Ilustrasi visualisasi ayam potong sebagai sumber pangan berkualitas dan terstandardisasi.
I. Pengantar: Definisi dan Peran Strategis Ayam Broiler
Ayam potong jenis Broiler (atau Gallus gallus domesticus) telah menjadi komoditas protein hewani paling penting dan paling cepat dikonsumsi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kehadirannya tidak hanya mengisi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian dari skala rumahan hingga korporasi besar. Ayam broiler dicirikan oleh pertumbuhan yang sangat cepat, efisiensi konversi pakan (FCR) yang tinggi, dan waktu panen yang singkat, menjadikannya pilihan utama dalam sistem produksi daging modern.
1.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Genetika
Konsep ayam broiler modern mulai berkembang pesat pasca Perang Dunia II, didorong oleh kemajuan ilmu genetika dan nutrisi. Jika pada masa lalu dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapai bobot potong yang ekonomis, kini, berkat seleksi genetik yang ketat dan persilangan bibit unggul, ayam dapat mencapai bobot panen ideal (sekitar 1.5–2.0 kg) hanya dalam waktu 28 hingga 35 hari. Kecepatan ini adalah kunci yang memungkinkan harga daging ayam tetap terjangkau dibandingkan sumber protein lainnya.
1.1.1 Faktor Kunci Keunggulan Broiler
- Pertumbuhan Cepat: Memastikan perputaran modal yang cepat bagi peternak.
- FCR (Feed Conversion Ratio) Optimal: Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram daging sangat efisien.
- Daging Lunak dan Rendah Lemak: Ayam modern cenderung memiliki komposisi otot yang lebih dominan, ideal untuk berbagai olahan kuliner.
- Standardisasi: Genetik yang seragam memudahkan prediksi hasil panen dan kualitas daging.
1.2 Pentingnya Broiler dalam Ketahanan Pangan
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, ayam broiler berperan vital sebagai sumber protein yang merata. Ketersediaannya yang stabil dan harganya yang relatif terjangkau menjadikannya penyelamat gizi bagi lapisan masyarakat berpendapatan rendah hingga menengah. Kontribusi ini sangat signifikan dalam upaya mengatasi kekurangan gizi dan stunting, terutama di wilayah padat penduduk. Industri ini juga menciptakan jutaan lapangan kerja, mulai dari pabrik pakan, peternakan, pemotongan, hingga pedagang di pasar tradisional.
II. Peternakan Modern dan Teknik Produksi Ayam Broiler
Produksi ayam broiler adalah sebuah proses yang terstruktur dan memerlukan manajemen yang sangat teliti. Kesuksesan produksi sangat bergantung pada penerapan biosekuriti ketat, formulasi pakan yang tepat, dan pengelolaan lingkungan kandang yang optimal. Industri ini terbagi menjadi beberapa tingkatan, mulai dari Breeder Farm (indukan) hingga Commercial Farm (pembesaran).
2.1 Fase Produksi Hulu: Pembibitan dan DOC
Segalanya dimulai dari Parent Stock (PS) yang menghasilkan telur tetas. Telur ini kemudian diproses di penetasan (hatchery) untuk menghasilkan Day-Old Chick (DOC) atau anak ayam umur sehari. Kualitas DOC adalah penentu utama keberhasilan panen. DOC yang berkualitas harus memenuhi standar berat, bebas dari penyakit turunan, dan menunjukkan vitalitas tinggi.
2.1.1 Kriteria DOC Unggul
- Berat badan seragam, idealnya antara 35–45 gram.
- Pusar tertutup sempurna dan kering.
- Kaki tidak kering, mata cerah, dan bulu halus mengkilat.
- Tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi atau stres selama transportasi.
2.2 Manajemen Kandang Pembesaran (Commercial Farm)
Kandang pembesaran adalah tempat DOC dibesarkan hingga mencapai bobot panen. Terdapat dua sistem utama yang digunakan di Indonesia: sistem terbuka (open house) dan sistem tertutup (closed house).
2.2.1 Sistem Kandang Terbuka (Open House)
Sistem ini mengandalkan ventilasi alami. Biaya investasi awalnya rendah, namun sangat rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan penyebaran penyakit dari lingkungan luar. Manajemen kepadatan harus lebih longgar untuk mencegah stres panas.
2.2.2 Sistem Kandang Tertutup (Closed House)
Sistem ini adalah standar modern. Kandang tertutup menggunakan kontrol iklim yang sangat ketat (suhu, kelembaban, dan kadar amonia) melalui sistem kipas (fan) dan cooling pad. Keuntungan utamanya adalah:
- Efisiensi Pakan Tinggi: Ayam tidak perlu mengeluarkan energi berlebih untuk mengatur suhu tubuh.
- Kepadatan Lebih Tinggi: Dapat menampung populasi ayam yang lebih besar per meter persegi.
- Biosekuriti Maksimal: Minim kontak dengan vektor penyakit (burung liar, tikus).
- Pertumbuhan Seragam: Lingkungan yang stabil mengurangi tingkat stres dan mortalitas.
2.3 Nutrisi dan Formulasi Pakan
Pakan menyumbang 60-70% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, formulasi pakan harus sangat tepat. Pakan broiler dibagi berdasarkan fase pertumbuhan, memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi secara spesifik:
Fase Starter (0–10 hari): Membutuhkan kandungan protein kasar tertinggi (22–24%) untuk mendukung pertumbuhan kerangka dan organ vital. Pakan berbentuk crumble halus.
Fase Grower (11–21 hari): Protein diturunkan sedikit (20–22%), fokus pada pertumbuhan otot. Pakan berbentuk pellet atau crumble kasar.
Fase Finisher (22 hari hingga panen): Protein diturunkan lagi (18–20%), dan energi metabolis ditingkatkan untuk deposisi lemak intramuskular yang menentukan tekstur dan rasa daging. Pakan berbentuk pellet.
2.3.1 Komponen Kritis dalam Pakan
Formulasi pakan harus seimbang antara sumber energi (jagung, dedak), sumber protein (bungkil kedelai, MBM), vitamin, mineral, dan aditif seperti probiotik dan prebiotik untuk kesehatan pencernaan.
- Energi: Penting untuk metabolisme dan berat badan. Sumber utama adalah karbohidrat dari jagung.
- Protein dan Asam Amino: Terutama metionin dan lisin, yang berperan langsung dalam pembentukan massa otot.
- Mineral: Kalsium dan Fosfor untuk kepadatan tulang, sangat penting mengingat pertumbuhan kerangka yang masif dan cepat.
- Aditif: Coccidiostat, enzim (untuk meningkatkan daya cerna), dan antioksidan.
2.4 Penerapan Biosekuriti Ketat
Biosekuriti adalah serangkaian tindakan untuk mencegah masuknya dan penyebaran agen penyakit. Ini adalah fondasi dari manajemen peternakan yang sukses. Biosekuriti terbagi menjadi tiga tingkatan:
1. Biosekuriti Konseptual (Lokasi): Pemilihan lokasi kandang yang jauh dari pemukiman dan peternakan lain, serta memastikan batas fisik yang jelas (pagar).
2. Biosekuriti Struktural (Fisik): Meliputi pagar ganda, gerbang disinfeksi kendaraan, bak celup alas kaki, dan pengaturan aliran orang dan barang (zona bersih/kotor).
3. Biosekuriti Operasional (Prosedural): Mencakup penggunaan pakaian khusus kandang, jadwal vaksinasi yang ketat, program pembersihan dan desinfeksi kandang secara berkala (All-in, All-out), serta penanganan bangkai yang benar.
III. Keamanan Pangan, Kesehatan, dan Regulasi
Isu keamanan pangan adalah perhatian utama konsumen modern. Daging ayam broiler harus dipastikan bebas dari residu berbahaya (seperti residu antibiotik atau hormon) dan patogen (seperti Salmonella atau Campylobacter). Standar kesehatan yang ketat di Indonesia diatur oleh Kementerian Pertanian dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
3.1 Penggunaan Antibiotik dan Program Bebas Residu
Penggunaan antibiotik pada peternakan modern diatur sangat ketat. Praktik penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (Antibiotic Growth Promoters/AGP) telah dilarang di banyak negara, termasuk Indonesia (peraturan Kementan No. 14 Tahun 2017). Fokus bergeser ke penggunaan probiotik, prebiotik, dan asam organik untuk menjaga kesehatan usus ayam.
3.1.1 Mencegah Resistensi Antimikroba (AMR)
Tantangan terbesar dalam kesehatan ternak adalah mencegah AMR. Hal ini dicapai melalui:
- Diagnosis penyakit yang akurat sebelum pemberian antibiotik.
- Penggunaan antibiotik hanya terapeutik (pengobatan), bukan profilaksis (pencegahan rutin).
- Penerapan waktu henti obat (withdrawal time) yang ketat sebelum panen untuk memastikan tidak ada residu dalam daging.
3.2 Mitos Hormon Pertumbuhan
Salah satu mitos yang paling sering beredar adalah penggunaan hormon pertumbuhan untuk mempercepat pembesaran ayam broiler. Faktanya, penggunaan hormon sintetik dalam pakan atau suntikan pada unggas telah dilarang secara global dan nasional. Pertumbuhan cepat ayam broiler modern sepenuhnya berasal dari:
- Kemajuan genetik (seleksi bibit unggul).
- Formulasi pakan berbasis sains yang sangat kaya nutrisi.
- Lingkungan kandang yang terkontrol sempurna (closed house) yang mengurangi stres.
Secara ekonomis, menyuntik ribuan ayam setiap hari juga tidak praktis dan biayanya sangat tinggi, jauh melampaui biaya produksi melalui pakan.
3.3 Higiene Pemotongan dan Rantai Dingin
Kualitas daging sangat ditentukan oleh proses pasca-panen di Rumah Potong Ayam (RPA). RPA modern harus menerapkan praktik Higiene Sanitasi Prosedur (HSP) dan mengikuti standar Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
3.3.1 Proses Kritis di RPA
- Penanganan Pra-potong: Pengurangan stres ayam sebelum disembelih (rest time) untuk menjaga kualitas daging (pH).
- Penyembelihan Halal: Wajib bagi mayoritas pasar Indonesia, dilakukan sesuai syariat Islam.
- Pendinginan Cepat (Chilling): Daging harus segera didinginkan (<4°C) setelah pemotongan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
- Rantai Dingin (Cold Chain): Transportasi dan penyimpanan daging hingga ke tangan konsumen harus berada pada suhu ideal (<4°C) untuk mencegah kerusakan. Kerusakan rantai dingin adalah penyebab utama penurunan kualitas dan risiko kontaminasi.
IV. Aspek Ekonomi, Rantai Pasok, dan Struktur Pasar
Industri ayam broiler di Indonesia merupakan salah satu sektor agribisnis dengan perputaran uang terbesar. Struktur pasarnya sangat kompleks, melibatkan integrasi vertikal oleh perusahaan besar dan juga peternakan rakyat mandiri, menciptakan dinamika harga yang fluktuatif namun memiliki daya tahan tinggi terhadap guncangan ekonomi.
4.1 Struktur Industri dan Model Kemitraan
Di Indonesia, industri ini didominasi oleh dua model bisnis utama:
4.1.1 Integrasi Vertikal Penuh (Perusahaan Besar)
Perusahaan besar (integrator) menguasai seluruh lini produksi, mulai dari bibit (DOC), pakan, obat-obatan, peternakan, hingga pemrosesan (RPA). Model ini memberikan efisiensi tinggi dan kendali penuh terhadap kualitas, tetapi seringkali dituding mendominasi pasar dan menekan harga di tingkat peternak.
4.1.2 Model Kemitraan (Plasma dan Inti)
Peternak rakyat (plasma) bermitra dengan perusahaan inti (integrator). Perusahaan inti menyediakan DOC, pakan, dan obat-obatan, sementara peternak menyediakan kandang dan tenaga kerja. Risiko kerugian (misalnya akibat kematian ayam) seringkali ditanggung bersama, memberikan jaminan pasar bagi peternak, namun keuntungan peternak sangat bergantung pada indeks performa (IP) dan harga kontrak.
4.1.3 Peternak Mandiri
Peternak yang membeli semua input (DOC, pakan, obat) secara mandiri. Model ini menawarkan potensi keuntungan terbesar saat harga bagus, tetapi menanggung risiko kerugian 100% jika terjadi wabah penyakit atau kejatuhan harga pasar. Jumlah peternak mandiri cenderung menurun akibat ketidakpastian harga input dan output.
4.2 Analisis Biaya Produksi (HPP)
Harga Pokok Produksi (HPP) ayam broiler sangat sensitif terhadap harga pakan. Fluktuasi harga jagung sebagai bahan baku pakan utama (sekitar 50–60% komposisi pakan) menjadi penentu utama HPP. Komponen biaya utama meliputi:
- Pakan (65–75%): Paling dominan, sangat bergantung pada harga komoditas global.
- DOC (10–15%): Harga bibit umur sehari.
- Obat dan Vitamin (3–5%): Biaya kesehatan dan pencegahan.
- Operasional dan Tenaga Kerja (5–10%): Listrik, bahan bakar, sekam, gaji pekerja.
- Penyusutan Kandang (2–5%): Terutama signifikan pada sistem closed house.
Untuk mencapai keberlanjutan, harga jual di tingkat peternak harus selalu berada di atas HPP, ditambah margin keuntungan yang wajar. Ketidakstabilan harga seringkali menyebabkan intervensi pemerintah melalui kebijakan harga acuan.
4.3 Dinamika Harga dan Konsumsi
Konsumsi daging ayam di Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan kelas menengah dan kesadaran gizi, meski masih di bawah rata-rata negara maju. Faktor yang memengaruhi harga jual meliputi:
- Musiman: Kenaikan permintaan signifikan menjelang hari raya besar (Lebaran, Natal, Tahun Baru).
- Stok dan Over-supply: Sering terjadi kelebihan produksi DOC yang berujung pada kelebihan pasokan ayam di pasar, menekan harga jual.
- Dampak Bencana: Wabah penyakit (misalnya Flu Burung) dapat menyebabkan penurunan populasi mendadak, menaikkan harga, dan memengaruhi kepercayaan konsumen.
V. Rantai Pasok dan Logistik Daging Ayam
Pergerakan ayam dari peternakan hingga meja makan melibatkan proses logistik yang cepat dan efisien. Rantai pasok ini memerlukan koordinasi yang cermat, terutama dalam menjaga integritas rantai dingin.
5.1 Proses Panen (Catching) dan Transportasi Ayam Hidup
Panen harus dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan stres dan memar pada ayam, yang dapat menurunkan kualitas daging. Proses ini biasanya dilakukan malam hari ketika suhu lebih rendah. Ayam diangkut menggunakan truk khusus yang dirancang untuk ventilasi yang memadai, menuju Rumah Potong Ayam (RPA). Jarak tempuh dan waktu transportasi harus dioptimalkan untuk mengurangi kerugian akibat mortalitas dan stres.
5.2 Transformasi Nilai di RPA
RPA adalah titik kritis di mana ayam hidup diubah menjadi komoditas daging. Ada tiga jenis output utama dari RPA:
- Ayam Karkas Utuh (Whole Carcass): Ayam yang telah dipotong, dibersihkan bulunya, dan dihilangkan jerohannya.
- Daging Potongan (Cutting Parts): Paha, dada, sayap, dan bagian lain, yang memiliki nilai jual berbeda-beda. Dada merupakan bagian premium karena kandungan proteinnya yang tinggi.
- Produk Samping (By-products): Jeroan, tulang, dan lemak yang diolah lebih lanjut menjadi produk olahan atau bahan baku pakan ternak lainnya.
Peningkatan efisiensi RPA melalui otomatisasi dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan standar kebersihan. Investasi pada teknologi Air Chilling (pendinginan udara) daripada Water Chilling (pendinginan air) menjadi tren untuk mengurangi risiko kontaminasi silang dan menjaga tekstur daging.
5.3 Logistik Distribusi Rantai Dingin
Setelah diproses dan dikemas (seringkali dengan kemasan vakum atau modifikasi atmosfer), daging ayam harus didistribusikan dalam kondisi beku (frozen, < -18°C) atau dingin (chilled, 0–4°C).
5.3.1 Tantangan Distribusi di Indonesia
Geografi kepulauan Indonesia menimbulkan tantangan besar. Distribusi antar pulau memerlukan moda transportasi yang terintegrasi (darat, laut, udara) dengan fasilitas penyimpanan berpendingin (cold storage) yang memadai di setiap titik transshipment. Kegagalan mempertahankan suhu adalah ancaman serius yang dapat menyebabkan daging cepat busuk dan berbahaya untuk dikonsumsi. Infrastruktur cold storage yang memadai merupakan investasi jangka panjang yang krusial bagi keberlanjutan industri.
5.3.2 Peran Pasar Modern dan Tradisional
Pasar modern (supermarket dan minimarket) sangat bergantung pada daging ayam berpendingin dan beku, sementara pasar tradisional masih didominasi oleh penjualan ayam segar potong harian yang biasanya berasal dari RPA lokal yang lebih kecil. Edukasi kepada pedagang pasar tradisional mengenai pentingnya higienitas dan pendinginan es yang cukup menjadi program berkelanjutan pemerintah untuk meningkatkan keamanan pangan.
VI. Tantangan Keberlanjutan dan Kesejahteraan Hewan
Seiring meningkatnya kesadaran global, industri broiler menghadapi tekanan untuk bertransisi menjadi lebih berkelanjutan, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga lingkungan dan etika.
6.1 Dampak Lingkungan dari Peternakan Intensif
Produksi ayam broiler, terutama dalam skala besar, menimbulkan isu lingkungan yang perlu diatasi:
- Limbah Kotoran: Kotoran ayam mengandung nitrogen dan fosfor tinggi. Jika tidak dikelola dengan baik, dapat mencemari air tanah dan menyebabkan masalah bau di sekitar lokasi. Solusi modern meliputi pengolahan kotoran menjadi pupuk organik atau sumber energi biomassa.
- Emisi Gas Rumah Kaca: Meskipun broiler memiliki jejak karbon yang relatif lebih rendah dibandingkan sapi, emisi metana dari kotoran dan penggunaan energi (listrik dan bahan bakar) untuk menjalankan kandang tertutup tetap berkontribusi terhadap GRK.
- Penggunaan Air: Kebutuhan air yang besar, baik untuk minum, pendinginan kandang, maupun proses pencucian di RPA. Efisiensi penggunaan air menjadi prioritas utama.
6.2 Isu Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare)
Kesejahteraan hewan menjadi sorotan utama di pasar internasional dan mulai dipertimbangkan oleh konsumen domestik. Pertumbuhan genetik yang sangat cepat pada broiler modern terkadang menyebabkan masalah kesehatan, seperti lameness (kelainan kaki) atau sindrom kematian mendadak.
6.2.1 Standar Kesejahteraan Broiler
Kesejahteraan ternak didasarkan pada Lima Kebebasan (Five Freedoms):
- Bebas dari rasa lapar dan haus (Akses pakan dan air bersih).
- Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan (Suhu dan ventilasi optimal).
- Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit (Akses pengobatan dan pencegahan).
- Bebas untuk mengekspresikan perilaku alami (Ruang gerak yang memadai).
- Bebas dari rasa takut dan stres (Penanganan yang tenang selama pemeliharaan dan transportasi).
Sistem kandang tertutup, meski intensif, seringkali dianggap lebih memenuhi beberapa aspek kebebasan ini (misalnya bebas dari ketidaknyamanan suhu dan penyakit) dibandingkan kandang terbuka yang terpapar lingkungan luar secara ekstrem.
6.3 Masa Depan: Inovasi Pakan dan Produksi Alternatif
Untuk mengatasi masalah lingkungan dan efisiensi, inovasi terus dilakukan. Salah satunya adalah mencari sumber protein alternatif untuk pakan, seperti serangga (larva Black Soldier Fly/BSF) atau protein mikroba. Penggunaan sumber protein lokal yang tidak bersaing dengan pangan manusia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bungkil kedelai dan jagung, sekaligus menurunkan jejak karbon.
VII. Pengolahan, Nilai Gizi, dan Ragam Kuliner
Daging ayam potong broiler adalah protein serbaguna yang menjadi bahan dasar dari ratusan jenis masakan di berbagai budaya. Nilai gizi dan cara pengolahannya memengaruhi manfaat yang didapatkan konsumen.
7.1 Nilai Gizi Ayam Broiler
Daging ayam adalah sumber protein hewani berkualitas tinggi, mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Bagian dada ayam, khususnya, sangat populer karena sangat rendah lemak dan tinggi protein murni. Selain protein, daging ayam juga kaya akan:
- Vitamin B Kompleks: Niacin (B3) yang penting untuk metabolisme energi, B6, dan B12.
- Mineral: Selenium (antioksidan), Fosfor (kesehatan tulang), dan Zinc (sistem kekebalan tubuh).
- Lemak Sehat: Sebagian besar lemak ayam berada di bawah kulit. Dengan menghilangkan kulit, kandungan lemak dapat dikurangi secara signifikan.
7.2 Bagian-Bagian Potongan Ayam dan Fungsinya
Setiap bagian karkas ayam memiliki karakteristik tekstur dan kegunaan kuliner yang berbeda:
- Dada (Breast): Paling tinggi protein, paling rendah lemak. Cocok untuk diet, digoreng, atau dipanggang utuh. Membutuhkan teknik memasak cepat agar tidak kering.
- Paha Atas dan Bawah (Thigh and Drumstick): Lebih gelap, lebih tinggi lemak intramuskular, dan lebih beraroma. Sempurna untuk masakan berkuah, direbus lama, atau dibakar, karena lemaknya menjaga kelembaban.
- Sayap (Wing): Banyak tulang rawan, populer untuk camilan, seperti buffalo wings atau digoreng crispy.
- Kerongkongan dan Tulang: Digunakan untuk membuat kaldu dasar (stock) yang kaya kolagen dan mineral.
7.3 Teknik Penyimpanan Daging yang Optimal
Mengingat potensi kontaminasi bakteri yang tinggi, penyimpanan yang benar sangat vital untuk menjaga keamanan pangan di rumah tangga:
- Penyimpanan Dingin (Chilled): Daging segar harus disimpan pada suhu 0–4°C dan sebaiknya digunakan dalam waktu 1–2 hari.
- Penyimpanan Beku (Frozen): Untuk penyimpanan jangka panjang, daging harus dibekukan pada suhu < -18°C. Daging dapat bertahan 6–12 bulan, namun kualitas tekstur mungkin sedikit menurun seiring waktu.
- Pencegahan Kontaminasi Silang: Daging mentah harus selalu disimpan di wadah tertutup dan diletakkan di rak bawah kulkas untuk mencegah cairan menetes ke makanan yang sudah matang atau siap santap.
7.4 Ayam Broiler dalam Kekayaan Kuliner Nusantara
Ayam broiler telah beradaptasi sempurna dengan kekayaan bumbu dan teknik memasak Indonesia. Keberadaan daging ayam yang mudah didapatkan memungkinkan variasi masakan daerah menjadi lebih merata. Contoh masakan yang sangat bergantung pada ayam broiler meliputi:
- Ayam Goreng (Fried Chicken): Baik yang berbumbu kuning tradisional hingga ayam goreng krispi modern.
- Soto dan Sup: Kaldu ayam broiler menjadi basis rasa yang penting untuk soto, rawon, dan sup ayam.
- Sate Ayam: Potongan daging yang dibakar dengan bumbu kacang atau bumbu pedas khas daerah tertentu.
- Opor Ayam dan Gulai: Masakan bersantan yang memerlukan daging yang mampu menyerap bumbu dengan baik, di mana ayam broiler unggul karena teksturnya yang lunak.
Fleksibilitas harga dan ketersediaannya memastikan bahwa ayam broiler akan terus menjadi bintang utama di dapur rumah tangga dan industri kuliner Indonesia, mendukung bukan hanya kebutuhan gizi tetapi juga identitas kuliner bangsa.