Surat Al Baqarah: Teks Latin dan Terjemahan Indonesia
Surat Al-Baqarah (البقرة), yang berarti "Sapi Betina", adalah surat kedua dan terpanjang dalam Al-Qur'an. Terdiri dari 286 ayat, surat ini tergolong sebagai surat Madaniyah, yakni surat yang diturunkan setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama Al-Baqarah diambil dari kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil, yang disebutkan dalam ayat 67 hingga 74. Surat ini sering disebut sebagai puncak Al-Qur'an (Fustatul Qur'an) karena cakupan pembahasannya yang sangat luas dan komprehensif, merangkum hampir seluruh aspek ajaran Islam, mulai dari pilar keimanan, hukum syariat, kisah-kisah umat terdahulu, hingga pedoman hidup bermasyarakat. Membaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungan Surat Al-Baqarah memiliki keutamaan yang luar biasa dalam kehidupan seorang Muslim.
Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 1-286 Latin dan Terjemahannya
Ayat 1
الۤمّۤ ۗ
Alif Lām Mīm.
Alif Lam Mim.
Ayat 2
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn.
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Ayat 3
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ
allażīna yu'minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn.
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
Ayat 4
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ
wallażīna yu'minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn.
dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.
Ayat 5
اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
ulā'ika 'alā hudam mir rabbihim wa ulā'ika humul-mufliḥụn.
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Ayat 6
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
innallażīna kafarụ sawā'un 'alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu'minụn.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
Ayat 7
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ
khatamallāhu 'alā qulụbihim wa 'alā sam'ihim, wa 'alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum 'ażābun 'aẓīm.
Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.
Ayat 8
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ
wa minan-nāsi may yaqụlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu'minīn.
Dan di antara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir," padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
Ayat 9
يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ
yukhādi'ụnallāha wallażīna āmanụ, wa mā yakhda'ụna illā anfusahum wa mā yasy'urụn.
Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.
Ayat 10
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
fī qulụbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā, wa lahum 'ażābun alīmum bimā kānụ yakżibụn.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.
Ayat 11
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
wa iżā qīla lahum lā tufsidụ fil-arḍi qālū innamā naḥnu muṣliḥụn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."
Ayat 12
اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ
alā innahum humul-mufsidụna wa lākil lā yasy'urụn.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
Ayat 13
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا كَمَآ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ كَمَآ اٰمَنَ السُّفَهَاۤءُ ۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاۤءُ وَلٰكِنْ لَّا يَعْلَمُوْنَ
wa iżā qīla lahum āminụ kamā āmanan-nāsu qālū a nu'minu kamā āmanas-sufahā', alā innahum humus-sufahā'u wa lākil lā ya'lamụn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!" Mereka menjawab, "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang bodoh itu beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui.
Ayat 14
وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۖ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ
wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma'akum innamā naḥnu mustahzi'ụn.
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, "Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok."
Ayat 15
اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ
allāhu yastahzi'u bihim wa yamudduhum fī ṭugyānihim ya'mahụn.
Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
Ayat 16
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ
ulā'ikallażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā fa mā rabiḥat tijāratuhum wa mā kānụ muhtadīn.
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.
Ayat 17
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا ۚ فَلَمَّآ اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ لَّا يُبْصِرُوْنَ
maṡaluhum kamaṡalillażistauqada nārā, fa lammā aḍā'at mā ḥaulahụ żahaballāhu binụrihim wa tarakahum fī ẓulumātil lā yubṣirụn.
Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Ayat 18
صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ
ṣummum bukmun 'umyun fa hum lā yarji'ụn.
Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.
Ayat 19
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوٰعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌ ۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
au kaṣayyibim minas-samā'i fīhi ẓulumātuw wa ra'duw wa barq, yaj'alụna aṣābi'ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā'iqi ḥażaral-maụt, wallāhu muḥīṭum bil-kāfirīn.
Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Ayat 20
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā'a lahum masyau fīhi wa iżā aẓlama 'alaihim qāmụ, walau syā'allāhu lażahaba bisam'ihim wa abṣārihim, innallāha 'alā kulli syai'ing qadīr.
Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ayat 255 (Ayat Kursi)
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta'khużuhụ sinatuw wa lā naụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi'iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai'im min 'ilmihī illā bimā syā', wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya'ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm.
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.
Ayat 284
لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa in tubdụ mā fī anfusikum au tukhfụhu yuḥāsibkum bihillāh, fa yagfiru limay yasyā'u wa yu'ażżibu may yasyā', wallāhu 'alā kulli syai'ing qadīr.
Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah akan memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ayat 285
اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu'minụn, kullun āmana billāhi wa malā'ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami'nā wa aṭa'nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr.
Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali."
Ayat 286
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ
lā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat, rabbanā lā tu'ākhiżnā in nasīnā au akhṭa'nā, rabbanā wa lā taḥmil 'alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ 'alallażīna min qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
Kandungan dan Tema Utama Surat Al Baqarah
Sebagai surat terpanjang, Al Baqarah menyentuh berbagai tema fundamental dalam Islam. Pemahamannya memberikan gambaran utuh tentang kerangka ajaran Islam. Secara garis besar, tema-tema tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori utama yang saling berkaitan, membentuk sebuah panduan komprehensif bagi umat manusia.
1. Fondasi Keimanan dan Ketakwaan
Surat ini dibuka dengan pernyataan tegas bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (muttaqin). Ayat-ayat awal (1-5) langsung mendefinisikan ciri-ciri orang bertakwa, yaitu:
- Iman kepada yang Gaib: Percaya pada eksistensi Allah, malaikat, hari akhir, dan hal-hal lain yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera. Ini adalah dasar dari seluruh keyakinan.
- Mendirikan Salat: Sebagai wujud komunikasi langsung dan penghambaan seorang hamba kepada Tuhannya.
- Menginfakkan Rezeki: Menyadari bahwa harta adalah titipan Allah dan memiliki kepedulian sosial terhadap sesama.
- Iman kepada Kitab-kitab Suci: Percaya pada Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab sebelumnya (Taurat, Zabur, Injil) sebagai wahyu dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT.
- Keyakinan pada Hari Akhirat: Memiliki kesadaran penuh bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara dan akan ada hari pertanggungjawaban atas segala perbuatan.
Setelah menjelaskan ciri orang bertakwa, surat ini juga memaparkan karakteristik orang kafir dan munafik, memberikan kontras yang jelas mengenai tiga golongan manusia dalam menyikapi kebenaran.
2. Sejarah dan Pelajaran dari Bani Israil
Sebagian besar dari Surat Al Baqarah didedikasikan untuk menceritakan kisah Bani Israil secara detail. Kisah ini bukan sekadar narasi sejarah, melainkan sarat dengan ibrah (pelajaran) bagi umat Nabi Muhammad SAW. Beberapa poin penting dari kisah mereka antara lain:
- Nikmat yang Berlimpah: Allah mengingatkan tentang berbagai nikmat yang telah dianugerahkan kepada Bani Israil, seperti diselamatkan dari Firaun, diberi makanan manna dan salwa, serta diutusnya banyak nabi di antara mereka.
- Pembangkangan dan Ketidakpatuhan: Meskipun telah diberi banyak nikmat, mereka sering kali membangkang. Contoh paling terkenal adalah kisah penyembelihan sapi betina (Al Baqarah) di mana mereka terus-menerus bertanya dan mempersulit perintah yang sederhana, menunjukkan keengganan mereka untuk taat.
- Pelanggaran Janji: Mereka berulang kali melanggar perjanjian yang telah mereka buat dengan Allah.
- Kerasnya Hati: Hati mereka digambarkan menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras, sehingga sulit menerima kebenaran dan petunjuk.
Kisah-kisah ini menjadi cermin agar umat Islam tidak mengulangi kesalahan yang sama, yaitu kufur nikmat dan menentang perintah Allah setelah datangnya petunjuk yang jelas.
3. Penetapan Hukum-hukum Syariat (Fiqh)
Sebagai surat Madaniyah, Al Baqarah menjadi fondasi bagi pembentukan masyarakat Islam yang baru di Madinah. Oleh karena itu, di dalamnya terkandung banyak sekali hukum-hukum (syariat) yang mengatur berbagai aspek kehidupan, baik individu maupun sosial. Hukum-hukum tersebut meliputi:
- Ibadah: Perintah mengenai perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah (ayat 144), hukum puasa di bulan Ramadan (ayat 183-185), serta manasik haji dan umrah (ayat 196-203).
- Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah): Aturan mengenai pernikahan, mahar, talak (perceraian), iddah, rujuk, dan penyusuan anak (ayat 221-237).
- Hukum Ekonomi dan Muamalah: Larangan keras terhadap riba (bunga/usury) dan anjuran untuk jual beli yang adil (ayat 275-281). Diatur pula mengenai utang-piutang, pencatatan, dan persaksian untuk menjaga keadilan (ayat 282, ayat terpanjang dalam Al-Qur'an).
- Hukum Pidana (Jinayat): Penetapan hukum qisas atau hukum balasan yang setimpal dalam kasus pembunuhan dan penganiayaan (ayat 178-179).
- Hukum Makanan: Penjelasan mengenai makanan yang halal dan haram (ayat 172-173).
- Hukum Perang (Jihad): Izin untuk berperang dalam rangka membela diri dan agama, serta etika dalam peperangan (ayat 190-194).
Keutamaan dan Permata dalam Surat Al Baqarah
Di dalam surat yang agung ini, terdapat ayat-ayat dan bagian-bagian yang memiliki keistimewaan khusus, yang sering disebut sebagai "permata" Al-Qur'an. Membacanya secara rutin akan mendatangkan berkah, perlindungan, dan ketenangan jiwa.
Ayat Kursi (Al Baqarah: 255)
Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an. Keagungannya terletak pada isi kandungannya yang secara murni dan komprehensif menjelaskan tentang keesaan, kekuasaan, ilmu, dan kebesaran Allah SWT. Tidak ada satu ayat pun yang menerangkan sifat-sifat Allah seagung Ayat Kursi. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang membacanya setelah selesai salat fardhu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian. Membacanya sebelum tidur juga menjadi benteng perlindungan dari gangguan setan hingga pagi hari.
Dua Ayat Terakhir (Al Baqarah: 285-286)
Dua ayat penutup Surat Al Baqarah memiliki keutamaan yang luar biasa. Disebutkan dalam hadis bahwa dua ayat ini diturunkan dari perbendaharaan di bawah 'Arsy. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari Surat Al Baqarah pada malam hari, maka keduanya akan mencukupinya." Para ulama menafsirkan kata "mencukupinya" dengan berbagai makna, seperti mencukupinya dari segala keburukan, melindunginya dari gangguan jin dan manusia, atau mencukupinya dari pahala salat malam (tahajud). Ayat-ayat ini berisi deklarasi keimanan yang total, kepasrahan, dan doa-doa yang indah memohon ampunan, keringanan, dan pertolongan dari Allah SWT.
Secara keseluruhan, Surat Al Baqarah adalah lautan ilmu yang tak bertepi. Ia adalah peta jalan kehidupan seorang Muslim. Dimulai dengan fondasi takwa, dilanjutkan dengan pelajaran dari sejarah, ditegakkan dengan pilar-pilar hukum syariat, dan diakhiri dengan doa kepasrahan total kepada Allah. Membaca Surat Al Baqarah latin untuk membantu kelancaran adalah langkah awal yang baik, namun tujuan utamanya adalah memahami maknanya, merenungkan kandungannya, dan berusaha mengamalkannya dalam setiap sendi kehidupan. Dengan begitu, surat ini benar-benar akan menjadi cahaya dan petunjuk yang membawa keberuntungan di dunia dan akhirat.