Pendahuluan: Siapa Sebenarnya Astronot?
Seorang astronot, atau sering juga disebut kosmonot di Rusia dan taikonot di Tiongkok, adalah individu yang dilatih secara profesional, dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan luar biasa, yang bertugas melakukan perjalanan ke luar angkasa. Mereka bukan sekadar penumpang; mereka adalah insinyur, ilmuwan, pilot, dan dokter yang bertugas menjaga kelangsungan misi dan melakukan penelitian krusial jauh di atas atmosfer Bumi. Kisah profesi ini bermula dari persaingan sengit antara dua kekuatan adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang berlomba memenangkan 'Perlombaan Angkasa' pada pertengahan abad ke-20.
Kehidupan seorang astronot adalah perpaduan ekstrem antara ketegangan teknis yang tinggi dan rutinitas sehari-hari yang benar-benar asing bagi manusia di Bumi. Mulai dari proses seleksi yang sangat brutal dan memakan waktu bertahun-tahun, hingga adaptasi tubuh terhadap lingkungan mikrogravitasi yang terus-menerus mengancam kesehatan, profesi ini menuntut totalitas fisik, mental, dan emosional. Mereka adalah perwujudan eksplorasi, menantang batas-batas kemampuan manusia dan batas-batas fisik alam semesta yang kita kenal.
Definisi dan Terminologi Kunci
Meskipun istilah astronot (berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'pelaut bintang') paling umum digunakan, penting untuk memahami perbedaan regional. NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) menggunakan istilah astronot. Rusia melalui Roscosmos menggunakan istilah kosmonot. Sementara itu, Tiongkok menggunakan taikonot. Meskipun ada perbedaan nama, peran dasar mereka tetap sama: operator dan peneliti di orbit Bumi atau lebih jauh.
I. Sejarah dan Evolusi Profesi Astronot
Perjalanan astronot dimulai dengan impian kuno, namun realisasinya baru terjadi dengan perkembangan teknologi roket pasca-Perang Dunia II. Era pionir ini menetapkan fondasi bagi semua misi ruang angkasa yang kita lihat hari ini.
Perlombaan Angkasa dan Para Pionir
Titik balik sejarah terjadi pada 12 April 1961, ketika Yuri Gagarin, seorang pilot Soviet, menjadi manusia pertama di luar angkasa, mengelilingi Bumi dalam kapsul Vostok 1. Keberhasilan ini memicu respons cepat dari Amerika Serikat. Kurang dari sebulan kemudian, Alan Shepard menjadi orang Amerika pertama di luar angkasa dalam misi suborbital Freedom 7, bagian dari Program Mercury.
Program Mercury, Gemini, dan Apollo NASA berurutan mengembangkan kemampuan astronot. Mercury membuktikan bahwa manusia bisa bertahan hidup di luar angkasa; Gemini menyempurnakan manuver pertemuan dan docking, serta melakukan aktivitas ekstra-kendaraan (EVA), atau spacewalk, yang sangat penting. Puncak dari era ini adalah Program Apollo, yang memuncak pada 20 Juli 1969, ketika Neil Armstrong dan Buzz Aldrin berjalan di permukaan Bulan. Para astronot Apollo tidak hanya membuktikan kemampuan teknis, tetapi juga ketahanan psikologis untuk misi jarak jauh yang berisiko tinggi.
Dari Perang Dingin ke Kerja Sama Global
Setelah Perlombaan Angkasa mereda, fokus bergeser dari dominasi nasional ke penelitian ilmiah jangka panjang. Lahirlah program stasiun ruang angkasa, seperti Skylab AS dan Salyut/Mir Soviet. Era ini ditandai dengan perubahan peran astronot; mereka tidak lagi hanya pilot uji coba tempur, tetapi juga ilmuwan spesialis misi yang bertugas melakukan penelitian kompleks dalam orbit.
Transisi terbesar terjadi pada akhir 1990-an dengan pembangunan Stasiun Antariksa Internasional (ISS). ISS adalah proyek kolaboratif yang melibatkan lima badan antariksa (NASA, Roscosmos, ESA, JAXA, dan CSA). Di ISS, astronot dari berbagai negara hidup dan bekerja berdampingan, menjadikan profesi ini simbol kerja sama global, bukan lagi kompetisi. Mereka harus mampu berbahasa Rusia dan Inggris, serta memahami protokol operasi yang dikembangkan oleh lusinan negara.
II. Proses Seleksi dan Pelatihan Astronot yang Ekstrem
Menjadi seorang astronot adalah salah satu profesi yang paling sulit dimasuki di dunia. Ribuan pelamar bersaing untuk mendapatkan beberapa posisi yang ditawarkan setiap beberapa tahun sekali. Proses ini dirancang untuk memastikan bahwa individu yang dipilih memiliki kombinasi langka antara kecerdasan, ketahanan fisik, stabilitas mental, dan kemampuan untuk berfungsi di bawah tekanan ekstrem.
Kualifikasi Dasar dan Latar Belakang Pendidikan
Secara umum, persyaratan minimum untuk menjadi astronot (spesialis misi) meliputi gelar master di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, atau Matematika) dari institusi terakreditasi, atau setidaknya 1.000 jam pengalaman sebagai pilot pesawat jet. Latar belakang yang paling dicari meliputi insinyur penerbangan, fisikawan, ahli biologi, dan dokter. Namun, kualifikasi akademik hanyalah permulaan.
Saringan Fisik dan Psikologis
Ujian fisik sangat ketat. Astronot harus memiliki penglihatan 20/20 (atau dapat dikoreksi), tekanan darah normal, dan tinggi badan yang sesuai dengan kapsul dan pakaian antariksa yang tersedia. Lebih dari itu, mereka harus mampu menahan akselerasi tinggi (G-force) selama peluncuran dan masuk kembali (re-entry) ke atmosfer. Tes kebugaran meliputi daya tahan kardiovaskular dan kekuatan otot yang luar biasa.
Saringan psikologis mungkin merupakan bagian yang paling sulit. Calon astronot diuji kemampuannya untuk bekerja secara efektif dalam isolasi, di bawah tekanan, dan dalam lingkungan kelompok yang kecil dan multinasional. Mereka dievaluasi melalui simulasi krisis, wawancara mendalam, dan penilaian kemampuan pengambilan keputusan di bawah kondisi yang tidak ideal. Stabilitas emosional, kemampuan komunikasi lintas budaya, dan selera humor yang sehat dianggap sama pentingnya dengan keahlian teknis.
Pelatihan Intensif dan Simulasi
Setelah terpilih, calon astronot (disebut Kandidat Astronot atau ASCAN) menjalani pelatihan dasar yang memakan waktu sekitar dua tahun. Pelatihan ini sangat luas dan meliputi:
- Bahasa: Mahir dalam bahasa Rusia dan Inggris untuk operasi ISS.
- Ilmu Dasar: Fisika orbit, mekanika roket, meteorologi, dan geologi.
- Sistem ISS: Mempelajari setiap subsistem Stasiun Antariksa Internasional, mulai dari sistem pendukung kehidupan, kelistrikan, hingga propulsi. Mereka harus menjadi ahli dalam pemecahan masalah.
- Survival Training: Pelatihan bertahan hidup di lingkungan terpencil (seperti di hutan atau laut) jika pendaratan kembali mereka melenceng dari target.
- Pelatihan EVA (Spacewalk): Ini adalah bagian paling penting. Astronot menghabiskan ratusan jam di Neutral Buoyancy Laboratory (NBL) — kolam besar yang digunakan untuk menyimulasikan tanpa bobot. Di NBL, mereka berlatih prosedur perbaikan di luar stasiun dengan mengenakan pakaian antariksa yang disesuaikan.
- Penerbangan dan Navigasi: Meskipun banyak astronot modern bukan pilot, mereka tetap dilatih mengoperasikan pesawat jet T-38 untuk menjaga ketajaman mental, kecepatan reaksi, dan pemahaman tentang dinamika penerbangan.
- Fluid Shift (Pergeseran Cairan): Tanpa tarikan gravitasi, cairan tubuh bergerak dari kaki ke dada dan kepala. Ini menyebabkan wajah astronot tampak bengkak ('muka bulan') dan menciptakan tekanan pada mata, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan penglihatan.
- Atrofi Otot dan Tulang: Tubuh tidak perlu bekerja keras untuk menopang beratnya sendiri. Akibatnya, otot mulai menyusut dan tulang mulai kehilangan kepadatannya (osteopenia). Untuk mengatasi hal ini, astronot harus melakukan olahraga intensif minimal dua jam setiap hari, menggunakan treadmill yang dimodifikasi dan peralatan resistensi khusus.
- Gangguan Keseimbangan: Otak harus menyesuaikan diri dengan sinyal yang kontradiktif dari telinga bagian dalam (yang mendeteksi orientasi) dan mata. Ini sering menyebabkan mabuk ruang angkasa di hari-hari pertama misi.
- Sains dan Penelitian: Sekitar 60% waktu kerja dihabiskan untuk eksperimen, mulai dari menumbuhkan kristal protein, menguji ketahanan material, hingga mempelajari bagaimana api berperilaku dalam tanpa bobot.
- Pemeliharaan Stasiun: ISS adalah kapal yang terus menua. Astronot harus secara rutin memperbaiki sistem toilet, memantau tekanan atmosfer, mengganti filter, dan memastikan setiap modul berfungsi optimal. Ini memerlukan keahlian mekanik tingkat tinggi.
- Komunikasi: Rapat harian dengan Pusat Kontrol Misi (Mission Control) di Houston, Moskow, atau Eropa sangat penting untuk menyinkronkan jadwal, melaporkan status stasiun, dan menerima instruksi terbaru.
- Jarak Jauh: Gateway akan mengorbit Bulan, lebih jauh dari Bumi daripada ISS. Keterlambatan komunikasi (latency) akan meningkat, memaksa astronot untuk membuat keputusan kritis secara lebih mandiri.
- Regolith Lunar: Debu Bulan yang abrasif dan bermuatan listrik statis adalah ancaman teknis dan kesehatan. Astronot harus bekerja dengan desain pakaian antariksa yang sepenuhnya baru untuk mengurangi kontaminasi ini.
Latihan ini memastikan bahwa ketika krisis terjadi 400 kilometer di atas Bumi, jauh dari bantuan segera, setiap astronot dapat bertindak cepat, logis, dan mandiri, menggunakan pengetahuan yang telah tertanam dalam diri mereka selama bertahun-tahun simulasi berulang.
III. Kehidupan dan Tantangan di Lingkungan Mikrogravitasi
Berada di luar angkasa adalah pengalaman yang mengubah hidup, tetapi juga penuh dengan tantangan fisiologis dan operasional yang tidak dapat dibayangkan oleh manusia di Bumi. Stasiun Antariksa Internasional (ISS) berfungsi sebagai rumah dan laboratorium bagi para astronot, di mana hukum fisika Bumi tidak berlaku.
Adaptasi Tubuh terhadap Tanpa Bobot
Fenomena yang disebut 'mikrogravitasi' (sering disalahartikan sebagai 'tanpa gravitasi') menyebabkan serangkaian perubahan drastis pada tubuh manusia segera setelah mencapai orbit:
Rutinitas Harian di Orbit
Kehidupan di ISS diatur dengan sangat ketat, mengikuti Waktu Greenwich (GMT). Hari kerja biasanya dimulai pukul 06:00 dan berakhir pukul 19:30, di mana setiap menit dialokasikan untuk tugas spesifik:
Makanan, Higienis, dan Tidur
Makanan di ISS telah meningkat pesat dari masa-masa awal yang hanya terdiri dari pasta dalam tabung. Sekarang, makanan dikemas vakum, dicampur dengan air panas atau dingin di orbit. Meskipun ada beberapa makanan "segar" (seperti apel yang dikirim melalui kapal kargo), sebagian besar makanan dihidrasi ulang. Kebutuhan kalori tetap tinggi karena intensitas olahraga.
Tidur adalah tantangan unik. Karena tidak ada 'atas' atau 'bawah', astronot harus tidur di kantung tidur yang dipasang ke dinding untuk mencegah mereka mengambang dan menabrak peralatan. Meskipun mereka menyaksikan 16 matahari terbit dan terbenam setiap hari (ISS mengorbit Bumi setiap 90 menit), mereka menggunakan masker tidur dan mengikuti jadwal Bumi untuk menjaga siklus sirkadian.
Higienis juga disesuaikan. Tidak ada pancuran air, sehingga mereka menggunakan tisu basah, sampo tanpa bilas, dan pasta gigi yang dapat ditelan. Pengelolaan limbah, baik padat maupun cair, merupakan aspek teknik yang sangat kritis dalam sistem pendukung kehidupan.
IV. Aktivitas Ekstra-Kendaraan (EVA) dan Pakaian Antariksa
Mungkin salah satu tugas paling heroik dan berisiko yang dilakukan seorang astronot adalah Aktivitas Ekstra-Kendaraan (EVA), yang dikenal sebagai spacewalk. Ini adalah momen ketika mereka meninggalkan perlindungan ISS dan hanya dipisahkan dari vakum ruang angkasa oleh setelan khusus mereka.
Evolutionary Mobility Unit (EMU)
Pakaian antariksa modern yang digunakan oleh astronot NASA disebut Evolutionary Mobility Unit (EMU). Pakaian ini adalah kapsul ruang angkasa mini yang dapat dibawa-bawa, dirancang untuk melindungi penggunanya dari tiga bahaya utama luar angkasa: vakum, suhu ekstrem, dan radiasi.
EMU bukan hanya pakaian; itu adalah sistem yang terdiri dari 14 lapisan material, masing-masing dengan fungsi spesifik. Lapisan dalamnya menjaga suhu stabil dan menahan tekanan oksigen murni, sementara lapisan luar yang terbuat dari material seperti Dacron dan Kevlar melindungi dari micrometeoroid (debu luar angkasa yang bergerak sangat cepat). Pakaian ini membawa sistem pendukung kehidupan sendiri, termasuk oksigen, pemurnian CO2, dan bahkan air minum.
Prosedur EVA yang Kompleks
EVA membutuhkan persiapan yang melelahkan. Karena EMU beroperasi pada tekanan yang lebih rendah daripada ISS (100% oksigen murni), astronot harus melalui prosedur 'pre-breathe' selama beberapa jam sebelum keluar. Ini untuk menghilangkan nitrogen dari darah mereka, mencegah dekompresi sakit (seperti yang dialami penyelam). Persiapan ini juga melibatkan pemeriksaan sistem pakaian yang memakan waktu lama, memastikan setiap sambungan dan katup berfungsi dengan sempurna.
Selama EVA, komunikasi dengan Mission Control sangat vital. Setiap gerakan harus dihitung, dan mereka bekerja dengan alat yang dirancang khusus untuk tanpa bobot. Bahaya terbesar bukan hanya kegagalan teknis, tetapi juga faktor manusia, seperti kehilangan pegangan dan melayang menjauh (meskipun mereka terikat tali pengaman, dan Manned Maneuvering Unit – MMU – sekarang hanya digunakan dalam keadaan darurat).
Ancaman Mikrometeoroid dan Radiasi
Di luar angkasa, ISS dan astronot terpapar pada bombardir konstan micrometeoroid orbit dan puing-puing luar angkasa (M/OD). Meskipun objek-objek ini mungkin sekecil butiran pasir, kecepatan orbitnya yang mencapai ribuan kilometer per jam membuat mereka sangat berbahaya. Pakaian antariksa dirancang untuk menahan dampak kecil, tetapi dampak besar dapat menyebabkan kebocoran fatal.
Ancaman lain yang tak terlihat adalah radiasi kosmik galaksi dan radiasi dari Matahari. ISS berada di dalam perlindungan sebagian medan magnet Bumi, tetapi selama EVA atau misi jangka panjang, astronot terpapar tingkat radiasi yang jauh lebih tinggi daripada di Bumi. Ini meningkatkan risiko kesehatan jangka panjang, seperti kanker dan kerusakan sistem saraf pusat. Perlindungan dan pemantauan radiasi adalah elemen kunci dalam perencanaan misi.
V. Astronot sebagai Ilmuwan dan Teknisi Multi-Talenta
Peran modern seorang astronot telah jauh melampaui sekadar mengoperasikan pesawat. Mereka adalah ahli multiguna, yang sering kali harus menjalankan ratusan eksperimen dari berbagai disiplin ilmu selama satu misi.
Penelitian Biologi dan Kedokteran Ruang Angkasa
Banyak eksperimen yang dilakukan di ISS berfokus pada biologi, khususnya bagaimana kehidupan berperilaku tanpa gravitasi. Penelitian ini mencakup pertumbuhan tanaman (penting untuk misi Mars di masa depan), perkembangan embrio, dan studi tentang resistensi antibiotik pada bakteri. Mikrogravitasi menyediakan lingkungan unik yang tidak dapat direplikasi sepenuhnya di Bumi, memungkinkan ilmuwan untuk memahami proses biologis dasar dengan cara baru.
Salah satu bidang terpenting adalah kedokteran ruang angkasa. Astronot terus-menerus berfungsi sebagai subjek uji bagi para ilmuwan di Bumi, memberikan data tentang perubahan kepadatan tulang, fungsi kardiovaskular, dan dampak radiasi. Penelitian ini tidak hanya membantu mempersiapkan misi antarplanet, tetapi juga memberikan wawasan baru untuk mengobati penyakit di Bumi, seperti osteoporosis.
Teknik dan Robotika
Astronot modern harus mahir dalam robotika. Mereka bertanggung jawab untuk mengoperasikan lengan robot besar ISS, Canadarm2, yang digunakan untuk menangkap kapal kargo tak berawak yang tiba di stasiun dan untuk memindahkan modul atau peralatan besar. Pengoperasian lengan robot ini membutuhkan presisi yang sangat tinggi, sering kali hanya berjarak beberapa sentimeter dari struktur stasiun yang mahal.
Mereka juga harus berfungsi sebagai teknisi utama untuk semua kegagalan sistem. Di ISS, mereka harus siap memperbaiki toilet, mengganti pompa air, atau memperbaiki kerusakan komputer. Kemampuan untuk mendiagnosis masalah yang kompleks dan menerapkan solusi cepat berdasarkan instruksi dari Bumi adalah keterampilan yang sangat penting, seringkali membutuhkan komunikasi yang sabar dan deskriptif dengan kontrol misi.
VI. Masa Depan Profesi Astronot: Bulan, Mars, dan Beyond
Setelah dekade fokus pada orbit Bumi rendah (LEO) melalui ISS, pandangan komunitas antariksa kini tertuju kembali ke eksplorasi mendalam. Misi berikutnya akan menuntut lebih dari para astronot: kemandirian, kemampuan bertahan hidup yang lebih baik, dan toleransi terhadap bahaya yang jauh lebih besar.
Program Artemis: Kembali ke Bulan
NASA, melalui Program Artemis, bertujuan untuk mendaratkan manusia (termasuk wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama) di Bulan. Tidak seperti misi Apollo, tujuan Artemis adalah membangun kehadiran jangka panjang di Bulan, termasuk stasiun orbit yang disebut Gateway dan pangkalan di permukaan. Astronot Artemis akan menghadapi tantangan unik:
Tantangan Misi Jangka Panjang ke Mars
Misi berawak ke Mars adalah tujuan akhir eksplorasi antariksa saat ini. Perjalanan ke Mars akan memakan waktu 6 hingga 9 bulan, ditambah 18 bulan di permukaan Mars, dan 6 bulan kembali. Ini adalah misi yang membutuhkan astronot untuk bertahan hidup dalam isolasi total selama lebih dari dua setengah tahun. Tantangan tersebut meliputi:
Isolasi Psikologis: Astronot akan terpisah dari Bumi oleh jarak ratusan juta kilometer. Waktu tunda komunikasi bisa mencapai 40 menit, menghilangkan kemungkinan obrolan langsung. Mereka harus sangat stabil secara emosional dan sepenuhnya percaya pada kru mereka.
Radiasi yang Meningkat: Di luar magnetosfer Bumi, astronot akan terpapar tingkat radiasi kosmik yang signifikan. Desain pesawat ruang angkasa harus memasukkan tempat berlindung radiasi atau menggunakan perisai air yang canggih.
Sistem Pendukung Kehidupan Tertutup: Untuk misi Mars, astronot harus menguasai sistem pendukung kehidupan yang sepenuhnya tertutup (closed-loop systems), yang mendaur ulang hampir 99% air, oksigen, dan bahkan makanan (melalui pertanian luar angkasa). Mereka harus menjadi petani, insinyur lingkungan, dan ahli medis utama mereka sendiri.
VII. Studi Kasus: Astronot Wanita dan Keragaman
Peran astronot secara historis didominasi oleh pria berkulit putih dengan latar belakang pilot militer. Namun, sejak era pesawat ulang-alik dan pembangunan ISS, profesi ini menjadi jauh lebih beragam.
Pentingnya Keragaman Latar Belakang
Valentina Tereshkova dari Soviet adalah wanita pertama di luar angkasa pada tahun 1963, tetapi program antariksa AS membutuhkan waktu dua dekade lagi untuk mengirim wanita pertamanya, Sally Ride (1983). Sejak itu, wanita telah memecahkan banyak rekor, termasuk Peggy Whitson, yang memegang rekor total akumulasi waktu terlama di luar angkasa bagi astronot Amerika.
Keragaman latar belakang kini menjadi prioritas. Kru ISS tidak hanya terdiri dari pilot, tetapi juga guru, ahli geologi, mikrobiolog, dan insinyur dari berbagai negara. Keragaman ini diyakini meningkatkan kemampuan kru untuk memecahkan masalah, karena mereka membawa perspektif dan keahlian yang berbeda untuk mengatasi tantangan tak terduga dalam tanpa bobot.
Misi Artemis secara eksplisit menekankan pentingnya inklusi, menyadari bahwa eksplorasi ruang angkasa di masa depan memerlukan representasi terbaik dari seluruh umat manusia, bukan hanya sebagian kecil.
VIII. Dampak dan Warisan Astronot
Ketika seorang astronot kembali ke Bumi, mereka tidak hanya membawa sampel batuan atau data ilmiah, tetapi juga perspektif yang unik dan mendalam tentang tempat kita di alam semesta.
The Overview Effect (Efek Sudut Pandang)
Banyak astronot menggambarkan pengalaman transformatif saat melihat Bumi dari luar angkasa — sebuah bola biru rapuh yang mengambang dalam kegelapan. Fenomena ini dikenal sebagai The Overview Effect. Efek ini seringkali mengubah pandangan mereka tentang politik, lingkungan, dan kemanusiaan.
Mereka melihat tidak ada batas negara dari orbit. Pengalaman ini menggarisbawahi kerapuhan planet kita dan keterkaitan semua kehidupan, menjadikan para astronot duta penting untuk konservasi lingkungan dan kerja sama global setelah mereka kembali.
Inspirasi bagi Generasi Mendatang
Warisan terpenting dari para astronot mungkin adalah inspirasi yang mereka berikan. Keberadaan mereka sebagai penjelajah yang berani mendorong generasi muda untuk mengejar sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Setiap gambar ISS, setiap EVA yang disiarkan, dan setiap pendaratan di planet lain adalah pengingat akan potensi tak terbatas umat manusia jika kita bekerja sama dan berani bermimpi besar.
Seiring kita menatap Bulan dan Mars, profesi astronot akan terus berkembang. Mereka akan menjadi pelopor kolonisasi, perintis yang membawa kehidupan dan peradaban manusia melampaui tempat kelahirannya. Mereka adalah jembatan antara apa yang kita ketahui dan batas-batas yang belum terjamah.
Masa Depan Kemanusiaan di Orbit Rendah
Dengan mendekatnya masa pensiun ISS, peran astronot akan bergeser ke stasiun ruang angkasa komersial dan swasta, seperti yang direncanakan oleh Axiom Space dan perusahaan lainnya. Ini berarti akan ada peningkatan dalam jumlah astronot komersial, ilmuwan pribadi, dan bahkan turis ruang angkasa, mengubah dinamika operasional orbit Bumi rendah.
Namun, di tengah komersialisasi ini, peran astronot profesional yang didanai pemerintah tetap penting. Merekalah yang akan terus memimpin eksplorasi risiko tinggi dan memastikan bahwa penelitian fundamental yang tidak didorong oleh motif keuntungan tetap berlanjut, membuka jalan bagi penemuan ilmiah yang menjadi dasar bagi semua kemajuan teknologi ruang angkasa.
Pekerjaan mereka adalah yang paling menginspirasi dan menantang. Dengan setiap putaran orbit, setiap perbaikan di luar angkasa, dan setiap langkah di permukaan selestial yang baru, para astronot terus mendefinisikan kembali apa artinya menjadi seorang penjelajah di abad ke-21.