Ayam petelur merah (brown egg layers) merupakan tulang punggung industri perunggasan telur di banyak negara, termasuk Indonesia. Dikenal karena produktivitasnya yang tinggi, daya tahan yang relatif baik, serta warna cangkang telur yang diminati pasar, keberhasilan budidaya jenis ayam ini sangat bergantung pada manajemen yang presisi dan pemahaman mendalam tentang setiap fase kehidupannya.
Gambar 1: Ilustrasi Ayam Petelur Merah Dewasa yang Sehat.
Ayam petelur merah umumnya berasal dari strain komersial unggulan, hasil persilangan selektif untuk mencapai parameter produksi optimal. Beberapa strain populer termasuk Lohmann Brown, Hy-Line Brown, Isa Brown, dan Bovans Brown. Meskipun terdapat variasi antar strain, mereka memiliki kesamaan dalam kemampuan mencapai puncak produksi (peak production) yang stabil dan panjang, serta efisiensi konversi pakan (Feed Conversion Ratio/FCR) yang baik. Ciri khas utama adalah warna bulu cokelat kemerahan dan produksi telur bercangkang cokelat.
Keunggulan utama terletak pada daya adaptasi terhadap lingkungan tropis, meskipun manajemen kandang yang baik tetap krusial. Investasi awal dalam budidaya ini memang signifikan, namun jika manajemennya tepat, pengembalian modal (Return on Investment/ROI) dapat dicapai dengan cepat, mengingat permintaan pasar terhadap telur cokelat yang cenderung stabil dan harga jual yang relatif premium dibandingkan telur putih.
Kualitas DOC menentukan 80% keberhasilan budidaya. DOC yang buruk akan menghasilkan pullet yang rapuh dan layer yang tidak mencapai potensi genetiknya. Peternak harus sangat teliti dalam memilih pemasok dan memeriksa kondisi fisik DOC saat kedatangan.
Parameter DOC Ideal:
Proses pengiriman DOC harus dilakukan secepat mungkin dengan ventilasi yang memadai untuk meminimalkan stres dan dehidrasi. Di lokasi peternakan, segera masukkan DOC ke dalam kandang brooding yang telah dipanaskan dan disiapkan air minum serta pakan. Keterlambatan dalam penanganan awal dapat meningkatkan angka mortalitas secara drastis dalam 7 hari pertama.
Manajemen kandang yang buruk adalah penyebab utama kegagalan produksi, mulai dari peningkatan stres panas, penyebaran penyakit, hingga penurunan FCR. Kandang harus didesain untuk memaksimalkan kenyamanan termal dan sanitasi.
Terdapat dua jenis kandang utama untuk ayam petelur merah:
Gambar 2: Desain Kandang Baterai untuk Efisiensi Produksi Telur.
Fase brooding adalah fase penentu. Pengaturan suhu, kelembaban, dan ventilasi yang sempurna sangat vital karena DOC belum mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri.
Pengaturan Suhu:
| Umur (Minggu) | Suhu Ideal (°C) | Tujuan |
|---|---|---|
| 1 | 32–34 | Memastikan DOC nyaman dan penyerapan kuning telur maksimal. |
| 2 | 30–32 | Memulai proses adaptasi terhadap penurunan suhu. |
| 3 | 28–30 | Memperkuat sistem termoregulasi. |
| 4 | 26–28 | Persiapan pindah ke fase grower. |
Selain suhu, ventilasi harus memadai untuk mengeluarkan gas amonia dan karbon dioksida tanpa menimbulkan angin kencang (draft) yang bisa menyebabkan stres dingin. Kelembaban relatif harus dijaga antara 60-70%. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan dehidrasi; terlalu tinggi meningkatkan risiko penyakit pernapasan.
Cahaya memiliki peran ganda: merangsang nafsu makan pada masa pertumbuhan dan merangsang hormon reproduksi pada masa produksi telur. Program pencahayaan harus konsisten dan terkontrol.
Manajemen kandang juga mencakup kepadatan. Kepadatan yang terlalu tinggi akan memicu stres, kanibalisme, dan kompetisi pakan/minum, yang semuanya menurunkan performa produksi. Dalam kandang baterai, standar umum adalah 450–550 cm² per ekor. Sementara pada kandang postal, kepadatan diatur ketat sesuai umur, misalnya 12–15 ekor/m² pada minggu pertama dan menurun menjadi 6–8 ekor/m² saat mendekati masa pullet.
Pakan menyumbang 60-70% dari total biaya operasional. Efisiensi pakan adalah kunci profitabilitas. Program pakan harus disesuaikan ketat dengan kebutuhan nutrisi spesifik pada setiap fase kehidupan ayam petelur merah.
Kebutuhan energi metabolis (ME), protein kasar (PK), dan asam amino esensial berubah drastis seiring bertambahnya usia dan dimulainya produksi telur.
Fokus pada pertumbuhan kerangka, organ vital, dan perkembangan sistem imun. Kebutuhan PK sangat tinggi (20–22%) untuk membangun massa otot. Energi (ME) berkisar 2800–2950 Kkal/kg. Keseimbangan asam amino, terutama Lysine dan Methionine, sangat penting untuk efisiensi pertumbuhan. Pakan harus mudah dicerna dan seringkali berbentuk crumble atau mash halus.
Tujuan fase ini adalah mencapai bobot badan target tanpa kelebihan lemak. Protein diturunkan (15–17%), dan Energi dijaga stabil atau sedikit ditingkatkan. Kontrol bobot badan sangat krusial; pullet yang terlalu berat atau terlalu ringan sebelum masa produksi akan menghasilkan telur yang kecil atau produksi yang pendek. Kadar Kalsium (Ca) harus dipertahankan rendah (sekitar 0,8%) untuk mencegah calcifikasi dini di ginjal, namun Fosfor (P) tetap cukup untuk mineralisasi tulang.
Ini adalah fase produksi. Kebutuhan nutrisi berubah total, didominasi oleh permintaan Kalsium yang masif untuk pembentukan cangkang telur. Pakan Layer dibagi lagi menjadi beberapa tahap tergantung umur dan tingkat produksi:
Kalsium adalah nutrisi paling kritis pada ayam petelur merah. Sekitar 2 gram kalsium murni dibutuhkan per butir telur. Karena proses pembentukan cangkang terjadi di malam hari, sebagian kalsium pakan harus diberikan dalam bentuk partikel besar (seperti cangkang kerang atau batu kapur kasar) agar tersimpan di gizzard dan dilepaskan perlahan selama malam hari. Jika asupan kalsium tidak memadai, ayam akan mengambil cadangan kalsium dari tulangnya, menyebabkan osteoporosis (cage layer fatigue) dan penurunan kualitas cangkang.
Manajemen Pakan Harian: Idealnya, pakan diberikan 2-3 kali sehari. Peternak harus memastikan bahwa pada pemberian pakan sore hari (sekitar pukul 15.00–17.00), ayam mengonsumsi pakan yang kaya kalsium partikel besar, yang diperlukan untuk pembentukan cangkang telur malam itu.
Warna kuning telur yang intens sangat disukai konsumen. Warna ini didapat dari pigmen karotenoid, terutama Xanthophylls, yang ditambahkan ke pakan. Sumber alami termasuk tepung jagung kuning, tepung daun singkong, atau aditif sintetik (misalnya Canthaxanthin). Pigmen yang optimal tidak hanya meningkatkan nilai jual telur tetapi juga menunjukkan kesehatan pakan yang baik.
Efisiensi konversi pakan (FCR) diukur dari berapa kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram telur. Ayam petelur merah modern yang efisien harus memiliki FCR berkisar antara 2.0 hingga 2.2 selama masa puncak. Pemantauan FCR secara rutin adalah indikator vital kesehatan dan manajemen pakan. Peningkatan FCR mendadak tanpa alasan yang jelas (seperti penurunan suhu ekstrem) menunjukkan adanya masalah kesehatan atau kualitas pakan yang menurun.
Selain pakan padat, air minum adalah nutrisi yang paling sering diabaikan. Ayam petelur yang sehat mengonsumsi air sekitar 1,5 hingga 2 kali lipat dari berat pakan yang dimakannya. Pada masa puncak produksi atau saat suhu tinggi, konsumsi air bisa meningkat tajam. Air harus selalu bersih, tersedia 24 jam, dan memiliki kualitas yang baik (pH netral, bebas dari kontaminan bakteri dan zat besi berlebih). Sistem nipple drinker modern membantu menjaga kebersihan air, namun membutuhkan pembersihan pipa secara teratur untuk mencegah pembentukan biofilm.
Kerugian terbesar dalam budidaya ayam petelur merah seringkali disebabkan oleh wabah penyakit. Biosekuritas (pencegahan) jauh lebih murah daripada pengobatan.
Biosekuritas terbagi menjadi tiga komponen utama: isolasi, sanitasi, dan kontrol lalu lintas (traffic control).
Program vaksinasi bertujuan membangun kekebalan aktif terhadap penyakit viral yang mematikan. Jadwal harus ketat dan disesuaikan dengan kondisi endemik di wilayah peternakan.
Contoh Jadwal Vaksinasi Kunci Ayam Petelur Merah (Disarikan):
| Umur | Vaksin | Metode Pemberian | Tujuan Utama |
|---|---|---|---|
| 1 Hari | ND (New Castle Disease) & Marek's | Suntik subkutan/in ovo | Kekebalan dasar dan perlindungan saraf. |
| 7 Hari | Gumboro/IBD (Infectious Bursal Disease) | Tetes mata/minum | Mencegah kerusakan sistem imun. |
| 4 Minggu | ND Lasota/B1 (Pengulangan) | Air minum | Penguatan kekebalan pernapasan. |
| 6 Minggu | IB (Infectious Bronchitis) & EDS (Egg Drop Syndrome) | Air minum/Suntik | Melindungi saluran reproduksi dan kualitas telur. |
| 12 Minggu | Kolera (Kering) | Suntik | Perlindungan bakteri yang umum. |
| 16-18 Minggu | ND Inaktif (Booster) | Suntik intramuskular | Menciptakan kekebalan tinggi yang bertahan selama masa produksi. |
Kesalahan dalam proses vaksinasi (misalnya rantai dingin terputus, dosis tidak tepat, atau ayam sedang sakit) dapat menyebabkan vaksinasi gagal total. Penting untuk memastikan ayam dalam kondisi prima saat divaksinasi dan air minum yang digunakan bebas klorin jika vaksin diberikan melalui air minum.
Meskipun vaksinasi mencegah penyakit viral, peternak harus waspada terhadap penyakit lain yang dapat merusak produksi telur:
Pencatatan kesehatan harian adalah keharusan. Catat mortalitas (kematian), morbiditas (sakit), dan konsumsi pakan. Kenaikan mortalitas atau penurunan konsumsi pakan secara tiba-tiba adalah sinyal darurat yang membutuhkan intervensi dokter hewan segera.
Sanitasi kandang pada sistem baterai berfokus pada pembersihan kotoran. Kotoran ayam petelur, atau litter, menghasilkan amonia. Amonia pada kadar tinggi (>20 ppm) sangat iritatif bagi saluran pernapasan ayam dan dapat menyebabkan kerusakan permanen, yang pada akhirnya menekan produksi telur. Oleh karena itu, di kandang open house, pembersihan kotoran harus dilakukan minimal dua kali seminggu, dan manajemen kelembaban di area pembuangan kotoran sangat penting untuk memperlambat pelepasan amonia.
Pengendalian hama (rodent and pest control) juga merupakan bagian integral dari biosekuritas. Tikus dan serangga adalah vektor utama penyakit, membawa bakteri seperti Salmonella. Program pengendalian tikus harus dilakukan secara berkelanjutan, menggunakan perangkap dan umpan beracun yang diletakkan di luar jangkauan ayam. Serangga, terutama lalat, harus dikendalikan dengan pengelolaan kotoran yang baik dan penggunaan larvasida yang aman.
Puncak produksi ayam petelur merah biasanya terjadi antara usia 28 hingga 40 minggu, di mana hen-day production (HDP) dapat mencapai 90–95%. Mempertahankan puncak ini selama mungkin adalah tantangan manajemen utama.
Ayam adalah makhluk yang sangat sensitif terhadap stres. Stres termal (panas), stres penanganan, dan stres sosial dapat memicu penurunan produksi telur mendadak (egg drop).
Pemicu Stres dan Solusinya:
Kualitas telur mencakup berat telur, kualitas cangkang, dan kualitas isi (kuning telur dan putih telur).
Gambar 3: Representasi Telur Cokelat Berkualitas Tinggi dari Ayam Petelur Merah.
Manajemen yang modern wajib menggunakan data. Setiap hari, peternak harus mencatat:
Dari data ini, dapat dihitung: HDP (Hen-Day Production), HHP (Hen-Housed Production), dan FCR. Jika HDP mulai menurun di bawah standar strain, peternak dapat segera menginvestigasi faktor nutrisi, penyakit, atau lingkungan sebelum kerugian menjadi besar.
Durasi produksi yang ekonomis untuk ayam petelur merah adalah sekitar 70–80 minggu (hingga ayam berusia 1,5 tahun). Setelah usia ini, meskipun ayam masih bertelur, produktivitasnya menurun drastis, FCR memburuk, dan kualitas cangkang sangat rentan. Ayam yang sudah melewati usia ekonomis disebut ayam afkir.
Penentuan waktu afkir yang tepat sangat penting. Menunda afkir berarti memelihara ayam yang mengonsumsi pakan dengan efisiensi rendah. Ayam afkir ini harus segera dijual, dan peternakan disiapkan untuk siklus berikutnya (All-in, All-out). Beberapa peternak memilih program moulting (perontokan bulu paksa) untuk memperpanjang siklus produksi, namun ini membutuhkan manajemen yang sangat terampil dan seringkali hanya ekonomis jika harga telur sedang sangat tinggi.
Keseragaman ayam (uniformity) dalam kawanan sangat memengaruhi manajemen produksi. Ayam dengan berat badan yang seragam akan mencapai kematangan seksual dan puncak produksi secara bersamaan, memudahkan penyesuaian pakan dan cahaya. Kurva produksi yang landai dan puncak yang rendah seringkali disebabkan oleh uniformity yang buruk di fase grower, menunjukkan manajemen yang gagal dalam memastikan semua pullet mendapatkan pakan dan ruang yang sama.
Budidaya ayam petelur merah adalah bisnis margin tipis yang sangat bergantung pada skala dan efisiensi. Analisis ekonomi yang akurat diperlukan untuk bertahan dalam fluktuasi harga pakan dan telur.
Biaya terbesar dibagi menjadi dua kategori:
Perhitungan Break Even Point (BEP): Peternak harus menghitung BEP produksi (jumlah telur minimum yang harus dijual) dan BEP harga (harga jual minimum agar tidak rugi). Karena biaya pakan sangat fluktuatif, perhitungan BEP harus diperbarui setiap bulan.
Contoh Sederhana Analisis Biaya Pakan: Jika harga pakan Layer Rp 6.000/kg dan seekor ayam mengonsumsi rata-rata 110 gram pakan per hari dengan HDP 90%, maka biaya pakan per butir telur adalah sekitar Rp 733. (110g / 0.9 butir) * Rp 6.000/kg. Angka ini harus selalu lebih rendah dari harga jual telur per butir untuk mencapai profitabilitas.
Telur dari ayam petelur merah umumnya memiliki harga jual yang sedikit lebih tinggi di pasar tradisional dibandingkan telur putih. Strategi pemasaran yang efektif meliputi:
Aspek yang sering terlewatkan namun penting secara ekonomi dan lingkungan adalah pengelolaan kotoran. Kotoran ayam petelur (manure) sangat kaya nitrogen dan dapat diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Penjualan pupuk ini dapat menjadi sumber pendapatan sampingan yang signifikan, mengurangi biaya operasional, dan mencegah masalah lingkungan seperti pencemaran air dan bau yang mengganggu.
Risiko utama dalam budidaya ayam petelur merah adalah fluktuasi harga komoditas pakan, terutama jagung, kedelai, dan dedak. Sebagai peternak, lindung nilai (hedging) terhadap harga pakan sulit dilakukan, sehingga manajemen inventaris pakan harus sangat bijaksana. Penyimpanan pakan yang terlalu lama berisiko penurunan nutrisi dan kontaminasi jamur (aflatoxin), sementara pembelian mendadak saat harga tinggi dapat menghancurkan margin keuntungan.
Investasi pada sistem Closed House (kandang tertutup) semakin populer di kalangan peternak komersial besar, meskipun biaya awalnya tinggi. Keuntungan utama Closed House adalah kontrol iklim yang sempurna (suhu dan kelembaban), yang secara dramatis mengurangi stres panas dan meningkatkan FCR serta HDP. Dalam jangka panjang, peningkatan efisiensi ini seringkali membenarkan biaya investasi awal yang besar, terutama di wilayah dengan iklim tropis ekstrem.
Industri perunggasan terus berkembang. Peternak ayam petelur merah harus mengadopsi teknologi dan manajemen modern untuk tetap kompetitif.
Integrasi sensor dan sistem komputer di kandang Closed House memungkinkan pengawasan real-time terhadap suhu, amonia, konsumsi pakan dan air, serta bobot ayam. Analisis data yang cepat memungkinkan peternak untuk melakukan koreksi manajemen dalam hitungan jam, bukan hari. Contohnya, sensor air yang mendeteksi penurunan konsumsi air mendadak dapat menjadi peringatan dini adanya masalah kesehatan atau malfungsi sistem ventilasi.
Meskipun kandang baterai konvensional masih dominan, tekanan dari pasar global dan konsumen menuntut peningkatan kesejahteraan ayam. Beberapa peternak mulai beralih ke sistem Free Range (lepas), Enriched Cages (kandang baterai yang diperkaya dengan tempat bertengger dan area debu), atau Aviary System. Meskipun sistem ini meningkatkan biaya produksi dan FCR cenderung sedikit lebih buruk, telur yang dihasilkan sering kali dijual dengan harga premium yang jauh lebih tinggi, terutama untuk pasar ekspor atau konsumen urban berpendidikan.
Ayam petelur merah, karena sifat genetiknya, relatif lebih rentan terhadap perilaku mematuk bulu (feather pecking) atau kanibalisme dibandingkan layer putih. Manajemen stres, kepadatan kandang yang ideal, dan nutrisi yang cukup (terutama serat kasar) adalah kunci untuk mengendalikan perilaku ini.
Operasional peternakan modern membutuhkan pekerja yang terampil dan terlatih. Pelatihan mengenai biosekuritas, pengenalan dini penyakit, dan prosedur penanganan telur yang benar sangat penting. Di Closed House, pekerja harus terbiasa mengoperasikan sistem otomatisasi (feed delivery, environmental control), yang berbeda dengan keterampilan yang dibutuhkan di Open House tradisional.
Budidaya ayam petelur merah yang sukses adalah perpaduan ilmu pengetahuan (nutrisi dan kesehatan), seni (pengamatan harian), dan manajemen bisnis yang tajam. Dari penanganan DOC yang sensitif, penyusunan program pakan yang rumit dengan fokus pada keseimbangan Kalsium dan protein, hingga implementasi program biosekuritas yang ketat, setiap detail memiliki dampak kumulatif pada profitabilitas akhir. Kesuksesan tidak hanya diukur dari tingginya HDP, tetapi dari konsistensi HDP dan rendahnya FCR sepanjang siklus produksi ayam.
Peternak yang mampu mengelola lingkungan kandang (suhu, ventilasi, cahaya) secara optimal akan meminimalkan stres dan memaksimalkan potensi genetik strain ayam petelur merah yang modern. Dengan pemantauan data yang cermat dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan pasar dan biaya pakan, industri ayam petelur merah akan terus menjadi sektor yang menjanjikan dalam ketahanan pangan nasional.
***
Seorang peternak ayam petelur merah usia 30 minggu mengalami penurunan HDP dari 92% menjadi 75% dalam waktu 4 hari. Konsumsi pakan turun sedikit, namun air minum tetap normal. Telur yang dihasilkan memiliki kualitas cangkang yang buruk (tipis dan rapuh).
Analisis dan Solusi Mendalam: Penurunan produksi dan kualitas cangkang yang cepat seringkali mengarah pada dua faktor utama: Stres Panas atau Infeksi Viral (seperti IB atau EDS). Karena masalah kualitas cangkang sangat menonjol, penyakit viral yang menyerang saluran reproduksi (seperti IB atau EDS) harus dicurigai. Namun, jika terjadi di musim kemarau, stres panas adalah penyebab yang lebih umum.
Jika suhu kandang siang hari mencapai 32°C atau lebih, ayam akan bernapas terengah-engah (panting), menyebabkan alkalosis pernapasan. Kondisi ini mengubah keseimbangan asam-basa darah, mengurangi ketersediaan ion bikarbonat yang penting untuk pembentukan cangkang telur. Solusinya harus segera meningkatkan ventilasi, menyiram atap kandang (jika menggunakan atap seng), dan memberikan suplemen berupa bikarbonat natrium (soda kue) melalui air minum untuk menyeimbangkan pH darah ayam sementara. Jika dicurigai infeksi viral, isolasi ayam yang sakit dan konfirmasi laboratorium diperlukan.
Peternak mendapati bahwa pullet usia 16 minggu hanya memiliki rata-rata berat 1,2 kg, padahal standar strain modern memerlukan 1,4 kg pada usia tersebut. Hal ini akan menyebabkan keterlambatan mencapai puncak produksi dan telur awal yang terlalu kecil.
Analisis dan Solusi Mendalam: Bobot badan yang rendah pada fase grower biasanya disebabkan oleh konsumsi pakan yang kurang atau kualitas pakan yang di bawah standar (PK dan ME rendah). Faktor lain meliputi manajemen kepadatan yang terlalu tinggi, atau infeksi parasit subklinis seperti cacing atau koksidiosis yang tidak terdeteksi.
Solusi yang harus diambil adalah:
Kegagalan mencapai bobot badan target pada fase grower akan menghasilkan populasi layer yang tidak seragam (uniformity rendah), membuat stimulasi cahaya dan program pakan layer menjadi tidak efektif untuk keseluruhan kawanan, yang pada akhirnya mengakibatkan kerugian ekonomi yang substansial.
Di wilayah dengan kelembaban tinggi, manajemen kotoran (manure management) di bawah kandang baterai terbuka menjadi tantangan besar. Kelembaban tinggi mempercepat fermentasi anaerobik kotoran, melepaskan gas amonia dalam jumlah besar. Gas amonia tidak hanya mengganggu kesehatan pernapasan ayam, tetapi juga menyebabkan iritasi mata, dan menekan sistem imun, membuat ayam rentan terhadap infeksi sekunder seperti E. coli.
Solusi Kontrol Amonia:
Salah satu pendekatan efektif adalah pengeringan kotoran. Jika kandang memiliki lantai kotoran yang dapat dikeruk (deep pit), tambahkan bahan pengering seperti kapur tohor, zeolit, atau super fosfat untuk menyerap kelembaban dan "mengikat" nitrogen, sehingga mengurangi pelepasan amonia. Penggunaan kipas ventilasi yang dirancang untuk menarik udara dari bawah kandang dan mengeluarkannya ke atas (chimney effect) juga dapat membantu mengurangi konsentrasi amonia di tingkat pernapasan ayam.
Pembersihan kotoran harus dilakukan secara berkala dan konsisten. Dalam kondisi kelembaban ekstrem, interval pembersihan mungkin harus dipercepat hingga tiga kali seminggu, bukan hanya mingguan. Pengelolaan kotoran yang baik tidak hanya menjaga kesehatan ayam tetapi juga menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dengan mengelola bau tak sedap secara efektif.
Peternak modern juga mulai mempertimbangkan penggunaan aditif pakan, seperti probiotik atau zat asam organik, yang dapat memodulasi flora usus ayam, menghasilkan kotoran yang lebih kering dan mengurangi pelepasan senyawa nitrogen berbau busuk. Pendekatan holistik ini memastikan bahwa kesehatan dimulai dari saluran pencernaan ayam hingga lingkungan kandang secara keseluruhan.
***
Pengendalian hama, terutama tikus (rodent) dan lalat (fly), adalah aspek biosekuritas yang membutuhkan perhatian berkelanjutan, khususnya pada budidaya ayam petelur merah skala besar yang menghasilkan volume kotoran tinggi.
Tikus menimbulkan kerugian ganda: mereka memakan dan mencemari pakan, serta menjadi reservoir utama bagi penyakit mematikan seperti Salmonella. Program pengendalian tikus harus dilakukan secara ofensif dan terstruktur.
Lalat berkembang biak sangat cepat di kotoran basah. Mereka tidak hanya mengganggu ayam, tetapi juga menyebarkan patogen dari kotoran ke pakan, tempat minum, dan telur. Kontrol lalat harus multi-faset.
Burung liar (sparrow, merpati) membawa penyakit, termasuk Avian Influenza (AI) dan Salmonella. Kandang terbuka harus menggunakan jaring (netting) di sisi-sisi kandang untuk mencegah burung masuk dan kontak dengan pakan atau ayam. Meskipun sulit dilakukan di kandang terbuka, meminimalkan akses burung liar adalah langkah krusial dalam biosekuritas tingkat tinggi.
Kesinambungan program biosekuritas adalah inti dari peternakan ayam petelur merah yang tahan lama. Kegagalan di salah satu titik (misalnya, melonggarkan protokol sanitasi selama musim puncak produksi) dapat mengakibatkan kerugian yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pulih. Peternak harus selalu menganggap bahwa ancaman penyakit selalu ada di luar kandang dan siap memasuki kawanan kapan saja.
***
Keberhasilan budidaya ayam petelur merah berskala komersial dapat dirangkum dalam lima pilar manajemen utama:
Dengan menerapkan panduan manajemen yang komprehensif ini, potensi genetik ayam petelur merah dapat dimaksimalkan, menghasilkan produksi telur yang stabil, FCR yang efisien, dan profitabilitas yang berkelanjutan.