan-nāsyiṭāti nasyṭā dan (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,

وَّالسّٰبِحٰتِ سَبْحًاۙ

was-sābiḥāti sabḥā dan (malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,

فَالسّٰبِقٰتِ سَبْقًاۙ

fas-sābiqāti sabqā dan (malaikat) yang mendahului dengan kencang,

فَالْمُدَبِّرٰتِ اَمْرًاۘ

fal-mudabbirāti amrā dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia).

يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُۙ

yauma tarjufur-rājifah (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,

تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ ۗ

tatba‘uhar-rādifah tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.

قُلُوْبٌ يَّوْمَىِٕذٍ وَّاجِفَةٌۙ

qulūbuy yauma'iżiw wājifah Hati manusia pada waktu itu sangat takut,

اَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ ۘ

abṣāruhā khāsyi‘ah pandangannya tunduk.

80. Surah 'Abasa (Ia Bermuka Masam) - 42 Ayat

Pokok Kandungan Surah 'Abasa:

Surah 'Abasa adalah surah Makkiyah yang memiliki sebab turun (asbabun nuzul) yang sangat spesifik dan memberikan pelajaran etika dakwah yang mendalam. Surah ini turun sebagai teguran lembut dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kisahnya bermula ketika Nabi sedang berdakwah kepada para pembesar Quraisy dengan harapan mereka memeluk Islam, lalu datanglah seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin belajar Al-Quran. Karena fokus pada para pembesar, Nabi sedikit mengabaikan dan menunjukkan raut muka masam kepada Abdullah. Allah kemudian menurunkan surah ini untuk mengingatkan bahwa dalam dakwah, prioritas harus diberikan kepada mereka yang tulus mencari kebenaran, terlepas dari status sosial mereka. Hidayah adalah milik Allah, dan tugas seorang rasul hanyalah menyampaikan. Surah ini kemudian mengkritik sifat manusia yang kufur nikmat, mengingatkan mereka akan asal-usul penciptaannya dari setetes mani, proses kehidupannya yang diatur Allah, hingga kematian dan kebangkitannya. Allah lalu memaparkan bukti kasih sayang-Nya melalui rezeki yang Dia sediakan: air hujan yang menyuburkan tanah, biji-bijian, anggur, sayuran, zaitun, kurma, dan berbagai buah-buahan serta rerumputan yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan ternak mereka. Di akhir surah, digambarkan suasana mencekam Hari Kiamat, di mana setiap orang akan lari dari saudara, ibu, ayah, dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Wajah orang-orang beriman akan berseri-seri dan gembira, sementara wajah orang-orang kafir akan tertutup debu dan kegelapan akibat kedurhakaan mereka di dunia.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmanirrahim Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ

‘abasa wa tawallā Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,

اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ

an jā'ahul-a‘mā karena telah datang seorang buta kepadanya.

وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰىٓۙ

wa mā yudrīka la‘allahū yazzakkā Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),

114. Surah An-Nas (Manusia) - 6 Ayat

Pokok Kandungan Surah An-Nas:

Surah An-Nas adalah surah penutup dalam mushaf Al-Quran dan merupakan salah satu dari Al-Mu'awwidzatain (dua surah perlindungan) bersama Surah Al-Falaq. Surah ini merupakan doa dan permohonan perlindungan yang diajarkan langsung oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Fokus utama surah ini adalah memohon perlindungan dari kejahatan bisikan (waswas) yang bersifat internal dan tersembunyi, yang berasal dari setan, baik dari golongan jin maupun manusia. Surah ini dimulai dengan menegaskan tiga sifat utama Allah: "Rabb" (Tuhan yang memelihara manusia), "Malik" (Raja yang menguasai manusia), dan "Ilah" (Sesembahan yang berhak disembah oleh manusia). Penyebutan tiga sifat ini menguatkan keyakinan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya tempat berlindung yang mutlak dan sempurna. Musuh yang disebutkan adalah "al-waswāsil-khannās," yaitu pembisik jahat yang bersembunyi. Ia membisikkan keraguan, kemalasan, dan keburukan ke dalam dada manusia, kemudian mundur atau bersembunyi ketika manusia mengingat Allah. Bisikan ini bisa datang dari setan jin yang tidak terlihat maupun dari manusia yang berperan layaknya setan, yang mengajak kepada kesesatan. Surah An-Nas mengajarkan bahwa perlindungan sejati dari godaan halus yang merusak hati dan iman hanya dapat ditemukan dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmanirrahim Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

qul a‘ūżu birabbin-nās Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,

مَلِكِ النَّاسِۙ

malikin-nās Raja manusia,

اِلٰهِ النَّاسِۙ

ilāhin-nās sembahan manusia,

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

min syarril-waswāsil-khannās dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ

minal-jinnati wan-nās dari (golongan) jin dan manusia.”

Demikianlah kumpulan bacaan surah-surah yang terdapat dalam Juz Amma. Setiap surahnya membawa pesan yang agung, mulai dari penguatan fondasi akidah, pengingat akan hari akhir, hingga tuntunan moral dan doa perlindungan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dan menghafal Juz Amma bukan hanya sekadar rutinitas ibadah, tetapi juga sebuah perjalanan untuk memahami esensi ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Semoga dengan mempelajarinya, kita dapat senantiasa merenungkan kebesaran Allah, mengambil pelajaran dari setiap ayat-Nya, dan mengamalkannya dalam setiap langkah kehidupan kita.

🏠 Kembali ke Homepage