Menjelajahi Jantung Audit Global: Peran dan Evolusi EY dalam Menjaga Kepercayaan Publik

Ernst & Young (EY) merupakan salah satu dari empat firma akuntansi terbesar di dunia, sering disebut sebagai ‘Big Four’. Peran EY dalam ekosistem keuangan global sangat fundamental, khususnya melalui praktik audit. Audit yang dilakukan oleh EY bukan sekadar pemeriksaan angka; ini adalah mekanisme krusial yang menopang kepercayaan investor, regulator, dan publik terhadap keandalan informasi keuangan yang disajikan oleh perusahaan-perusahaan terbesar di dunia.

Di tengah dinamika pasar yang terus berubah, tantangan regulasi yang semakin ketat, dan revolusi teknologi, praktik audit EY terus berevolusi. Artikel ini akan mengupas tuntas metodologi audit EY, bagaimana mereka memanfaatkan kecanggihan digital, tantangan etika dan kualitas yang mereka hadapi, serta proyeksi masa depan profesi audit dalam konteks global.

Konektivitas Audit Global Regulasi Data Analytics Kualitas Audit Klien Global

I. Fondasi Audit EY: Metodologi dan Filosofi Inti

Audit yang dilakukan oleh EY harus memenuhi standar profesional tertinggi yang ditetapkan oleh badan pengatur seperti International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) melalui International Standards on Auditing (ISA), serta standar lokal di setiap yurisdiksi, seperti Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) di AS atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia. Namun, keberhasilan audit EY tidak hanya terletak pada kepatuhan, melainkan pada metodologi yang adaptif dan terpusat pada risiko.

1. Pendekatan Berbasis Risiko (Risk-Based Approach)

EY mengadopsi pendekatan audit berbasis risiko yang sangat terstruktur. Ini berarti tim audit EY mendedikasikan waktu dan sumber daya paling banyak pada area-area laporan keuangan yang memiliki risiko salah saji material tertinggi. Identifikasi risiko ini mencakup pemahaman mendalam tentang industri klien, lingkungan operasional, dan struktur pengendalian internal mereka. Proses ini melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk).

Proses identifikasi risiko dimulai jauh sebelum pekerjaan lapangan. Tim EY menggunakan pengetahuan industri yang mendalam untuk memetakan ancaman spesifik, seperti volatilitas komoditas, perubahan regulasi pajak, atau ancaman siber yang dapat memengaruhi laporan keuangan. Materialitas, yang merupakan ambang batas di mana salah saji dianggap signifikan bagi pengguna laporan keuangan, ditentukan secara cermat dan menjadi panduan utama dalam pengujian audit.

2. Kerangka Kerja Audit Terintegrasi (Integrated Audit Framework)

Banyak perusahaan publik harus menjalani audit terintegrasi, yang tidak hanya mencakup audit atas laporan keuangan (financial statement audit) tetapi juga audit atas efektivitas pengendalian internal pelaporan keuangan (Internal Control over Financial Reporting - ICFR). EY mengintegrasikan kedua elemen ini dalam satu kerangka kerja kohesif. Fokus pada ICFR memastikan bahwa proses yang menghasilkan data keuangan dapat diandalkan, sehingga mengurangi volume pengujian substantif yang diperlukan.

Pendekatan terintegrasi ini sangat penting karena kegagalan pengendalian internal sering kali menjadi akar dari salah saji material. EY menggunakan alat dan teknik khusus untuk menilai desain dan efektivitas operasional pengendalian utama, termasuk pengendalian di lingkungan teknologi informasi (IT General Controls).

3. Pemanfaatan Platform Teknologi Global

EY telah menginvestasikan sumber daya yang masif dalam platform digital yang terintegrasi secara global untuk standardisasi dan efisiensi. Salah satu alat yang paling dikenal adalah platform audit mereka yang disebut **EY Helix**. Helix bukanlah sekadar alat, melainkan serangkaian solusi analitik data yang memungkinkan tim audit memproses dan menganalisis seluruh populasi transaksi klien (100% data) alih-alih hanya mengambil sampel.

Penggunaan Helix memberikan beberapa keunggulan kunci:

Penerapan teknologi ini mencerminkan pergeseran paradigma dari audit berbasis kepatuhan masa lalu menuju audit yang lebih berorientasi pada wawasan (insight-driven audit). Tim audit EY kini menghabiskan lebih sedikit waktu untuk tugas-tugas manual yang repetitif dan lebih banyak waktu untuk menerapkan penilaian profesional dan berinteraksi dengan manajemen klien mengenai implikasi temuan mereka.

II. Revolusi Digital dalam Praktik Audit EY

Transformasi digital telah mengubah lanskap profesi akuntansi secara radikal. EY memposisikan dirinya di garis depan perubahan ini, menyadari bahwa data adalah aset paling berharga dan teknologi adalah alat untuk membuka nilai aset tersebut dalam konteks audit.

1. Kecerdasan Buatan (AI) dan Pembelajaran Mesin (Machine Learning)

Audit yang dilakukan EY semakin didukung oleh kapabilitas AI. AI digunakan dalam beberapa aspek kunci:

2. Audit Berkelanjutan (Continuous Auditing)

Tujuan jangka panjang dari inovasi digital EY adalah transisi menuju audit berkelanjutan. Dalam model tradisional, audit adalah proses tahunan yang intensif pasca-periode pelaporan. Dengan audit berkelanjutan, teknologi dapat memantau transaksi kunci dan pengendalian internal secara real-time atau hampir real-time.

Meskipun audit formal yang memberikan opini masih bersifat periodik, pemantauan berkelanjutan ini memungkinkan tim EY untuk:

  1. Mendeteksi penyimpangan segera setelah terjadi, bukan berbulan-bulan kemudian.
  2. Memberikan umpan balik yang lebih tepat waktu kepada manajemen klien mengenai perbaikan pengendalian.
  3. Mengurangi beban kerja akhir tahun karena banyak pengujian telah dilakukan sepanjang periode.

3. Peran Blockchain dan Teknologi Ledger Terdistribusi (DLT)

Seiring semakin banyaknya klien yang mengadopsi blockchain untuk rantai pasokan atau transaksi keuangan, EY juga mengembangkan keahlian dalam mengaudit lingkungan DLT. Audit berbasis blockchain menjanjikan transparansi dan jejak audit yang tidak dapat diubah (immutable record). EY berinvestasi dalam alat untuk memvalidasi transaksi yang dicatat pada blockchain, memastikan integritas dan kepemilikan aset digital.

Keahlian ini krusial karena akuntansi untuk aset digital dan transaksi berbasis DLT sangat kompleks dan memerlukan pemahaman teknis yang melampaui akuntansi tradisional. EY harus memastikan bahwa implementasi DLT klien mematuhi standar akuntansi yang berlaku (seperti IFRS atau GAAP).

Visualisasi Data Audit Digital INSIGHTS

III. Kualitas Audit: Integritas, Skeptisisme, dan Independensi

Kualitas audit adalah mata uang utama bagi firma Big Four, dan bagi EY, ini adalah fokus yang tidak pernah berakhir. Kualitas audit tidak hanya diukur dari opini audit yang benar, tetapi juga dari proses, penilaian profesional yang diterapkan, dan tingkat skeptisisme profesional yang ditunjukkan oleh tim.

1. Skeptisisme Profesional dan Penilaian Profesional

Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang mempertanyakan dan penilaian kritis terhadap bukti audit. EY menekankan bahwa auditor harus selalu waspada terhadap kondisi yang mungkin menunjukkan salah saji material karena kesalahan atau, yang lebih serius, karena kecurangan. Dalam lingkungan digital, di mana data tampaknya sempurna, skeptisisme menjadi lebih penting; auditor harus mempertanyakan sumber, integritas, dan kelengkapan data yang disajikan oleh sistem klien.

Penilaian profesional, di sisi lain, adalah penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan dalam konteks standar akuntansi dan audit. Keputusan mengenai materialitas, asumsi nilai wajar, dan estimasi akuntansi yang kompleks memerlukan penilaian profesional tingkat tinggi. EY memastikan bahwa timnya, terutama level manajerial dan partner, menerima pelatihan berkelanjutan dalam area penilaian yang paling rentan terhadap subjektivitas.

2. Isu Krusial Independensi dan Etika

Independensi adalah landasan dari setiap audit yang kredibel. EY, sebagai penyedia layanan non-audit (seperti konsultasi dan pajak) di samping audit, harus secara ketat mengelola risiko ancaman independensi. Ancaman ini dapat berupa:

Untuk memitigasi risiko-risiko ini, EY menerapkan kebijakan rotasi wajib bagi partner audit (di banyak yurisdiksi, rotasi partner utama diwajibkan setelah lima tahun). Selain itu, mereka memiliki sistem internal yang kompleks untuk memverifikasi independensi personel terhadap semua klien audit, terutama dalam hal kepemilikan saham atau hubungan keluarga.

Pembatasan layanan non-audit kepada klien audit adalah topik yang terus diperdebatkan dan diawasi oleh regulator. EY telah berulang kali menyesuaikan praktik layanannya untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap aturan seperti Sarbanes-Oxley Act (SOX) di AS dan arahan serupa di Uni Eropa, yang secara ketat membatasi jenis layanan non-audit yang dapat diberikan kepada klien audit.

3. Tinjauan Kualitas dan Tinjauan Sejawat

Kualitas audit di EY dijamin melalui proses tinjauan berlapis. Setiap audit signifikan melalui tinjauan kualitas internal yang ketat (Engagement Quality Control Reviewer/EQCR), biasanya dilakukan oleh partner senior lain yang tidak terlibat dalam tim audit. Ini memastikan bahwa penilaian kunci dan kesimpulan audit telah diverifikasi secara independen.

Selain tinjauan internal, EY secara teratur menjalani tinjauan sejawat (peer review) dari firma Big Four lainnya dan inspeksi eksternal oleh regulator, seperti PCAOB, yang secara rutin menerbitkan laporan yang mengidentifikasi kekurangan dalam audit yang dilakukan oleh firma tersebut. Tanggapan EY terhadap temuan inspeksi regulator ini menjadi indikator penting komitmen mereka terhadap peningkatan kualitas berkelanjutan.

IV. Tantangan dan Kritik Terhadap Praktik Audit Modern

Meskipun EY berinvestasi besar-besaran dalam kualitas dan teknologi, profesi audit secara keseluruhan menghadapi tantangan struktural dan kritik publik yang intens, terutama pasca-serangkaian kegagalan perusahaan besar di berbagai belahan dunia.

1. Kesenjangan Ekspektasi Audit (Audit Expectation Gap)

Publik sering kali memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap apa yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh auditor. Kesenjangan ekspektasi terjadi ketika publik percaya bahwa auditor bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dan mendeteksi semua bentuk kecurangan, padahal opini audit sebenarnya hanya memberikan kepastian yang wajar (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

EY dan firma lainnya berusaha menjembatani kesenjangan ini dengan meningkatkan transparansi. Laporan audit modern, terutama di bawah ISA 701 (Key Audit Matters/KAMs), kini jauh lebih informatif. EY menyajikan KAMs secara rinci, menjelaskan area risiko paling signifikan yang dihadapi auditor dan bagaimana risiko tersebut ditangani, memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pengguna laporan tentang kompleksitas penilaian audit.

2. Tekanan Biaya dan Batas Waktu

Lingkungan bisnis yang kompetitif memberikan tekanan konstan pada biaya audit. Klien selalu mencari biaya serendah mungkin, sementara regulator menuntut kualitas tertinggi. Keseimbangan ini sulit dicapai. Tekanan batas waktu (deadline) juga bisa menjadi ancaman kualitas, memaksa tim audit mengambil keputusan cepat di bawah tekanan tinggi.

Inovasi teknologi, khususnya melalui alat seperti EY Helix, sebagian ditujukan untuk mengurangi tekanan ini dengan meningkatkan efisiensi. Namun, EY harus terus memastikan bahwa efisiensi tidak mengorbankan skeptisisme profesional dan kedalaman pengujian, khususnya pada area yang melibatkan penilaian kompleks.

3. Peran Auditor dalam Pelaporan Keberlanjutan (ESG)

Di era di mana investor semakin fokus pada faktor Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), peran auditor meluas. Klien semakin banyak menerbitkan laporan keberlanjutan. Walaupun audit tradisional berfokus pada data keuangan historis, ada permintaan yang meningkat agar auditor (atau penyedia jaminan/assurance) memberikan keyakinan atas metrik ESG non-finansial.

EY telah mengembangkan praktik assurance keberlanjutan, namun tantangannya adalah kurangnya standar pengukuran dan pelaporan yang universal untuk data ESG. EY berperan aktif dalam membantu mengembangkan kerangka kerja yang solid sehingga data ESG yang dilaporkan dapat diandalkan dan tunduk pada pengujian yang ketat, mirip dengan data keuangan.

V. Tata Kelola Global dan Kepatuhan Regulasi

Sebagai organisasi global, EY beroperasi di bawah berbagai rezim regulasi. Kepatuhan yang ketat terhadap standar lokal dan internasional adalah syarat mutlak untuk mempertahankan lisensi audit dan kepercayaan publik.

1. Pengawasan PCAOB dan Regulator Lain

EY, seperti Big Four lainnya, diawasi secara ketat oleh PCAOB (AS) jika mereka mengaudit perusahaan yang terdaftar di bursa AS. Laporan inspeksi PCAOB sering kali menyoroti area kelemahan dalam audit, seperti pengujian pendapatan, estimasi nilai wajar, atau penilaian pengendalian internal.

Respon EY terhadap temuan ini adalah proses korektif yang terstruktur dan terintegrasi secara global, memastikan bahwa pelajaran yang diambil dari satu yurisdiksi segera diimplementasikan di seluruh jaringan. Ini melibatkan pembaruan manual audit, pelatihan wajib, dan peningkatan perangkat lunak audit.

2. Standar Akuntansi Internasional (IFRS)

Sebagian besar klien EY di luar AS menggunakan International Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS sering kali lebih didasarkan pada prinsip (principles-based) dibandingkan GAAP AS yang lebih berbasis aturan (rules-based). Hal ini menempatkan tanggung jawab yang lebih besar pada penilaian profesional auditor. EY harus memastikan konsistensi dalam interpretasi dan penerapan IFRS di berbagai negara, sebuah tugas yang menantang mengingat kompleksitas standar seperti IFRS 15 (Pendapatan) atau IFRS 9 (Instrumen Keuangan).

3. Struktur Jaringan Global

EY adalah jaringan global dari firma anggota yang secara hukum terpisah dan independen. Struktur ini menciptakan tantangan tata kelola, terutama dalam konteks audit lintas batas. Ketika klien memiliki operasi di puluhan negara, tim audit harus berkoordinasi secara mulus, memastikan bahwa standar kualitas dan etika yang diterapkan di kantor pusat juga dipatuhi oleh tim di setiap negara anggota. EY menggunakan sistem manajemen kualitas terpusat untuk memaksakan standardisasi di seluruh jaringan.

VI. Mendalami Proses Audit Inti oleh EY

Untuk memahami kedalaman komitmen yang diperlukan untuk mencapai kualitas audit EY, penting untuk memecah tahapan-tahapan audit secara rinci, yang didukung oleh teknologi canggih.

1. Tahap Perencanaan dan Penilaian Risiko (Planning and Risk Assessment)

Tahap ini sering memakan waktu paling lama dan merupakan yang paling kritis. Tim EY tidak hanya membaca laporan tahunan klien; mereka menggali:

2. Pengujian Pengendalian Internal (Testing of Internal Controls)

Dalam audit terintegrasi, tim EY menghabiskan waktu signifikan untuk menguji efektivitas pengendalian internal. Pengujian ini dapat bersifat:

Ketika pengendalian internal klien dinilai kuat, auditor dapat mengurangi, meskipun tidak menghilangkan, tingkat pengujian substantif.

3. Pengujian Substantif dan Prosedur Analitis

Ini adalah pengujian detail atas saldo akun dan transaksi. Di sinilah teknologi data analitik EY menunjukkan kekuatannya. Alih-alih hanya mengonfirmasi 50 pelanggan terbesar, EY dapat menganalisis total populasi penjualan, mencari:

4. Penilaian Estimas Akuntansi Kompleks

Audit modern semakin didominasi oleh estimasi akuntansi—seperti nilai wajar aset, penurunan nilai (impairment), dan cadangan kerugian piutang. Area ini bersifat subjektif dan memerlukan intervensi tim ahli EY (spesialis penilaian, aktuaria, atau spesialis IT).

Tim EY harus menantang secara skeptis asumsi manajemen yang mendasari estimasi tersebut. Misalnya, jika manajemen mengasumsikan tingkat pertumbuhan tertentu dalam model penilaian aset, auditor harus membandingkan asumsi tersebut dengan data industri, tren pasar, dan keahlian ekonom internal EY.

5. Pelaporan dan Komunikasi

Tahap akhir melibatkan pembentukan opini audit dan komunikasi dengan Komite Audit dan manajemen. Komunikasi tidak terbatas pada opini formal, tetapi juga mencakup surat manajemen (management letter) yang menguraikan kelemahan pengendalian internal yang ditemukan dan memberikan rekomendasi perbaikan.

Transparansi komunikasi ini adalah bagian integral dari peran EY dalam tata kelola perusahaan yang baik. Komite Audit mengandalkan EY untuk bertindak sebagai mata independen yang memberikan wawasan tentang kesehatan keuangan dan operasional perusahaan.

VII. Peluang dan Arah Masa Depan Audit EY

Masa depan profesi audit tidak statis. EY terus beradaptasi dengan perubahan fundamental dalam cara bisnis beroperasi, dan harus menjawab pertanyaan tentang bagaimana audit akan relevan di dunia yang didominasi oleh otomatisasi, data masif, dan fokus pada nilai non-finansial.

1. Audit Terhadap Ekosistem dan Rantai Nilai

Di masa depan, audit mungkin tidak hanya berfokus pada batas-batas entitas klien, tetapi juga pada integritas seluruh rantai nilai. Jika perusahaan bergantung pada data dari pemasok atau subkontraktor, EY mungkin perlu memberikan keyakinan atas keandalan data dari sumber eksternal tersebut.

Ini membutuhkan kolaborasi yang lebih erat dengan klien untuk memetakan risiko rantai pasokan dan memastikan bahwa pengendalian internal mencakup data yang diterima dari pihak ketiga yang kritis.

2. Peningkatan Peran Keahlian Non-Akuntansi

Audit digital membutuhkan auditor yang tidak hanya mahir dalam akuntansi dan standar audit, tetapi juga dalam ilmu data, pemrograman, dan keamanan siber. EY secara agresif merekrut dan melatih spesialis teknologi, yang dikenal sebagai 'auditor hibrida', yang dapat mengoperasikan alat analitik canggih dan memahami arsitektur IT klien.

Investasi dalam SDM ini penting untuk memastikan bahwa teknologi audit yang dikembangkan, seperti Helix, dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh tim di lapangan, mengubah peran auditor dari pemeriksa sampel menjadi analis risiko tingkat tinggi.

Timbangan Kualitas dan Kepatuhan KUALITAS INOVASI

3. Integrated Reporting dan Assurance Laporan Terpadu

Konsep pelaporan terpadu (Integrated Reporting - IR) mengakui bahwa penciptaan nilai perusahaan tidak hanya diukur dari modal finansial, tetapi juga modal intelektual, sosial, alam, dan manusia. Ketika perusahaan mengadopsi IR, mereka perlu jaminan (assurance) atas keandalan semua modal ini, bukan hanya laporan keuangan.

EY berada dalam posisi yang unik untuk memberikan assurance ini karena portofolio layanan mereka yang luas mencakup konsultasi non-finansial. Ini mendorong mereka untuk mengembangkan metodologi yang dapat mengaudit informasi kualitatif dan kuantitatif secara holistik, melampaui kerangka kerja audit tradisional.

VIII. Membangun Kepercayaan di Tengah Turbulensi Pasar

Audit EY adalah proses yang dinamis, kompleks, dan di bawah pengawasan publik yang intens. Tugas utama mereka tetap sama: memberikan keyakinan independen dan obyektif kepada pemangku kepentingan mengenai posisi dan kinerja keuangan suatu entitas.

Investasi besar-besaran dalam teknologi, seperti platform Helix dan integrasi AI, adalah bukti komitmen EY untuk mempertahankan relevansi dan meningkatkan kualitas audit di era digital. Inovasi ini memungkinkan mereka untuk mengatasi volume data yang terus meningkat dan memberikan wawasan yang lebih bernilai kepada klien dan regulator.

Meskipun tantangan terkait independensi, skeptisisme profesional, dan kesenjangan ekspektasi tetap ada, EY terus berupaya memperkuat tata kelola internal dan kepatuhan regulasi. Masa depan audit akan semakin terintegrasi dengan teknologi, menuntut talenta hibrida, dan memerlukan perluasan lingkup untuk mencakup laporan keberlanjutan dan risiko digital. Dengan adaptasi yang berkelanjutan terhadap perubahan ekosistem bisnis global, EY berupaya memastikan bahwa mereka tetap menjadi pilar kepercayaan fundamental dalam sistem pasar modal.

Penilaian risiko yang cermat, dikombinasikan dengan pemanfaatan analitik data penuh, telah mengubah cara EY mendekati tugas mereka. Mereka kini dapat melihat pola yang sebelumnya tersembunyi, memberikan lapisan pengamanan tambahan yang sangat dibutuhkan oleh pasar. Transisi ini, dari pengujian sampel manual ke analisis populasi penuh yang didukung AI, menandai evolusi terbesar dalam sejarah profesi audit sejak Sarbanes-Oxley.

Selain aspek teknis, etos layanan EY menempatkan integritas sebagai nilai utama. Integritas ini diuji setiap hari dalam keputusan tentang batasan layanan non-audit, interaksi dengan manajemen klien, dan komitmen untuk melaporkan kelemahan pengendalian internal secara jujur. Kualitas audit EY tidak hanya ditentukan oleh kepatuhan terhadap ISA, tetapi juga oleh budaya internal yang mendorong partner dan staf untuk selalu mempertahankan skeptisisme dan keberanian profesional, bahkan di bawah tekanan komersial yang tinggi. Audit adalah produk kepercayaan, dan dalam konteks Big Four, EY memikul tanggung jawab substansial untuk menjaga kualitas produk krusial ini.

Tentu saja, peran EY sebagai auditor perusahaan global yang besar juga menjadikannya subjek pengawasan dan kritik yang konstan, terutama ketika terjadi keruntuhan perusahaan yang signifikan. Setiap kegagalan tersebut mendorong evaluasi ulang yang mendalam terhadap proses audit, yang sering kali menghasilkan pembaruan metodologi dan peningkatan regulasi. Misalnya, diskusi tentang rotasi wajib firma audit (mandated audit firm rotation) di beberapa pasar didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi risiko kedekatan (familiarity threat) yang melekat pada hubungan audit yang berjangka waktu sangat panjang.

EY, dalam menghadapi desakan regulator untuk meningkatkan persaingan di pasar audit, juga harus terus berinovasi dalam model bisnisnya, sambil memastikan bahwa sumber daya yang dialokasikan untuk pekerjaan audit tidak dikorbankan demi pertumbuhan layanan konsultasi. Pemisahan fungsi audit dan konsultasi, meskipun belum wajib secara universal, terus menjadi topik penting yang memengaruhi bagaimana EY menyusun organisasi dan melayani klien.

Pengembangan talenta juga merupakan investasi strategis utama. EY secara aktif membangun kurikulum pelatihan yang mempersiapkan auditor untuk masa depan, mencakup keahlian siber, pemodelan keuangan kompleks, dan analisis forensik digital. Auditor masa depan EY harus menjadi penasihat tepercaya yang dapat menafsirkan risiko, bukan sekadar memverifikasi transaksi historis. Keahlian ini mencakup kemampuan untuk melakukan simulasi skenario, memahami dampak teknologi yang muncul pada model bisnis klien, dan memberikan keyakinan yang melampaui pelaporan keuangan tradisional.

Secara keseluruhan, komitmen EY terhadap kualitas audit mencakup seluruh spektrum, dari investasi teknologi canggih seperti Helix hingga penanaman budaya skeptisisme profesional yang kuat di tingkat staf. Melalui pendekatan berbasis risiko yang mendalam, kerangka kerja terintegrasi, dan kepatuhan yang ketat terhadap standar internasional, EY terus memainkan perannya yang vital sebagai penjaga gerbang informasi keuangan, fundamental bagi stabilitas dan transparansi pasar modal global.

Peran ini akan terus diperluas, meliputi verifikasi data non-keuangan, pengawasan risiko siber, dan jaminan atas pelaporan ESG. Transformasi ini menjamin bahwa EY akan tetap menjadi pemain sentral dalam mendefinisikan kembali masa depan jaminan dan audit di seluruh dunia, seiring tuntutan publik dan regulator yang terus berkembang dan menantang.

🏠 Kembali ke Homepage