Panduan Lengkap Dzikir Setelah Sholat Fardhu Sesuai Tuntunan Sunnah
Sholat adalah tiang agama, sebuah momen agung di mana seorang hamba berdialog langsung dengan Rabb-nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun, hubungan spiritual ini tidak serta-merta terputus begitu kita mengucapkan salam penutup. Justru, momen setelah sholat adalah waktu yang sangat mustajab dan penuh berkah, sebuah kesempatan emas untuk menyempurnakan ibadah kita dengan berdzikir dan berdoa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai teladan terbaik, telah mengajarkan kepada umatnya serangkaian bacaan mulia untuk diamalkan setelah menunaikan sholat fardhu.
Berdzikir setelah sholat bukan sekadar rutinitas tanpa makna. Ia adalah manifestasi rasa syukur, pengakuan atas kelemahan diri, permohonan ampunan atas segala kekurangan dalam sholat, serta peneguhan kembali ikrar tauhid yang menjadi pondasi keimanan. Amalan ini laksana segel yang mengunci pahala sholat, melindunginya, dan mengangkatnya ke hadapan Allah dengan lebih sempurna. Dengan meluangkan waktu sejenak untuk berdzikir, kita menanam benih-benih kebaikan yang buahnya akan kita petik tidak hanya di akhirat, tetapi juga dalam bentuk ketenangan jiwa dan keberkahan hidup di dunia.
Ilustrasi tasbih sebagai pengingat amalan dzikir.
Artikel ini akan menguraikan secara rinci dan mendalam, langkah demi langkah, bacaan-bacaan dzikir setelah sholat fardhu yang shahih, bersumber dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita akan menyelami makna di balik setiap lafaz, memahami keutamaannya, dan meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya agar dzikir kita tidak lagi menjadi ucapan lisan semata, melainkan getaran jiwa yang menggetarkan Arsy dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Adab dan Persiapan Sebelum Memulai Dzikir
Sebelum memulai untaian dzikir, terdapat adab yang sebaiknya kita perhatikan untuk memaksimalkan kekhusyuan dan pahala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan untuk tetap berada di posisi duduk setelah sholat. Ini bukan sekadar jeda, melainkan sebuah kelanjutan dari ibadah itu sendiri. Dalam posisi ini, para malaikat senantiasa mendoakan kita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Para Malaikat akan senantiasa bershalawat (mendoakan) salah seorang di antara kalian selama ia masih berada di tempat sholatnya dan belum berhadats. Mereka berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, rahmatilah ia.’"
Bayangkan, sebuah kehormatan yang luar biasa. Saat kita duduk berdzikir, makhluk-makhluk suci ciptaan Allah memohonkan ampunan dan rahmat untuk kita. Ini adalah motivasi yang sangat kuat untuk tidak tergesa-gesa beranjak setelah salam. Jagalah ketenangan, pertahankan fokus yang telah terbangun selama sholat, dan biarkan hati serta lisan menyatu dalam untaian zikir yang akan kita mulai.
Urutan Bacaan Dzikir Sesuai Sunnah
Berikut adalah urutan dzikir yang disunnahkan, disusun berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Mari kita pelajari satu per satu dengan seksama.
1. Membaca Istighfar (3 Kali)
Langkah pertama yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah memohon ampunan. Ini adalah sebuah pelajaran adab yang sangat tinggi. Meskipun kita baru saja menyelesaikan ibadah agung, kita diajarkan untuk segera merendahkan diri dan mengakui segala kekurangan. Mungkin ada kelalaian dalam sholat kita, pikiran yang melayang, atau gerakan yang kurang sempurna. Istighfar adalah penambalnya.
Bacaan yang diucapkan adalah:
Astaghfirullah
"Aku memohon ampun kepada Allah."
Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Dasarnya adalah hadits dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, yang berkata:
“Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai sholat, beliau beristighfar tiga kali.”
Mengapa istighfar menjadi pembuka? Karena ampunan adalah kunci dari segala kebaikan. Dengan hati yang bersih dari dosa dan rasa bersalah, pintu-pintu rahmat Allah akan lebih mudah terbuka. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa sehebat apa pun ibadah kita, ia tidak akan pernah bisa setara dengan keagungan Allah, dan kita selalu membutuhkan ampunan-Nya.
2. Membaca Doa Pujian untuk Allah
Setelah tiga kali beristighfar, dzikir dilanjutkan dengan sebuah doa yang mengandung pujian agung kepada Allah sebagai sumber segala keselamatan dan keberkahan.
Allahumma Antas-Salaam, wa minkas-salaam, tabaarakta yaa Dzal-Jalaali wal-Ikram.
"Ya Allah, Engkau adalah As-Salam (Maha Pemberi Keselamatan), dan dari-Mu lah datangnya keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Rabb yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan."
Doa ini langsung menyambung setelah istighfar, sebagaimana disebutkan dalam kelanjutan hadits Tsauban di atas. Mari kita bedah maknanya:
- Allahumma Antas-Salaam: Sebuah pengakuan bahwa Allah adalah "As-Salam", salah satu dari Asmaul Husna. Nama ini berarti Allah Maha Selamat dari segala aib dan kekurangan, dan Dia adalah sumber dari segala keselamatan dan kedamaian.
- Wa minkas-salaam: Penegasan bahwa segala bentuk keselamatan, baik di dunia (dari mara bahaya, penyakit, dan kesulitan) maupun di akhirat (dari siksa neraka), hanya datang dari sisi Allah. Kita menafikan adanya sumber keselamatan lain selain Dia.
- Tabaarakta yaa Dzal-Jalaali wal-Ikram: Sebuah pujian yang berarti "Maha Berkah Engkau". Keberkahan Allah melimpah ruah dan abadi. Kalimat penutupnya, "wahai Rabb yang memiliki Keagungan (Al-Jalal) dan Kemuliaan (Al-Ikram)", adalah sanjungan tertinggi atas sifat-sifat Allah yang sempurna.
Dengan membaca doa ini, kita seolah-olah berkata, "Ya Allah, setelah memohon ampun atas kekurangan sholatku, kini aku berlindung pada-Mu, Sang Sumber Kedamaian, dan aku memohon kedamaian dari-Mu, wahai Dzat Yang Maha Agung."
3. Membaca Tahlil (Pengesaan Allah)
Kalimat tahlil adalah jantung dari keimanan seorang muslim. Mengucapkannya setelah sholat berfungsi untuk memperbarui dan meneguhkan kembali ikrar tauhid di dalam hati. Terdapat beberapa versi bacaan yang diajarkan oleh Nabi, dan mengamalkannya secara bergantian adalah bagian dari menghidupkan sunnah.
Versi Pertama (Umum)
Ini adalah bacaan yang paling umum dan sering diamalkan setelah setiap sholat fardhu.
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir.
"Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Setiap frasa dalam kalimat ini mengandung makna tauhid yang sangat dalam. "Laa ilaha illallah" menafikan semua sesembahan selain Allah dan menetapkan ibadah hanya untuk-Nya. "Wahdahu laa syarika lah" menguatkan keesaan-Nya, tanpa ada sekutu dalam bentuk apa pun. "Lahul-mulku" menegaskan bahwa kekuasaan absolut di langit dan di bumi hanyalah milik-Nya. "Wa lahul-hamdu" menyatakan bahwa segala puji yang sempurna hanya pantas ditujukan kepada-Nya. Dan "wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir" adalah pengakuan atas kemahakuasaan Allah yang tidak terbatas.
Versi Kedua (Dengan Tambahan Doa Tawakkal)
Dalam riwayat lain, terdapat tambahan doa yang sangat indah setelah kalimat tahlil di atas. Doa ini menunjukkan kepasrahan total seorang hamba kepada Rabb-nya.
...Allahumma laa maani’a limaa a’thayta, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal-jaddi minkal-jaddu.
"...Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan. Dan tidaklah bermanfaat kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (untuk menyelamatkan diri dari siksa-Mu)."
Doa ini diriwayatkan dalam hadits Al-Mughirah bin Syu’bah (HR. Bukhari no. 844 dan Muslim no. 593). Ini adalah puncak dari tawakkal. Kita mengakui bahwa semua rezeki, nikmat, dan pertolongan adalah murni pemberian Allah. Jika Dia berkehendak memberi, tak ada satu kekuatan pun di alam semesta yang bisa menghalanginya. Sebaliknya, jika Dia menahannya, tak ada seorang pun yang mampu memberikannya. Bagian akhir doa ini menjadi pengingat bahwa kekayaan, jabatan, atau status sosial di dunia sama sekali tidak berguna di hadapan Allah jika tidak diiringi dengan iman dan takwa.
Versi Ketiga (Khusus Setelah Sholat Subuh dan Maghrib)
Terdapat amalan khusus yang sangat dianjurkan setelah sholat Subuh dan Maghrib, yaitu membaca variasi tahlil berikut sebanyak 10 kali.
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu yuhyii wa yumiit wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir.
"Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Keutamaan dari amalan ini sangat luar biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa setelah sholat Maghrib dan Subuh membaca (dzikir di atas) sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan mencatat untuknya pada setiap kalinya sepuluh kebaikan, menghapuskan darinya sepuluh keburukan, mengangkatnya sepuluh derajat, dan bacaan itu menjadi pelindung baginya dari setiap keburukan dan pelindung dari setan yang terkutuk..."
Dua waktu ini, Subuh dan Maghrib, adalah waktu pergantian penjagaan malaikat dan permulaan hari (pagi dan malam). Mengawali keduanya dengan dzikir tauhid yang agung ini insya Allah akan memberikan perlindungan dan keberkahan sepanjang hari atau malam.
4. Membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir (Masing-masing 33 Kali)
Ini adalah bagian dzikir yang paling dikenal oleh masyarakat luas. Sebuah amalan yang ringan di lisan namun sangat berat timbangannya di sisi Allah. Amalan ini memiliki kisah yang sangat menyentuh hati, yang menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Urutannya adalah sebagai berikut:
- Membaca سُبْحَانَ اللهِ (Subhanallah) sebanyak 33 kali. (Artinya: Maha Suci Allah)
- Membaca اَلْحَمْدُ لِلَّهِ (Alhamdulillah) sebanyak 33 kali. (Artinya: Segala puji bagi Allah)
- Membaca اَللهُ أَكْبَرُ (Allahu Akbar) sebanyak 33 kali. (Artinya: Allah Maha Besar)
Sehingga totalnya menjadi 99 kali. Kemudian, untuk menggenapkannya menjadi 100, bacaan disempurnakan dengan kalimat tahlil:
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir.
Keutamaan amalan ini dijelaskan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“Barangsiapa yang bertasbih (mengucapkan ‘Subhanallah’) setelah setiap sholat sebanyak 33 kali, bertahmid (mengucapkan ‘Alhamdulillah’) sebanyak 33 kali, dan bertakbir (mengucapkan ‘Allahu Akbar’) sebanyak 33 kali, itu semua berjumlah 99. Kemudian ia menggenapkannya untuk yang keseratus dengan (kalimat tahlil di atas), maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.”
Subhanallah, sebuah janji ampunan yang begitu luas dari Allah Yang Maha Pengampun. Dosa sebanyak buih di lautan, sebuah kiasan untuk dosa yang teramat banyak, bisa terhapus dengan amalan yang mungkin hanya memakan waktu beberapa menit ini. Ini menunjukkan betapa dzikir memiliki kedudukan yang agung. Mari kita renungkan makna dari setiap kalimatnya:
- Tasbih (Subhanallah): Ini adalah bentuk penyucian. Dengan mengucapkannya, kita membersihkan keyakinan kita dari segala bentuk penyekutuan dan menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan yang tidak pantas bagi-Nya.
- Tahmid (Alhamdulillah): Ini adalah bentuk syukur. Kita mengakui bahwa setiap nikmat, dari napas yang kita hirup hingga hidayah iman, semuanya berasal dari Allah. Pujian ini adalah ekspresi rasa terima kasih yang tulus.
- Takbir (Allahu Akbar): Ini adalah bentuk pengagungan. Kita menyatakan bahwa Allah lebih besar dari apa pun juga: lebih besar dari masalah kita, lebih besar dari dunia dan isinya, dan lebih besar dari apa pun yang bisa dibayangkan oleh akal kita.
Terdapat juga variasi lain dalam berdzikir, seperti membaca ketiganya sebanyak 10 kali, atau 25 kali dengan tambahan tahlil 25 kali. Mengamalkan variasi ini juga merupakan bagian dari sunnah dan dapat disesuaikan dengan kondisi waktu yang kita miliki.
5. Membaca Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah: 255)
Inilah ayat yang paling agung di dalam Al-Qur'an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan umatnya untuk rutin membacanya setelah sholat fardhu. Kandungannya merangkum pilar-pilar tauhid dan sifat-sifat keagungan Allah secara komprehensif.
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Keutamaan membaca Ayat Kursi setelah sholat sangatlah istimewa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa membaca Ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian."
Hadits ini adalah sebuah jaminan yang luar biasa. Artinya, orang yang merutinkan amalan ini, dengan izin Allah, telah dipersiapkan baginya tempat di surga, dan ia hanya tinggal menunggu waktu kematian menjemputnya. Selain itu, membacanya juga menjadi benteng perlindungan dari gangguan setan hingga waktu sholat berikutnya.
6. Membaca Tiga Surah Pelindung (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)
Sebagai penutup rangkaian dzikir, disunnahkan untuk membaca tiga surah terakhir dari Al-Qur'an, yang dikenal sebagai Al-Mu’awwidzat (surah-surah perlindungan). Ketiga surah ini, meskipun pendek, memiliki kandungan dan fadhilah yang sangat besar.
Amalan ini didasarkan pada hadits dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku untuk membaca Al-Mu’awwidzat setiap selesai sholat."
Ketiga surah tersebut adalah:
- Surah Al-Ikhlas: Pernyataan murni tentang keesaan Allah. Surah ini setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena kandungannya yang fokus pada tauhid. Membacanya mengokohkan kembali fondasi iman kita.
- Surah Al-Falaq: Doa permohonan perlindungan kepada Allah dari berbagai macam kejahatan makhluk, kegelapan malam, sihir, dan kedengkian.
- Surah An-Nas: Doa permohonan perlindungan kepada Allah dari godaan dan bisikan setan yang tersembunyi, baik dari kalangan jin maupun manusia.
Ketiga surah ini dibaca masing-masing satu kali setelah sholat Dzuhur, Ashar, dan Isya. Adapun setelah sholat Subuh dan Maghrib, disunnahkan untuk membacanya masing-masing sebanyak tiga kali. Ini berfungsi sebagai perisai perlindungan yang sempurna untuk mengawali pagi dan malam.
Penutup: Meraih Ketenangan Melalui Dzikir yang Istiqamah
Demikianlah rangkaian bacaan dzikir setelah sholat fardhu yang diajarkan oleh teladan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengamalkannya secara rutin dan istiqamah bukan hanya tentang mengejar pahala, tetapi tentang membangun sebuah kebiasaan yang akan membawa ketenangan hakiki ke dalam jiwa.
Setiap lafaz yang kita ucapkan adalah untaian penghubung antara kita dengan Ar-Rahman. Dalam kesibukan dunia yang seringkali melalaikan, momen-momen dzikir setelah sholat adalah oase spiritual yang menyegarkan kembali iman kita. Marilah kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang mulia ini, meresapi setiap maknanya, dan menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari ibadah sholat kita. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan kita taufik dan kemudahan untuk selalu mengingat-Nya dalam setiap keadaan.