Memahami Bacaan Attahiyatul Latin dan Maknanya
Sholat merupakan tiang agama dan menjadi rukun Islam yang kedua. Di dalam setiap gerakan dan bacaan sholat, terkandung makna yang sangat dalam dan merupakan bentuk dialog seorang hamba dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Salah satu bagian terpenting dalam sholat adalah duduk tasyahud, di mana kita membaca doa tahiyat atau attahiyat. Bacaan ini memiliki sejarah dan keutamaan yang luar biasa, sebagai puncak dari penghormatan dan pengakuan atas keesaan Allah serta kenabian Muhammad SAW. Bagi sebagian orang yang masih dalam proses belajar membaca Al-Quran, memahami attahiyatul latin menjadi jembatan penting untuk dapat melafalkan doa ini dengan benar sambil terus berusaha mempelajari tulisan Arabnya. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan attahiyat, mulai dari lafal latin, terjemahan, hingga makna mendalam yang terkandung di setiap kalimatnya.
Duduk tasyahud, baik tasyahud awal maupun tasyahud akhir, adalah rukun sholat yang tidak boleh ditinggalkan. Di momen inilah, seorang Muslim merenungkan kembali esensi dari ibadahnya. Bacaan attahiyat bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog agung yang pernah terjadi di Sidratul Muntaha saat peristiwa Isra' Mi'raj. Memahaminya secara mendalam akan menambah kekhusyuan dan kualitas sholat kita. Oleh karena itu, mari kita selami bersama setiap penggalan kalimat dari doa yang mulia ini.
Bacaan Lengkap Attahiyat (Tasyahud Akhir)
Berikut adalah bacaan lengkap attahiyat yang dibaca pada saat tasyahud akhir, disajikan dalam tiga format: tulisan Arab, transliterasi Latin (attahiyatul latin), dan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Bacaan ini mencakup shalawat Ibrahimiyah yang menjadi penyempurna tasyahud akhir.
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad, wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim, wa ‘alaa aali sayyidinaa Ibraahiim. Wa baarik ‘alaa sayyidinaa Muhammad, wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim, wa ‘alaa aali sayyidinaa Ibraahiim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.
"Segala penghormatan, keberkahan, shalawat, dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Di seluruh alam semesta, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Membedah Makna Setiap Kalimat Attahiyatul Latin
Untuk meningkatkan kekhusyuan, sangat penting bagi kita untuk memahami arti dari setiap frasa yang kita ucapkan. Berikut adalah penjabaran makna dari setiap kalimat dalam bacaan attahiyat.
1. Pujian dan Penghormatan kepada Allah SWT
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ
Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatu lillaah.
"Segala penghormatan, keberkahan, shalawat, dan kebaikan hanya milik Allah."
Kalimat pembuka ini adalah bentuk pengakuan total seorang hamba bahwa segala bentuk pujian dan keagungan tertinggi hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Mari kita bedah kata per kata:
- Attahiyyaat (التَّحِيَّاتُ): Berarti segala bentuk penghormatan, salam, dan pujian. Ini mencakup semua jenis pengagungan, baik yang diucapkan oleh manusia, malaikat, maupun seluruh makhluk di alam semesta. Dengan mengucapkan ini, kita menegaskan bahwa sumber dan tujuan akhir dari segala penghormatan adalah Allah.
- Al-Mubaarakaat (الْمُبَارَكَاتُ): Berarti segala keberkahan atau segala sesuatu yang membawa kebaikan yang melimpah dan terus-menerus. Kita mengakui bahwa semua berkah, baik yang terlihat maupun tidak, berasal dari-Nya. Berkah dalam rezeki, kesehatan, waktu, dan ilmu semuanya adalah anugerah dari Allah.
- Ash-Shalawaat (الصَّلَوَاتُ): Secara harfiah berarti doa atau rahmat. Dalam konteks ini, ia merujuk pada segala bentuk ibadah sholat dan doa-doa yang kita panjatkan. Kita menyatakan bahwa semua ibadah kita, semua doa kita, pada hakikatnya adalah untuk Allah semata.
- Ath-Thoyyibaat (الطَّيِّبَاتُ): Berarti segala kebaikan, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, maupun sifat. Kita mengakui bahwa Allah adalah sumber segala kebaikan dan hanya perbuatan yang baik dan suci yang layak dipersembahkan kepada-Nya.
- Lillaah (لِلَّهِ): Kata penutup yang menegaskan kepemilikan mutlak. Semua yang telah disebutkan sebelumnya—penghormatan, keberkahan, doa, dan kebaikan—semuanya adalah milik Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Ini adalah inti dari tauhid.
2. Salam kepada Sang Nabi, Muhammad SAW
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
"Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi."
Setelah mengagungkan Allah, kita diperintahkan untuk memberikan salam kepada pemimpin umat, Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bentuk penghormatan, cinta, dan pengakuan atas jasa-jasa beliau yang telah membawa risalah Islam dari kegelapan menuju cahaya. Frasa ini memiliki makna yang dalam:
- Assalaamu ‘alaika (السَّلاَمُ عَلَيْكَ): "Keselamatan atasmu." Ini bukan sekadar sapaan biasa. Ini adalah doa agar Rasulullah SAW senantiasa dilindungi oleh Allah, dijauhkan dari segala hal yang tidak baik, dan berada dalam kedamaian abadi.
- Ayyuhan Nabiyyu (أَيُّهَا النَّبِىُّ): "Wahai Nabi." Panggilan ini menunjukkan kedekatan dan rasa hormat yang mendalam. Kita menyapa beliau secara langsung seolah-olah beliau hadir di hadapan kita, menciptakan ikatan spiritual yang kuat.
- Wa Rahmatullaahi (وَرَحْمَةُ اللَّهِ): "Dan rahmat Allah." Kita juga mendoakan agar curahan kasih sayang dan rahmat Allah senantiasa menyertai beliau. Rahmat adalah anugerah terbesar yang melampaui segala kenikmatan duniawi.
- Wa Barakaatuh (وَبَرَكَاتُهُ): "Dan berkah-Nya." Kita memohon agar keberkahan yang melimpah dari Allah juga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Keberkahan ini mencakup segala aspek, baik di dunia maupun di akhirat.
Ucapan salam ini adalah pengingat bahwa kita tidak akan pernah bisa membalas jasa Rasulullah SAW. Satu-satunya cara adalah dengan terus mendoakan beliau, mengikuti sunnahnya, dan mencintainya dengan tulus.
3. Salam untuk Diri Sendiri dan Hamba yang Saleh
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihin.
"Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh."
Islam adalah agama yang tidak hanya mengajarkan hubungan vertikal (kepada Allah) dan kepada Nabi, tetapi juga hubungan horizontal (kepada sesama). Kalimat ini adalah manifestasi dari kepedulian sosial dalam Islam. Setelah mendoakan Nabi, kita diajarkan untuk mendoakan diri kita sendiri dan seluruh orang-orang saleh.
- Assalaamu ‘alainaa (السَّلاَمُ عَلَيْنَا): "Semoga keselamatan tercurah kepada kami." Kata "kami" di sini mencakup orang yang sedang sholat itu sendiri dan bisa juga diartikan mencakup orang-orang yang bersamanya (jika sholat berjamaah) atau bahkan seluruh umat Islam. Ini adalah doa untuk keselamatan diri dari segala marabahaya, baik di dunia maupun di akhirat.
- Wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihin (وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ): "Dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh." Ini adalah doa universal yang sangat indah. Kita tidak hanya mendoakan diri sendiri, tetapi juga mendoakan setiap hamba Allah yang saleh, di mana pun mereka berada, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada, baik dari kalangan manusia maupun jin, dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Doa ini mengikat tali persaudaraan (ukhuwah islamiyah) yang melintasi batas ruang dan waktu.
Setiap kali kita mengucapkan kalimat ini, kita secara otomatis telah mendoakan jutaan bahkan miliaran hamba Allah yang saleh. Sebaliknya, kita juga didoakan oleh jutaan Muslim lain di seluruh dunia yang sedang melaksanakan sholat. Betapa indahnya ajaran ini.
4. Ikrar Syahadat: Puncak Kesaksian
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Asyhadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
Ini adalah kalimat syahadatain, inti dari keimanan seorang Muslim. Mengucapkannya di dalam tasyahud adalah bentuk pembaruan ikrar dan kesaksian kita di hadapan Allah SWT. Ini adalah fondasi dari seluruh bangunan Islam.
- Asyhadu an laa ilaaha illallaah (أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ): "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah." Kesaksian ini bukan sekadar ucapan lisan, tetapi pengakuan dari lubuk hati yang paling dalam, yang dibuktikan dengan perbuatan. Kita menafikan segala bentuk tuhan-tuhan palsu, baik berupa berhala, hawa nafsu, jabatan, maupun harta, dan menetapkan bahwa satu-satunya yang berhak diibadahi hanyalah Allah.
- Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah (وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ): "Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Kesaksian ini adalah konsekuensi logis dari kesaksian pertama. Kita mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan yang membawa petunjuk dari Allah. Konsekuensi dari kesaksian ini adalah kewajiban untuk mempercayai apa yang beliau sampaikan, menaati apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, dan beribadah kepada Allah sesuai dengan syariat yang beliau ajarkan.
Dua kalimat syahadat ini adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keimanan kepada Allah tidak akan sempurna tanpa keimanan kepada kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Perbedaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir
Dalam sholat yang memiliki lebih dari dua rakaat (seperti Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya), terdapat dua kali duduk tasyahud: tasyahud awal dan tasyahud akhir. Bacaan untuk keduanya memiliki sedikit perbedaan. Bacaan tasyahud awal berhenti setelah kalimat syahadat. Jadi, bacaan tasyahud awal adalah sebagai berikut:
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ.
Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.
"Segala penghormatan, keberkahan, shalawat, dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
Sedangkan pada tasyahud akhir, setelah membaca bagian di atas, kita diwajibkan untuk melanjutkannya dengan membaca Shalawat Ibrahimiyah, yang merupakan pujian dan doa tambahan untuk Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS beserta keluarga mereka.
Mendalami Makna Shalawat Ibrahimiyah
Shalawat Ibrahimiyah adalah bentuk shalawat terbaik yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW ketika para sahabat bertanya tentang bagaimana cara bershalawat kepadanya. Shalawat ini dibaca setelah syahadat pada tasyahud akhir.
1. Permohonan Rahmat untuk Nabi Muhammad dan Keluarga
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad, wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
Ini adalah permohonan utama dalam shalawat. "Shalli" berasal dari kata sholat yang berarti rahmat, pujian, dan kemuliaan. Kita memohon kepada Allah agar senantiasa memuji Nabi Muhammad SAW di hadapan para malaikat dan meninggikan derajatnya. Permohonan ini juga mencakup "aali Muhammad" atau keluarga Nabi Muhammad, yang menurut berbagai pendapat mencakup istri-istri beliau, keturunan beliau, serta kaum mukminin dari kerabat Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Mendoakan keluarga beliau adalah bentuk cinta dan penghormatan kita yang utuh.
2. Perumpamaan dengan Rahmat untuk Nabi Ibrahim
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ
Kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim, wa ‘alaa aali sayyidinaa Ibraahiim.
"Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim."
Mengapa Nabi Ibrahim AS disebut dalam shalawat ini? Nabi Ibrahim memiliki kedudukan yang sangat istimewa di sisi Allah. Beliau adalah "Khalilullah" (kekasih Allah) dan "Abul Anbiya" (Bapak para Nabi). Banyak nabi-nabi setelahnya, termasuk Nabi Muhammad SAW, berasal dari garis keturunannya. Dengan menyebut Nabi Ibrahim, kita memohon agar Allah memberikan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW sebesar dan semulia rahmat yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, yang telah terbukti agung dan abadi. Ini adalah doa yang menggunakan tandingan terbaik untuk memohon anugerah terbaik.
3. Permohonan Berkah untuk Nabi Muhammad dan Keluarga
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Wa baarik ‘alaa sayyidinaa Muhammad, wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad.
"Dan limpahkanlah berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
Setelah memohon rahmat, kita memohon "barakah" atau keberkahan. Berkah berarti kebaikan yang tetap, langgeng, dan bertambah. Kita memohon agar Allah menetapkan dan melanggengkan segala kebaikan, kemuliaan, dan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW serta memberkahi keluarga dan pengikutnya hingga akhir zaman.
4. Perumpamaan dengan Berkah untuk Nabi Ibrahim
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَähِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَähِيمَ
Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim, wa ‘alaa aali sayyidinaa Ibraahiim.
"Sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim."
Sama seperti permohonan rahmat, kita kembali menjadikan Nabi Ibrahim dan keluarganya sebagai perumpamaan dalam memohon keberkahan. Allah telah memberkahi Nabi Ibrahim dengan keturunan yang saleh (para nabi) dan ajaran tauhid yang abadi. Kita berharap keberkahan serupa, bahkan lebih, dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.
5. Penutup: Pujian Tertinggi untuk Allah
فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.
"Di seluruh alam semesta, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Doa shalawat ini ditutup dengan penegasan kembali sifat keagungan Allah.
- Fil ‘aalamiin (فِى الْعَالَمِينَ): "Di seluruh alam semesta." Ini menegaskan bahwa rahmat dan berkah yang kita mohonkan tidak terbatas pada satu tempat atau waktu, melainkan untuk seluruh alam, mencakup dunia dan akhirat.
- Innaka Hamiidum Majiid (إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ): "Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia." Hamiid berarti Zat yang Maha Terpuji, baik karena sifat-sifat-Nya yang sempurna maupun karena nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga. Majiid berarti Zat yang Maha Mulia, Agung, dan Luhur dalam segala hal. Kalimat penutup ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah-lah sumber segala pujian dan kemuliaan, dan hanya Dia yang mampu mengabulkan doa agung yang baru saja kita panjatkan.
Kesimpulan
Bacaan attahiyat, yang sering kita lafalkan dalam bentuk attahiyatul latin saat belajar, adalah sebuah dialog yang sarat makna dan keagungan. Ia merangkum seluruh esensi dari ibadah sholat: dimulai dengan pengagungan mutlak kepada Allah, dilanjutkan dengan salam hormat dan cinta kepada Rasulullah SAW, disusul dengan doa universal untuk diri sendiri dan seluruh orang saleh, diperkuat dengan pembaruan ikrar syahadat, dan disempurnakan dengan shalawat termulia untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.
Memahami setiap kata dan kalimat dalam bacaan ini bukanlah sekadar pengetahuan, melainkan sebuah jalan untuk mencapai kekhusyuan. Ketika lisan melafalkan "Attahiyyaatul lillaah," hati pun harus turut merasakan keagungan Allah. Ketika mengucapkan salam kepada Nabi, hati harus dipenuhi rasa cinta dan rindu. Dan ketika mengucapkan syahadat, iman kita harus semakin kokoh. Semoga dengan memahami makna mendalam dari attahiyat, kualitas sholat kita semakin meningkat dan diterima di sisi Allah SWT. Teruslah berlatih membaca tulisan Arabnya, namun jangan pernah berhenti merenungi makna di balik lafal yang kita ucapkan.