Ayam Pelung Asli: Keagungan Suara dan Warisan Budaya Nusantara

Ayam Pelung, bukan sekadar unggas biasa, melainkan sebuah manifestasi seni budaya dan keunggulan genetik dari bumi Pasundan, Jawa Barat. Kehadirannya telah mengukir sejarah panjang, dihormati tidak hanya karena posturnya yang gagah, tetapi yang utama adalah suara kokoknya yang melengking panjang, berirama, dan memiliki resonansi unik. Ayam Pelung Asli merupakan harta karun genetik Indonesia, berakar kuat di wilayah Cianjur, dan menjadi simbol kebanggaan bagi para peternak dan penggemar unggas hias di seluruh negeri.

Untuk memahami sepenuhnya keistimewaan Ayam Pelung, kita harus menyelami lebih dari sekadar penampilan fisiknya. Kita perlu mendalami filosofi di balik suaranya, metode pemeliharaannya yang mendalam, dan bagaimana ia menjadi pusat dari tradisi kontes suara yang ketat dan bergengsi. Ayam Pelung adalah perpaduan harmonis antara estetika fisik dan akustik, menjadikannya salah satu ras ayam lokal yang paling dikagumi di dunia.

Siluet Ayam Pelung yang Gagah

Ayam Pelung dikenal dengan postur tinggi, gagah, dan jengger yang besar.

I. Sejarah, Asal-Usul, dan Eksistensi Awal Ayam Pelung

Penelusuran sejarah Ayam Pelung membawa kita kembali ke akhir abad ke-19, tepatnya di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Ayam ini diyakini pertama kali dikembangkan oleh seorang ulama dan tokoh masyarakat yang bijaksana bernama H. Jubaedi, yang tinggal di Kampung Cikidang, Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Cianjur. Kisah ini bukan sekadar cerita rakyat; ia terabadikan dalam memori kolektif masyarakat peternak di sana, yang menjunjung tinggi warisan H. Jubaedi sebagai pelopor.

1. Penemuan dan Proses Seleksi Genetik

H. Jubaedi bukanlah seorang ilmuwan genetik modern, tetapi ia memiliki naluri luar biasa dalam memilih dan menyilangkan unggas. Ia mengamati ayam-ayam kampung lokal yang memiliki keunikan suara—kokok yang panjang dan melodi yang berbeda dari biasanya. Proses seleksi yang dilakukannya sangat ketat dan berfokus pada dua kriteria utama: postur tinggi dan panjangnya kokok. Seleksi ini dilakukan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi ayam yang memiliki ciri-ciri unggul tersebut, sehingga menghasilkan fenotip yang stabil dan khas yang kita kenal sekarang sebagai Ayam Pelung Asli.

1.1. Peran Lingkungan Geografis Cianjur

Kondisi geografis dan agroklimat Cianjur, yang berada di dataran tinggi dengan iklim sejuk dan ketersediaan pakan alami yang melimpah, turut berperan dalam membentuk postur dan kesehatan Ayam Pelung. Ketinggian tempat dan pola pemeliharaan tradisional yang dekat dengan alam memungkinkan ayam-ayam ini berkembang dengan fisik optimal, mendukung rongga dada yang besar, vital untuk menghasilkan suara yang menggema. Lingkungan yang tenang di pedesaan Cianjur juga dipercaya memengaruhi kualitas suara, memungkinkan ayam melatih dan mengembangkan potensi kokoknya secara maksimal.

1.2. Perkembangan Nama dan Popularitas

Nama "Pelung" sendiri memiliki beberapa interpretasi, yang paling umum merujuk pada "melung" atau "melung-melung" dalam bahasa Sunda, yang berarti suara yang panjang dan melengking. Ada juga yang mengaitkannya dengan bahasa lokal yang berarti ‘peluang’ atau ‘keberuntungan’, mengingat harga dan nilai jualnya yang tinggi. Popularitas Ayam Pelung mulai menyebar luas di luar Cianjur pada pertengahan abad ke-20, ketika kontes suara mulai diselenggarakan secara rutin. Kontes inilah yang mengangkat derajat Ayam Pelung dari sekadar ayam ternak menjadi ikon hobi dan budaya.

2. Pelung Sebagai Simbol Status Sosial

Pada awalnya, Ayam Pelung dipelihara oleh para priyayi, ulama, dan tokoh masyarakat terkemuka. Kepemilikan Ayam Pelung dengan kokok yang juara dianggap sebagai penanda status sosial, menunjukkan selera seni yang tinggi dan kemampuan finansial untuk memelihara unggas yang membutuhkan perawatan intensif. Bahkan hingga saat ini, seekor Ayam Pelung juara dapat dihargai puluhan hingga ratusan juta rupiah, menjadikannya investasi yang serius dalam dunia hobi.

II. Ciri-Ciri Fisik dan Standar Kualitas Ayam Pelung

Ayam Pelung Asli memiliki standar morfologi yang sangat jelas dan ketat, ditetapkan oleh komunitas peternak dan juri kontes. Keagungan fisik Pelung adalah pelengkap dari keindahan suaranya. Ada tiga komponen utama yang dinilai: ukuran, bentuk tubuh, dan penampilan aksesori (jengger, pial, kaki).

1. Postur dan Ukuran Tubuh

Pelung dikenal sebagai ayam yang berukuran besar dan tinggi, jauh melebihi ukuran ayam kampung biasa. Jantan dewasa ideal memiliki tinggi antara 50 hingga 65 cm saat berdiri tegak, dengan berat rata-rata 3,5 hingga 5,5 kg. Beberapa pejantan super dapat mencapai berat lebih dari 6 kg. Postur ini sangat penting karena massa tubuh yang besar berbanding lurus dengan kapasitas paru-paru dan resonansi suara.

2. Warna Bulu dan Variasi Fenotip

Ayam Pelung tidak terpaku pada satu warna bulu tertentu, namun variasi warna yang sehat dan mengkilap adalah indikator kesehatan. Beberapa pola warna tradisional sangat dicari karena mencerminkan genetik asli dan telah diwariskan turun-temurun:

2.1. Fenotip Warna Klasik

Standar warna klasik yang sering muncul di kontes dan sangat dihargai meliputi:

  1. Wido: Perpaduan warna dasar hitam dengan selipan bulu-bulu coklat kemerahan atau kuning emas di leher dan punggung. Memberikan kesan elegan.
  2. Jalak (Wiring): Warna dasar hitam dominan, dengan bulu rawis (leher dan pinggang) berwarna kuning keemasan. Ini adalah salah satu warna yang paling umum dan digemari.
  3. Merah (Klawu): Dominasi warna merah kecoklatan atau abu-abu gelap, sering kali dengan corak bintik-bintik halus.
  4. Jali: Pola bulu bintik-bintik (splash atau mottled) yang tidak beraturan, warna ini menunjukkan kombinasi genetik yang kompleks dan sering dianggap unik.

Kualitas bulu juga penting; bulu harus tebal, rapat, dan mengkilap, menunjukkan perawatan yang prima dan pakan yang bergizi tinggi.

3. Aksesori Kepala: Jengger dan Pial

Aksesori kepala Pelung sangat mencolok dan membedakannya dari ayam ras lain. Jengger harus besar, tebal, dan berbentuk tunggal (single comb), dengan tekstur kasar dan warna merah darah yang cerah. Jengger yang terkulai ke samping (jatuh) seringkali dianggap sebagai nilai plus karena menambah kesan ‘berat’ dan agung. Pial (gelambir di bawah paruh) juga harus besar dan tebal, melengkapi tampilan kepala yang gagah.

III. Keunikan Akustik: Kokok Pelung Sang Juara

Jika fisik Pelung adalah panggung, maka kokoknya adalah pertunjukan utamanya. Ayam Pelung adalah satu-satunya ras di dunia yang dinilai dan dikonteskan berdasarkan panjang, irama, melodi, dan modulasi suaranya. Kokok Ayam Pelung dapat berlangsung hingga 15-20 detik, jauh melampaui kokok ayam kampung biasa yang hanya 2-3 detik.

Representasi Gelombang Suara Kukuruyuk Ayam Pelung Awal (Pitch Tinggi) Puncak (Durasi Panjang) Akhir (Modulasi Rendah)

Gelombang suara Pelung menunjukkan variasi pitch dan durasi yang ekstrem.

1. Anatomi Kokok: Tiga Fase Kukuruyuk

Kokok Pelung tidaklah monoton, melainkan terdiri dari tiga bagian yang harus dieksekusi dengan sempurna untuk mendapatkan nilai tertinggi:

1.1. Pirigan (Awal/Pembukaan)

Ini adalah bagian awal kokok yang biasanya dimulai dengan nada tinggi dan tajam, seperti 'Ku-ku-kuru...'. Kualitas pirigan dinilai dari kejernihan dan kekuatan awal. Jika kokok tersendat di awal, nilainya akan berkurang signifikan. Pirigan yang baik harus segera menyatu dengan bagian tengah tanpa jeda yang terlalu lama.

1.2. Taktak (Inti/Durasi)

Taktak adalah jantung dari kokok Pelung, di mana durasi panjang dan resonansi terjadi. Pada fase ini, suara harus stabil, tidak boleh pecah, dan harus memiliki volume yang konsisten. Panjang taktak adalah penentu utama kemenangan. Peternak juara melatih ayam mereka untuk memperpanjang fase ini melalui teknik pernapasan dan perawatan khusus, memastikan otot perut dan paru-paru bekerja optimal.

1.3. Peunggeulan (Akhir/Penutup)

Peunggeulan adalah penutup yang melodi. Setelah durasi panjang, suara harus turun dengan elegan, sering kali diakhiri dengan modulasi suara yang lebih rendah dan lembut. Penutup yang tiba-tiba atau terputus-putus dianggap cacat. Peunggeulan yang berirama menambah nilai seni pada keseluruhan kokok.

2. Kriteria Penilaian Kontes Suara

Kontes Ayam Pelung (Lomba Suara) sangat serius dan memiliki standar juri yang rigid. Juri tidak hanya menghitung durasi, tetapi juga memperhatikan:

Seekor ayam yang memenangkan kategori utama di kontes regional akan segera melonjak nilainya sepuluh kali lipat. Kontes ini mendorong persaingan sehat dan menjaga standar genetik ras tetap tinggi.

IV. Teknik Pemeliharaan dan Perawatan Khusus

Merawat Ayam Pelung, terutama yang dipersiapkan untuk kontes, membutuhkan komitmen dan pengetahuan yang jauh lebih mendalam dibandingkan memelihara ayam biasa. Perawatan ini berfokus pada kesehatan pernapasan, penguatan fisik, dan stimulasi mental.

1. Pakan Khusus untuk Kualitas Suara

Diet Ayam Pelung harus kaya protein dan vitamin untuk mendukung pertumbuhan otot dada dan vitalitas. Pakan utama biasanya campuran biji-bijian (jagung, gabah) dan konsentrat tinggi protein. Namun, ada beberapa suplemen tradisional yang wajib diberikan:

2. Kandang dan Lingkungan Pemeliharaan

Kandang Ayam Pelung harus dirancang agar ayam merasa nyaman dan memiliki ruang gerak yang cukup. Idealnya, kandang harus tinggi, memungkinkan ayam untuk berdiri tegak tanpa menyentuh atap, karena Pelung harus dilatih untuk menjaga postur tegaknya. Kebersihan kandang adalah mutlak untuk mencegah penyakit pernapasan yang dapat merusak kualitas suara.

2.1. Penjemuran dan Latihan Pernapasan

Penjemuran di pagi hari sangat krusial untuk mendapatkan vitamin D dan menjaga kesehatan bulu. Selain itu, latihan fisik ringan sering dilakukan, meskipun tidak seintensif ayam aduan. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas paru-paru. Beberapa peternak bahkan menggunakan teknik seperti mengangkat ayam secara perlahan untuk memaksa otot dada bekerja lebih keras, mensimulasikan tekanan saat kokok panjang.

3. Teknik Perawatan Psikologis dan Stimulasi Kokok

Mental ayam Pelung harus dijaga agar selalu siap berkokok (gacor). Ini dilakukan melalui:

Perawatan ini dilakukan secara holistik, menggabungkan tradisi leluhur dengan pemahaman modern tentang nutrisi dan kesehatan hewan. Totalitas perawatan ini adalah kunci mengapa harga Ayam Pelung dapat melambung tinggi, karena ia merepresentasikan investasi waktu dan biaya yang signifikan.

V. Genetik dan Program Pemuliaan Modern

Untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas Ayam Pelung, peternak profesional saat ini menerapkan program pemuliaan yang lebih sistematis, bergerak melampaui seleksi tradisional H. Jubaedi. Tujuan utamanya adalah mengisolasi gen yang bertanggung jawab atas durasi kokok yang ekstrem dan postur tubuh yang ideal.

1. Pemilihan Induk Unggul (Breeding Stock)

Proses ini dimulai dengan seleksi ketat pada calon indukan, baik jantan maupun betina. Pejantan harus memiliki rekam jejak kokok juara atau setidaknya dari garis keturunan juara yang terverifikasi. Sementara itu, betina juga harus berasal dari garis keturunan suara panjang, meskipun betina sendiri tidak berkokok panjang. Kualitas genetik betina sangat menentukan, karena ia membawa setengah dari warisan suara dan postur.

1.1. Analisis Silsilah (Pedigree)

Dalam komunitas Pelung yang serius, pencatatan silsilah (pedigree) menjadi praktik standar. Peternak mencatat setiap generasi, durasi kokok terbaik yang pernah dicapai, dan karakteristik fisik. Silsilah ini membantu menghindari inbreeding yang terlalu dekat, yang dapat menyebabkan penurunan vitalitas dan kualitas suara, atau, sebaliknya, melakukan inbreeding terkontrol untuk mengunci sifat-sifat unggul (line breeding).

2. Tantangan Genetik: Menjaga Durasi Kokok

Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga agar gen durasi kokok tidak melemah. Kokok yang panjang adalah sifat yang mudah hilang jika tidak diseleksi secara ketat. Hal ini menuntut peternak untuk terus menerus menguji anakan (f1, f2, dst.) pada usia muda. Ayam yang tidak menunjukkan potensi kokok panjang pada usia 6-8 bulan biasanya langsung dikeluarkan dari program pemuliaan unggul.

Program pemuliaan modern juga mulai memperhatikan aspek kesehatan. Karena Ayam Pelung memiliki ukuran tubuh yang besar, mereka rentan terhadap masalah kaki dan persendian jika kandang dan nutrisi tidak memadai. Pemuliaan yang baik harus menyeimbangkan antara keunggulan akustik dan daya tahan fisik.

VI. Budaya Kontes dan Ekonomi Ayam Pelung

Ayam Pelung adalah salah satu motor penggerak ekonomi mikro di pedesaan Jawa Barat. Kontes suara adalah ajang puncak yang menentukan nilai ekonomi seekor ayam.

1. Struktur dan Level Kontes

Kontes Ayam Pelung diselenggarakan dari tingkat lokal, regional (Kabupaten/Provinsi), hingga tingkat nasional. Federasi atau paguyuban Ayam Pelung biasanya mengatur standar juri dan peraturan. Ada beberapa kelas yang dikonteskan:

  1. Kelas Utama (Dewasa): Untuk ayam dengan usia penuh (1 tahun ke atas) yang menunjukkan performa kokok stabil dan panjang.
  2. Kelas Remaja: Untuk ayam muda (6-12 bulan) yang menunjukkan potensi. Penilaian di kelas ini lebih fokus pada irama dan prospek suara di masa depan.
  3. Kelas Postur: Walaupun suara adalah prioritas, beberapa kontes juga memiliki kelas khusus yang menilai kesempurnaan fisik, termasuk jengger, pial, dan warna bulu.

1.1. Dampak Ekonomi Kontes

Kemenangan di kontes memiliki dampak ekonomi yang besar. Ayam yang meraih gelar juara nasional dapat menaikkan harga jual keturunannya (anakan) secara eksponensial. Seekor pejantan juara dapat menghasilkan puluhan juta rupiah dari jasa pemacakan (kawin) saja. Peternakan Ayam Pelung yang sukses telah menjadi unit usaha yang menguntungkan, berkontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal Cianjur dan sekitarnya.

2. Perbandingan Nilai dan Status Pelung

Dalam spektrum unggas hias di Indonesia, Ayam Pelung menempati posisi yang sangat tinggi, bersanding dengan ayam hias lain seperti Ayam Kukuak Balenggek (Sumatera Barat) dan Ayam Cemani (Jawa Tengah/Timur), namun dengan fokus yang berbeda. Ayam Pelung fokus pada kualitas akustik, menjadikannya unik di antara ras lain yang umumnya dinilai dari fisik atau warna bulu.

Nilai jual seekor Pelung ditentukan oleh: 1) Silsilah (genetik), 2) Usia dan kematangan suara, 3) Jumlah dan tingkat kemenangan di kontes. Ayam Pelung yang baru menetas dari induk juara pun sudah memiliki harga dasar yang tinggi, menunjukkan betapa berharganya garis keturunan yang unggul.

VII. Konservasi dan Pelestarian Ayam Pelung Asli

Meskipun Ayam Pelung sangat populer, tantangan konservasi tetap ada. Menjaga kemurnian genetik dari ras asli adalah tugas yang berkelanjutan, terutama menghadapi tekanan silang dengan ayam kampung biasa yang dapat mengurangi kualitas suara dan postur.

1. Ancaman Kemurnian Genetik

Pencampuran genetik sering terjadi karena kurangnya kesadaran peternak amatir, menyebabkan degradasi kualitas. Ayam Pelung hibrida mungkin memiliki ukuran yang besar, tetapi kokoknya seringkali pendek dan kehilangan melodi khas Pelung. Organisasi peternak, seperti Himpunan Peternak Ayam Pelung Indonesia (HAPSI), berperan vital dalam edukasi dan penyediaan sertifikasi untuk memastikan kemurnian genetik.

2. Upaya Pelestarian In-Situ dan Ex-Situ

Pelestarian in-situ (di habitat aslinya) di Cianjur sangat penting. Pemerintah daerah sering mendukung acara kontes dan festival budaya yang melibatkan Ayam Pelung untuk meningkatkan kesadaran lokal dan memastikan tradisi pemeliharaan tidak hilang. Sementara itu, pelestarian ex-situ (di luar habitat asli) dilakukan oleh peternak di seluruh Indonesia dan bahkan beberapa kolektor di luar negeri, yang menyimpan bank genetik ras ini.

2.1. Pelung Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Ayam Pelung lebih dari sekadar komoditas; ia adalah warisan budaya tak benda. Kokoknya adalah bagian dari lanskap suara pedesaan Sunda. Pelestarian ras ini berarti pelestarian tradisi dan teknik pemeliharaan leluhur, yang semuanya terjalin dalam identitas budaya Jawa Barat.

VIII. Detail Mendalam Mengenai Fisiologi Kokok

Mengapa Ayam Pelung bisa berkokok begitu lama? Jawabannya terletak pada adaptasi fisiologis yang luar biasa pada sistem pernapasan dan ototnya. Pemahaman mendalam tentang fisiologi ini sangat penting bagi peternak yang ingin melatih ayam mereka menjadi juara.

1. Kapasitas Paru-Paru dan Kantung Udara

Ayam Pelung memiliki rongga dada yang lebih besar dibandingkan ayam ras lain, yang memungkinkan pengembangan paru-paru yang lebih optimal. Namun, yang lebih penting adalah sistem kantung udara (air sacs). Ayam memiliki sembilan kantung udara yang membantu menyimpan udara dan memastikan aliran udara satu arah melintasi paru-paru.

Pada Pelung juara, efisiensi penggunaan udara ini mencapai puncaknya. Mereka dapat mengisi kantung udara secara maksimal dan melepaskannya secara perlahan dan terkontrol selama fase Taktak. Teknik pernapasan yang optimal ini membutuhkan kekuatan otot perut dan interkostal (otot di antara tulang rusuk) yang terlatih.

2. Peran Syrinx dan Modulasi Suara

Syrinx adalah organ suara unggas. Pada Ayam Pelung, syrinxnya diyakini memiliki struktur yang sedikit berbeda, memungkinkan kontrol frekuensi dan durasi yang lebih baik. Modulasi (perubahan nada) yang terjadi selama kokok — dari nada tinggi di awal hingga nada rendah di akhir — menunjukkan kontrol otot yang sangat halus di sekitar syrinx.

Kualitas makanan, terutama yang mengandung nutrisi untuk menjaga elastisitas jaringan syrinx dan paru-paru, memainkan peran langsung dalam mencegah suara pecah (serak) di tengah kokok. Suara serak adalah kesalahan fatal dalam kontes, sering disebabkan oleh inflamasi tenggorokan atau kurangnya latihan pernapasan.

IX. Peran Pakan Organik dan Pemeliharaan Ekstrem

Meningkatnya persaingan di arena kontes telah mendorong peternak Pelung untuk mencari cara ekstrem namun alami untuk memaksimalkan potensi genetik. Banyak peternak juara yang kini beralih sepenuhnya ke pakan organik dan praktik pemeliharaan yang menyerupai terapi.

1. Penggunaan Pakan Alami Spesifik

Selain jagung dan gabah, pakan yang dianggap ‘supranatural’ dalam konteks Pelung mulai digunakan. Misalnya, pemberian belalang atau serangga tertentu secara teratur yang dipercaya dapat meningkatkan kelincahan dan vitalitas. Beberapa peternak juga memberikan air rebusan daun-daunan tradisional yang berfungsi sebagai antibiotik alami, menjaga sistem pencernaan dan pernapasan tetap bersih.

Penggunaan padi organik dan beras merah sebagai sumber karbohidrat utama juga marak, karena dipercaya menghasilkan energi yang dilepaskan secara perlahan, sangat ideal untuk stamina kokok yang panjang. Peternak yang fokus pada detail ini berargumen bahwa sekecil apapun perbedaan nutrisi dapat memengaruhi kejernihan suara pada hari perlombaan.

2. Program Latihan Mental yang Intensif

Ayam Pelung memerlukan program latihan mental agar terbiasa dengan keramaian dan suara keras di kontes. Ini bukan hanya tentang fisik, tetapi tentang stabilitas psikologis. Program ini melibatkan:

Latihan mental ini berlangsung minimal tiga bulan sebelum kontes besar dan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak membuat ayam stres atau ketakutan, yang malah akan merusak performa suaranya.

X. Masa Depan Ayam Pelung dan Globalisasi

Di era digital, popularitas Ayam Pelung tidak lagi terbatas di Indonesia. Permintaan dari kolektor di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika mulai meningkat, terutama setelah video-video kontes suara menjadi viral di media sosial. Globalisasi membawa tantangan baru sekaligus peluang besar bagi ras ini.

1. Peluang Ekspor dan Standardisasi Internasional

Peluang ekspor adalah masa depan cerah bagi peternak Pelung. Namun, hal ini menuntut standardisasi yang lebih ketat, tidak hanya di Indonesia tetapi diakui secara internasional. Federasi Ayam Pelung Indonesia harus bekerja sama dengan organisasi unggas internasional untuk mendefinisikan standar Pelung Asli, termasuk persyaratan karantina dan sertifikasi genetik yang ketat.

Standardisasi ini harus mencakup pengukuran akustik secara ilmiah, menggunakan alat perekam suara canggih untuk menganalisis frekuensi, durasi, dan volume. Hal ini akan memindahkan penilaian dari subjektivitas juri lokal ke metrik yang dapat dipertanggungjawabkan secara universal.

2. Ancaman Penyakit Global dan Biosekuriti

Semakin Ayam Pelung melakukan perjalanan melintasi batas negara, semakin besar risiko penyebaran penyakit unggas seperti Flu Burung (Avian Influenza) atau New Castle Disease (ND). Peternakan modern Ayam Pelung harus mengadopsi protokol biosekuriti yang sangat ketat untuk melindungi stok genetik berharga ini. Investasi dalam vaksinasi dan sanitasi kandang adalah keharusan, bukan lagi pilihan.

XI. Studi Kasus Kokok Legendaris

Dalam sejarah kontes Ayam Pelung, terdapat beberapa nama legendaris yang kokoknya menjadi patokan standar kualitas. Studi kasus dari ayam-ayam ini memberikan wawasan tentang potensi maksimal ras ini.

1. Analisis Kokok "Guntur"

Misalnya, seekor Pelung bernama "Guntur" yang memenangkan gelar nasional berturut-turut di awal abad ke-21. Analisis kokok Guntur menunjukkan durasi taktak terlama yang tercatat saat itu, yaitu hampir 18 detik, dengan nada yang stabil dan perubahan modulasi suara yang sangat lembut di bagian peunggeulan. Keunikan Guntur terletak pada resonansi suaranya; ia mampu mengisi seluruh ruangan kontes dengan suara yang ‘berat’ namun tidak memekakkan telinga.

Keturunan Guntur hingga kini masih menjadi primadona, dan peternak mencoba mereplikasi keberhasilannya dengan menyilangkan darah Guntur secara hati-hati. Keberadaan Guntur membuktikan bahwa potensi genetik Pelung masih bisa ditingkatkan melalui seleksi yang ekstrem.

2. Pelung dan Fenomena Super Kokok

Fenomena ‘super kokok’ terjadi ketika seekor Pelung, didorong oleh kondisi fisik dan mental yang prima, mampu menghasilkan kokok yang melampaui rata-rata. Para ahli biologi menduga ini mungkin melibatkan pelepasan adrenalin yang signifikan, ditambah dengan koordinasi otot diafragma dan syrinx yang sempurna. Kondisi ini sangat langka dan sulit direplikasi secara konsisten, namun menjadi tujuan akhir bagi setiap peternak Ayam Pelung Asli.

XII. Hubungan Simbiosis dengan Pakan Tradisional Cianjur

Tak terpisahkan dari asal-usulnya, Ayam Pelung memiliki hubungan simbiosis dengan kultur pertanian di Cianjur. Pakan terbaik bagi Pelung seringkali adalah hasil bumi Cianjur itu sendiri, yang terkenal dengan kualitas padinya.

1. Padi Pandanwangi dan Efeknya

Cianjur terkenal dengan Padi Pandanwangi, varietas padi yang harum. Meskipun beras Pandanwangi terlalu mahal untuk dijadikan pakan harian, dedak (bekatul) dari penggilingan padi jenis ini seringkali digunakan sebagai campuran pakan. Dedak ini dipercaya memiliki nutrisi mikro yang spesifik, membantu sistem pencernaan Pelung dan indirectly mendukung kebugaran umum yang dibutuhkan untuk berkokok.

2. Ketersediaan Pakan Hijauan

Di Cianjur, Pelung sering kali diberi pakan tambahan berupa hijauan segar, seperti daun-daunan tertentu atau sayuran sisa panen. Praktik ini memastikan asupan serat dan mineral alami yang optimal, yang mana pada gilirannya menjaga kesehatan usus—faktor yang sering diabaikan namun krusial bagi vitalitas seekor ayam kontes.

Ayam Pelung Asli adalah warisan hidup yang terus berevolusi. Ia menuntut dedikasi tinggi, tetapi imbalan yang ditawarkan, baik dalam bentuk nilai ekonomi maupun kebanggaan budaya, menjadikannya salah satu ras ayam paling berharga di Indonesia. Keagungan suaranya akan terus bergema, melestarikan cerita dari tanah Pasundan.

🏠 Kembali ke Homepage