Ilustrasi visual postur Ayam Jago Pelung yang tinggi dan gagah.
Ayam Jago Pelung, atau sering disingkat Ayam Pelung, adalah salah satu kekayaan genetik fauna asli Indonesia yang paling menarik, terutama berasal dari wilayah Cianjur, Jawa Barat. Keunikan utamanya tidak terletak pada kekuatan tarungnya, melainkan pada dua faktor ekstrem yang menjadikannya primadona: postur tubuhnya yang luar biasa besar dan kokoknya yang panjang, berirama, dan meliuk indah, menyerupai nyanyian atau melodi yang teratur.
Ayam Pelung telah lama menjadi bagian integral dari budaya Sunda, tidak hanya sekadar hewan ternak, tetapi juga simbol prestise dan warisan tradisi yang dihormati. Artikel komprehensif ini akan mengupas tuntas segala aspek mengenai Ayam Jago Pelung, mulai dari sejarah mistisnya, ciri fisik yang mendetail, rahasia pemeliharaan untuk mencapai performa kokok maksimal, hingga dinamika kontes yang menilainya.
Sejarah Ayam Pelung tidak dapat dipisahkan dari bumi Parahyangan. Meskipun klaim mengenai lokasi spesifik sering menjadi perdebatan antara Cianjur, Sukabumi, dan Bandung, Cianjur secara umum diakui sebagai pusat utama pengembangan trah murni Pelung.
Nama "Pelung" sendiri diperkirakan berasal dari istilah Sunda "melung" atau "palung" yang berarti "melengkung" atau "mengalun". Ini merujuk pada kokoknya yang panjang dan meliuk. Ada pula yang menghubungkannya dengan postur tubuhnya yang tinggi dan tegap, seolah-olah lehernya melengkung ke atas.
Legenda tertua yang diyakini masyarakat Cianjur menyebutkan bahwa Ayam Pelung pertama kali dikembangkan oleh seorang ulama atau tokoh spiritual bernama Mama Aang Ma'ruf sekitar abad ke-19. Konon, Mama Aang Ma'ruf menemukan sepasang ayam dengan ciri fisik unik—tinggi besar dan suara kokok yang sangat berbeda—di hutan. Beliau kemudian memelihara dan mengembangbiakkannya. Dari sinilah trah ini mulai dikenal dan dihargai. Karena kokoknya yang berirama, Ayam Pelung sering dianggap sebagai "pengingat waktu" atau bahkan "pembawa berkah" oleh masyarakat desa.
Dalam konteks budaya Sunda, memelihara Ayam Pelung bukan hanya hobi, tetapi penanda status sosial dan kecintaan terhadap tradisi. Ayam Pelung yang memiliki kokok sempurna dan postur ideal sering dipertukarkan dengan harga yang sangat tinggi, bahkan melebihi harga kerbau pada masanya. Ini mencerminkan betapa tingginya penghargaan masyarakat terhadap estetika suara yang dimiliki ayam ini.
Ayam Pelung murni juga sering dijadikan hadiah kehormatan kepada tamu penting atau tokoh masyarakat. Keberadaannya di rumah dianggap sebagai lambang kemakmuran, ketenangan, dan keselarasan dengan alam.
Secara fisik, Ayam Pelung jauh berbeda dari ayam kampung biasa (Ayam Buras) atau bahkan ras-ras unggas lain di Indonesia. Postur tubuhnya yang menonjol dan ukurannya yang impresif adalah hasil seleksi genetik yang panjang dan ketat, berfokus pada ketinggian dan volume tubuh.
Ayam Jago Pelung dewasa yang ideal memiliki ciri-ciri fisik utama sebagai berikut:
Kepala Ayam Pelung umumnya besar dan kasar. Bagian yang paling khas adalah jengger dan pialnya:
Kaki Ayam Pelung harus proporsional dengan badannya yang besar:
Inti dari Ayam Jago Pelung adalah suaranya. Kokok Pelung bukanlah kokok ayam biasa yang monoton dan cepat; ia adalah komposisi ritmik yang membutuhkan durasi, melodi, dan irama yang sempurna. Inilah yang membedakannya secara fundamental dari ayam kontes suara lainnya, seperti Ayam Ketawa yang fokus pada ritme seperti tawa manusia.
Kokok Pelung harus memenuhi tiga kriteria utama, yang sering disebut sebagai "Tri Tunggal Keindahan":
Representasi visual panjang dan alunan nada kokok Ayam Pelung.
Kontes Ayam Pelung adalah acara besar di Jawa Barat. Penilaian dilakukan oleh dewan juri yang sangat terlatih, menggunakan sistem poin yang kompleks. Kriteria penilaian dibagi menjadi beberapa kategori, dengan bobot terbesar diberikan pada irama dan panjang kokok.
Kontes biasanya berlangsung dalam beberapa babak, di mana juri mendengarkan dan mencatat setiap kokok yang dihasilkan. Jagoan yang sering meraih juara nasional memiliki kokok yang tidak hanya panjang tetapi juga unik dan konsisten dalam iramanya.
Memelihara Ayam Pelung, terutama untuk tujuan kontes, membutuhkan perhatian yang sangat detail dan berbeda dari memelihara ayam biasa. Karena fokus utama adalah pada kualitas suara dan postur tubuh yang besar, nutrisi, kandang, dan rutinitas harian harus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan tulang, paru-paru, dan pita suara.
Kandang untuk Ayam Pelung harus mempertimbangkan ukurannya yang besar dan kebutuhan ruang untuk bergerak tanpa melukai diri sendiri:
Nutrisi adalah kunci untuk mencapai postur maksimal dan kokok yang kuat. Kebutuhan protein dan kalsium sangat tinggi.
Fokus pada pembentukan tulang dan otot. Diberikan pakan starter tinggi protein (minimal 21-23%). Suplemen kalsium (seperti tepung tulang atau kulit kerang) sangat penting untuk memastikan pertumbuhan tulang panjang yang optimal dan mencegah kaki bengkok akibat beban tubuh yang cepat membesar.
Protein sedikit diturunkan (sekitar 18-20%). Pakan diperkaya dengan biji-bijian seperti jagung giling dan beras merah. Pemberian pakan tambahan (extra fooding) wajib dilakukan untuk menjaga stamina dan kualitas kokok:
Beberapa peternak kontes menerapkan teknik "pengaturan jam makan" yang ketat. Ayam akan diberi pakan berat di sore hari dan pakan ringan di pagi hari. Sebelum kontes, asupan air dijaga agar tidak berlebihan, dan makanan peningkat stamina diberikan beberapa hari sebelumnya.
Jago Pelung yang berkualitas memerlukan rutinitas perawatan yang intensif:
Konservasi dan pembibitan Ayam Pelung murni adalah tantangan besar. Menciptakan Pelung dengan kriteria fisik raksasa sekaligus memiliki kokok yang berirama membutuhkan pemahaman mendalam tentang genetika dan seleksi yang cermat.
Keberhasilan pembibitan sangat bergantung pada kualitas induk jantan (pejantan) dan induk betina (babon). Seringkali, peternak harus mengorbankan salah satu kriteria untuk memperkuat kriteria lain.
Pejantan haruslah juara kontes atau setidaknya memiliki kokok yang sangat panjang dan irama yang baik. Postur tinggi dan kesehatan prima adalah mutlak. Kekurangan genetik pada kokok pejantan sangat sulit diperbaiki pada keturunannya.
Meskipun babon tidak berkokok, ia memegang peranan krusial dalam mewariskan gen postur dan ukuran. Babon ideal harus memiliki tubuh yang besar, tulang yang tebal, dan postur tinggi. Babon dari keturunan jago juara seringkali sangat dicari karena membawa gen kokok yang superior.
Perbandingan ideal dalam kandang perkawinan adalah satu jago dengan 3 hingga 5 babon. Jago Pelung yang besar terkadang mengalami kesulitan dalam proses perkawinan karena ukurannya; oleh karena itu, kandang perkawinan harus memiliki alas yang tidak licin.
Proses seleksi dimulai sejak dini. Anakan yang menunjukkan pertumbuhan lambat, kaki bengkok, atau tanda-tanda penyakit harus segera dipisahkan (culling). Ketika anakan jantan mulai menunjukkan tanda-tanda berkokok (biasanya usia 3-4 bulan), pemelihara akan mulai memperhatikan kualitas suara awal. Hanya anakan dengan potensi kokok yang baik dan postur terbaik yang akan dipelihara secara intensif.
Karena postur tubuhnya yang besar, Ayam Pelung rentan terhadap masalah kaki dan persendian. Selain itu, sebagai ayam kontes suara, kesehatan sistem pernapasan menjadi prioritas utama.
Setiap infeksi pernapasan dapat secara permanen merusak kualitas kokok. Penyakit seperti CRD (Chronic Respiratory Disease) atau Snot harus dicegah dengan ketat.
Karena bobotnya yang berat, Pelung rentan terhadap *bumblefoot* (benjolan di telapak kaki) dan radang sendi.
Vaksinasi adalah garis pertahanan pertama. Program vaksinasi untuk Pelung, seperti unggas lainnya, harus mencakup ND (Newcastle Disease) dan Gumboro. Khususnya untuk ayam yang sering dibawa kontes atau berpindah tempat, program vaksinasi harus sangat ketat untuk meminimalisir penularan penyakit dari luar.
Nilai ekonomi Ayam Jago Pelung sangat bergantung pada kualitas suara dan silsilahnya. Ayam Pelung yang berhasil menjuarai kontes dapat bernilai puluhan hingga ratusan juta rupiah, menjadikannya investasi yang menggiurkan bagi peternak spesialis.
Telur tetas dari babon keturunan juara juga memiliki harga jual yang tinggi. Satu butir telur Pelung unggul dapat dijual seharga Rp 50.000 hingga Rp 150.000, jauh di atas harga telur ayam konsumsi.
Kontes bukan hanya ajang adu gengsi, tetapi mesin penggerak pasar. Kemenangan dalam kontes langsung meningkatkan nilai jual induk jantan tersebut hingga berlipat ganda. Peternak yang memenangkan kontes akan mendapatkan permintaan tinggi untuk anakan dan jasa pemacakan (sewa pejantan).
Kontes Ayam Pelung biasanya diselenggarakan oleh HPPC (Himpunan Pecinta dan Pelestari Ayam Pelung) dan diadakan secara rutin di tingkat kabupaten hingga nasional, menarik ratusan peserta dan ribuan pengunjung.
Permintaan Ayam Pelung mulai meluas hingga ke mancanegara, terutama dari negara-negara Asia Tenggara (Malaysia, Thailand) yang tertarik pada keunikan kokoknya. Ayam Pelung memiliki potensi untuk menjadi komoditas ekspor hewan hias hidup yang unik. Selain itu, pemeliharaan Pelung dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata agro dan budaya di Jawa Barat, memperkuat identitas lokal Cianjur sebagai "Kota Ayam Pelung."
Meskipun Ayam Pelung sangat dihargai, konservasinya menghadapi tantangan serius. Pelestarian genetik murni adalah tugas yang berkelanjutan untuk memastikan trah ini tidak punah atau tercampur dengan gen ayam lain.
Masalah terbesar adalah persilangan tidak terencana. Beberapa peternak menyilangkan Pelung dengan ras ayam lain (seperti Ayam Brahma atau Cochin) untuk mendapatkan ukuran yang lebih besar, atau disilangkan dengan ayam petelur untuk meningkatkan produktivitas telur pada babon. Meskipun menghasilkan hibrida yang besar, ini merusak gen kokok dan irama asli yang diwariskan oleh Pelung murni.
HPPC dan berbagai komunitas lokal berperan penting dalam mengedukasi peternak tentang pentingnya menjaga kemurnian gen. Sertifikasi dan registrasi silsilah menjadi alat utama untuk membedakan Pelung murni dari yang silangan.
Biaya pakan dan perawatan untuk Ayam Pelung raksasa jauh lebih tinggi dibandingkan ayam biasa. Hal ini membuat beberapa peternak kecil kesulitan mempertahankan kualitas pakan yang dibutuhkan, yang akhirnya berdampak pada penurunan performa kokok dan ukuran tubuh, sehingga menurunkan nilai jualnya.
Ayam Pelung beradaptasi terbaik di dataran tinggi Jawa Barat yang sejuk. Perubahan iklim atau pemindahan ke daerah dataran rendah yang terlalu panas dan lembap dapat memicu stres panas dan penyakit pernapasan, mengancam performa suara mereka.
Indonesia memiliki beberapa ras ayam yang terkenal karena kokoknya. Penting untuk membedakan Ayam Pelung dari ras lain agar nilai uniknya tetap terjaga.
Ayam Bekisar (hibrida antara ayam hutan hijau dan ayam kampung) juga dihargai karena kokoknya. Namun, kokok Bekisar cenderung nyaring, melengking tinggi, dan lebih pendek, berbeda dari kokok Pelung yang tebal, berirama, dan panjang mengalun. Fokus penilaian Bekisar adalah pada kejernihan dan ketinggian suara, sementara Pelung fokus pada alunan melodi dan durasi.
Ayam Ketawa dari Sulawesi Selatan terkenal karena kokoknya menyerupai tawa manusia (kekeh). Ini adalah perbedaan yang paling jelas. Jika Pelung fokus pada harmoni dan panjang nada, Ayam Ketawa fokus pada ritme dan kesamaan dengan suara tawa manusia. Secara fisik, Ayam Ketawa jauh lebih kecil dibandingkan Pelung.
Di tengah gempuran hobi modern dan globalisasi, Ayam Jago Pelung berhasil mempertahankan posisinya. Ini bukan hanya karena keindahan fisik atau suaranya, tetapi juga karena peran komunitas dan pemanfaatan teknologi.
Komunitas pecinta Pelung kini menggunakan media sosial dan platform daring untuk mengadakan kontes suara virtual, lelang, dan edukasi. Dokumentasi digital mengenai standar kokok dan ciri fisik membantu menyebarkan informasi Pelung ke seluruh Indonesia bahkan dunia, menjangkau generasi muda untuk melanjutkan hobi tradisional ini.
Beberapa universitas dan lembaga penelitian di Indonesia mulai berkolaborasi dengan peternak lokal untuk memetakan genetik Ayam Pelung, memastikan bahwa ciri-ciri unik yang menghasilkan suara panjang dan tubuh raksasa dapat diidentifikasi dan dilestarikan secara ilmiah. Penelitian ini penting untuk mengembangkan program pemuliaan yang lebih efisien dan terhindar dari cacat genetik.
Ayam Jago Pelung adalah mahakarya alam dan budaya yang harus terus dijaga. Dari kokoknya yang meliuk panjang hingga posturnya yang gagah, ia mewakili warisan kekayaan Sunda yang tak ternilai harganya. Melalui dedikasi para peternak dan komunitas pecinta, melodi kokok raksasa ini akan terus bergema melintasi perbukitan Parahyangan, menjadi pengingat abadi akan keindahan ritme alam.