Sihir, atau dalam terminologi Islam disebut sihr, adalah bentuk kejahatan spiritual yang dilakukan dengan bantuan syaitan atau jin, bertujuan merusak, memisahkan, atau menyakiti manusia. Sejak zaman nabi-nabi terdahulu hingga kini, keberadaan sihir diakui dalam syariat, namun kekuatan dan dampaknya sepenuhnya berada di bawah izin dan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu, penawarnya yang paling utama dan mutlak adalah kalam Allah sendiri, yakni Al-Quran.
Konsep pengobatan spiritual yang sah dalam Islam disebut Ruqyah Syar'iyyah. Ruqyah ini bukanlah praktik mistik atau perdukunan, melainkan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran dan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ sebagai sarana memohon perlindungan, kesembuhan, dan pembatalan efek sihir kepada Allah semata. Ruqyah yang sahih wajib memenuhi tiga syarat utama: menggunakan kalamullah, nama-nama-Nya, atau sifat-sifat-Nya; menggunakan bahasa Arab yang jelas maknanya (atau bahasa lain yang dipahami jika maksudnya jelas); dan meyakini bahwa kesembuhan hanyalah datang dari Allah, bukan dari ruqyah itu sendiri.
Al-Quran adalah cahaya yang menghilangkan kegelapan sihir dan kejahatan.
Tujuan dari artikel yang panjang dan mendalam ini adalah memberikan panduan lengkap mengenai ayat-ayat Al-Quran yang secara spesifik diturunkan untuk melawan dan membatalkan sihir, serta menjelaskan metodologi penggunaannya sesuai prinsip Ruqyah Syar'iyyah yang murni.
Ayat-ayat berikut dikenal sebagai 'Ayat Ibtal' atau ayat-ayat pembatal. Kebanyakan ayat ini berasal dari kisah Nabi Musa AS ketika menghadapi ahli sihir Firaun, sebuah peristiwa yang menjadi legitimasi teologis bahwa kebenaran (mukjizat) senantiasa akan mengalahkan kebatilan (sihir).
Ayat ini menceritakan saat Nabi Musa AS diperintahkan melempar tongkatnya, yang kemudian menelan semua sihir yang dibuat oleh para penyihir Firaun. Ini adalah ayat pembatalan sihir yang paling gamblang, menegaskan bahwa sihir tidak memiliki substansi di hadapan kekuasaan Allah.
Terjemah: “Lalu Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Maka nyatalah kebenaran, dan batallah apa yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan menjadilah mereka orang-orang yang hina. Dan para ahli sihir itu tersungkur dengan bersujud. Mereka berkata: 'Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.'” (QS. Al-A'raf: 117-122)
Ayat ini memberikan penekanan spiritual pada kata "وَ بَطَلَ" (wa batala), yang berarti 'dan batallah' atau 'menjadi sia-sia'. Ini bukan hanya pembatalan sementara, melainkan pembatalan total, menunjukkan bahwa setiap usaha sihir, tidak peduli seberapa besar atau rumit, akan menjadi tidak berarti di hadapan perintah Ilahi. Para ahli tafsir menekankan bahwa kisah ini menjadi fondasi bagi umat Islam bahwa keimanan yang sejati adalah penghancur sihir yang paling efektif. Kekuatan Ayat Al-A'raf ini terletak pada narasi dramatis kemenangan Tawhid atas Shirk dan tipu daya. Ketika ayat ini dibacakan, ia membawa serta janji historis bahwa Allah akan menampakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan.
Penggunaan ayat ini dalam ruqyah sering diarahkan pada kasus sihir yang sudah lama bersemayam atau sihir yang sangat kompleks, karena ia menggambarkan proses penghancuran sihir secara menyeluruh. Selain itu, kalimat "فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانقَلَبُوا صَاغِرِينَ" (Maka mereka kalah di tempat itu dan menjadilah mereka orang-orang yang hina) memberikan penekanan psikologis kepada pasien dan ahli ruqyah bahwa kekuatan syaitan dan penyihir adalah lemah, dan kehinaan akan menimpa mereka.
Ayat ini adalah jawaban langsung Allah kepada Firaun dan para penyihirnya setelah Musa melemparkan tongkatnya. Intinya adalah penegasan bahwa Allah tidak akan membiarkan perbuatan orang-orang yang berbuat kerusakan.
Terjemah: “Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: 'Apa yang kamu datangkan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan membatalkannya.' Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, meskipun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).” (QS. Yunus: 81-82)
Kata kunci di sini adalah "سَيُبْطِلُهُ" (sayubtiluhu), yang menggunakan partikel ‘sa’ (س) yang dalam bahasa Arab menunjukkan janji masa depan yang pasti. Ini berarti Allah PASTI akan membatalkannya. Ayat ini memberikan keyakinan mutlak bagi orang yang terkena sihir bahwa pembatalan adalah janji dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ayat 82 memperkuat janji tersebut: “Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya.” Ini mengajarkan bahwa meskipun sihir dapat terlihat kuat di mata manusia, ia akan selalu berhadapan dengan kebenaran hakiki (Al-Haqq) dari Allah.
Dalam praktik ruqyah, Ayat Yunus 81-82 sering diulang-ulang. Fungsinya tidak hanya membatalkan, tetapi juga membangun kembali mental pasien yang mungkin sudah hancur akibat gangguan sihir. Penegasan bahwa Allah tidak menyukai perbuatan para perusak (penyihir) menjadi motivasi bagi pasien untuk berpaling total kepada Allah dan menolak tipu daya syaitan.
Ayat ini adalah perintah langsung kepada Musa untuk menggunakan tongkatnya, dan sekaligus deklarasi bahwa sihir mereka hanyalah tipuan yang tidak akan berhasil.
Terjemah: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang (beruntung) tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (QS. Thaha: 69)
Pernyataan "إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ" (Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya tukang sihir) mereduksi status sihir dari kekuatan supranatural menjadi sekadar tipu daya (kayd). Kata kayd menunjukkan rencana atau konspirasi yang pada akhirnya lemah dan rapuh. Ini adalah senjata spiritual yang sangat kuat untuk meremehkan dan menghilangkan rasa takut terhadap sihir di hati pasien.
Bagian kedua ayat ini, "وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ" (Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang), memberikan jaminan universal. Tidak peduli sekuat apa sihir itu dirapal, atau dari mana asalnya (sihir warisan, sihir kiriman dari jarak jauh, sihir yang ditanam), tukang sihir tidak akan pernah mendapatkan keberuntungan atau kesuksesan abadi. Keberuntungan hakiki hanya milik orang-orang yang bertakwa. Ayat ini sering dibacakan ketika sihir yang dihadapi adalah jenis sihir yang sangat keras kepala dan sulit diidentifikasi sumbernya.
Selain ayat-ayat pembatal spesifik, ada beberapa surat dan ayat yang berfungsi sebagai benteng pertahanan spiritual, wajib dibaca dalam setiap sesi ruqyah dan sebagai perlindungan harian agar sihir tidak kembali menyerang.
Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung dalam Al-Quran karena mengandung Tauhid murni, menegaskan kekuasaan, keagungan, dan keesaan Allah SWT. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa pun yang membacanya, Allah akan menjaganya dari syaitan sampai pagi.
Ayat Kursi menghadirkan gambaran keagungan Arsy (Singgasana) Allah. Energi Tauhid yang terkandung di dalamnya sangat mematikan bagi jin dan syaitan, yang fondasi eksistensinya adalah kesyirikan dan penyimpangan. Ketika Ayat Kursi dibacakan, ia menciptakan penghalang spiritual antara pasien dan makhluk jahat tersebut. Ini wajib dibaca minimal tiga kali pada awal dan akhir ruqyah, serta ditiupkan pada air, minyak, atau dioleskan pada tempat-tempat yang dicurigai menjadi fokus sihir (misalnya, pintu masuk rumah atau kamar tidur).
Dua surat pendek ini secara spesifik diturunkan untuk memohon perlindungan dari kejahatan yang terlihat maupun yang tersembunyi, termasuk sihir. Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ diruqyah menggunakan surat-surat ini ketika beliau terkena sihir oleh Labid bin Al-A’sam.
Surat Al-Falaq (Fajar) secara eksplisit menyebutkan "وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ" (dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul). Ini adalah referensi langsung kepada praktik sihir. Surat An-Nas (Manusia) memohon perlindungan dari godaan dan was-was syaitan yang dapat menyerang dari dalam diri manusia, yang seringkali menjadi efek samping sihir (menyebabkan keraguan, ketakutan, dan kegilaan).
Metode penggunaannya adalah dengan membacanya tiga kali di pagi dan petang hari, serta sebelum tidur sambil meniupkannya pada kedua telapak tangan lalu diusapkan ke seluruh tubuh. Pembacaan rutin dari Mu’awwidhatayn adalah benteng terkuat melawan segala bentuk kejahatan.
Al-Fatihah, pembuka Al-Quran, memiliki banyak nama, salah satunya adalah Asy-Syifa' (Penyembuh). Meskipun singkat, ia mengandung pujian total kepada Allah dan pengakuan total akan ketergantungan manusia kepada-Nya.
Hadits sahih mencatat bagaimana para sahabat menggunakan Al-Fatihah untuk meruqyah orang yang tersengat kalajengking, dan orang tersebut sembuh seketika. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Fatihah memiliki kekuatan penyembuhan fisik dan spiritual yang mendalam, menjadikannya ayat pembuka yang wajib dibaca dalam setiap sesi ruqyah, dengan keyakinan penuh bahwa Allah adalah satu-satunya pemberi kesembuhan.
Ayat ini adalah salah satu ayat terpenting karena memberikan deskripsi teologis tentang sihir: dari mana ia berasal (di bawah pelajaran malaikat Harut dan Marut), tujuannya (memisahkan suami istri), dan konsekuensi di akhirat bagi pelakunya (tidak mendapat bagian di akhirat). Memahami asal-usul kejahatan membantu dalam menghancurkannya.
Pernyataan kunci yang memberikan kekuatan pembatalan adalah: "وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ" (Padahal mereka (tukang sihir) itu tidak akan dapat mencelakakan seseorang pun kecuali dengan izin Allah). Ayat ini memutus rasa ketergantungan dan ketakutan pasien terhadap sihir, karena menegaskan bahwa kekuatan mutlak ada pada Allah, bukan pada jin atau tukang sihir.
Untuk mengusir jin yang mengawal sihir atau yang merasuki tubuh, terkadang dibutuhkan pembacaan ayat-ayat yang berisi ancaman atau siksa neraka. Ayat-ayat ini berfungsi untuk menekan dan membakar jin yang enggan keluar. Contoh populer meliputi:
Disebut 'Ayat Syifa' ada enam ayat dalam Al-Quran yang mengandung kata 'syifa' (kesembuhan). Ayat-ayat ini dibacakan untuk mengobati efek fisik dari sihir, seperti penyakit yang tidak terdeteksi secara medis, nyeri kronis, atau kelumpuhan. Keenam ayat tersebut adalah:
Dalam praktik ruqyah, keenam ayat ini dibaca berulang-ulang dan ditiupkan pada minyak zaitun atau madu yang kemudian digunakan oleh pasien sebagai obat luar dan dalam.
Pembacaan ayat-ayat pembatal sihir harus dilakukan dengan metode yang benar, yang disebut Ruqyah Syar'iyyah. Keefektifan bukan hanya pada banyaknya ayat yang dibaca, tetapi pada kualitas keyakinan (iman) dari pembaca dan pasien.
Ada beberapa cara praktis yang diajarkan oleh para ulama ahli ruqyah untuk mengaplikasikan ayat-ayat pembatal sihir:
Pembacaan ayat-ayat inti (Al-A'raf 117-122, Yunus 81-82, Thaha 69) langsung di dekat pasien atau pada bagian tubuh yang sakit. Dianjurkan membaca setiap ayat inti minimal tiga kali, atau tujuh kali. Seluruh sesi ruqyah bisa berlangsung 30 menit hingga beberapa jam, tergantung kondisi pasien.
Air yang telah diruqyah adalah medium yang sangat efektif. Ayat-ayat pembatal dibacakan pada air murni (sebaiknya air zam-zam atau air bersih biasa) sebanyak 7 kali atau ganjil. Setelah selesai, pembaca meniupkan sedikit ludah (bukan dahak) ke dalam air tersebut.
Minyak zaitun murni adalah salah satu minyak terbaik yang diberkahi (dianjurkan dalam sunnah). Ayat-ayat pembatal sihir dibacakan pada minyak zaitun. Minyak ini kemudian digunakan untuk membalur seluruh tubuh pasien, terutama pada bagian yang terasa nyeri, seperti punggung, perut (jika sihir dimakan), atau kepala (jika sihir berkaitan dengan pikiran atau was-was). Pembaluran dilakukan rutin dua kali sehari.
Ayat-ayat pembatal sihir dapat ditargetkan berdasarkan jenis sihir yang diyakini menimpa:
Memahami sihir adalah langkah penting dalam menghancurkannya. Keyakinan (akidah) yang benar berfungsi sebagai perisai, sementara ketidaktahuan membuka pintu bagi ketakutan irasional.
Ulama Ahli Sunnah Wal Jamaah sepakat bahwa mempelajari, mengajarkan, atau mempraktikkan sihir adalah perbuatan kufur (kekafiran) yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-Baqarah 102 yang menyatakan bahwa syaitanlah yang kafir karena mengajarkan sihir. Orang yang menggunakan sihir telah bersekutu dengan syaitan, menukar keimanan mereka demi dunia. Mengetahui hukum ini menguatkan keyakinan pasien bahwa mereka sedang melawan kebatilan, dan bahwa Allah pasti akan membantu mereka.
Ayat Al-Quran berulang kali menegaskan bahwa sihir hanyalah tipu daya (kayd) dan bahwa sihir tidak dapat memberikan dampak kecuali "إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ" (kecuali dengan izin Allah). Izin Allah di sini bukan berarti Allah menyetujui kejahatan, melainkan bahwa tidak ada satu pun peristiwa di alam semesta ini, termasuk kejahatan sihir, yang terjadi di luar lingkup kehendak-Nya yang menyeluruh (Al-Iradah Al-Kauniyyah). Pengetahuan ini berfungsi sebagai pelipur lara, mengingatkan bahwa meskipun sihir datang dari makhluk, kekuatan sihir itu sendiri bersifat terbatas.
Kisah Nabi Musa AS vs para penyihir adalah pembeda akidah utama. Musa datang membawa mukjizat, yaitu kebenaran sejati dari Allah. Para penyihir datang membawa sihir, yaitu ilusi dan tipuan. Ketika tongkat Musa menelan ular-ular buatan mereka, para penyihir langsung menyadari perbedaan mutlak antara tipu daya manusia (sihir) dan kekuasaan Ilahi (mukjizat), sehingga mereka langsung bersujud dan beriman. Ayat-ayat pembatal sihir memanfaatkan perbedaan hakiki ini untuk mengalahkan ilusi sihir.
Pembatalan sihir melalui ruqyah tidak akan sempurna tanpa diikuti oleh program pertahanan diri yang konsisten. Kebanyakan sihir menyerang ketika seseorang dalam keadaan lalai dari dzikir kepada Allah.
Benteng diri terbaik adalah Dzikirullah dan ketaatan.
Ini adalah benteng terpenting. Syaitan tidak akan mampu menembus perlindungan yang diberikan Allah bagi hamba yang rutin berdzikir. Dzikir ini mencakup:
Rumah yang sering dibacakan Al-Quran adalah rumah yang dijauhi syaitan. Terutama dianjurkan membaca Surat Al-Baqarah. Rasulullah ﷺ bersabda, "Bacalah surat Al-Baqarah, karena mengambilnya adalah keberkahan, meninggalkannya adalah penyesalan, dan ia tidak mampu didekati oleh para tukang sihir." (HR. Muslim).
Surat Al-Baqarah idealnya dibaca tuntas setiap tiga hari sekali di dalam rumah, atau diputar melalui rekaman audio di rumah. Keberadaannya secara harfiah menghalau jin yang mengawal sihir dan menolak masuknya energi negatif.
Sihir dan gangguan jin hanya dapat bekerja pada hati dan lingkungan yang lemah akidahnya. Menghindari kesyirikan dalam bentuk apa pun (memakai jimat, mendatangi dukun, percaya ramalan, atau bergantung pada benda-benda keramat) adalah prasyarat utama agar ruqyah berhasil. Ketaatan total kepada syariat adalah perisai paling kokoh.
Reaksi pasien terhadap ayat-ayat pembatal sihir sering kali menjadi indikator jenis sihir yang menimpanya. Para ahli ruqyah harus mampu mengidentifikasi pola-pola ini.
Saat ayat-ayat pembatal sihir (khususnya Al-A'raf, Yunus, Thaha) dibacakan, pasien yang terkena sihir biasanya menunjukkan reaksi yang intens dan spesifik, berbeda dengan pasien yang hanya mengalami gangguan medis biasa:
Ketika reaksi ini muncul, pembacaan ayat pembatal sihir harus diintensifkan dan diulang-ulang pada titik sakit yang dirasakan pasien, dengan niat menghancurkan simpul sihir (‘uqad) yang mungkin tertanam di tubuh.
Jenis sihir ini bertujuan agar seseorang terlihat buruk, ditolak oleh lawan jenis, atau selalu gagal dalam proses lamaran. Ayat-ayat pembatal sihir sangat efektif, namun perlu ditambahkan ayat-ayat yang menekankan keindahan ciptaan Allah dan kepasrahan kepada takdir.
Fokus Ayat: Ayat Kursi, Mu’awwidhatayn, dan ayat-ayat penguat jiwa (misalnya QS. Al-Fath: 1-5). Ruqyah harus diikuti dengan salat hajat, perbanyak sedekah, dan meyakini bahwa jodoh adalah takdir yang pasti, bukan dikuasai sihir.
Sihir ini mengakibatkan sakit yang tidak dapat didiagnosis medis atau berpindah-pindah. Seringkali, sihir ini terikat pada organ tertentu (misalnya, perut, rahim, atau kepala).
Fokus Ayat: Kombinasi Ayat Pembatal Inti (untuk menghancurkan simpul) dan Ayat Syifa (untuk penyembuhan fisik), ditiupkan pada minyak zaitun untuk dibalurkan ke area nyeri, dan pada air untuk diminum.
Sihir yang sudah lama atau sangat kuat mungkin tidak hilang dalam satu sesi ruqyah. Pasien diwajibkan untuk mengulang ruqyah diri sendiri (self-ruqyah) setiap hari, mengikuti program dzikir harian, dan mengonsumsi air/minyak ruqyah secara teratur. Ruqyah adalah proses, bukan pil instan. Ketekunan dan kesabaran (sabr) adalah kunci kemenangan spiritual.
Fondasi utama dari penggunaan ayat-ayat pembatal sihir bukanlah pada kekuatan fonetik bacaan tersebut, melainkan pada keimanan yang ada di baliknya. Ruqyah yang paling efektif adalah ruqyah yang dilakukan dengan hati yang penuh ketundukan dan penyerahan diri (Tawakkal) kepada Allah SWT.
Jika seseorang membaca seluruh ayat pembatal sihir dari Al-Quran namun masih bergantung pada kekuatan manusia (tukang ruqyah, jimat, atau metode non-syar'iyyah lainnya), maka ruqyah tersebut tidak akan maksimal. Kekuatan Al-Quran adalah kekuatan Allah, dan ia hanya bekerja secara optimal bagi mereka yang menjadikan Allah satu-satunya tempat bergantung dan memohon pertolongan.
Marilah kita kuatkan benteng akidah, rutinkan dzikir dan tilawah, dan yakini janji Allah bahwa "Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." (QS. An-Nisa: 76). Dengan kebenaran (Al-Haqq) dari kalamullah, segala kebatilan (sihir) pasti akan batal dan binasa.